PENGESAHAN PROPOSAL P K M PENELITIAN

i
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1.

2.
3.

4.

5.

6.
7.

Judul Kegiatan
:
FORMULASI EKSTRAK BUAH KARAMUNTING (OCHTHOCHARIS
BORNENSIS) DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA SECARA IN
VITRO
Bidang Kegiatan

: PKM-KC
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Virna Yolanda Alvonianita
b. NIM
: PO.62.31.3.14.227
c. Jurusan
: Gizi
d. Politeknik
: Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Palangka Raya
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
: Jln. Gurame 1A nomor 50 / 085752530852
f. Alamat email
:virnnayolanda@gmail.com
Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
Anggota 1
: Atlantiara Aditya Putri
Anggota 2
: Rina Iriana

Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Teguh Supriyono, STP, M.Si
b. NIDN
:
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
:
Biaya Kegiatan Total
Dikti
: Rp 5.000.000
Jangka Waktu Pelaksanaan
: satu bulan
Palangka Raya, Oktober 2016
Menyetujui
Dosen Pembimbing

Teguh Supriyono, STP, M.Si
NIP.

Ketua Pelaksana Kegiatan


Virna Yolanda A.
NIM. PO.62.31.3.14.227

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang memiliki iklim tropis dan tanah yang subur
mempunyai banyak tanaman yang dapat tumbuh secara liar. Tumbuhan
karamunting (Ochthocharis bornensis) adalah salah satu tumbuhan liar yang
dapat tumbuh pada tempat yang mendapat sinar matahari cukup,seperti di
semak belukar,lapangan yang tidak terlalu gersang.
Di wilayah Kalimantan Tengah buah karamunting atau disebut juga
dengan buah masisin adalah semacam berry khas dayak, sangat banyak
ditemukan di hutan dan padang ataupun di lahan kosong berpasir yang
berada di wilayah Kalimantan Tengah. Anak-anak dayak umum mengambil
buah ini, rasanya manis kalau sudah “MARIPU” atau sudah agak ungu
kehitaman.

Karamunting (Ochthocharis bornensis),ternyata mempunyai beberapa
khasiat, meskipun dari penampakan kurang menarik. Di beberapa daerah
dikenal dengan nama yang berbeda, di Pekanbaru disebut dengan
Kalamunting, di Sumatera Utara dikenal dengan nama Haramonting dan di
Jawa Barat dikenal dengan nama Harendong Sabrang. Karamunting tumbuh
seperti semak-semak. Menjelang matang, warna buah yang semula berwarna
hijau menjadi merah kecokelatan sampai hitam dan bisa dikosumsi.
Ciri-ciri tumbuhan ini termasuk dalam kelompok perdu,daun
tunggal,permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun
membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga karamunting ini
termasuk bunga majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, bagian buahnya
dapat dimakan, dan mempunyai biji berukuran kecil.(Nasution ,2010)
Buah karamunting banyak mengandung antioksidan dan menunjukkan
efek hemostatik dalam saluran pencernaan bagian atas dan melawan
metrorrhagia penyebab pendarahan pada wanita. Buah juga dapat menaikkan
tingkat hemoglobin dan jumlah sel darah merah, antianoxic, rasa dingin, dan
mampu melawan kelelahan organisme. Buah karamunting dan ekstrak
akarnya menghambat Staphylococcus aureus dan E. coli. Akar Karamunting
juga bisa meningkatkan trombosit, fibrinogen, dan otot kontrak pembuluh
darah halus. Selain itu buah ini juga bermanfaat untuk mencegah berbagai

penyakit seperti untuk penyakit diabetes melitus dan menetralkan racun.
Diabetes melitus merupakan penyakit keturunan namun genetik bukan
satu-satunya faktor yang menyebabkan diabetes,faktor makanan juga turut
menjadi penyebab timbulnya penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus
adalah kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih
tinggi daripada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin
atau fungsi insulin tidak efektif.(Subroto,2006)

2

Oleh karena itu pada penelitian ini kami melakukan beberapa pengolahan
pada buah karamunting yaitu untuk dijadikan ekstrak buah karamunting
karena buah ini bekhasiat untuk menurunkan kadar glukosa. Menurut
Christelle M.Andre,dkk buah karamunting ini juga memiliki kandungan
kromium 0,01 mg per 150 mg dari sajian yang disarankan, dimana kromium
merupakan mineral yang berfungsi untuk mengendalikan metabolisme insulin
dalam tubuh, sehingga dianggap sebagai faktor pengendali kadar gula darah
(glucose tolerance factor/GFT). Kandungan karamunting selanjutnya yaitu
glukosa 4,03 gram, kandungan glukosa didalam buah ini digunakan untuk
energi atau disimpan didalam sel-sel otot. Buah karamunting ini juga

mengandung serat larut air si 1,86 SDF, karena kandungan glukosa buah
karamunting ini cukup tinggi sehingga terdapat kandungan lain yaitu serat
larut air yang berfungsi untuk mengikat glukosa, sehingga dapat mengontrol
glukosa darah. Kandungan fruktosa pada buah karamunting ini 3,31 gram,
fruktosa buah ini merupakan gula alami yang terdapat didalam buah
karamunting dan fruktosa ini dapat memberikan rasa manis yang alami pada
sirup buah yang akan dibuat dan meningkatkan rasanya.
Selain itu untuk menguji apakah ekstrak buah karamunting ini bekhasiat
untuk menurunkan kadar glukosa maka kami akan melakukan percobaan pada
formulasi ekstrak buah karamunting ini dengan menggunakan metode uji
spektrofotometri.
B. Perumusan Masalah
Banyak buah-buahan yang sering dijumpai tumbuh liar atau tidak ditaman
secara khusus serta menyimpan khasiat yang baik bagi tubuh, salah satu
buah-buahan tersebut yaitu buah karamunting. Tanaman karamunting ini
terdiri dari beberapa bagian seperti bunga, daun dan akar. Buah karamunting
ini mempunyai pertumbuhan yang cepat dan mencapai ketinggian 4-12 m.
Buah karamunting ini dapat diolah menjadi beberapa produk salah satunya
kami ingin membuat produk yaitu ekstrak buah dari buah karamunting. Kami
menggunakan karamunting ini karena banyak khasiat yang dihasilkan dari

buah karamunting ini, seperti untuk menurunkan kadar gula darah sehingga
mengurangi terjadinya diabetes melitus. Selain karena khasiat dari buah
karamunting tersebut, kami menggunakan buah ini karena masih belum
banyak yang melakukan penelitian tentang buah karamunting ini, dan untuk
tanaman buah karamunting ini masih banyak dijumpai di wilayah Kalimantan
Tengah khususnya di Kota Palangka Raya.

