Budidaya Tanaman Pangan Hanjeli Coix lac

“BUDIDAYA TANAMAN PANGAN HANJELI
(Coix lacryma-jobi L)”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Budidaya
Tanaman Pangan Utama dengan dosen pengampu: Dr. H. Suryaman Birnadi, Ir., MP

Disusun oleh:
Kelompok 11
Ainul Hidayat

1157060006

Ayip Abdullah

1157060011

Hana Fitriani

1157060032

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat serta Karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas terstruktur mata kuliah Budidaya Tanaman Pangan
Utama yang berjudul “Budidaya Tanaman Pangan Hanjeli (Coix lacryma-jobi L)”.
Makalah ini berisikan penjelasan tentang tanaman hanjeli dimulai dari sejarah,
teknik budidaya serta kandungan dan manfaatnya. Penulis mengharapkan makalah
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hal tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Aamiin.

Bandung, 28 September 2017


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7
2.1 Sejarah Tumbuhan Hanjeli ............................................................................ 7
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Hanjeli .................................................................. 9
2.3 Teknik Budidaya Tanaman ......................................................................... 11
a)

Pengolahan Lahan .................................................................................. 11

b)


Benih Tanaman....................................................................................... 12

c)

Penanaman .............................................................................................. 14

d)

Pemupukan ............................................................................................. 15

e)

Penyiraman dan Penyiangan................................................................... 16

f)

Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................................... 17

g)


Panen dan Pascapanen ............................................................................ 18

2.4 Kandungan dan Manfaat Tumbuhan Hanjeli .............................................. 21
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman Hanjeli .................................................................................... 9
Gambar 2 Contoh Bibit Hanjeli di Pasaran ........................................................... 14
Gambar 3 Pola Penanaman ................................................................................... 15
Gambar 4 Pupuk Organik Padat ............................................................................ 16
Gambar 5 Biji saat dipanen

Gambar 6 Biji setelah dibersihkan .................. 21

Gambar 7 Oetmeal dari Taiwan Gambar 8 Nasi hanjeli ..................................... 24
Gambar 9 Beras hanjeli
Gambar 11 Biskuit dari hanjeli


Gambar 10 Bubur hanjeli ................................. 24
Gambar 12 Biji hanjeli ................................... 24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang didalamnya terdapat tempat
tumbuh jenis tanaman pangan. Pangan ini sangat dibutuhkan dan menjadi bahan
pokok untuk kehidupan masyarakat. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman
yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein. Sebagai negara berkembang
terjadi kurangnya akses untuk mendapatkan bahan pangan dan meroketnya harga
pangan, serta meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sejalan dengan
meningkatnya tingkat produksi pangan. Faktor penyebab utama kerawanan
pangan di Indonesia adalah ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan
beras. Saat ini, produksi pangan terutama beras tidak dapat mengimbangi
peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha
diversifikasi pangan untuk mengatasi hal tersebut (Nurkhamidah, 2003).
Bagi masyarakat Indonesia, padi atau beras menjadi bahan pangan pokok

utama untuk pemenuhan kandungan karbohidrat. Padahal, sumber karbohidrat
tidak hanya terdapat pada padi sebagai salah satu tanaman serealia. Di lain pihak
Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
sumber bahan pangan alternative (non beras), seperti sorgum, jali (hanjeli),
jawawut (milet), ubi-ubian dan pangan penghasil karbohidrat lainnya. Salah satu
jenis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah hanjeli dan yang
berasal dari famili Gramineae yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan
pakan. Tanaman ini memiliki nama latin (Coix lacryma-jobi L.) merupakan salah

satu tanaman serealia potensial dan memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan di masyarakat. Walaupun sudah dikenal sejak lama oleh
masyarakat Indonesia, tanaman hanjeli belum dihasilkan oleh petani dalam jumlah
besar karena pasar dikalangan petani terasa belum menguntungkan dan mesin
pasca panen belum memadai. Para petani masih mengangap tanaman hanjeli
berumur panjang, bijinya keras sehingga susah untuk diolah.
Menurut Tati Nurmala (2013) hanjeli ini masih langka dan sampai saat ini
masih banyak orang yang memanfaatkan hanjeli ini bukan sekedar bahan pangan
pokok, melainkan sebagian masyarakat hanya tahu biji hanjeli digunakan sebagai
bahan tasbih, mainan atau aksesoris. Padahal, anggota famili Poaceae ini
berpotensi sebagai alternatif pangan, herbal dan pakan. Maka, hanjeli adalah salah

satu tanaman pangan alternatif, namun petani belum mendalami tentang tanaman
tersebut mulai dari teknik budidaya sampai kandungan dan manfaat yang ada
dalam tanaman ini. Oleh karena itu, tujuan pembuatan paper ini adalah untuk
memberikan pengetahuan lebih luas seputar tanaman hanjeli.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tumbuhan hanjeli ?
2. Seperti apa syarat tumbuh pada tanaman hanjeli ?
3. Bagaimana teknik budidaya pada tanaman hanjeli ?
4. Apa saja kandungan dan manfaat dari tanaman hanjeli ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tumbuhan Hanjeli
Asal usul tanaman ini tidak diketahui secara pasti namun tanaman ini
tersebar luas di Asia Selatan dan Asia Timur yang menyebar ke Cina, Mesir,
Jerman, Haiti, Hawai, Jepang, India, Indonesia, Panama, Philipina, Taiwan,
Amerika, Venezuela, Australia, Malaysia, dan Papua (Plants For A Future, 2000).
Hanjeli yang berasal dari Asia Tenggara ini sudah berkembang di beberapa negara
seperti Malaysia dan Filipina. Dalam bahasa Latin lacyrma berarti air mata lalu di

