K TI aktifitas antijerawatberbagai tanama
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN TERHADAP BAKTERI
PENYEBAB JERAWAT
Mia Nurmalatipah (24111033), Ika Kurnia S. M.Si., Apt
ABSTRAK
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang umum di derita oleh setiap orang. Salah satu
pemicu terjadinya jerawast adalah bakteri seperti P. acne dan S. epidemidis. Pengobatan jerawat
dengan antibiotic dapat menimbulkan kerusakan pada kulit dan memungkinkan terjadinya
resistensi. Pengobatan tradisional telah banyak di gunakan dan di anggap lebih aman dan banyak
tanaman-tanaman yang telah diteliti memiliki aktivitas terhadap bakteri penyebab jerawat. Di antara
beberapa tanaman seperti mimba, srikaya, delima, daun jambu mawar, terminalia arjuna, terminalia
chebula, daun puspa, umbi bakung putih dan kulit buah manggis. Dilihat dari KHM dan zona
hambat ekstrak dibandingkan dengan 9 tanaman, tanaman jambu mawar khususnya bagian daunnya
memiliki potensi yang paling tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes dengan
KHM 0,031 mg/ml sedangkan ekstrak kulit buah manggis memiliki potensi aktivitas paling tinggi
terhadap S. epidemidis dengan KHM 0,059 mg/ml dan diameter hambat 15 mm.
Kata Kunci : jerawat, KHM, P. acne, S. epidemidis, ekstrak kulit buah manggis, jambu mawar.
ABSTRACT
Acne is one of skin disease that is common in suffered by everybody. One trigger of acne is that
bacteria as P. acne and S. epidemidis. The treatment of acne with antibiotic can inflict damage on
the skin and allow the occurrence of resistance. Traditional medicine has been much in use and in
consider safer and many plants that have been researched have activity against bacteria cause
pimpled. Among some plants as mimba, custard apples, delima, leaves jambu mawar terminalia
arjuna, terminalia chebula, leaves puspa, the tubers of white lily and the rind of manggis. Seen
from MIC and zona obstruent extract a plant, compared with 9 plant syzygium jambos especially
the part of its leaves have the potential the most high in inhibiting the growth of bacteria P. acnes
with MIC 0,031 mg / ml while garcinia fruit rind extracthas the potential the activity of most high
against S. epidemidis with MIC 0,059mg / ml and diameter inhibitor 15 mm.
Key Word: acne, MIC, P. acne, S. epidemidis, garcinia fruit rind extract, syzigium jambos.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 1
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
1. PENDAHULUAN
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit
yang paling umum, diderita lebih dari 50 juta
orang didunia. Penyakit ini dianggap penting
karena
menyangkut
kepercayaan
diri
seseorang (Davis, 2008).
Jerawat merupakan penyakit kulit yang
dikenal dengan acne vulgaris, hampir semua
orang pernah mengalami masalah jerawat.
Jerawat sering dianggap sebagai kelainan
kulit yang timbul secara fisiologis. Hal ini
umumnya terjadi pada umur sekitar 14-17
tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan
akan menghilang dengan sendirinya pada usia
sekitar 20-30 tahun. Namun kadang-kadang
terutama pada wanita, jerawat menetap
sampai dekade umur 30 tahun lebih
(Purwanti, 2010).
Meskipun jerawat merupakan penyakit yang
umum, namun patofisiologi (penyebab) masih
tidak pasti. Beberapa faktor etiologis seperti
hiperkeratinisasi, sebum, Propionibakterium
acnes dan peradangan berperan dalam
timbulnya jerawat (DM Thiobuth, 2006).
Banyaknya faktor penyebab jerawat, menjadi
suatu tantangan untuk di cari pengobatannya.
P.acnes di laporkan sebagai faktor utama
penyebab timbulnya jerawat pada manusia
(Choi et al., 2011).
Diagnosis klinis jerawat mudah di buat, tetapi
pengobatannya sering mengalami kesulitan.
Hal ini karena penyebab jerawat bersifat multi
faktorial, dan salah satu faktornya adalah
bakteri (Mertaniasih dkk,1996).
Sampai saat ini belum ada penyembuh yang
tuntas terhadap jerawat, meskipun ada
beberapa cara yang sangat menolong. Salah
satunya penggunaan antibiotik sebagai solusi
untuk jerawat yang selama beberapa dekade
masih banyak di resepkan (Yang et al.,2009).
Penggunaan obat topikal merupakan salah
satu standar pengobatan dan perawatan pada
jerawat (Aziz et al., 2013). Obat-obat seperti
tetrasiklin, klindamisin, eritromisisn, asam
salisilat, benzoil peroksid dan kombinasi dari
obat tersebut sering di gunakan sebagai obat
topikal. Meskipun telah di ketahui bertahuntahun bahwa pengobatan topikal merupakan
terapi yang kurang sukses dalm mengatasi
jerawat dan dapat menyebabkan kerusakan
serta perubahan pigmentasi pada kulit, maka
pengobatan antibiotik secara sistemik di
indikasikan. Pengobatan jerawat secara
sendiri-sendiri (hanya sistemik/lokal saja)
menjadi penyebab timbulnya resisten
terhadap bakteri penyebab jerawat (Choi et
al., 2011).
Berkaitan dengan cepatnya peningkatan
resistensi bakteri penyebab jerawat terhadap
antibiotik, maka diperlukan pencarian
terhadap substansi antimikroba baru. Bahanbahan yang berasal dari alam merupakan
sumber antimikroba yang memiliki potensi
tinggi salah satunya sebagai pengobatan
/pemeliharaan penyakit jerawat. Pengobatan
jerawat dengan cara alami dari tanaman
herbal secara turun temurun telah di lakukan
dan telah di percaya dapat mengobati masalah
jerawat. Selain itu Pengobatan yang berasal
dari tanaman herbal/alami di duga lebih aman
terhadap kulit (Choi et al., 2011).
Saat ini, banyak penelitian-penelitian
berkaitan tentang efektifitas tanaman obat
terhadap bakteri penyebab jerawat dan telah
terbukti khasiatnya seperti tanaman jambu air
(Sharma et al., 2011), tanaman mimba
(Balakrishan et al., 2011), srikaya (Aziz et al.,
2013), kulit buah manggis (Pothitirat et al.,
2011), bakung putih (Aziz et al., 2013).
Maksud dan tujuan dari tinjauan
pustaka ini adalah untuk mengetahui beberapa
tanaman yang memiliki aktivitas terhadap
bakteri penyebab jerawat serta tanaman yang
memiliki potensi yang paling tinggi dengan
membandingkan diameter hambat dan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari
setiap ekstrak tanaman.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 2
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit
yang umum terjadi pada manusia .Meskipun
jerawat bukan penyakit yang dapat
mematikan, tetapi jerawat dapat merusak
penampilan sehingga menimbulkan efek
kurang percaya diri. Jerawat umumnya terjadi
pada masa pubertas wanita dan pria, namun
tak jarang di temui jerawat pada wanita
dewasa sampai usia 30 tahun. Umumnya
timbul dibagian kulit yang berminyak
(sebasea) yaitu hidung, pipi, dahi, dagu, dada,
dan punggung (Rika, 2013).
Jerawat merupakan peradangan yang di sertai
dengan penyumbatan pada saluran kelenjar
minyak
kulit
dan
rambut
(saluran
polisebacea). Banyak faktor penyebab
timbulnya jerawat seperti hormon, diet,
genetik, stress, dan mikroba. Faktor yang
berpengaruh pada timbulnya jerawat dan di
kulit di antaranya sekresi sebum yang
berlebihan , hiperkeratinisasi kantung rambut,
dan pelepasan dari mediator inflamasi). Selain
itu, Propionibacterium acnes dilaporkan
merupakan
mikroba
utama
penyebab
terjadinya peradangan pada jerawat. Selain itu
mikroba seperti Staphylococcus epidemidis
dan Staphylococcus aureus juga di laporkan
di temukan pada lesi jerawat (Davis, 2008)..
Menurut penelitian yang di lakukan oleh
sebuah institusi kecantikan kulit di Amerika
Serikat
(Academy
Of
Dermatology)
mengatakan bahwa jerawat tidak disebabkan
oleh makanan. Tidak ada makanan yang
secara signifikan dapat menimbulkan jerawat,
tetapi ternyata sebuah hasil studi kasus
terbaru, membuktikan hal yang bertolak
belakang. Para pakar peneliti di Colondro
State University Departemen Of Health And
Exercise menemukkan bahwa makanan yang
mengandung kadar gula dan kadar
karbohidrat yang tinggi memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam timbulnya jerawat.
Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa
mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat
meningkatkan kadar insulin dalam darah,
dimana hal tersebut memicu produksi hormon
androgen yang membuat kulit jadi berminyak
dan kadar minyak yang tinggi dalam kulit
merupakan pemicu paling besar terhadap
timbulnya jerawat.
c. Kosmetik
Penggunaan kosmetik yang melekat pada
kulit menutupi pori-pori, jika tidak segera
dibersihkan akan menyumbat saluran kelenjar
palit dan menimulkan jerawat yang disebut
komedo. Kosmetik yang paling umum
penyebab timbulnya jerawat yaitu kosmetik
pelembab yang langsung menempel pada kulit
(Rika, 2013).
2.2 Penyebab Jerawat
d. Infeksi Bakteri
a. Hormonal
Dalam beberapa penelitian, disebutkan bahwa
bakteri merupakan salah satu penyebab
timbulnya jerawat. Berikut merupakan bakteri
yang sering ditemukan dalam lesi jerawat :
Sekresi kelenjar sebaseus yang hiperaktif
dipicu
oleh
pembentukkan
hormone
testosterone(androgen)
yang
berlebih
sehingga pada usia pubertas akan banyak
timbul jerawat pada wajah, dada, punggung,
sedangkan pada wanita selain hormone
androgen, produksi lipida dari kelenjar
sebaseus di pacu oleh hormone luteinzing
yang meningkat saat menstruasi.
b. Makanan
Propionibacterium acnes
Merupakan salah satu bakteri Gram positif
berbrntuk basil dan brsifat anaerob obligat.
P.acnes merupakan mikroba kulit yang sering
ditemukan pada kulit yang kaya akan kelenjar
sebasea sperti kulit di kepala dan muka.
P.acnes merupakan agen utama etiologi
inflamasi pada jerawat (Aziz et al., 2013).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 3
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
2014
Staphylococcus epidemidis
Staphylococcus epidemidis merupakan bakteri
yang sering di temukan sebagai flora normal
kulit
dan
selaput
lendir
manusia.
S.epidemidis merupakan salah satu bakteri
Gram positif berbentuk bulat, biasanya
tersusun dalam rangkaian yang tak beraturan
dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini
merupakan penyebab infeksi kulit rinagan
yang di sertai abses. Bakteri ini juga diduga
berperan dalam pelepasan asam oleat hasil
hidrolisisnya oleh lipase yang di duga
berpengaruh terhadap perkembangan jerawat
(Aziz et al., 2013).
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri
yang sering di temukan sebagai flora normal
kulit dan selaput lendir manusia. S.aureus
merupakan salah satu bakteri Gram positif
berbentuk bulat. S.aureus hidup dalam saluran
saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia
dan hewan seperti
hidung,mulut dan
tenggorokan. S.aureus memiliki kemampuan
untuk mensintesis lipase yang dapt mengubah
sebum trigliserid menjadi asam lemak bebas
yang dapat merangsang inflamasi. Bakteri ini
dapat
menyebabkan
pus
(nanah)
(Mertaniasih,1996).
2.3 Patofisiologis Jerawat
Gambar 2.3.1 patofisiologi jerawat.
Tahap Patofisiologi jerawat:
1. Peningkatan
sebaseus.
sebum
pada
kelenjar
2. Hiperkeratinisasi folikel rambut.
3. Infeksi P.acnes
4. Inflamasi
Peningkatan sebum(minyak) yang di hasilkan
oleh kelenjar minyak yang di pengaruhi oleh
hormon terutama hormon androgen. Hormon
androgen juga salah satu penyebab terjadinya
hiperkeratinisasi
yang
menyebabkan
penebalan dan penyumbatan pada pori kulit
sehingga minyak yang di produksi secara
berlebihan tertahan di dalam. Salah satu
kandungan dari minyak yakni trigliserida,
memicu produksi flora normal kulit yakni
P.acnes berkembang secara berlebihan yang
kemudian
menimbulkan
peradangan
(Balakrishan et al., 2011).
2.4 Terapi Jerawat
Terapi jerawat di lakukan tanpa menggunakan
obat atau di sebut juga terapi nonfarmakologi. Terapi ini di lakukan dengan
menjaga kebersihan daerah yang rentan di
tumbuhi jerawat, mengurangi penggunaan
make-up yang berat dan memilih make up
yang ringan yang bebas minyak dan tidak
menimbulkan komedo. Selain itu, tidak
menyentuh atau memijat jerawat yang sudah
timbul
membantu
penyebaran
dan
mempercepat proses penyembuhan jerawat.
Terapi lain yang di lakukan tanpa
mengkonsumsi obat kimia yakni dengan
teknologi laser/terapi sinar atau oprasi.
Pada terapi farmakologi dapat menggunakan
bahan obat dengan cara terapi topikal, terapi
sistemik (diminum) atau dengan terapi
hormonal. Terapi tersebut di lakukan dengna
menggunakan obat kimia sintetik dan dapat di
lakukan dengan terapi herbal. Terapi
farmakologi menggunakan bahan kimia
sinterik seperti penggunaan antibiotik secara
topical maupun oral (sistemik). Peanggunaann
antibiotik merupakan salah satu terapi untuk
mengurangi peradangan dan menghentikan
pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.
Antibiotic yang sering di gunakan diantaranya
klindamisin, tetrasiklin dan doksisiklin.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 4
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Klindamisin dan doksisiklin merupakan
antibiotik yang bekerja dengan mekanisme
kerja menghambat sintesis protein bakteri
(Tan, 1964).
Terapi farmaklologi menggunakan zat kimia
sintetik dapat beresiko merusak struktur
susunan kulit atau karsinogenik serta dapat
beresiko terjadinya resistensi bakteri terhadap
antibiotik yang di berikan. Beberapa
penelitian di laporkan bahwa pasien
berjerawat
yang
menerima antibiotik
tetrasiklin, klindamisin atau eritromisisn
sebagai pengobatan cenderung menyebabkan
peningkatan terjadinya infeksi saluran nafas
atas bila di bandingkan dengan pasien
berjerawat tanpa terapi antibiotik (Choi et al.,
2011).
Terapi farmakologi lain yang sering di
gunakan secara turun temurun sampai saat ini
adalah terapi dengan menggunakan tanaman
herbal seperti kulit buah delima atau ekstrak
kulit buah manggis baik di minum maupun di
gunakan secara topical (Chomnawang et al.,
2005).
2.5 Tinjauan Tanaman
a. Tanaman Puspa (Schima wallichii)
Kandungan kimia :
Kelompok senyawa yang terkandung dalam
ekstrak etanol daun puspa adalah polifenol,
steroid, kionon dan saponin, dan kulit batang
mengandung flavonoid, kuinon dan saponin.
Aktivitas farmakologis :
Beberapa kegunaan dari tanaman puspa
adalah batang berkhasiat sebagai anti emetik
dan untuk penyaki telinga. Daun puspa di
gunakan untuk penghancur batu ginjal.
Bunganya di gunakan sebagai disuria dan
untuk penyakit jiwa (Reni, 2013).
b. Tanaman
Bakung
asiaticum L.)
Kandungan Kimia :
Putih
(Crinum
Pada ekstrak etanol dari daun dan umbi
bakung putih (Crinum asiaticum L)
menunjukkan adanya tannin dan alkaloid
berupa likorin dan dari umbi dapat ditemukan
senyawa kriasiatisidin, pratorimin, likorin,
sedangkan pada bagian daun dapat di isolasi
senyawa krinamin, likorin, norgalantamin dan
epinogalantanin.
Aktivitas Farmakologi :
Perangsang muntah, penetral racun, peluruh
keringat, obat cacing, merangsang masaknya
bisul,
menghilangkan
pembengkakan,
menghilangkan rasa sakit (analgesik),
pelembut kulit dan obat luka. Selain itu dapat
pula di gunakan sebagai perangsang
pertumbuhan rambut serta anti inflamasi
(Aziz et al., 2013).
c. Jambu Mawar (Syzygium jambos L.)
Aktivitas Farmakologi :
Tanaman yang tumbuh di Afrika, Amerika
dan Asia ini merupakan tanaman yang
memiliki khasiat antimikroba, analgetik,
daunnya sebagai diuretic dan antirheumatik.
Sedangkan bijinya di gunakan sebagai
antidiare, diabetes, katarak dan obat disentri.
Sedangkan untuk kulit kayunya di gunakan
sebagai anti asma dan bronchitis (Sharma et
al., 2011).
Kandungan Kimia :
d. Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirata)
Aktivitas Farmakologi :
Anti
asma,
antidiare,
antipiretik,
antimikroba, ,anti inflamasi dan penyakit
mata,dll.