3

C. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan penelitian yaitu :
1. Pemanfaatan buah karamunting untuk menurunkan kadar glukosa.
2. Pengolahan buah karamunting menjadi produk yang siap dikonsumsi
dalam bentuk ekstrak buah karamunting.
3. Meningkatkan variasi dalam pengolahan karamunting agar dapat
diterima di masyarakat dan dapat digunakan sebagai obat herbal.
D. Luaran Yang Diharapkan
1. Memperoleh kondisi pengolahan yang optimum dalam pembuatan sirup
buah karamunting.
2. Seminar sumber pangan fungsional.

E. Manfaat Program
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa buah karamunting
dapat dimanfaatkan menjadi olahan berupa sirup buah karamunting
dengan melewati beberapa proses yaitu dijadikan sari buah terlebih
dahulu kemudian memadukkannya dengan larutan gula berkadar rendah.
2. Pemahaman terhadap peningkatan mutu bahan pangan dan dengan
demikian kebutuhan bahan pangan yang berkualitas dapat terpenuhi.
3. Pemanfaatan buah karamunting ini diharapkan dapat mengurangi dampak
dari peningkatkan kadar gula darah yang akhirnya akan menjadi penyakit
diabetes melitus karena kadar gula darah tidak dapat dikendalikan.
4. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang pengembangan
ilmu pengetahuan obat tradisional khususnya buah karamunting sebagai
obat tradisional untuk menurunkan kadar gula darah. Serta dapat menjadi
referensi atau pustaka dalam penelitian selanjutnya.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Karamunting
1. Pengertian Karamunting
Tumbuhan karamunting (Ochthocharis bornensis) adalah tumbuhan liar
pada tempat yang mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng
gunung, lapangan yang tidak terlalu gersang. Ciri-ciri tumbuhan ini
termasuk dalam kelompok perdu, daun tunggal, pangkal daun membulat,
tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk bunga majemuk
berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat dimakan (Sutomo, dkk.,
2010).
2. Klasifikasi Karamunting
Berdasarkan hasil identifikasi sampel tumbuhan karamunting yang
dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian
Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, diperoleh
klasifikasi tumbuhan sebagai berikut :
Nama daerah
: Karamunting
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnolophyta

Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Genus
: Ochthocharis
Famili
: Melastomataceae
Spesies
: Ochthocharis bornensis BI
3. Morfologi Karamunting
Tumbuhan karamunting adalah termasuk familli Myrtaceae (suku jambujambuan). Karamuntingadalah sejenis tanaman liar dengan pohon
berkayu. Di padang-padang terbuka tingginya hampir setinggi orang
dewasa (tingginya dapat mencapai 4 meter). Daunnya keras, panjang 5-7
cm dan luasnya 2-3,5cm, oval, ujungnya dari tumpul sampai dengan
tajam, di bagian atas hijau mengkilap, dan di bagian bawah lebih abu-abu.
Bunganya tersembunyi atau dalam 2 atau 3 kelompok. Buahnya dapat
dimakan, panjang 10-15mm, berwarna ungu hitam (Sutomo dkk, 2010).
4. Kandungan Gizi Karamunting
Komposisi fisika-kimia , asam amino , dan profil mineral dari buah

karamunting (sim) , dinyatakan secara berat kering ( DW ) dan per porsi
( 150 gram buah karamunting ) . Kontribusi satu sajian untuk asupan

5

harian yang direkomendasikan ( RDI
CS ) .
K o n s t i t u e n
Per 100 g berat kering
Keasaman Titrasi (g CAE) 0 . 4 3 ± 0 . 0 3
Bahan Kering (g) 1
0
0
L e m a k
( g ) 4.19 ± 0.07
P r o t e i n
( g ) 4.00 ± 0.12
A b u
( g ) 1.98 ± 0.05
Jumlah serat makanan (g) 6 6 . 5 6 ± 2 . 3 1
Serat makanan larut (SDF) 5 . 0 6 ± 1 . 4 9
Seratmakanan tidak larut (IDF) 6 1 . 4 9 ± 0 . 8 5
P e rb an di ng an S D F /I D F
H e m i s e l u l o s a 14.09 ± 0.28
S e l u l o s a 28.33 ± 0.38
L
i
g
n
i
n 16.53 ± 0.22
G u l a
( g ) 1 9 . 9 6
G l u k o s a 1 0 . 9 7
F r u k t o s a 8
.
9
9
Asam askorbat (mg) 1 5 . 2 9
a-Tocopherol (mg) 1 0 . 5 8
kandungan energi
(Kcal)i
A s a m A m i n o ( m g ) 100 g berat kering
E
s
s
e
n
I s o l e u c i n e 1 0 5 . 4 1
L e u c i n e 1 9 0 . 7 6
L
y
s
i
n
e 5 4 . 9 1
M e t h i o n i n e 1 3 . 5 3
P h e n y l a l a n i n e 1 6 5 . 3 5
T h r e o n i n e 1 0 8 . 3 2
T r y p t o p h a n 4 3 . 1 9
V
a
l
i
n
e 1 5 6 . 9 0
N
o
n
e
s
s
A l a n i n e 1 2 2 . 7 8
A r g i n i n e 2 3 1 . 0 0
A s p a r t i c a c i d 3 2 1 . 3 7
C y s t e i n e 6
.
6
4
G l u t a m i c a c i d 3 7 6 . 5 9
G l y c i n e 2 4 6 . 7 6
H i s t i d i n e 8 2 . 8 1
P r o l i n e 9 8 . 6 2
S
e
r
i
n
e 1 1 8 . 1 7
T y r o s i n e 1 0 4 . 1 2