Indonesia, Coix lacryma-jobi dikenal dengan berbagai sebutan antara lain Hanjeli,
Hajeli, Jelai, Jali, Japen, Jaten, Singkoru, Batu, Kemangge, Bukehang dan
Kaselori (Heyne, 1987).
Hanjeli adalah nama populer di daerah Sunda (Jawa Barat) untuk tanaman
yang bernama ilmiah Coix lacryma-jobi ini terdapat beberapa literatur menulisnya
sebagai lachryma-jobi. Nama populer di Indonesia seperti di Jawa Tengah dan
Jawa Timur adalah jali atau jali-jali. Jali memiliki nama yang bermacam-macam
seperti dalam bahasa Inggris disebut Job’s Tear (Tetesan Air Mata Ayub) dilihat
dari biji jali yang bulat menyerupai tetesan air mengilhami masyarakat Inggris
menjuluki jali sebagai nama Job (Nabi Ayyub a.s) yang luar biasa kesabarannya
menghadapi ujian kesengsaraan. Di Filipina dikenal sebagai Adlay lalu di
Malaysia dikenal dengan Mayuen dan di Arab terkenal sebutan Damu Ayub.
Kadang-kadang biji hanjeli disebut juga sebagai Chinese pearl barley (Gandum
mutiara china) dan di Jepang disebut Hatomugi (Chaisiricharoenkul et al., 2011).

Di Jawa Barat, tanaman ini ditanam petani masih secara konvensional
sebagai tanaman langka, dan dapat ditemukan di Punclut Kabupaten Bandung,
Cipongkor, Gunung Halu, Kiarapayung, Rancakalong, Tanjungsari Kabupaten
Sumedang, Sukabumi, Garut, Ciamis, Cianjur, Indramayu dan di Tepus
Kabupaten Gunungkidul DIY.

Lakkaham et.al (2009) menyebutkan ada 4 varietas hanjeli, yaitu hanjeli
ketan, hanjeli batu, hanjeli abu-abu, dan hanjeli normal. Keempat hanjeli tersebut
dapat dibedakan secara visual berdasarkan warna kulit arinya. Apabila kulit ari
pada biji jali tersebut dikelupas, maka terlihat warna biji yang putih. Di Indonesia,
masyarakat membedakan jali menjadi 2, yaitu hanjeli batu dan hanjeli ketan.
Hanjeli batu menghasilkan biji yang keras dan biasanya jenis hanjeli batu ini
tumbuh liar, sedangkan hanjeli ketan dibudidayakan untuk diambil bijinya.
Hanjeli ketan berkulit tipis dan lebih lunak dan warna kulit biji hanjeli ketan
cokelat kekuningan, kuning gading sampai ke merah jambu, dengan permukaan
kurang licin dan kurang mengkilap (Foragri, 2010 dalam Cahyani, 2010).
Jali merupakan rumpun setahun, rumpunnya banyak, batangnya tegak dan
besar, tinggi 1-3 m, akarnya kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling,
helaian daun berbentuk pita, ukuran daun 8-100 ×1,-5 cm, ujung daun runcing,
pangkalnya memeluk batang, tepinya rata. Bunga keluar dari ketiak daun dan
ujung percabangan, berbentuk bulir. Buahnya berbentuk buah batu, bulat lonjong,
pada varietas mayuen berwarna putih/biru-ungu dan berkulit keras apabila sudah
tua.
Adapun secara botanis hanjeli dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom


: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Subdivisi

: Spermatophyta

Class

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Famili


: Poaceae

Genus

: Coix

Species

: Coix lacyrma-jobi L

Gambar 1 Tanaman Hanjeli

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Hanjeli
Budidaya tanaman ini relatif mudah, karena mempunyai beberapa
keunggulan yaitu toleran terhadap kekeringan, banjir, kekurangan hara, kondisi
tanah marginal dan tumbuh baik pada kondisi iklim panas. Menurut pengamatan
yang dilakukan, beberapa petani lokal menyatakan bahwa tanaman ini hanya
membutuhkan sedikit pupuk. Namun, budidaya tanaman hanjeli tetap memerlukan
tanah yang baik, air yang cukup, sinar matahari yang cukup dan pemberian pupuk
untuk menambah unsur hara nitrogen (N) tetap diperlukan (Nurmala, 2003).
Menurut Titi Juhaeti (2015) tinggi hanjeli pada umur 5 bulan bisa mencapai 2
meter. Komoditas ini mempunyai wilayah adaptasi yang cukup luas mulai lahan