Kandungan Kimia :
Tanin, flavonoid (terutama quercitrin dan
myricitrin ), triterpenoid(terutama taraxerone
dan 11α, 12 αoxidotaraxterol), terdapat pula
kandungan senyawa aktif lainnya seperti
alkaloida, sterol (24 methylenecycloartenol)
dan polifenol (Yanti, 2009).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 5
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
e. Srikaya (Annona squamosa L.)
Kandungan zat aktif:
Tanaman ini mengandung beberapa senyawa
aktif, antara lain flavonoid, borneol, camphor,
alkaloid, terpen, saponin, tannin, polifenol
dan senyawa poliketida. Kulit batang daun
dan biji mengandung asetogenin, alkaloid
annonia, squamosamide, dan senyawasenyawa kelompok aforfin seperti klonidin,
romerin, narkoridin, norisokoridin dan
glausin.(Anonim). Pada biji buah di temukan
squamosin, asetogenin, asam lemak, asam
amino. Pada daun di temukan kandungan
senyawa alkaloid tetrahidroksisquinolin.
Bunga mengandung asam kaur-1,6-ene-1,9oat sebagai komponen aktif. Akarnya
mengandung senyawa flavonoid, borneol,
kamfer, terpen, alkaloid anonain, saponin,
tannin, dan polifenol, kulit kayu mengandung
flavonoid,borneol, kamfer, terpen, dan
alkaloid anonain.
Aktivitas farmakologi :
Tanaman ini memiliki aktivitas farmakologi
antimikroba, analgetik, anti inflamasi,
antioksidan, antidiabetes(hipoglikemik), anti
kolesterol, anti tumor,
vasorelaksan,
insektisida, anthelmentik, hepatoprotektor dan
sebagainya (Taslimah,2013).
f. Mimba (Azadirachta indica A.Juss)
Kandungan Kimia :
Tanaman ini mengandung terpen (seperti
nimbin, nimbidin, meliantriol, azadirachtin,
dan salanin). Mimba mengandung senyawa
triterpen
dan
tetraterpen
(limonoid,
protolimonoid dan kelompok gedunin).
Dalam minyak biji terdapat nimbolin A dan
B, nimbin, dan gedunin. Tanin dan minyak
atsiri terdapat pada kulit kayu dan
daun.Metabolit yang ditemukan dari tanaman
mimba antara lain disetil vilasinin,
nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, dan
azadirachtin (Apristiani dkk, 2005).
Aktivitas Farmakologi:
Tanaman ini sejak zaman dahulu di gunakan
sebagai antimikroba, anti inflamasi, antivirus,
gangguan pencernaan dan meningkatkan
sistem imun. Tanaman ini juga memiliki
khasiat antioksidan dan antikarsinogenik.
(Chomwang, 2008).
g. Terminalia chebula
Kandungan Kimia :
Pada buah di temukan 14 jenis tannin 14
(gallic acid, chebulagic acid, punicalagin,
chebulanin, corilagin, neochebulinic acid,
ellagic acid, chebulinic acid, 1,2,3,4,6-pentaO-galloyl-β-D-glucose,1,6-di-o-galloyl-Dglucose, casuarinin, 3,4,6-tri-o-glloyl-Dglucose,terchebulin),polifenol,
Flavonol,
glikosida, triterpenoid.
Aktivitas Farmakologi:
Di asia di gunakan sebagai penyembuh luka,
infeksi jamur, pembengkakan mukosa mulut,
asthma, batuk dan pilek, astringent, purgative,
gangguan saluran cerna dan laxatif.
h. Delima (Punica granatum)
Kandungan Kimia :
Kandungan kimia berupa minyak yang berisi
asam punisik, phytoestrogen, mengandung
asam organik seperti asam askorbat,asam
sitrat, asam fumarat, asam amino (seperti
proline,methionin,
dan
valine),tannin
(ellagitanin) dan polifenol.
Aktivitas Farmakologi:
Delima memiliki aktivitas anti kanker seperti
kanker payudara, kanker kulit, kanker usus
dan sebagainya selain itu juga dapat di
gunakan sebagai obat antihipertensi, penyakit
kardiovaskular,
anti
inflamasi
serta
antimikroba (Karodi et al., 2013).
i. Tanaman Arjuna (Terminalia arjuna)
Kandungan Kimia :
Alkaloid, flavonoid, tannin, triterpenoid,
polifenol
(flavonol,
flavonos
dan
penylpropanoid).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 6
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Aktivitas Farmakologi:
Kardiotonik,
diuretic,
antikanker,tumor,
antivirus(herpes simplex), hipolipidemia,
antikoaguan,
antihipertensi,antimikroba,
antitrombosit.(Vijayalakshmi et.al., 2011).
j. Kulit
Buah
Manggis
Mangostana Linn.)
Kandungan Kimia :
(Garcinia
Polyprenilat benzopfenon, xanthon prenilat,
triterpen, biflavonoid, derivate xanthon
(mangostin, mangostanol dan garcinon).
Aktivitas farmakologi :
Infeksi kulit, diare, disentri, luka, gonoroe,
penyakit
usus
kronik,
antioksidan,
antikanker,dll (Pathitirat et.al.,2010).
2.6 Metode Penentuann KHM
Penentuan aktivitas suatu antimukroba dapat
di lakukan dengan dua metode umum, yakni
metode difusi dan dilusi. Pada metode difusi
terdiri dari:
Disk Difusion
Metode menggunakan piringan yang berisi
agen antimuikroba, kemudian di letakkan
pada media agar yang sebelumnya telah
ditanami mikroorganisme sehingga agen
antimikroba dapat bedifusi pada media agar
tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya
hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
agen antimikroba.
E- test
Metode ini menggunakan strip plastik yang
mengandung agen antimikroba dari kadar
terendah sampai tertinggi dan di letakkan
pada permukaan media agar yang ditanami
mikroorganisme. Area jernih pada sekitar
strip tertentu menunjukkan konsentrasi
hambat pertumbuhan mikroba.
Ditch-plate technique
Metode ini menggunakan sampel uji agen
antimikroba yang di simpan pada parit yang
di buat dengan memotong media agar dalam
cawan petri pada bagian tengah secara
membujur dan mikroba uji, dan dioleskan kea
rah parit yang berisi agen antimikroba uji.
Cup plate Technique
Serupa dengan disk diffusion, dimana di buat
sumur pada media agar yang telah ditanami
dengan mikroorganisme dan pada sumur
tersebut diberi agen antimikroba (Aziz, 2010).
Metode dilusi terdiri dari metode cair dan
padat. Metode dilusi cair (broth dilution test)
merupakan cara penentuak KHM dengan
membuat seri pengenceran agen antimikroba
pada medium cair yang di tambahkan dengan
mikroba uji. Hasil KHM di tentukan dengan
melihat larutan uji agen antimikroba pada
kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan mikroba uji. Metode
dilusi padat cara pengerjaannya sama dengan
metode dilusi cair namun, menggunakan
media padat. Metode lain yang sering
digunakan adalah metode mkrodilusi, metode
ini menggunakan plat yang berisi 96 kolom
yang berisi biakan bakteri dan antibiotik
dengan konsntrasi tertentu. Pada metode ini
digunakan reagen pewarna untuk melihat
aktivitas antibiotik terhadap bakteri (Elof,
1998).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 7
2014
NO
NAMA TANAMAN
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
METODE
BAKTERI
UJI
ANTIBIOTIK
PEMBANDING
HASIL
Extrak Tanaman
KHM
( mg/ml)
Zona Hambat (mm)
Pembanding
KHM
( mg/ml)
Zona Hambat
1
Ekstrak Kulit buah
manggis
(Garcinia
mangostana
rind
fructus)
Mikrodilusi
P.acne
S.epidemidis
Klindamisin
0,039
0,059
15
-
15
2
Ekstrak daun Jambu
Mawar
(Syzygium
jambos folium.)
Mikrodilusi
P.acnes
Tetrasiklin
0.0313
-
0,0031
-
3
Ekstrak
daun
Terminalia
chebula( Terminalia
chebula folium)
Mikrodilusi
P.acnes
Klindamisin
0,3125
32 /10 mg
0,0004
15
4
Ekstrak
tanaman
(Terminalia
folium)
Mikrodilusi
P.acne
S.epidemidis
Klindamisin
0,315
17,9
0,0010
20
22
daun
arjuna
arjuna
daun
0,186
5
Ekstrak
batang
(Schima
folium)
dan
Puspa
wallichii
Mikrodilusi
P.acnes
doksisiklin
0,128l
-
32
-
6
Ekstrak umbi bakung
putih
(crinum
asiaticum l.)
Difusi Agar
P.acnes
S.epidemidis
Klindamisin
1,25
2,5
-
50
18
7
Ekstrak daun Mimba
(Azadirachta indica
folium)
Difusi Agar
P.acnes
Klindamisin
5
15
0,0004
15
8
Ekstrak
daun
Srikaya
(Annona
squamosa L.)