Mineral (mg )

100 g bahan kering

) dinyatakan dalam persentase ( %
Per sajian R D I
0 . 1 6
3 6 . 7 8
1 . 5 4 44–97a
a
1 . 4 7 5
6
0 . 7 3
2 4 . 4 8 28–35a
1 . 8 6
2 2 . 6 2
0 . 0 8 1 : 2 b
5 . 1 8
1 0 . 4 2
6 . 0 8
7 . 3 4 1 3 0 a
4 . 0 3
3 . 3 1
c
5 . 6 2 4
5
3 . 8 9 7.5–10c

% CS

2000–2500a

2.1–2.7

5 3 . 3 1
Sajia
t
3 8 .
7 0 . 1
2 0 . 2
4 . 9
6 0 . 8
3 9 . 8
1 5 . 8
5 7 . 7
e
n
4 5 . 1
8 4 . 9
118.2
2 . 4
138.5
9 0 . 7
3 0 . 4
3 6 . 2
4 3 . 4
3 8 . 2

S a j i a n

n R
i
7 1
6 2
0 2
8 7
2 1
4 1
9 2
1 1
t
6
6
0
4 2
1
6
6 7
7
6
9

D
4 0 0
7 3 0
1 0 0
0 0
7 5 0
0 5 0
8 0
8 2 0
i

1.6–3.5
2 . 6 3
70–87

5 . 6 5
12.49
39–52

I %
a
d
2 .
d
2 .
d
0 .
d
0 .
d
3 .
d
3 .
d
5 .
d
3 .
a

CS
l
7 7
5 7
9 6
7 1
4 8
7 9
6 7
1 7
l

8 0

d

0 . 8 7

0 0

d

4 . 3 5

R D I / A I %

C

S

6

C
P
K
N
M
C
M
Z
F
C
C
N
P
S
A

a 2 0 0 . 2
5 7 . 8
6 0 2 . 9
a 1 1 3 . 6
g 6 6 . 5
u 1
.
1
n 8
.
7
n 1
.
6
e 4
.
2
o 0
.
0
r 0
.
0
i 0
.
2
b 0
.
0
i 2 5 . 8
l 4
.
3

4
5
3
4
1
0
9
5
0
7
2
3
2
2
5

7 3 .
2 1 .
2 2 1
4 1 .
2 4 .
0
.
3
.
0
.
1
.
0
.
0
.
0
.
0
.
9
.
1
.

6
2
. 7
8
4
4
2
6
5
0
0
0
0
5
6

5
8
6
0
6
0
3
1
4
2
1
8
1
0
0

1000c (AI) 7
.
3
e
7
0
0
3
.
0
f
4700 (AI) 4
.
7
1500f (AI) 2
.
7
c
3 1 0 – 4 2 0
5 . 8 – 7 .
g
0 . 9 0
4 4 . 4
1.8–2.3g (AI) >
1
0
g
8 . 0 – 1 1
5 . 5 – 7 .
8 – 1 8 c 8 . 6 – 1
0.025–0.035g

6
4
2
9
9
4
0
6
1

2 8 . 6 – 4 0

PTWI = 1 mg/kgh

Singkatan : AI , asupan yang memadai ; CAE , Asam sitrat Setara ;
PTWI , Sementara asupan mingguan ditoleransi .
a. intake referensi diet untuk energi , karbohidrat , serat , lemak , asam
lemak , kolesterol , protein , dan asam amino . Mengingat berat
badan 70 Kg.
b. Kutos_et al . ( 2003).
c. WHO / FAO ( 2004).
d. WHO / FAO / UNU Laporan d ( 2007) . Mengingat berat badan 70
Kg.
e. Referensi Asupan Diet untuk Kalsium , Fosfor , Magnesium ,
Vitamin D , dan Fluoride.
f. Referensi Asupan Diet Air , Kalium , Natrium , Klorida , dan Sulfat.
g. Referensi Asupan Diet untuk Vitamin A , Vitamin K , Arsenik ,
Boron , Chromium , Copper , Iodine , Iron , Manganese ,
Molybdenum , Nickel , Silicon , Vanadium , dan Zinc.
h. Bersama FAO / WHO Komite Ahli Aditif makanan( 2006).
i. Konten Energi dihitung secara komposisi , mengingat nilai berikut :
protein ( 4 Kcal / g ) , gula ( 4 Kcal / g ) , lemak ( 9 Kkal / g ) , SDF ( 2
Kcal / g ) , asam organik( 3 Kcal / g ) ( FAO , 2002) .
5. Komponen Zat Gizi Karamunting
a. Glukosa
Glukosa merupakan hasil sampingan dari proses fotosintesis tanaman
dalam menyediakan energi untuk dirinya sendiri. Hal itu yang
menyebabkan banyak buah-buahan yang mengadung glukosa. Buahbuahan kering termasuk mengandung kadar glukosa yang tinggi
karena kadar air yang rendah, seperti buah karamunting.

7

b. Fruktosa
Fruktosa pada buah berfungsi untuk metabolisme karena pada proses
metabolisme makanan sama dengan zat gula dan bisa cepat diserap
karena adanya fruktosa. Selain itu dapat digunakan untuk
mengendalikan kadar gula karena semua zat yang ada dalam tubuh
bisa dinetralisir menggunakan fruktosa.
c. Kromium
Mikromineral yang mempunyai peranan sebagai kofaktor dalam
meningkatkan metabolisme glukosa adalah kromium. Kromium
berpotensi meningkatkan kerja insulin dalam memindahkan glukosa
kedalam sel. Selain itu diketahui bahwa kromium meningkatkan
keterikatan insulin, jumlah reseptor insulin dan sensitivitas insulin
pada tingkat seluler. Hasil dari penelitian menunjukkan manfaat
kromium dalam meningkatkan massa otot, penurunan lemak dan
memperbaiki metabolisme glukosa dan kadar serum lemak pada
pasien dengan atau tanpa diabetes [ CITATION Caf02 \l 1057 ].
Konsumsi kromium dapat membantu memperbaiki tingkat gula darah
dan sebaliknya kekurangan kromium dalam asupan makanan akan
berakibat pada resistensi insulin[ CITATION Hav04 \l 1057 ].
d. Serat larut air/Serat pangan
Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga
mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan
terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna
karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut mampu meredam kenaikan
glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol [ CITATION
Ani10 \l 1057 ].