subur hingga lahan marginal. Dapat dibudidayakan dilahan tegalan yang kering
atau lahan sawah tadah hujan. Hanjeli juga toleran terhadap suhu dingin, tanah
asam ataupun basa (Rahmawati, 2003).
Tanaman hanjeli dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi
(Nurmala, 1998). Hanjeli tumbuh baik di daerah tropis yang terletak pada garis
lintang antara 0 – 22⁰ LU hingga 0 – 22⁰ LS. Dapat beradaptasi pada daerah tropis
yaitu dari dataran rendah hingga dataran tinggi sampai ketinggian 1000 m dpl
dalam tempat terbuka. Suhu optimum untuk pertumbuhan ideal yaitu sekitar 25 –
35⁰ C (Grubben dan Partohardjono, 1996). Derajat keasaman (pH) tanah yang
baik untuk hanjeli sekitar 4,3 – 7,3 dengan tanah lempung berpasir atau tanah liat
dan drainase yang baik. Jika ditanam pada kondisi ekstrem yaitu selalu basah dan
tergenang air di lahan itu jali tetap tumbuh subur. Karena, tanaman hanjeli bisa
menyesuaikan diri dnegan membentuk akar udara dan syarat utamanya yaitu
bebas naungan.
Menurut pengamatan yang dilakukan di daerah Bandung Utara, beberapa
petani lokal menyatakan bahwa tanaman ini hanya membutuhkan sedikit pupuk,
dan tidak memiliki hama dan penyakit yang cukup berarti. Pemberian pupuk
untuk menambah unsur hara nitrogen tetap diperlukan (Nurmala, 2003). Masa
panen jali sekitar 5 - 6 bulan sejak biji ditanam. Tanaman tumbuh secara vegetatif
selama empat bulan sebelum berbunga dan penyerbukan terjadi, sedangkan
pertumbuhan bijian memakan waktu dua bulan (Burnette, 2012).

2.3 Teknik Budidaya Tanaman
a) Pengolahan Lahan
Ketika akan melakukan budidaya tanaman hal yang harus dilakukan
pertama kali yaitu pembukaan dan penyiapan lahan. Penyiapan lahan diartikan
sebagai suatu kegiatan mengubah suatu kondisi lingkungan lahan yang
bervegetasi menjadi lahan yang dapat dipergunakan untuk tujuan tertentu, seperti
budidaya pertanian tanaman hanjeli. Pengolahan tanah merupakan usaha untuk
mengubah sifat tanah agar sesuai bagi kehidupan tanaman tersebut. Tanah yang
digunakan tidak cukup hanya mengandung unsur hara, namun perlu juga
menyediakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan
tanaman, yaitu udara dan air.
Pengolahan tanah bisa dilakukan dengan cara sederhana menggunakan alat
yang tradisional seperti cangkul atau alat modern (mekanisasi) seperti
menggunakan traktor. Menurut Srivastava et al., (2006) pengolahan tanah
dimaksudkan untuk memperbaiki struktur dan proses penggemburan tanah. Dalam
pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman
dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Dalam
melakukan pembalikan tanah pertama (pembajakan) diupayakan 90o dari
kemiringan tanah. Hal ini diupayakan supaya lahan menjadi lebih rata. Kedalaman
pemotongan dan pembalikan pada tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm.
Sedangkan,

pengolahan

tanah

kedua

(penggaruan)

bertujuan

untuk

menghancurkan bongkahan tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar
menjadi kecil, serta sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi
lebih halus, sehingga akan mempercepat proses pembusukan.

Pengolahan tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman hanjeli yaitu
pengolahan tanah maksimum. Pengolahan tanah maksimum merupakan
pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan
permukaan tanahnya rata. Setelah pembajakan pertama tersebut selanjutnya pupuk
organik bisa disebar merata kemudian digaru, agar pupuk organik dan tanah bisa
tercampur. Pupuk organik padat yang digunakan dapat berupa pupuk kandang
atau pupuk bohasi.
b) Benih Tanaman
Penanaman hanjeli diawali dengan persiapan benih yang sehat dan bernas,
namun tidak semua benih hanjeli bisa disimpan (dormansi) sebelum penanaman
karena hanjeli jenis pulut tidak memiliki masa dormansi, tidak seperti hanjeli batu
dengan masa dormansi sampai 4 bulan. Ketika akan menyimpan benih seharusnya
tidak lebih dari jangka waktu panjang karena jika disimpan sudah terlalu lama
yaitu sekitar 1 tahun maka daya tumbuh sangat menurun. Untuk kebutuhan benih
per Ha adalah 10 kg (Apit Supriatna, et al, 2015).
Penyimpanan biji sebaiknya dilakukan sebelum disosoh (berkulit biji
keras) dalam kondisi kering dengan kadar air 13%, dapat tahan lebih lama
dibandingkan dengan biji sorgum, atau dengan menyimpan dalam bentuk beras
hanjeli (hanjeli pecah kulit), dimasukkan ke dalam wadah yang kering, dengan
kelembaban (RH) rendah dan suhu (T) rendah. Dengan teknologi yang lebih maju,
biji dapat disimpan dalam kemasan plastik kedap udara. Secara umum tanaman ini
ada dua macam, yaitu varietas yang dibudidayakan dan varietas liar.