Difusi Agar
P.acnes
Klindamisin
10
15
0,0004
15
9
Ekstrak
tanaman
Patikan
Kebo
(Euphorbia hirata)
Difusi Agar
S.epidemidis
klindamisin
20
8
0,03
14,8
10
Ekstrak Kulit buah
delima
(Punica
granatum)
Cup Plate
P.acnes
Klindamisin
100
12
Tabel data KHM dan zona hambat tanaman yang memiliki aktivitas terhadap bakteri Propioni bacterium acnes dan
Staphylococcus
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 8
6
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
3. PEMBAHASAN
Jerawat merupakan suatu penyakit kulit yang
umum di derita wanita atau pria terutama
remaja usia 14-20 tahun bahkan usia 30
tahun. Timbulnya jerawat di sebabkan dan di
pengruhi oleh banyak faktor di antaranya
kelenjar minyak, keratinoid kulit berlebih,
hormon, bakteri, makanan, keadaan psikologi
(stress) dan genetik. Jerawat timbul karena
adanya produksi minyak berlebih oleh
kelenjar lemak, yang tertahan di dalam kulit
karena keratinoid rambut kulit menutupi poripori kulit sehingga menjadi komedo kecil.
Sekresi minyak berlebih di pengaruhi oleh
hormon androgen. Kelenjar minyak yang
menumpuk dan berlebih menimbulkan
peningkatan pertumbuhan flora normal kulit
yakni P.acnes. P.acnes yang bertumbuh
memicu timbulnya peradangan dan dengan
adanya bakteri S.aureus dan S.epidemidis
membuat
jerawat
yang
mengalami
peradangan menimbulkan nanah (pus).
Berbagai metode
pengobatan jerawat
dilakukan,
dari terapi non farmakologis
seperti menjaga kebersihan kulit dan pola
hidup sehat sampai dengan terapi farmakologi
menggunakan obat, baik obat kimia sintetik
maupun menggunakan cara tradisional
dengan memanfaatkan tanaman herbal yang
telah di lakukan secara turun temurun. Meski
pengobatan dengan menggunakan bahan alam
tidak seefektif obat kimia sintetik, beberapa
penelitian menemukan bahwa pengobatan
dengan herbal memiliki resiko yang lebih
ringan di bandingkan menggunakan obat
kimia sintetik yang dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan seperti resistensi
terhadap antibiotik dan kerusakan pada
jaringan kulit. Terapi tersebut di lakukan
dengan tujuan untuk mengurangi produksi
sebum, menormalkan keratinisasi kulit,
menghilangkan dan mencegah timbulnya
mikrokomedo
dan
menghambat
atau
menormalkan pertumbuhan bakteri penyebab
jerawat yang menimbulkan peradangan pada
kulit.
Dari beberapa penelitian, telah di buktikan
beberapa ekstrak tanaman memiliki aktivitas
antimikroba terhadap beberapa bakteri
penyebab timbulnya jerawat seperti P.acnes
dan S.epidemidis. Tanaman-tanaman tersebut
diantaranya adalah ekstrak kulit buah
manggis, ekstrak daun jambu mawar, ekstrak
umbi bakung putih, ekstrak tanaman patikan
kebo, ekstrak daun srikaya, ekstrak daun
mimba, ekstrak daun terminalia chebula,
ekstrak kulit buah delima, ekstrak daun
tanaman arjuna, ekstrak daun tanaman arjuna
dan ekstrak daun puspa.
Aktivitas antimikroba dari ekstrak tanamantanaman tersebut, ditentukkan menggunakan
berbagai metode seperti metode difusi dan
dilusi dengan antibiotik yang umum di
gunakan seperti klindamisin, tertasiklin dan
doksisiklin dalam konsentrasi tertentu sebagai
pembandingnya.
Aktivitas
antimikroba,
dilihat dari diameter hambat dan konsentrasi
hambat minimum yang di miliki ekstrak
tanaman berdasarkan hasil percobaan
menggunakan kedua metode tersebut. Metode
difusi seperti difusi agar merupakan metode
penentuan diameter hambat dan KHM yang
mudah di lakukan dan memerlukan tenaga
yang ringan, namun meskipun sering di
gunakan untuk membuktikan aktivitas
antimikroba
suatu
tanaman,
metode
mikrodilusi menggunakan wellplate lebih
sering di gunakan untuk membuktikan dan
menentukan aktivitas antimikroba dengan
mengetahui KHM suatu ekstrak tanaman.
Metode ini di pilih karena memiliki
sensitifitas yang lebih baik di bandingkan
metode difusi dan KHM yang di hasilkan
lebih akurat. Selain itu, bahan yang di
gunakan untuk percobaan sedikit, sehingga
dapat menghemat keperluan percobaan
meskipun proses pelaksanaannya lebih sulit
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 9
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
(Elof, 1998). Dari penelitian sepuluh tanaman
yang
dilakukan,
metode
mikrodilusi
merupakan metode yang paling banyak di
gunakan untuk menentukan KHM dan
klindamisin
merupakan
antibiotik
pembanding yang paling banyak digunakan.
Keduanya dipilih karena memiliki sensitifitas
yang lebih baik di bandingkan metode dan
antibiotik pembanding lain.
Dari kepuluh tanaman yang memiliki aktivitas
antimikroba terhadap P.acnes di antaranya
ekstrak daun jambu mawar (KMH 0,0313 mg/
ml), ekstrak kulit buah manggis (KMH 0,039
mg/ml dan diameter hambat 15 mm), ekstrak
daun puspa (KMH 0,128mg/ml), ekstrak daun
terminalia chebula (KMH 0,3125 mg/ml dan
diameter hambat 32 mm/10 mg), ekstrak daun
tanaman arjuna (KMH 0,315 mg/ml dan
diameter hambat 17,9 mm), ekstrak umbi
bakung putih (KMH 1,25 mg/ml), ekstrak
daun mimba (KMH 5 mg/ml dan diameter
hambat 15 mm), ekstrak daun srikaya (KMH
10 mg/ml dan diameter hambat 15 mm),
ekstrak kulit buah delima (KMH 100 mg/ml
dan diameter hambat 6 mm). Sedangkan
tanaman yang memiliki aktivitas terhadap S.
epidemidis adalah Ekstrak Kulit buah
manggis (KMH 0,059 mg/ml dan diameter
hambat 15 mm), Ekstrak daun tanaman arjuna
(KMH 0,186 mg/ml dan diameter hambat
17,9 mm) Ekstrak umbi bakung putih (KMH
2,5 mg/ml) dan Ekstrak tanaman Patikan
Kebo (KMH 20 mg/ml dan diameter hambat
8 mm).
Dari tanaman-tanaman tersebut, senyawa
sekunder tanaman berupa zat aktif yang
memiliki aktivitas antimikroba adalah dari
golongan tannin seperti pada ekstrak kulit
buah delima dan daun terminalia arjuna. Pada
ekstrak daun jambu mawar analog asam
anakardik sebagai zat aktif antimikroba,
sedangkan pada ekstrak kulit buah manggis
adalah mangostin. Pada beberapa senyawa
lain belum dapat dipastikan zat aktif yang
memiliki antimikroba.
4. KESIMPULAN .
Dari beberapa penelitian, di dapatkan data
tanaman yang memiliki aktivitas terhadap
bakteri
penyebab jerawat. Dari sepuluh
ekstrak tanaman, ekstrak tanaman yang
memiliki aktivitas terhadap bakteri P.acne
adalah ekstrak kulit buah manggis, ekstrak
daun jambu mawar, ekstrak umbi bakung
putih, ekstrak daun srikaya, ekstrak daun
mimba, ekstrak daun terminalia chebula,
ekstrak kulit buah delima, ekstrak daun
tanaman arjuna dan ekstrak daun puspa.
Tanaman yang paling berpotensi dalam
menghambat bakteri P.acnes adalah ekstrak
daun jambu mawar dengan KMH 0,0313 mg/
ml. Untuk tanaman yang memiliki aktivitas
terhadap bakteri S.epidemidis adalah Ekstrak
Kulit buah manggis, Ekstrak daun tanaman
arjuna, Ekstrak umbi bakung putih dan
Ekstrak tanaman Patikan Kebo. Tanaman
yang paling berpotensi dalam menghambat
bakteri S.epidemidis adalah Ekstrak Kulit
buah manggis dengan KMH 0,059 mg/ml
dengan diameter hambat 15 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, S. (2013). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun dan Umbi Bakung
Putih (Crinum asiaticum L.) Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat. Skripsi,
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan. UIN
syarif Hidayatullah: Jakarta.