6. Kegunaan Karamunting
Karamunting mempunyai potensi sebagai tumbuhan obat dengan
kandungan senyawa flavonoida,saponin,tanin, steroid/triterpenoid yang
terdapat di bagian akar, batang, daun, bunga dan buah yang berfungsi
untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.Zat aktif
yang dikandung tumbuhan karamunting berperan sebagai penyembuh
luka yaitu:
a. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan, jika
diberikan pada kulit dapat menghambat pendarahan.

8

b. Steroid berfungsi sebagai antiimflamasi. Saponin memiliki
kemampuan sebagai pembersih dan antiseptic yang berfungsi
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
c. Tanin berfungsi sebagai astrigen yang dapat menyebabkan penutupan
pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan
pendarahan yang ringan
Karamunting ini juga berfungsi sebagai pereda demam (antipiretik),
penghilang nyeri (analgesik), peluruh kencing (diuretik), menghilangkan
pembengkakan, melancarkan aliran darah dan penghenti pendarahan
(hemostatis) (Dalimartha, 2006).

B. Pengolahan Ektrak Buah
Proses pengambilan ekstrak buah karamunting yaitu :
1. Pemilihan Bahan
Pilih buah karamunting yang utuh, tidak busuk,dan masak. Karamunting
yang digunakan dalam sekali pengolahan produk sebanyak 200 gram
dengan berat basah dari buah karamunting.
2. Pembuangan Bagian yang Tidak Dipakai
Kedua ujung buah karamunting dipotong dan dibuang dengan
menggunakan pisau tajam. Buah-buah karamunting yang telah dipotong
kedua ujungnya diseleksi dan bagian yang kualitasnya jelek dipotong dan
disingkirkan.
3. Penimbangan
Bagian buah karamunting yang sudah bersih ditimbang ulang. Apabila
banyak bagian buah yang terbuang, maka perlu ditambah lagi jumlahnya.
4. Penghacuran
Semua buah dihacurkan menggunakan mortar dan alu. Hingga semua buah
tersebut benar-benar halus.
5. Penambahan Air
Lakukan penambahan air pada buah karamunting yang sudah dihaluskan.
Air yang ditambahkan menggunakan perbandingan 1 : 2 ( 100 gram
karamunting : 200 ml air), karena menggunakan 200 gram karamunting
maka air yang ditambahkan sebanyak 400 ml. Aduk air tersebut hingga
homogen dengan buah karamunting yang sudah dihaluskan
6. Penyaringan
Setelah itu lakukan penyaringan menggunakan kapas dan corong. Agar
bagian sari buah dan ampasnya dapat terpisah.
C. Pencernaan Hewan dan Manusia
Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah
(memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal Juga sebagai

9

hewan memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan
ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan ciri dari sistem
pencernaannya.Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing,
sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain – lain.
Seperti halnya pada manusia, hewan ruminansia memiliki seperangkat
alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi).Pada hewan ruminansia terdapat
gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk menggiling dan menggilas serta
mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa yang sulit dicerna.Selain
rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan dalam alat pencernaan
yaitu esophagus, lambung dan usus.Yang membedakan hewan ruminansia
dan manusia yaitu susunan dan fungsi alat pencernaan, terutama susunan dan
fungsi dari gigi dan lambung.Lambung hewan ruminansia terdiri atas
lambung pengunyah, yaitu rumen (perut besar) dan retikilum (perut gala),
serta lambung kelenjar yaitu omasum (perut lutab) dan abomasums (perut
masam).Abomasum merupakan lambung sesungguhnya yang juga dimiliki
mamalia lainnya.Mekanisme pencernaan makanan hewan ruminansia adalah
makanan berupa rumput yang telah dikunyah di dalam mulut masuk ke dalam
rumen melalui esophagus makanan disimpan sementara dirumen.Dari
penjelasan tersebutmaka pada hewan pemakan tumbuhan ini dalam enzim
tubuhnya berbeda dengan manusia karena hewan ini tidak memiliki selulosa
dalam tubuh manusia, hanya pada ayam yang mirip dengan pencernaan
manusia yang memiliki glukosa pemakan biji-bijian.Perbedaan manusia
dengan hewan seperti sapi, kelinci, dan hewan pemakan rerumputan lainnya
berbeda dengan enzim dalam tubuh manusia, hanya pada hewan pemakan
biji-bijian seperti ayam yang memungkinkan mirip dengan manusia enzim
dalam tubuhnya yang sesuai untuk di teliti dalam penelitian kadar glukosa ini.

10

D. Mekanisme Kerja Kromium

Gambar 2.1 menjelaskan penelitian yang telah dilakukan oleh
Vincent (2000) untuk mengetahui mekanisme kerja kromium. Setelah
diserap dalam tubuh, ion kromium terikat oleh apokromodulin supaya aktif
secara biologi menjadi kromodulin. Kromodulin kemudian mengikat
reseptor insulin dan meningkatkan aktivitas dari reseptor kinase sehingga
pada akhirnya meningkatkan kerja insulin. Kromium juga menunjukkan
efek stimulasi aktivitas dalam sel yang mengarah pada peningkatan
penyerapan glukosa pada sel otot sebagai kofaktor insulin, kerja kromium
konsisten terhadap meningkatnya sensitivitas insulin (Vincent, 2000).
Mekanisme penyerapan dan transport kromium pada hewan dan
manusia belum dipelajari secara detail dan masih belum diketahui secara
pasti (Clodfelder, 2004) meskipun Vincent (2000) menyebutkan bahwa
transferrin berperan penting dalam transport dan penyerapan kromium dari
darah ke sel.
E. Glukosa Darah
Glukosa memegang peranan yang sangat penting, antara lain sebagai
sumber energi dan intermediet metabolisme. Glukosa sangat penting bagi
tubuh manusia dan untuk otak, penting untuk mempertahankan kadar
glukosa darah agak konstan. Glukosa merupakan analit yang diukur pada
sampel darah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah
atau konsentrasi tetap yaitu antara 70-100 mg tiap 100 3 mL darah.
Glukosa dalam darah dapat bertambah setelah memakan makanan
berkarbohidrat. Namun 2 jam setelah itu, jumlah glukosa akan kembali