Varietas ma-yuen
Jenis yang dibudidayakan varietas ma-yuen memiliki peranan penting

sebagai sumber pangan dan obat tradisional khususnya Chinese medicines. Jenis
ini memiliki cangkang yang tipis dan mudah dipecahkan, sehingga mudah untuk
mendapatkan biji dalamnya untuk bahan makanan. Jenis ini pun memiliki sedikit
variasi, misalnya jali beras dan jali ketan.


Varietas lacryma-jobi
Jenis yang liar (var. stenocarpa, var. monilifer) seringkali dianggap

sebagai gulma, karena mudah sekali tumbuh secara liar. Jenis ini memiliki
cangkang yang sangat keras bagaikan batu, sulit dipecahkan. Biasanya jenis jali
batu tumbuh liar. Sebab tanamannya membentuk rimpang yang mampu bertahan
pada musim kemarau. Pada musim penghujan, rimpang hanjeli batu ini akan
tumbuh lagi untuk membentuk rumpun baru. Tanaman hanjeli batu tumbuh lebih
pendek, namun dengan rumpun lebih padat. Batang jali batu hijau gelap. Tinggi
tanaman jali batu hanya sekitar 1 m, dengan jumlah tanaman dalam tiap rumpun
mencapai belasan individu. Daun tanaman jali batu lebar, pinggirnya
menggelombang dan warnanya hijau gelap. Lebar helai daun 5 cm, dengan
panjang 60 m. Daun tumbuh pada tiap ruas batang dengan membentuk seludang
(pelepah daun).

Gambar 2 Contoh Bibit Hanjeli di Pasaran

c) Penanaman
Setalah ditentukan bibit yang dipilih, selanjutnya adalah persiapan
penanaman yaitu pembuatan jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan harus
sesuai dengan kondisi lahannya. Pada kondisi lahan subur sebaiknya digunakan
jarak tanam agak lebar dibanding lahan yang kurang subur. Karena, pada tanah
subur pertumbuhan tanaman lebih besar sehingga membutuhkan ruang tumbuh
yang lebih lebar (Wahyudin, et al, 2016).
Tanaman hanjeli merupakan tanaman yang termasuk berumpun, dalam
satu rumpun dapat mencapai 25 – 35 anakan dengan ketinggian sekitar 2 m.
Dalam satu rumpun dapat terdiri banyak tunas, kalau dalam 1 lubang ditanam 2
biji, maka dalam satu rumpun akan tumbuh sekitar 7 - 10 tunas pada masa panen
pertama dan pada masa panen ke-2 akan menjadi lebih banyak lagi. Hal pertama
untuk penanaman dibuatkan untuk lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm
dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm, artinya jarak antar baris 70 cm dan jarak
dalam baris 50 cm dan tiap lubang tanam diberi 2 benih hanjeli. Selain itu
berdasarkan teknik budidaya hasil penelitian di fakultas pertanian UNPAD bisa

menggunakan pengaturan jarak tanam, yaitu 40 cm x 60 cm, dengan 2 – 3 biji per
lubang tanam.
Berdasarkan jurnal Wahyudin, et al (2016) yang berjudul “Respon
Tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) Akibat Kombinasi Jarak Tanam Dengan
Dosis Pupuk Organik Cair di Kecamatan Rancakalong” menyatakan dalam hasil
percobaannya bahwa kombinasi jarak tanam 50 cm x 50 cm dengan tambahan 30
L ha-1 pupuk organik cair merupakan perlakuan yang dapat menigkatkan
komponen hasil dan hasil pada tanaman hanjeli.

Gambar 3 Pola Penanaman

d) Pemupukan
Berdasarkan teknik budidaya hasil penelitian di fakultas pertanian
UNPAD untuk pemupukan dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk NPK
sebanyak 2 kg/ha yang dilakukan pada saat tanam dan membenamkan 10 gr
pupuk NPK majemuk per tanaman. Pemupukan susulan dilakukan menjelang
pembuahan sebanyak 100 kg/ha NPK. Karena tanaman hanjeli merupakan
tanaman yang responsif terhadap pemupukan (Titi Juhaeti, 2015).
Pupuk organik padat bermerk dagang MOSA GOLD yang berisi nutrisi
yang dibutuhkan oleh tanaman termasuk hanjeli juga mengandung mikroba

pendukung seperti Azocobacter sp, Azosprillium sp, Pseudomonas sp,
Lactobacillius sp dan Bacillus sp ini mampu sebagai pembenah tanah, yakni
merombak sisa-sisa pupuk kimia yang masih ada dalam tanah sehingga dapat
diserap tanaman. MOSA GOLD ini dapat bertahan dalam tanah kira-kira 6 bulan,
sehingga memberikan nutrisi secara bertahap (slow release) pada tanaman hanjeli.
Sehingga kebutuhan pupuk organik untuk budidaya hanjeli tiap 1.000m²
diperlukan 1 botol MOSA GOLD (500 g).
Setelah pemupukan maka hal yang harus diperhatikan lagi dalam usaha
perawatan yaitu penyiangan. Penyiangan pertama ini dilakukan pada saat tanaman
berumur 15 hari setelah tanam (HST). Lalu penyiangan kedua dilakukan pada
saat tanaman berumur 28 – 30 hari setelah tanam (HST) pada saat sebelum
dilakukan pemupukan kedua.