Balakrishan, K.P., Narayanaswamy, N.,
Subba, P.& E.H., Poornima. (2011).
Antibacterial
Activity
of
Certain
Medicinsl Plants Againts Acne-including
Bacteria. International Journal Of
Pharma and Bio Sciences. 3(2), 476-480.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 10
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Choi, J.S., Bae, H.J., & Kim, S.J. (2011).
Invitro Anti bacterioal and anti
inflammatory Properties of Seaweed
Extract Againts Acne including Bacteria
Propionibacterium
acnes.
Journal
Environ Biol. 32,313-318.
Chomnawang,
M.T.,
Surassmo
&
Nukoolkam, V.S. (2005). Antimicrobial
Effect of Thai Medicinal Plants against
Acne Including Bacteria. Journal of Etno
Pharmacology.
Cowan, M.M. (1999). Plant Product as
Antimicrobial
Agents.
Clinical
Microbiology Reviews.4(12), 564-582.
Davis, E.C. & Callendar, V.D. (2008).
Review of Acne in Ethnic skin. Journal
Clinical Aestethic dermatology. 41(4), 2435.
effect of Syzygium jambos L.(Alston)
and Isolated Compounds on Acne
Vulgaris. BMC Complementary and
Alternative Medicine. 293(13).
Taslimah. (2014). Uji Efikasi Eksatrak biji
Srikaya sebagai Bioinsektisida dalam
upaya
Integrated
Vector
Managenent.Skripsi, Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan. UIN syarif Hidayatullah:
Jakarta.
Vijayalakshmi,
A.,
Tripura,
A.
&
Ravichandiran, V. (2011). Development
and Evaluation of Antiacne Product from
Terminalia Arjuna Bark. International
Journal of Chemtech Research.3(1),320327.
Eloff, J.N. (1998). Sensitive and Quick
Microplate Method to Determine the
Minimal Inhibitory Concentration. New
York : University of Pretoria. Press
Karodi,
R.S.,
Tripura,
A.,
C.B.,
Mahendrakumar & Bhise,K. (2013).
Evaluation of Anti Acne Activity of
Hydroalcoholic Extract of Punica
Granatum
Linn.
Journal
of
Pharmacognosy and Phytoterapy. 5(9),
160-163.
Pothitirat, W., Chomnawang, M.T. &
Gritsanpan, W. (2009). Anti-Acne
Inducing
Bacterial
Activity
of
Mangosteen Fruit Rind Extracts. Medical
Principles and Practice. 19, 281-286.
Selvan, K., R. Sentila & A. Michael. (2012).
Generation and Characterization of
Chicken Egg Yolk Antibodies Against
Propionibacterium
acnes
for
the
Prevention of Acne Vulgaris. Indian
Journal of Dermatology. 57(1), 16-19.
Sharma, R., Kishore, N. & Hussein, A.
(2013). Antibactreial and Antiinflamatory
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 11
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
LAMPIRAN 1
Gambar bakteri penyebab jerawat
Gambar 2 : Tanaman Bakung Putih (Crinum
asiaticum L.)
Gambar 1: Propionibacterium acne
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/
Propionibacterium_acnes.
Gambar 2: Staphylococcus epidemidis
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/
Staphylococcus_epidermidis
Gambar 3 : Staphylococcus aureus
Sumber : www.gardenmatrial.com
/2012/11/tanaman-bakung-bunga-putihcrinum.html
Gambar 3: Jambu Mawar (Syzygium jambos
L.)
Sumber : www.plantamor.com/
index.php?plant=1214
Gambar 4: Daun Patikan Kebo (Euphorbia
hirata)
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/
Staphylococcus_aureus
LAMPIRAN II
Gambar tanaman yang memiliki aktivitas
antibakteri :
Gambar 1:Tanaman Puspa (Schima
wallichii)
Sumber:http://www.ics.trieste.it/MAPs/
MedicinalPlants_Plant.aspx?id=612)
Gambar 5: Srikaya (Annona squamosa L.)
Sumber : http://www.plantamor.com/
index.php?plant=1122
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 12
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Sumber: http://ccrc.farmasi.ugm
.ac.id/?page_id=2288
Gambar 9 : Tanaman Arjuna (Terminalia
arjuna)
Gambar 6 : Mimba (Azadirachta indica
A.Juss)
Sumber :
Gambar 7 : Terminalia chebula
Sumber:http:/
/www.indiamart.com/pure-gold-incorp/
products.htm
Gambar 10: Delima (Punica granatum L.)
Sumber:http://www.flickriver.com/photos/
tags/terminaliachebula
Gambar 8: Kulit buah manggis (Garcinia
mangostana)
Sumber:http://manfaatbuahdaun.blogspot.com/
2014/01/manfaat-buah-delima-untukkesehatan.html
Sumber:http://www.flickriver.com/photos/tags/Garciniamangostana
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 13
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 14
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN TERHADAP BAKTERI
PENYEBAB JERAWAT
Mia Nurmalatipah (24111033), Ika Kurnia S. M.Si., Apt
ABSTRAK
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang umum di derita oleh setiap orang. Salah satu
pemicu terjadinya jerawast adalah bakteri seperti P. acne dan S. epidemidis. Pengobatan jerawat
dengan antibiotic dapat menimbulkan kerusakan pada kulit dan memungkinkan terjadinya
resistensi. Pengobatan tradisional telah banyak di gunakan dan di anggap lebih aman dan banyak
tanaman-tanaman yang telah diteliti memiliki aktivitas terhadap bakteri penyebab jerawat. Di antara
beberapa tanaman seperti mimba, srikaya, delima, daun jambu mawar, terminalia arjuna, terminalia
chebula, daun puspa, umbi bakung putih dan kulit buah manggis. Dilihat dari KHM dan zona
hambat ekstrak dibandingkan dengan 9 tanaman, tanaman jambu mawar khususnya bagian daunnya
memiliki potensi yang paling tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes dengan
KHM 0,031 mg/ml sedangkan ekstrak kulit buah manggis memiliki potensi aktivitas paling tinggi
terhadap S. epidemidis dengan KHM 0,059 mg/ml dan diameter hambat 15 mm.
Kata Kunci : jerawat, KHM, P. acne, S. epidemidis, ekstrak kulit buah manggis, jambu mawar.
ABSTRACT
Acne is one of skin disease that is common in suffered by everybody. One trigger of acne is that
bacteria as P. acne and S. epidemidis. The treatment of acne with antibiotic can inflict damage on
the skin and allow the occurrence of resistance. Traditional medicine has been much in use and in
consider safer and many plants that have been researched have activity against bacteria cause
pimpled. Among some plants as mimba, custard apples, delima, leaves jambu mawar terminalia
arjuna, terminalia chebula, leaves puspa, the tubers of white lily and the rind of manggis. Seen
from MIC and zona obstruent extract a plant, compared with 9 plant syzygium jambos especially
the part of its leaves have the potential the most high in inhibiting the growth of bacteria P. acnes
with MIC 0,031 mg / ml while garcinia fruit rind extracthas the potential the activity of most high
against S. epidemidis with MIC 0,059mg / ml and diameter inhibitor 15 mm.
Key Word: acne, MIC, P. acne, S. epidemidis, garcinia fruit rind extract, syzigium jambos.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 1
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
1. PENDAHULUAN
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit
yang paling umum, diderita lebih dari 50 juta
orang didunia. Penyakit ini dianggap penting
karena
menyangkut
kepercayaan
diri
seseorang (Davis, 2008).
Jerawat merupakan penyakit kulit yang
dikenal dengan acne vulgaris, hampir semua
orang pernah mengalami masalah jerawat.
Jerawat sering dianggap sebagai kelainan
kulit yang timbul secara fisiologis. Hal ini
umumnya terjadi pada umur sekitar 14-17
tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan
akan menghilang dengan sendirinya pada usia
sekitar 20-30 tahun. Namun kadang-kadang
terutama pada wanita, jerawat menetap
sampai dekade umur 30 tahun lebih
(Purwanti, 2010).
Meskipun jerawat merupakan penyakit yang
umum, namun patofisiologi (penyebab) masih
tidak pasti. Beberapa faktor etiologis seperti
hiperkeratinisasi, sebum, Propionibakterium
acnes dan peradangan berperan dalam
timbulnya jerawat (DM Thiobuth, 2006).
Banyaknya faktor penyebab jerawat, menjadi
suatu tantangan untuk di cari pengobatannya.
P.acnes di laporkan sebagai faktor utama
penyebab timbulnya jerawat pada manusia
(Choi et al., 2011).
Diagnosis klinis jerawat mudah di buat, tetapi
pengobatannya sering mengalami kesulitan.