11

pada keadaan semula. Pada penderita diabetes mellitus atau kencing
manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah.
F. Centrifuge
Centrifuge dapat digunakan untuk pemisahan padat – cair menyediakan
padatan berat dari cairan. Centrifuge juga dapat digunakan untuk
memisahkan fase berat, dan dua fasa cair ringan, dengan salah satu fase
ringan yang lebih ringan dari lainnya. Padatan dapat lebih ringan dari
cairan dan pemisahan adalah dengan flotasi dari fase padat terdispersi.
Prinsip alat centrifuge yaitu dalam bentuk yang sangat sederhana
centrifuge terdiri atas sebuah rotor dengan lubang – lubang untuk
meletakkan cairan wadah / tabung yang berisi cairan dan alat lain yang
dapat memutar rotor pada kecepatan yang diinginkan.
G. Spektrofotometer
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
panjang gelombang. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah
bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas
zat yang sangat kecil.

12

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Pemberian ekstrak buah karamunting
2. Variabel terikat
Kadar glukosa
B. Prosedur
1. Pembuatan Ekstrak Buah Karamunting
a. Siapkan buah karamunting dan bersihkan buah karamunting dari
kulitnya
b. Timbang buah karamunting sebanyak 100 gram
c. Masukkan ke dalam mortal dan alu
d. Haluskan buah karamunting tersebut
e. Pindahkan buah karamunting yang telah dihaluskan kedalam gelas
beaker
f. Tambahkan 200 ml air aquades, aduk hingga rata (tercampur)
g. Saring buah karamunting hingga mendapatkan sari buah
karamunting
h. Masukkan sari buah karamunting kedalam tabung sentrifuge
i. Lakukan sentrifuge dengan kecepatan 6 rpm selama 10 menit
j. Ambil bagian atas dari sari buah karamunting hingga menyisakan
endapan dari sari buah karamunting
k. Masukkan hasil buah karamunting yang telah disentrifuge kedalam
labu ukur
l. Kemudian simpan sari buah karamunting kedalam refrigator
dengan suhu 2 – 5oC
2. Pembuatan Ekstrak Pankreas Ayam Kampung (Enzim)
a. Siapkan 5 pankreas ayam kampung, dengan memisahkan pankreas
ayam dengan organ tubuh lainnya seperti usus, empedu, dan hati
ayam tersebut
b. Haluskan pankreas ayam menggunakan mortal dan alu dengan
berat keseluruhan pankreas ayam 16,17 gram
c. Setelah halus, kemudian larutkan dengan air aquades sebanyak
48,15ml
d. Aduk pankreas ayam yang sudah dilarutkan secara perlahan
e. Saring pankreas ayam yang sudah dilarutkan (homogen)
f. Masukkan larutan pankreas ayam yang telah disaring kedalam
tabung sentrifuge

13

g. Lakukan sentrifuge pada larutan pankreas dengan kecepatan 6 rpm
selama 10 menit
h. Ambil bagian cairan bening yang berada paling atas hingga yang
tersisa bagian endapannya
i. Kemudian simpan enzim pankreas kedalam refrigator dengan suhu
2 – 5 oC
3. Pembuatan Larutan Baku Glukosa
1. Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Glukosa sebanyak 0,1
b. Glukosa sebanyak 0,2
c. Glukosa sebanyak 0,3
d. Glukosa sebanyak 0,4
e. Glukosa sebanyak 0,5
f. Glukosa sebanyak 0,6
g. Glukosa sebanyak 0,7
h. Glukosa sebanyak 0,8
i. Glukosa sebanyak 0,9
j. Glukosa sebanyak 1,0
2. Masukkan glukosa tersebut kedalam labu ukur 10ml
3. Tambahkan air aquades hingga batas tera labu ukur
4. Kocok hingga homogen
5. Masukkan ke dalam kuvet hingga batas kuvet
6. Masukkan kedalam alat spektrofotometer dan catat hasil nilai X
yang tertera pada layar alat spektrofotometer
7. Kemudian hasil nilai X masukkan kedalam Ms Excel dan buat
kurva standar, kemudian catat nilai persamaan nya ( Y = bX + a )
Hasil Persamaan Larutan Baku Glukosa
Y = 0,039x + 0,000
4. Pembuatan Larutan Standar Glukosa
1. Timbang glukosa sebanyak 25 gram
2. Kemudian masukkan kedalam labu ukur 100ml
3. Tambahkan air aquades hingga mencapai batas tera pada labu ukur
tersebut
4. Kemudian kocok hingga homogen
5. Lakukan tahap 1 – 4 hingga 2 kali agar mendapatkan 3 larurtan
standar glukosa

fS
c
p
L
A
q
2
P
H
o
M
0
1
T
ly
d
g
t
m
u
b
n
a
k
ih
s
r
e
B
o
z
S
f
c
M
y
h
q
g
d
t
L
u
H
s
e
r
k
n
a
ilp
b
m
A
14

C. Diagram Alir
1. Pembuatan Buah Karamunting

2. Pembuatan Ekstrak Pankreas Ayam Kampung (Enzim)

+
X
=
Y
B
x
C
f
v
c
o
K
q
h
T
m
d
r
t
iM
0
1
y
b
ls
g
e
p
n
u
k
a
L
2
p
L
c
K
q
h
d
e
M
s
o
k
u
g
n
a
b
m
T
15

3. Pembuatan Larutan Baku Glukosa

4. Pembuatan Larutan Standar Glukosa

D. Pengujian Ekstrak Buah Karamunting Dengan Spektrofotometer
Berikut tahap pengujian ekstrak buah karamunting menggunakan
spektrofotometer yaitu :