Gambar 4 Pupuk Organik Padat

e) Penyiraman dan Penyiangan
Pada tanaman hanjeli penyiraman hanya dilakukan pada musim kemarau
saja karena penyiraman ini dilakukan bila tidak ada hujan atau irigasi. Penyiraman
tanaman hanjeli sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau siang hari. Untuk itu cara
mudahnya anda bisa melihat kelembaban tanah, jika dirasakan masih basah atau

sedikit tergenang maka tidak perlu menyiramnya lagi, begitu juga sebaliknya jika
kering maka harus menyiramnya.
Pada dasarnya penyiangan bertujuan untuk pengendalian gulma.
Penyiangan bisa dilakukan dengan menggunakan cangkul kecil atau kored untuk
membersihkan rumput hingga bersih sampai akarnya. Penyiangan dilakukan pada
saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (HST). Saat penyiangan pertama
pada baris sebelah kanan dibumbun dengan cara menaikkan tanah ke arah pangkal
batang hanjeli. Pembumbunan bertujuan batang hanjeli tidak mudah roboh dan
tanah sekitar pangkal batang menjadi gembur.
Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari setelah
tanam (HST). Pada saat penyiangan kedua juga tersebut dilakukan pembumbunan
pada baris sebeah kiri pangkal batang. Namun, selain itu ada penyiangan atau
pengendalian gulma pada tanaman hanjeli paling baik adalah dengan manual yaitu
mencabut gulma sampai ke akarnya. Selain itu ada penjarangan dilakukan bila
tanaman tumbuh tidak teratur, disesuaikan dengan ruang tumbuh yang ada.
f) Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila terdapat serangan, namun
hanjeli relatif lebih sedikit hama dan penyakitnya. Begitu juga persaingan dengan
gulma, diduga tanaman hanjeli mempunyai alelopati sehingga dapat bersaing
dengan gulma. Hama dan penyakit pada tanaman hanjeli belum banyak
dilaporkan karena tanaman ini saat di budidayakan hampir tidak ada organisme
pengganggu tanaman yang menyerang. Oleh karena itu, keunggulan dari tanaman
hanjeli adalah sedikit hama dan penyakitnya karena belum ditemukan serangan
hama dan penyakit sehingga tidak perlu pestisida.

Hama uret menyerang tanaman hanjeli pada lahan tanah berpasir / gravel.
Larva memakan akar tanaman hingga akar putus. Tanaman yang diserang bisa
mati karena akarnya terputus. Larva/uret tumbuh cepat, saat 2,5 bulan tubuh bisa
mencapai 4 cm. Siklus hidup dari telur hingga dewasa adalah 380 hari. Pada
tanaman yang sudah tua akan mudah ambruk dan tidak akan berkembang karena
pertumbuhannya terhambat. Cara paling mudah adalah mencabut atau menggali
tanah di sekitar perakaran tanaman. Apabila diketemukan uret dalam jumlah
banyak, dapat dipastikan di lahan tersebut menjadi sarang bagi perkembang
biakan uret.
g) Panen dan Pascapanen
Seminggu pascatanam, tanaman akan memunculkan 25 – 35 batang
anakan. Hanjeli berbunga pada kisaran umur 68 – 125 HST atau sekitar 3 bulan
pascatanam dan siap panen sebulan kemudian yaitu sekitar 4 bulan atau berkisar
141 – 181 HST, rata-rata 165 HST (Nurmala, 2003). Panen hanjeli dilakukan pada
saat sudah matang fisiologis, yang ditandai dengan tanaman mulai mengering,
buah menua, biji telah berisi (bernas), keras bila ditekan dengan tangan, berwarna
putih mengkilap dan berdasarkan deskripsi, mulai dipetik sampai ketiak daun.
Indeks panen hanjeli yaitu 0,3 – 0,4, aitinya dari 1 kg biji hanjeli dihasilkan 0,3 –
0,4 kg beras hanjeli.
Cara panen hanjeli yaitu batang dipotong dan di sisakan sekitar 30 cm di
atas tanah lalu batang yang tersisa itu akan tumbuh kembali membentuk rumpun
pada tujuh hari usai panen. Batang itu bisa dipertahankan hingga 4 kali panen,
setelah itu dibongkar dan diganti dengan bibit baru (Triono, 2000). Namun hasil

yang di dapatkan tidak akan sebagus tanaman awal, bisa berkurang sampai 50%.
Maka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik memerlukan tambahan nutrisi.
Batang hanjeli yang sudah dipanen lalu diperam selama semalam agar
buah hanjeli mudah rontok dan keesokan harinya hanjeli dipukulkan pada papan
perontok seperti panen padi. FAO dan PROSEA melaporkan bahwa hanjeli
bereproduksi 2 - 4 ton tanpa kulit per hektar dengan persentase penggilingan
(sejumlah biji yang telah dikuliti) 30 – 50% (Burnette, 2012).
Beberapa tahapan untuk kegiatan pascapanen pada tanaman hanjeli yaitu
meliputi pertumbuhan yang dimana mulai terdapat malai kemudian dipanen
bijinya lalu di keringkan (perontokan). Pada awal kegiatan perontokan, petani
merontok dengan cara menginjak-injak (iles), membanting (gebot) dan memukul.
Bahkan ada petani yang menggunakan sepeda motor dengan menjalankannya
diatas hamparan hanjeli yang akan dirontok. Seiring dengan perkembangan
teknologi, proses perontokan semakin berkembang dan secara garis besar terbagi
menjadi tiga kategori yaitu secara manual dengan menggunakan alat gebot, pedal
threser serta mesin power threser (Herawati, 2008).
Kehilangan hasil selama panen dan perontokan merupakan beberapa
masalah yang biasa dialami oleh para petani yang hingga saat ini belum dapat
dicegah. Hal ini dapat terjadi bukan karena kurangnya penerapan teknologi
terhadap proses pemanenan dan perontokan, akan tetapi diakibatkan oleh adanya
permasalahan non teknis dan masalah sosial. Salah satu masalah yang dihadapi
dalam penanganan panen dan pascapanen yaitu masih kurangnya kesadaran dan
pemahaman para petani terhadap susut yang terjadi (Hasbullah, 2011).