Hal ini karena penyebab jerawat bersifat multi
faktorial, dan salah satu faktornya adalah
bakteri (Mertaniasih dkk,1996).
Sampai saat ini belum ada penyembuh yang
tuntas terhadap jerawat, meskipun ada
beberapa cara yang sangat menolong. Salah
satunya penggunaan antibiotik sebagai solusi
untuk jerawat yang selama beberapa dekade
masih banyak di resepkan (Yang et al.,2009).
Penggunaan obat topikal merupakan salah
satu standar pengobatan dan perawatan pada
jerawat (Aziz et al., 2013). Obat-obat seperti
tetrasiklin, klindamisin, eritromisisn, asam
salisilat, benzoil peroksid dan kombinasi dari
obat tersebut sering di gunakan sebagai obat
topikal. Meskipun telah di ketahui bertahuntahun bahwa pengobatan topikal merupakan
terapi yang kurang sukses dalm mengatasi
jerawat dan dapat menyebabkan kerusakan
serta perubahan pigmentasi pada kulit, maka
pengobatan antibiotik secara sistemik di
indikasikan. Pengobatan jerawat secara
sendiri-sendiri (hanya sistemik/lokal saja)
menjadi penyebab timbulnya resisten
terhadap bakteri penyebab jerawat (Choi et
al., 2011).
Berkaitan dengan cepatnya peningkatan
resistensi bakteri penyebab jerawat terhadap
antibiotik, maka diperlukan pencarian
terhadap substansi antimikroba baru. Bahanbahan yang berasal dari alam merupakan
sumber antimikroba yang memiliki potensi
tinggi salah satunya sebagai pengobatan
/pemeliharaan penyakit jerawat. Pengobatan
jerawat dengan cara alami dari tanaman
herbal secara turun temurun telah di lakukan
dan telah di percaya dapat mengobati masalah
jerawat. Selain itu Pengobatan yang berasal
dari tanaman herbal/alami di duga lebih aman
terhadap kulit (Choi et al., 2011).
Saat ini, banyak penelitian-penelitian
berkaitan tentang efektifitas tanaman obat
terhadap bakteri penyebab jerawat dan telah
terbukti khasiatnya seperti tanaman jambu air
(Sharma et al., 2011), tanaman mimba
(Balakrishan et al., 2011), srikaya (Aziz et al.,
2013), kulit buah manggis (Pothitirat et al.,
2011), bakung putih (Aziz et al., 2013).
Maksud dan tujuan dari tinjauan
pustaka ini adalah untuk mengetahui beberapa
tanaman yang memiliki aktivitas terhadap
bakteri penyebab jerawat serta tanaman yang
memiliki potensi yang paling tinggi dengan
membandingkan diameter hambat dan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari
setiap ekstrak tanaman.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 2
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit
yang umum terjadi pada manusia .Meskipun
jerawat bukan penyakit yang dapat
mematikan, tetapi jerawat dapat merusak
penampilan sehingga menimbulkan efek
kurang percaya diri. Jerawat umumnya terjadi
pada masa pubertas wanita dan pria, namun
tak jarang di temui jerawat pada wanita
dewasa sampai usia 30 tahun. Umumnya
timbul dibagian kulit yang berminyak
(sebasea) yaitu hidung, pipi, dahi, dagu, dada,
dan punggung (Rika, 2013).
Jerawat merupakan peradangan yang di sertai
dengan penyumbatan pada saluran kelenjar
minyak
kulit
dan
rambut
(saluran
polisebacea). Banyak faktor penyebab
timbulnya jerawat seperti hormon, diet,
genetik, stress, dan mikroba. Faktor yang
berpengaruh pada timbulnya jerawat dan di
kulit di antaranya sekresi sebum yang
berlebihan , hiperkeratinisasi kantung rambut,
dan pelepasan dari mediator inflamasi). Selain
itu, Propionibacterium acnes dilaporkan
merupakan
mikroba
utama
penyebab
terjadinya peradangan pada jerawat. Selain itu
mikroba seperti Staphylococcus epidemidis
dan Staphylococcus aureus juga di laporkan
di temukan pada lesi jerawat (Davis, 2008)..
Menurut penelitian yang di lakukan oleh
sebuah institusi kecantikan kulit di Amerika
Serikat
(Academy
Of
Dermatology)
mengatakan bahwa jerawat tidak disebabkan
oleh makanan. Tidak ada makanan yang
secara signifikan dapat menimbulkan jerawat,
tetapi ternyata sebuah hasil studi kasus
terbaru, membuktikan hal yang bertolak
belakang. Para pakar peneliti di Colondro
State University Departemen Of Health And
Exercise menemukkan bahwa makanan yang
mengandung kadar gula dan kadar
karbohidrat yang tinggi memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam timbulnya jerawat.
Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa
mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat
meningkatkan kadar insulin dalam darah,
dimana hal tersebut memicu produksi hormon
androgen yang membuat kulit jadi berminyak
dan kadar minyak yang tinggi dalam kulit
merupakan pemicu paling besar terhadap
timbulnya jerawat.
c. Kosmetik
Penggunaan kosmetik yang melekat pada
kulit menutupi pori-pori, jika tidak segera
dibersihkan akan menyumbat saluran kelenjar
palit dan menimulkan jerawat yang disebut
komedo. Kosmetik yang paling umum
penyebab timbulnya jerawat yaitu kosmetik
pelembab yang langsung menempel pada kulit
(Rika, 2013).
2.2 Penyebab Jerawat
d. Infeksi Bakteri
a. Hormonal
Dalam beberapa penelitian, disebutkan bahwa
bakteri merupakan salah satu penyebab
timbulnya jerawat. Berikut merupakan bakteri
yang sering ditemukan dalam lesi jerawat :
Sekresi kelenjar sebaseus yang hiperaktif
dipicu
oleh
pembentukkan
hormone
testosterone(androgen)
yang
berlebih
sehingga pada usia pubertas akan banyak
timbul jerawat pada wajah, dada, punggung,
sedangkan pada wanita selain hormone
androgen, produksi lipida dari kelenjar
sebaseus di pacu oleh hormone luteinzing
yang meningkat saat menstruasi.
b. Makanan
Propionibacterium acnes
Merupakan salah satu bakteri Gram positif
berbrntuk basil dan brsifat anaerob obligat.
P.acnes merupakan mikroba kulit yang sering
ditemukan pada kulit yang kaya akan kelenjar
sebasea sperti kulit di kepala dan muka.
P.acnes merupakan agen utama etiologi
inflamasi pada jerawat (Aziz et al., 2013).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 3
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
2014
Staphylococcus epidemidis
Staphylococcus epidemidis merupakan bakteri
yang sering di temukan sebagai flora normal
kulit
dan
selaput
lendir
manusia.
S.epidemidis merupakan salah satu bakteri
Gram positif berbentuk bulat, biasanya
tersusun dalam rangkaian yang tak beraturan
dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini
merupakan penyebab infeksi kulit rinagan
yang di sertai abses. Bakteri ini juga diduga
berperan dalam pelepasan asam oleat hasil
hidrolisisnya oleh lipase yang di duga
berpengaruh terhadap perkembangan jerawat
(Aziz et al., 2013).
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri
yang sering di temukan sebagai flora normal
kulit dan selaput lendir manusia. S.aureus
merupakan salah satu bakteri Gram positif
berbentuk bulat. S.aureus hidup dalam saluran
saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia
dan hewan seperti
hidung,mulut dan
tenggorokan. S.aureus memiliki kemampuan
untuk mensintesis lipase yang dapt mengubah
sebum trigliserid menjadi asam lemak bebas
yang dapat merangsang inflamasi. Bakteri ini
dapat
menyebabkan
pus
(nanah)
(Mertaniasih,1996).
2.3 Patofisiologis Jerawat
Gambar 2.3.1 patofisiologi jerawat.
Tahap Patofisiologi jerawat:
1. Peningkatan
sebaseus.
sebum
pada
kelenjar
2. Hiperkeratinisasi folikel rambut.
3. Infeksi P.acnes
4. Inflamasi
Peningkatan sebum(minyak) yang di hasilkan
oleh kelenjar minyak yang di pengaruhi oleh
hormon terutama hormon androgen. Hormon
androgen juga salah satu penyebab terjadinya
hiperkeratinisasi
yang
menyebabkan
penebalan dan penyumbatan pada pori kulit
sehingga minyak yang di produksi secara
berlebihan tertahan di dalam. Salah satu
kandungan dari minyak yakni trigliserida,
memicu produksi flora normal kulit yakni
P.acnes berkembang secara berlebihan yang
kemudian
menimbulkan
peradangan
(Balakrishan et al., 2011).