16

1. Siapkan larutan blank yang terdiri dari enzim panreas dan larutan
glokosa
2. Siapkan 5 tabung reaksi dengan perlakuan sebagai berikut :
a. Tabung reaksi I
1) Ekstrak buah karamunting
: 2ml
2) Larutan enzim pankreas ayam
: 1ml
3) Larutan glukosa
: 2ml
b. Tabung reaksi II
1) Ekstrak buah karamunting
: 4ml
2) Larutan enzim pankreas ayam
: 1ml
3) Larutan glukosa
: 2ml
c. Tabung reaksi III
1) Ekstrak buah karamunting
: 6ml
2) Larutan enzim pankreas ayam
: 1ml
3) Larutan glukosa
: 2ml
d. Tabung reaksi IV
1) Ekstrak buah karamunting
: 8ml
2) Larutan enzim pankreas ayam
: 1ml
3) Larutan glukosa
: 2ml
e. Tabung reaksi V
1) Ekstrak buah karamunting
: 10ml
2) Larutan enzim pankreas ayam
: 1ml
3) Larutan glukosa
: 2ml
3. Kocok tiap tabung reaksi hingga homogen
4. Masukkan kelima tabung reaksi tersebut kedalam waterbath selama
20 menit dan pada setiap 2 menit dilakukan pengocokan pada tabung
reaksi
5. Letakkan kelima tabung reaksi tersebut ke rak tabung reaksi
6. Ambil 1ml pada setiap tabung reaksi namun sebelumnya dilakukan
pengocokan di setiap tabung reaksi
7. Masukkan 1ml tersebut kedalam labu ukur 10ml dan tambahkan air
aquades hingga batas tera pada labu ukur tersebut
8. Kocok hingga homogen
9. Siapkan alat spektrofotometer
10. Ambil masing-masing larutan dari labu ukur 10ml, pindahkan
kedalam kuvet hingga batas kuvet
11. Masukkan kuvet blanko yang berisi air aquades kedalam alat
spektrofotometer untuk kalibrasi alat tersebut dan catat nilai X yang
tertera pada alat tersebut
12. Masukkan kuvet yang berisi larutan karamunting dari labu ukur
tersebut kedalam alat spektrofotometer tersebut dan catat nilai X nya

17

13. Lakukan perhitungan menggunakan persamaan berikut :
Y = 0,039x + 0,000
Untuk mengetahui hasil sisa kadar glukosa yang telah diberikan
perlakuan ekstrak buah karamunting.

18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini kami melakukan pengujian terhadap ekstrak buah
karamunting (ochthocharis bornensis) untuk menurunkan kadar glukosa secara in
vitro. Buah karamunting memiliki banyak potensi sebagai tumbuhan obat dengan
berbagai senyawa yang dimiliki seperti senyawa flavonoida dan kromium.
Diketahui bahwa kandungan kromium di dalam buah karamunting memiliki
peranan sebagai kofaktor dalam meningkatkan metabolisme serta berpotensi
meningkatkan kerja insulin dalam memindahkan glukosa kedalam sel. Hasil dari
penelitian menunjukkan manfaat kromium dalam meningkatkan massa otot,
penurunan lemak dan memperbaiki metabolisme glukosa dan kadar serum lemak
pada pasien dengan atau tanpa diabetes [ CITATION Caf02 \l 1057 ].
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk melakukan pemanfaatan buah
karamunting untuk menurunkan kadar glukosa serta meningkatkan variasi dalam
pengolahan karamunting agar dapat diterima masyarakat dan dapat digunakan
sebagai obat herbal.
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Dari ekstrak buah
karamunting di bagi menjadi 5 perlakuan di dalam masing-masing tabung reaksi,
yaitu 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml, ditambahkan pada setiap tabung reaksi 2
ml glukosa dan 1 ml enzim pankreas. Tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam
water bath selama 20 menit dan dilakukan pengocokan setiap 2 menit. Kemudian
memindahkan 1 ml dari tiap tabung reaksi kedalam labu ukur, dan ditambahkan
aquades. Setelah itu ekstrak yang sudah diencerkan kedalam kuvet untuk
membaca nilai x nya, dan mengetahui sisa dari kadar glukosa setelah diberikan
perlakuan.
Hasil yang didapatkan dengan uji statistik dan dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali, pada percobaan tersebut. Dari hasil uji statistik menggunakan uji
analisis one way anovauntuk mengetahui beda nyata antara ekstrak karamunting
dengan kadar glukosadan didapatkan hasil bahwa rata-rata kadar sisa glukosa
memiliki nilai (p.0,995 > 0,05). Dari hasil Uji One Way Anova diketahui bahwa
tidak ada perbedaan diantara kelima perlakuan ekstrak karamunting terhadap
kadar glukosa. Kemudian kami melakukan uji statistik dengan Uji Beda Dua
Mean Dependen (paired sample) dan didapatkan hasil dari 5 perlakuan tersebut
untuk ekstrak 2 ml, 4 ml, dan 6 ml memiliki nilai (p. < 0,05) sedangkan unntuk
ekstrak karamunting 8 ml dan 10 ml memiliki nilai (p > 0,05). Dari hasil tersebut
untuk ekstrak karamunting 2 ml, 4 ml dan 6 ml disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan dari ekstrak karamunting tersebut terhadap kadar glukosa,
sedangkan untuk ekstrak karamunting 4 ml dan 6 ml, disimpulkan bahawa tidak
ada perbedaan yang signifikan terhadap kadar glukosa.

19

Sehingga berdasarkan hasil penelitian dan pengujian menggunakan uji statistik
diketahui bahwa kecenderungan jumlah ekstrak karamunting yang di berikan lebih
sedikit memberikan efek yang signifikan untuk menurunkan kadar glukosa
dibandingkan ekstrak karamunting yang diberikan tinggi tidak menimbulkan
penurunan pada kadar glukosa.
A. Pengaruh Ekstrak Buah Karamunting Terhadap Kadar Glukosa Secara
In Vitro
Pengujian pengaruh ekstrak buah karamunting terhadap kadar glukosa
dilakukan secara in vitro. Kecenderungan rata-rata kadar glukosa disajikan
pada Gambar 1.