Selanjutnya biji yang sudah kering di giling yang dinamakan pengeringan
dan dilakukan penyosohan. Penyosohan atau kata lain membersihkan adalah
pengupasan kulit hanjeli yang merupakan tahapan paling penting dari keseluruhan
proses, terdapat penyosohan pertama dan penyosohan kedua. Selanjutnya ada
penampian asal kata dari menampi menurut KBBI adalah membersihkan (beras,
padi, kedelai termasuk hanjeli) dengan nyiru digerak-gerakan turun naik dan nyiru
adalah alat untuk menampi (penampi). Penampian pertama biji hanjeli kulitnya
dipecahkan dan pada penampian kedua biji hanjeli dibersihkan dan tahap terakhir
dari panen tanaman hanjeli adalah penggilingan yang dimana biji di giling
menjadi tepung hanjeli.
Selain teknik tradisional seperti diatas ada juga teknik secara modern yaitu
menggunakan alat dikenal dengan Rubber Roll yang berfungsi sebagai perontok
hanjeli. Penggunaan rubber roll sebagai perontok biji hanjeli merupakan suatu
terobosan dalam mekanisasi perontokan karena biasanya rubber roll difungsikan
sebagai alat pada proses pengupasan ataupun penggilingan padi (Nofriadi, 2007).
Rubber roll ini digunakan dalam sistem perontokan hanjeli karena adanya
perbedaan karakteristik antara tanaman padi dan tanaman jali. Penggunaan rubber
roll ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil perontokan yang optimal seperti
menghindari tercampurnya seresah (potongan) batang tanaman ataupun daun yang
ikut tercabik apabila menggunakan power threser, memaksimalkan perontokan
biji dari batang menggunakan prinsip gaya yang bekerja dari sepasang rubber roll
yang berputar berlawanan arah, dan menghindari biji jali rusak (pecah) akibat
proses perontokan.

Produk hanjeli bisa berupa beras atau berupa tepung.agar produk dapat
berupa tepung maka dilakukan penggilingan menjadi tepung hanjeli.

Gambar 5 Biji saat dipanen

Gambar 6 Biji setelah dibersihkan

2.4 Kandungan dan Manfaat Tumbuhan Hanjeli
Duke (1983) menyatakan bahwa protein yang terdapat dalam biji hanjeli
bermacam-macam yang terdiri atas asam amino tyrosine, arginine, histide, asam
glutamate, lysine dan leusine. Selain kaya akan protein, biji hanjeli juga
mengandung lemak essensial, asam lemak miristat dan palmitat. Asam lemak
essensial terdiri atas 45-55%, asam oleat 35%, dan asam linoleat 39% (Lau,
2003).
Masyarakat setempat sudah biasa menikmatinya hasil olahan hanjeli ini
sebagai bubur, tape, dodol dan sebagainya. Selain sebagai sumber pangan pokok,
hanjeli juga sangat potensial sebagai tanaman obat. Hanjeli sebagai tanaman obat
herbal fusngsional untuk mengobati penyakit diabetes, osteoporosis, dan saluran
pencernaan. Sebagai bahan obat herbal juga, hanjeli dipercaya memiliki berbagai
khasiat seperti peluruh air seni, dan antitumor (kanker). Sumber zat aktif obat
diperoleh baik dari biji maupun dari ekstrak akarnya. Khasiat sebagai antitumor
telah diteliti secara ilmiah misalnya oleh Numata, et al. (1994). Zat aktif dalam
hanjeli disebut coixenolide. Pada hanjeli kultivasi digunakan tersebar sebagai

pangan dan pakan, tetapi hanjeli liar (var. stenocarpa, var. monilifer) umumnya
digunakan sebagai ornament dan dibentuk menjadi kalung tasbih (Purseglove,
1972 dalam Apirattananusorn, 2008).
Menurut Chaisirichharoenkul, et al (2011), hanjeli telah banyak digunakan
pada pengobatan tradisional Cina karena mengandung anodin, anti-inflamasi,
antipiretik, antiseptic,

antispasmodic,

hipoglikemik,

hipotensif, sedative,

dan vermifuge (Plants For A Future, 2000). Di Jepang dan Thailand digunakan
sebagai penambah sup pada makanan yang merupakan alternatif makanan yang
sehat. Percobaan yang telah dilakukan terhadap manusia dan hewan bahwa
mengkonsumsi biji hanjeli dapat meningkatkan metabolisme lemak sehingga
dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Beberapa komponen bioaktif hanjeli
terutama coixenolide dapat