2.4 Terapi Jerawat
Terapi jerawat di lakukan tanpa menggunakan
obat atau di sebut juga terapi nonfarmakologi. Terapi ini di lakukan dengan
menjaga kebersihan daerah yang rentan di
tumbuhi jerawat, mengurangi penggunaan
make-up yang berat dan memilih make up
yang ringan yang bebas minyak dan tidak
menimbulkan komedo. Selain itu, tidak
menyentuh atau memijat jerawat yang sudah
timbul
membantu
penyebaran
dan
mempercepat proses penyembuhan jerawat.
Terapi lain yang di lakukan tanpa
mengkonsumsi obat kimia yakni dengan
teknologi laser/terapi sinar atau oprasi.
Pada terapi farmakologi dapat menggunakan
bahan obat dengan cara terapi topikal, terapi
sistemik (diminum) atau dengan terapi
hormonal. Terapi tersebut di lakukan dengna
menggunakan obat kimia sintetik dan dapat di
lakukan dengan terapi herbal. Terapi
farmakologi menggunakan bahan kimia
sinterik seperti penggunaan antibiotik secara
topical maupun oral (sistemik). Peanggunaann
antibiotik merupakan salah satu terapi untuk
mengurangi peradangan dan menghentikan
pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.
Antibiotic yang sering di gunakan diantaranya
klindamisin, tetrasiklin dan doksisiklin.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 4
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Klindamisin dan doksisiklin merupakan
antibiotik yang bekerja dengan mekanisme
kerja menghambat sintesis protein bakteri
(Tan, 1964).
Terapi farmaklologi menggunakan zat kimia
sintetik dapat beresiko merusak struktur
susunan kulit atau karsinogenik serta dapat
beresiko terjadinya resistensi bakteri terhadap
antibiotik yang di berikan. Beberapa
penelitian di laporkan bahwa pasien
berjerawat
yang
menerima antibiotik
tetrasiklin, klindamisin atau eritromisisn
sebagai pengobatan cenderung menyebabkan
peningkatan terjadinya infeksi saluran nafas
atas bila di bandingkan dengan pasien
berjerawat tanpa terapi antibiotik (Choi et al.,
2011).
Terapi farmakologi lain yang sering di
gunakan secara turun temurun sampai saat ini
adalah terapi dengan menggunakan tanaman
herbal seperti kulit buah delima atau ekstrak
kulit buah manggis baik di minum maupun di
gunakan secara topical (Chomnawang et al.,
2005).
2.5 Tinjauan Tanaman
a. Tanaman Puspa (Schima wallichii)
Kandungan kimia :
Kelompok senyawa yang terkandung dalam
ekstrak etanol daun puspa adalah polifenol,
steroid, kionon dan saponin, dan kulit batang
mengandung flavonoid, kuinon dan saponin.
Aktivitas farmakologis :
Beberapa kegunaan dari tanaman puspa
adalah batang berkhasiat sebagai anti emetik
dan untuk penyaki telinga. Daun puspa di
gunakan untuk penghancur batu ginjal.
Bunganya di gunakan sebagai disuria dan
untuk penyakit jiwa (Reni, 2013).
b. Tanaman
Bakung
asiaticum L.)
Kandungan Kimia :
Putih
(Crinum
Pada ekstrak etanol dari daun dan umbi
bakung putih (Crinum asiaticum L)
menunjukkan adanya tannin dan alkaloid
berupa likorin dan dari umbi dapat ditemukan
senyawa kriasiatisidin, pratorimin, likorin,
sedangkan pada bagian daun dapat di isolasi
senyawa krinamin, likorin, norgalantamin dan
epinogalantanin.
Aktivitas Farmakologi :
Perangsang muntah, penetral racun, peluruh
keringat, obat cacing, merangsang masaknya
bisul,
menghilangkan
pembengkakan,
menghilangkan rasa sakit (analgesik),
pelembut kulit dan obat luka. Selain itu dapat
pula di gunakan sebagai perangsang
pertumbuhan rambut serta anti inflamasi
(Aziz et al., 2013).
c. Jambu Mawar (Syzygium jambos L.)
Aktivitas Farmakologi :
Tanaman yang tumbuh di Afrika, Amerika
dan Asia ini merupakan tanaman yang
memiliki khasiat antimikroba, analgetik,
daunnya sebagai diuretic dan antirheumatik.
Sedangkan bijinya di gunakan sebagai
antidiare, diabetes, katarak dan obat disentri.
Sedangkan untuk kulit kayunya di gunakan
sebagai anti asma dan bronchitis (Sharma et
al., 2011).
Kandungan Kimia :
d. Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirata)
Aktivitas Farmakologi :
Anti
asma,
antidiare,
antipiretik,
antimikroba, ,anti inflamasi dan penyakit
mata,dll.
Kandungan Kimia :
Tanin, flavonoid (terutama quercitrin dan
myricitrin ), triterpenoid(terutama taraxerone
dan 11α, 12 αoxidotaraxterol), terdapat pula
kandungan senyawa aktif lainnya seperti
alkaloida, sterol (24 methylenecycloartenol)
dan polifenol (Yanti, 2009).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 5
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
e. Srikaya (Annona squamosa L.)
Kandungan zat aktif:
Tanaman ini mengandung beberapa senyawa
aktif, antara lain flavonoid, borneol, camphor,
alkaloid, terpen, saponin, tannin, polifenol
dan senyawa poliketida. Kulit batang daun
dan biji mengandung asetogenin, alkaloid
annonia, squamosamide, dan senyawasenyawa kelompok aforfin seperti klonidin,
romerin, narkoridin, norisokoridin dan
glausin.(Anonim). Pada biji buah di temukan
squamosin, asetogenin, asam lemak, asam
amino. Pada daun di temukan kandungan
senyawa alkaloid tetrahidroksisquinolin.
Bunga mengandung asam kaur-1,6-ene-1,9oat sebagai komponen aktif. Akarnya
mengandung senyawa flavonoid, borneol,
kamfer, terpen, alkaloid anonain, saponin,
tannin, dan polifenol, kulit kayu mengandung
flavonoid,borneol, kamfer, terpen, dan
alkaloid anonain.
Aktivitas farmakologi :
Tanaman ini memiliki aktivitas farmakologi
antimikroba, analgetik, anti inflamasi,
antioksidan, antidiabetes(hipoglikemik), anti
kolesterol, anti tumor,
vasorelaksan,
insektisida, anthelmentik, hepatoprotektor dan
sebagainya (Taslimah,2013).
f. Mimba (Azadirachta indica A.Juss)
Kandungan Kimia :
Tanaman ini mengandung terpen (seperti
nimbin, nimbidin, meliantriol, azadirachtin,
dan salanin). Mimba mengandung senyawa
triterpen
dan
tetraterpen
(limonoid,
protolimonoid dan kelompok gedunin).
Dalam minyak biji terdapat nimbolin A dan
B, nimbin, dan gedunin. Tanin dan minyak
atsiri terdapat pada kulit kayu dan
daun.Metabolit yang ditemukan dari tanaman
mimba antara lain disetil vilasinin,
nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, dan
azadirachtin (Apristiani dkk, 2005).
Aktivitas Farmakologi:
Tanaman ini sejak zaman dahulu di gunakan
sebagai antimikroba, anti inflamasi, antivirus,
gangguan pencernaan dan meningkatkan
sistem imun. Tanaman ini juga memiliki
khasiat antioksidan dan antikarsinogenik.
(Chomwang, 2008).
g. Terminalia chebula
Kandungan Kimia :
Pada buah di temukan 14 jenis tannin 14
(gallic acid, chebulagic acid, punicalagin,
chebulanin, corilagin, neochebulinic acid,
ellagic acid, chebulinic acid, 1,2,3,4,6-pentaO-galloyl-β-D-glucose,1,6-di-o-galloyl-Dglucose, casuarinin, 3,4,6-tri-o-glloyl-Dglucose,terchebulin),polifenol,
Flavonol,
glikosida, triterpenoid.
Aktivitas Farmakologi:
Di asia di gunakan sebagai penyembuh luka,
infeksi jamur, pembengkakan mukosa mulut,
asthma, batuk dan pilek, astringent, purgative,
gangguan saluran cerna dan laxatif.
h. Delima (Punica granatum)
Kandungan Kimia :
Kandungan kimia berupa minyak yang berisi
asam punisik, phytoestrogen, mengandung
asam organik seperti asam askorbat,asam
sitrat, asam fumarat, asam amino (seperti
proline,methionin,
dan
valine),tannin
(ellagitanin) dan polifenol.