Rata-Rata Kadar Sisa Glukosa
16.4 16.26
16.2
16

16.27
15.83

15.8

15.7
Rata-Rata Kadar Sisa
Glukosa

15.6
15.4

15.14

15.2
15
14.8
14.6
14.4

1

2

3

4

5

Gambar 1. Kadar Sisa Glukosa Akibat Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Karamunting
Berdasarkan Gambar 1 rata-rata kadar sisa glukosa yang paling rendah adalah
pada ekstrak karamunting sebanyak 10 ml, sedangkan untuk sisa kadar
glukosa yang tinggi yaitu pada ekstrak karamunting sebanyak 8 ml.
Berdasarkan hasiluji statistik dengan menggunakan ujiOne Way Anova
menunjukkan tidak berbeda nyata perlakuan konsentrasi ekstrak
karamuntingterhadap kadar glukosa (p. 0,995> 0,05).

20

Adapun rerata kadar glukosa disajikan pada Tabel 1.
Eks trak Karamuntin g Rerata Sisa Kadar Glukosa (%)
2
m
l 1 6 , 2 6 ± 3 , 4 3
4 ml
15,83 ± 2,73
6 ml
15,70 ± 2,70
8 ml
16,27 ± 4,52
10 ml
15,14 ± 3,19

N

i

l

a

i

p

0,995

Berdasarkan Tabel 1 tersebut diketahui bahwa nilai (p.0,995 > 0,05) dan dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan ekstrak karamunting yang diberikan
terhadap kadar glukosa. Pada tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
karamunting yang diberikan tinggi sebesar 10 ml menyebabkan sisa rerata
penurunan glukosa terendah.Namun berdasarkan penelitian yang kami lakukan
dan dilakukan pengujian statistik menggunakan uji one way anova tidak ada
perbedaan terhadap ekstrak karamunting dengan kadar glukosa.
Kemudian berdasarkan Tabel 1 tersebut diketahui bahwa rerata sisa kadar
glukosa tertinggi pada ekstrak karamunting 8 ml yaitu 16,27 ± 4,52.
Sedangkan berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rerata sisa kadar glukosa
terendah pada ekstrak karamunting 10 ml yaitu 15,14 ± 3,19. Terjadi penurunan
kadar glukosa dikarenakan di dalam karamunting terdapat kandungan kromium
sebesar 0,025 gram – 0,035 gram atau 28,6 – 40 %. Dimana fungsi kromium di
dalam buah karamunting berperan untuk mengendalikan metabolisme insulin di
dalam tubuh sehingga dianggap sebagai faktor pengendali kadar gula darah
(glocose tolerance factor/ GTF). Dengan kecukupan kromium dalam tubuh akan
lebih efisien memanfaatkan insulin dan keseimbangan kadar gula darah dapat
terjaga. Selain itu penelitian telah membuktikan bahwa kromium dapat
menurunkan kadar trigliserid dan kelebihan total kolesterol darah, sekaligus
memperbaiki rasio LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik).

B. Perbedaan Kadar Glukosa Sebelum dan Setelah Inkubasi

21

Perbedaan kadar glukosa sebelum dan setelah inkubasi disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Perbedaan Kadar Glukosa Sebelum dan Setelah Inkubasi
Berdasarkan Gambar 2 perbedaan kadar glukosa sebelum dan setelah
inkubasi, penurunan kadar glukosa yang paling rendah adalah pada ekstrak
karamunting sebanyak 8 ml dengan persentase 35,13%, sedangkan untuk
penurunan kadar glukosa yang tinggi yaitu pada ekstrak karamunting
sebanyak 10 ml dengan persentase penurunan 39,63%.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji beda dua mean
dependen (paired sample)didapatkan hasil dari 5 perlakuan tersebut untuk
ekstrak 2 ml, 4 ml, dan 6 ml memiliki nilai (p. < 0,05) sedangkan unntuk
ekstrak karamunting 8 ml dan 10 ml memiliki nilai (p > 0,05).
Hasil Uji Beda Dua Mean Dependen (paired sample)disajikan pada Tabel 2.
Ekstrak Karamunting
2
4
6
8
10

Kadar Glukosa Sebelum Perlakuan Kadar Glukosa Setelah Perlakuan Uji T Dependent P - V a l u e
2 5 , 0 8 1 6 , 2 6 4 , 3 1 6 0 , 0 5 0
25,08
15,83
5,641
0,030
25,08
15,7
5,782
0,029
25,08
16,27
3,312
0,080
25,08
15,14
3,508
0,073

Berdasarkan Tabel 2 tersebut diketahui bahwa pada perlakuan penambahan
ekstrak karamunting 2 ml, 4 ml, dan 6 ml ada beda signifikan antara kadar
glukosa sebelum perlakuan dan kadar glukosa sesudah perlakuan dengan nilai (p.
0,050, 0,030, 0,029 < 0,05). Sedangkan pada perlakuan penambahan ekstrak
karamunting 8 ml, dan 10 ml tidak ada beda signifikan antara kadar glukosa