menghambat

tumor,

mencegah

kanker,

dan

melindungi dari inveksi virus (Hung dan Chang, 2003).
Tidak hanya berpotensi sebagai obat, tumbuhan yang tergolong serealia ini
juga berpotensi sebagai sumber pangan karena memilki rasio protein karbohidrat
yang tinggi. Bila dibandingkan dengan gandum, biji hanjeli memilki jumlah fosfor
dan besi yang lebih tinggi, kandungan lemak dua kali lipat lebih banyak, dan
protein, vitamin B kompleks serta energi yang setara (Plants For A Future,
2000). Di Indonesia, hanjeli terdapat di hampir seluruh provinsi dan banyak
dimanfaatkan sebagai makanan camilan atau dikonsumsi pada masa paceklik.
Pada biji hanjeli tidak terdapat gluten, sehingga tidak akan tejadi
pengembangan adonan saat pemanggangan (Grubben dan Partohardjono, 1996).
Oleh karena itu, penggunaan tepung hanjeli dapat dipergunakan sebagai tepung
campuran untuk memberi rasa tertentu pada produk pangan berbasis tepung.

Menurut Sulaeman et al., (1993), tepung hanjeli dapat disubstitusikan dalam
tepung terigu untuk membuat berbagai produk olahan. Hal ini karena tepung jali
memilki pH antara 4,75 - 5,75 yang hampir sama dengan tepung terigu dan
mengandung 19,97% amilosa yang hampir sama dengan tepung terigu (19,91%).
Di beberapa supermarket ada yang menjual produk hanjeli RRC, harganya
kurang lebih mampu mencapai Rp 125.000,- per kilo. Sedangkan di daerah
Punclut Lembang, Kabupaten Bandung, hanjeli lokal harga per kilonya berkisar
Rp 20.000,- hingga Rp 25.000,- di petani setempat. Karena hasil olahan dapat
dijual di sekitar pasar Cirebon dengan harga Rp. 30.000,- per kilogram atau bisa
juga dipasok sebagai bahan baku di industri nabati. Selain di supermarket terdapat
juga di pasar tradisional dengan harga sekitar Rp 10.000,- per 2 ons. Hanjeli ini
yang disebut hanjeli pulut yang siap dikembangkan sebagai tanaman pokok.
Proses pembuatan bubur hanjeli dapat memasak biji hanjeli menjadi bubur
dengan gula secukupnya untuk sarapan setiap pagi. Bila hanjeli rasanya tawar,
maka dapat memakai daun pandan dan sedikit gula.
Sebagai bahan makanan, beberapa potensi pemanfaatan biji hanjeli adalah :


Sebagai campuran beras, ataupun digunakan sendiri sebagai nasi hanjeli.



Sebagai campuran makanan sereal lainnya, misalnya campuran havermut
(oatmeal), seperti produk yang dibuat oleh salah satu produsen makanan
sereal terkemuka Taiwan.



Bubur hanjeli dengan rasa manis seperti bubur kacang hijau dan sebagai
teman kolak terbuat dari hanjeli jenis buah lunak.



Biskuit sumber energi dari hanjeli.



Difermentasi seperti tape ketan.

Gambar 7 Oetmeal dari Taiwan

Gambar 8 Nasi hanjeli

Gambar 9 Beras hanjeli

Gambar 10 Bubur hanjeli

Gambar 11 Biskuit dari hanjeli

Gambar 12 Biji hanjeli

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahan pangan
utama selain padi adalah hanjeli (Coix lacryma-jobi L). Berasal dari Asia Selatan
dan Asia Timur yang menyebar ke Cina, Mesir, Jerman, Haiti, Hawai, Jepang,
India, Indonesia, Panama, Philipina, Taiwan, Amerika, Venezuela, Australia,
Malaysia. Budidaya tanaman ini relatif mudah, karena mempunyai beberapa
keunggulan yaitu toleran terhadap kekeringan, banjir, kekurangan hara, kondisi
tanah marginal dan tumbuh baik pada kondisi iklim panas.
Masyarakat setempat sudah biasa menikmatinya hasil olahan hanjeli ini
sebagai bubur, tape, dodol dan sebagainya. Selain sebagai sumber pangan pokok,
hanjeli juga sangat potensial sebagai tanaman obat. Hanjeli sebagai tanaman obat
herbal fusngsional untuk mengobati penyakit diabetes, osteoporosis, dan saluran
pencernaan. Selain itu masih banyak manfaatnya yang bisa digunakan tepung
hanjeli sebagai tepung campuran untuk memberi rasa tertentu pada produk
pangan, bisa dijadikan bubur, nasi pengganti beras dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Apit Supriatna, Fiky Yulianto Wicaksono dan Yustiana. Pengembangan
Plasmanutfah Hanjeli (Coix Lacryma-Jobi L.) Sebagai Pangan Potensial
Berbasis Tepung Di Kawasan Punclut Kabupaten Bandung. PS Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran PKMK-2-4-1
Chaisiri charoenkul, Worapaka Manosroi, Aranya Manosroi. 2011. In vitro anticancer activities of Job’s tears (Coix lachryma-jobi Linn.) extracts on
human colon adenocarcinoma. Saudi Journal of Biological Sciences.
Pages 248-256
Duke J.A. (1983). Coix lacryma-jobi L. Hand Book of Energy Crops: USA
Eko Purwanto. 2017. Teknis Budidaya Hanjeli/Jali Organik. Melalui
http://agrokomplekskita.com [27/09/2017]
Gruben, G. J. H. and S. Partohardjono. 1996. Plant Resourcees of South – East
Asia No. 10 Cereals. PROSEA Foundation: Bogor.
Hasbullah, R dan R. Indaryani. 2011. Penggunaan Mesin Perontok untuk
Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah. Prosiding Seminar
Nasional Perteta Vol 11: 114-124.
Herawati. 2008. Penentuan Umur Simpan Produk Pangan. Dalam Jurnal Litbang
Pertanian. 27 (4)
Huang BW, Chiang MT, Yao HT. 2005. The Effect Of Adlay Oil On Plasma
Lipids, Insulin And Leptin In Rat. Phytomedicine 12 (6-7): 433- 439
Humas IPB. 2017. Bipower, Biskuit Sumber Energi dari Hanjeli yang Terlupakan.
Melalui http://megapolitan.antaranews.com [27/09/2017]
Imam H. N, Fitriyani. 2015. Pemanfaatan Biji Jali (Coix Lacryma Jobi-L)