22

sebelum perlakuan dan kadar glukosa sesudah perlakuan dengan nilai (p. 0,080,
0,073> 0,05).
Tidak ditemukannya signifikansi statistik antara kadar glukosa sebelum
perlakuan dan kadar glukosa sesudah perlakuan dapat disebabkan oleh beberapa
hal yaitu pertama, ada kemungkinan interval jumlah pemberian perlakuan yang
terlalu dekat, dan kedua,adanya kandungan dalam buah karamunting yang apabila
dikonsumsi dalam jumlah banyak tidak memberikan efek secara
maksimal.Signifikansi penurunan kadar gula darah akan terlihat jika interval
jumlah pemberian perlakuan lebih dijauhkan lagi, misalnya pemberian 2 ml, 5 ml,
10 ml, 15 ml, dan 20 ml ekstrak karamunting. Pada buah karamunting, yang
menjadi pemeran utama dalam penurunan kadar gula darah adalah mineral
kromium, dimana kromium termasuk salah satu mineral yang berperan
mengendalikan metabolisme insulin dalam tubuh, sehingga dianggap sebagai
faktor pengendali kadar gula darah ( glucose tolerance factor / GTF ). Dengan
kecukupan kromium dalam tubuh akan lebih efisien memanfaatkan insulin dan
keseimbangan kadar gula darah dapat terjaga. Namun penyerapan kromium dalam
tubuh diketahui berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Semakin tinggi
tingkat konsumsi kromium semakin rendah tingkat penyerapannya (Anderson dan
Kozlovsky 1985, EGVM, 2002). Dalam keadaan konsumsi kromium yang rendah
yaitu ≤ 10 µg/hari, penyerapan kromium adalah sekitar 2% sedangkan jika
konsumsi kromium mencapai 40 µg/hari maka penyerapan kromium turun drastis
menjadi hanya sekitar 0,5% (Kumpulainen et al. 1983, Anderson dan Kozlovsky,
1985).
Sehingga, jika dilihat dari hasil Uji Beda Dua Mean Dependen (paired
sample), terlihat jelas bahwa penyerapan kromium dalam ekstrak karamunting
lebih maksimal pada perlakuan pemberian 6 ml dengan nilai (p. 0,029 < 0,05)dan
penyerapan turun pada perlakuan pemberian 8 ml dengan nilai (p. 0,080 > 0,05).

23

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji One Way Anova
menunjukkan tidak berbeda nyata perlakuan konsentrasi ekstrak
karamunting terhadap kadar glukosa (p. 0,995 > 0,05).
2. Terjadi penurunan kadar glukosa dikarenakan di dalam karamunting
terdapat kandungan kromium sebesar 0,025 gram – 0,035 gram atau 28,6
– 40 %.
3. penelitian telah membuktikan bahwa kromium dapat menurunkan kadar
trigliserid dan kelebihan total kolesterol darah, sekaligus memperbaiki
rasio LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik).
4. Dengan kecukupan kromium dalam tubuh akan lebih efisien
memanfaatkan insulin dan keseimbangan kadar gula darah dapat terjaga.
Namun penyerapan kromium dalam tubuh diketahui berbanding terbalik
dengan tingkat konsumsinya. Semakin tinggi tingkat konsumsi kromium
semakin rendah tingkat penyerapannya (Anderson dan Kozlovsky 1985,
EGVM, 2002).
B. Saran
Dalam penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk
mengembangkan penelitian yang selanjutnya menjadi lebih baik.

24

BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

a. Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

J
P
P
I
A
P
A
R
A
T
J

e n i s
P e n g e l u a r a n
e m b e l i a n
R e a g e n
e m b e l i a n A y a m R a s
c
e
b
o
x
T
K
e n g a d a a n p r o p o s a l
l
a
t
l
a
b
e
v
i
e
w
d m i n i s t r a s i
r a n s p o r t a s i
u
m
l
a
h

Biaya (Rp)
950.000
300.000
300.000
500.000
250.000
950.000
300.000
200.000
1.250.000
5.000.000

b. Jadwal Kegiatan
K

e

g

i

a

t

a

n

M
1

A

.

T a h a p
p e r s i a p a n
1. Perijinan
Laboratorium
2 .
P e r s i a p a n
B a h a n
B .
T a h a p
O p e r a s i
1
.
P
r
t
i
k
2 .
A n a l i s a
P r a k t i k

Sewa
A l a t

a

d a n

k
h a s i l

i

n
2

g
3

g

u
4

25

26

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.A. and Kozlovsky, A.S. 1985. Chromium intake, absorption and
excretion of subjects consuming self-selected diets. American Journal of Clinical
Nutrition. Dikutip dari Jurnal HUBUNGAN ASUPAN KROMIUM DENGAN
TINGKAT GULA DARAH PADA ANGGOTA PERSADIA SAMARINDA
TAHUN 2010 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat
RADEN RORO DEWI NGAISYAH NPM 0806443396
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT
Subroto,A. 2006. Ramuan Herbal Untuk Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar
Swadaya
Remond WA.Rat. Microsoft Encrata.2007
Havel, & Dr, P. J. (2004). The Role Of Chromium In Insulin Resistence. Lousiana:
Nutrition 21.
Herminingsih, A. (2010). Manfaat Serat dalam Menu Makanan. Jakarta:
Universitas Mercu Buana.
W, C., & Frank, H. (2002). Role Of Chromium in Human Health and in
Diabetes . ADA.

Etuk,E.U.2010. ANIMAL MODELS FOR STUDYING DIABETES MELITUS.
AGRIC.BIOL,J.N Am. 1 : 130-134
Mangkoewidjojo,S. 2006.hewan laboratorium dalam penelitian biomedik.
Fakultas kedokteran hewan UGM.YOGYAKARTA. 31-32
LANDAU,s. AND Everitt.2004. a hnadbook of statistical analuses using
SPSS.chapman &hall/crc A CRC Press Company. Whashington D.C, USA
Sugiyanto. 1995. Petunjuk Farmakologi. Adisi IV. Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Vincent J. 2000. The biochemistry of chromium. Journal of Nutrition 130:715718.

27

Clodfelder BJ, Upchurch RG, Vincent JB. 2004. A comparison of the insulinselective transport of chromium in healthy and model diabetic rats. Journal of
Inorganic Biochemistry

28

LAMPIRAN BIODATA
A. Biodata Ketua
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Program Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
No Telepon

: Virna Yolanda Alvonianita
: Perempuan
: D-IV GIZI
: PO.62.31.3.14.227
: Palangka Raya, 22 November 1996
: virnnayolanda@gmail.com
: 085752530852

B. Biodata Anggota 1
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Program Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
No Telepon

: Atlantiara Aditya Putri
: Perempuan
: D-IV GIZI
: PO.62.31.3.14.196
: Kuala Kapuas, 2 Oktober 1996
: putriatlantiara@gmail.com
: 082247409977

C. Biodata Anggota 2
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Program Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
No Telepon

: Rina Iriana
: Perempuan
: D-IV GIZI
: PO.62.31.3.14.220
: Banjarmasin, 30 Oktober 1996
: rinairiang@gmail.com
: 085751600127