Termodifikasi Dalam Pembuatan Flakes Sereal. Universitas Islam AlIhya: Kuningan
Jasmidir, Nofriadi. 2007. Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi Skala Kecil.
Jurnal Teknik Mesin Vol. 4 No. 2 : 83-90
Juhaeti, Titi. 2015. Jali (Coix Lacryma-Jobi L.; Poaceae) Untuk Diversifikasi
Pangan: Produktivitas Pada Berbagai Taraf Pemupukan. Berita Biologi
Vol. 14(2): 163-168
K, Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Volume 3. Yayasan Sarana Wana
Jaya: Jakarta
Masyaril Ahmad. 2015. Biji Jali, Biji Sehat Kaya Manfaat yang Sudah
Terlupakan. Melalui https://www.cnnindonesia.com [28/09/2017]
Nurmala, Tati. 1998. Serealia Sumber karbohidrat Utama. Rineka Cipta: Jakarta
Nurkhamidah. 2003. Variasi Fenotipik Beberapa Karakter Penting dan Hasil
Pada Tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) di Arjasari Kabupaten
Bandung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran: Jatinangor
Nurmala, T. 2003. Prospek Jali (Coixlacryma-jobi L.) sebagai Pangan Serealia.
Gramedia: Jakarta
Nurmala, Tati. 2011. Potensi dan Prospek Pengembangan Hanjeli (Coix lacrymajobi L ) sebagai Pangan Bergizi Kaya Lemak untuk Mendukung
Diversifikasi Pangan Menuju Ketahanan Pangan Mandiri. Vol. 20 No. 1 :
41-48
Nurmala, Tati. 2016. Potensi Hanjeli Sebagai Tanaman Pangan Eksklusif dan
Multiguna

di

Desa

Jatiwangi.

Melalui

http://kknm.unpad.ac.id

[27/09/2017]
Plant for a Future. 2000. Coix lacryma-jobi L. Plant for a Future: Data Base
Search Result.

Purnomo Sidik. 2013. Hanjeli Potensial Gantikan Padi. Melalui
http://www.unpad.ac.id/ [27/09/2017]
Rahmawati, D.E. 2003. Estimasi Heritabilitas dengan Metode Regresi Tetua –
Turunan ( Parents – Offspring Regression ) dan Kemajuan Genetik
Beberapa Karakter Penting Hanjeli ( Coix lacryma – jobi L. ) di Arjasari.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Rony Irawanto, Dewi Ayu L, R. Hendrian. 2017. Jali (Coix lacryma-jobi L.): Biji,
Perkecambahan dan Potensinya. Vol. 3 (1): 147-153
Srivastava, Ajit K, Carroll E. Goering, Roger P. Rohrbach, dan Dennis R.
Buckmasters. 2006. Soil Tillage. In Enginering Principles of Agricultural
Machines, 2nd ed. St.Joseph: Michigan
Sudarminto Setyo, Y. 2015. Jali (Coix lacyrma jobi-L). Melalui
http://darsatop.lecture.ub.ac.id [27/09/2017]
Wahyudin. A, Ruminta Y, Yuwariah, M. Fauzi. 2016. Respon Tanaman Hanjeli
(Coix Lacryma-Jobi L.) Akibat Kombinasi Jarak Tanam Dengan Dosis
Pupuk Organik Cair Di Kecamatan Rancakalong. Jurnal Kultivasi Vol.
15(3): 187-193
Widhi Cahyani. 2010. Substitusi jagung (Zea mays) Dengan Jali (Coix lacyrmajobi L) Pada Pembuatan Tortila: Kajian Karakteristik Kimia dan Sensori.
Fakultas Pertanian UNS: Solo
Zenzen Zainudin. 2016. Cara Budidaya Hanjeli. Melalui
http://www.agrotani.com [27/09/2017]