Aktivitas Farmakologi:
Delima memiliki aktivitas anti kanker seperti
kanker payudara, kanker kulit, kanker usus
dan sebagainya selain itu juga dapat di
gunakan sebagai obat antihipertensi, penyakit
kardiovaskular,
anti
inflamasi
serta
antimikroba (Karodi et al., 2013).
i. Tanaman Arjuna (Terminalia arjuna)
Kandungan Kimia :
Alkaloid, flavonoid, tannin, triterpenoid,
polifenol
(flavonol,
flavonos
dan
penylpropanoid).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 6
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Aktivitas Farmakologi:
Kardiotonik,
diuretic,
antikanker,tumor,
antivirus(herpes simplex), hipolipidemia,
antikoaguan,
antihipertensi,antimikroba,
antitrombosit.(Vijayalakshmi et.al., 2011).
j. Kulit
Buah
Manggis
Mangostana Linn.)
Kandungan Kimia :
(Garcinia
Polyprenilat benzopfenon, xanthon prenilat,
triterpen, biflavonoid, derivate xanthon
(mangostin, mangostanol dan garcinon).
Aktivitas farmakologi :
Infeksi kulit, diare, disentri, luka, gonoroe,
penyakit
usus
kronik,
antioksidan,
antikanker,dll (Pathitirat et.al.,2010).
2.6 Metode Penentuann KHM
Penentuan aktivitas suatu antimukroba dapat
di lakukan dengan dua metode umum, yakni
metode difusi dan dilusi. Pada metode difusi
terdiri dari:
Disk Difusion
Metode menggunakan piringan yang berisi
agen antimuikroba, kemudian di letakkan
pada media agar yang sebelumnya telah
ditanami mikroorganisme sehingga agen
antimikroba dapat bedifusi pada media agar
tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya
hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
agen antimikroba.
E- test
Metode ini menggunakan strip plastik yang
mengandung agen antimikroba dari kadar
terendah sampai tertinggi dan di letakkan
pada permukaan media agar yang ditanami
mikroorganisme. Area jernih pada sekitar
strip tertentu menunjukkan konsentrasi
hambat pertumbuhan mikroba.
Ditch-plate technique
Metode ini menggunakan sampel uji agen
antimikroba yang di simpan pada parit yang
di buat dengan memotong media agar dalam
cawan petri pada bagian tengah secara
membujur dan mikroba uji, dan dioleskan kea
rah parit yang berisi agen antimikroba uji.
Cup plate Technique
Serupa dengan disk diffusion, dimana di buat
sumur pada media agar yang telah ditanami
dengan mikroorganisme dan pada sumur
tersebut diberi agen antimikroba (Aziz, 2010).
Metode dilusi terdiri dari metode cair dan
padat. Metode dilusi cair (broth dilution test)
merupakan cara penentuak KHM dengan
membuat seri pengenceran agen antimikroba
pada medium cair yang di tambahkan dengan
mikroba uji. Hasil KHM di tentukan dengan
melihat larutan uji agen antimikroba pada
kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan mikroba uji. Metode
dilusi padat cara pengerjaannya sama dengan
metode dilusi cair namun, menggunakan
media padat. Metode lain yang sering
digunakan adalah metode mkrodilusi, metode
ini menggunakan plat yang berisi 96 kolom
yang berisi biakan bakteri dan antibiotik
dengan konsntrasi tertentu. Pada metode ini
digunakan reagen pewarna untuk melihat
aktivitas antibiotik terhadap bakteri (Elof,
1998).
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 7
2014
NO
NAMA TANAMAN
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
METODE
BAKTERI
UJI
ANTIBIOTIK
PEMBANDING
HASIL
Extrak Tanaman
KHM
( mg/ml)
Zona Hambat (mm)
Pembanding
KHM
( mg/ml)
Zona Hambat
1
Ekstrak Kulit buah
manggis
(Garcinia
mangostana
rind
fructus)
Mikrodilusi
P.acne
S.epidemidis
Klindamisin
0,039
0,059
15
-
15
2
Ekstrak daun Jambu
Mawar
(Syzygium
jambos folium.)
Mikrodilusi
P.acnes
Tetrasiklin
0.0313
-
0,0031
-
3
Ekstrak
daun
Terminalia
chebula( Terminalia
chebula folium)
Mikrodilusi
P.acnes
Klindamisin
0,3125
32 /10 mg
0,0004
15
4
Ekstrak
tanaman
(Terminalia
folium)
Mikrodilusi
P.acne
S.epidemidis
Klindamisin
0,315
17,9
0,0010
20
22
daun
arjuna
arjuna
daun
0,186
5
Ekstrak
batang
(Schima
folium)
dan
Puspa
wallichii
Mikrodilusi
P.acnes
doksisiklin
0,128l
-
32
-
6
Ekstrak umbi bakung
putih
(crinum
asiaticum l.)
Difusi Agar
P.acnes
S.epidemidis
Klindamisin
1,25
2,5
-
50
18
7
Ekstrak daun Mimba
(Azadirachta indica
folium)
Difusi Agar
P.acnes
Klindamisin
5
15
0,0004
15
8
Ekstrak
daun
Srikaya
(Annona
squamosa L.)
Difusi Agar
P.acnes
Klindamisin
10
15
0,0004
15
9
Ekstrak
tanaman
Patikan
Kebo
(Euphorbia hirata)
Difusi Agar
S.epidemidis
klindamisin
20
8
0,03
14,8
10
Ekstrak Kulit buah
delima
(Punica
granatum)
Cup Plate
P.acnes
Klindamisin
100
12
Tabel data KHM dan zona hambat tanaman yang memiliki aktivitas terhadap bakteri Propioni bacterium acnes dan
Staphylococcus
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 8
6
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
3. PEMBAHASAN
Jerawat merupakan suatu penyakit kulit yang
umum di derita wanita atau pria terutama
remaja usia 14-20 tahun bahkan usia 30
tahun. Timbulnya jerawat di sebabkan dan di
pengruhi oleh banyak faktor di antaranya
kelenjar minyak, keratinoid kulit berlebih,
hormon, bakteri, makanan, keadaan psikologi
(stress) dan genetik. Jerawat timbul karena
adanya produksi minyak berlebih oleh
kelenjar lemak, yang tertahan di dalam kulit
karena keratinoid rambut kulit menutupi poripori kulit sehingga menjadi komedo kecil.
Sekresi minyak berlebih di pengaruhi oleh
hormon androgen. Kelenjar minyak yang
menumpuk dan berlebih menimbulkan
peningkatan pertumbuhan flora normal kulit
yakni P.acnes. P.acnes yang bertumbuh
memicu timbulnya peradangan dan dengan
adanya bakteri S.aureus dan S.epidemidis
membuat
jerawat
yang
mengalami
peradangan menimbulkan nanah (pus).
Berbagai metode
pengobatan jerawat
dilakukan,
dari terapi non farmakologis
seperti menjaga kebersihan kulit dan pola
hidup sehat sampai dengan terapi farmakologi
menggunakan obat, baik obat kimia sintetik
maupun menggunakan cara tradisional
dengan memanfaatkan tanaman herbal yang
telah di lakukan secara turun temurun. Meski
pengobatan dengan menggunakan bahan alam
tidak seefektif obat kimia sintetik, beberapa
penelitian menemukan bahwa pengobatan
dengan herbal memiliki resiko yang lebih
ringan di bandingkan menggunakan obat
kimia sintetik yang dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan seperti resistensi
terhadap antibiotik dan kerusakan pada
jaringan kulit. Terapi tersebut di lakukan
dengan tujuan untuk mengurangi produksi
sebum, menormalkan keratinisasi kulit,
menghilangkan dan mencegah timbulnya
mikrokomedo
dan
menghambat
atau
menormalkan pertumbuhan bakteri penyebab
jerawat yang menimbulkan peradangan pada
kulit.
Dari beberapa penelitian, telah di buktikan
beberapa ekstrak tanaman memiliki aktivitas
antimikroba terhadap beberapa bakteri
penyebab timbulnya jerawat seperti P.acnes
dan S.epidemidis. Tanaman-tanaman tersebut
diantaranya adalah ekstrak kulit buah
manggis, ekstrak daun jambu mawar, ekstrak
umbi bakung putih, ekstrak tanaman patikan
kebo, ekstrak daun srikaya, ekstrak daun
mimba, ekstrak daun terminalia chebula,
ekstrak kulit buah delima, ekstrak daun
tanaman arjuna, ekstrak daun tanaman arjuna
dan ekstrak daun puspa.
Aktivitas antimikroba dari ekstrak tanamantanaman tersebut, ditentukkan menggunakan
berbagai metode seperti metode difusi dan
dilusi dengan antibiotik yang umum di
gunakan seperti klindamisin, tertasiklin dan
doksisiklin dalam konsentrasi tertentu sebagai
pembandingnya.
Aktivitas
antimikroba,
dilihat dari diameter hambat dan konsentrasi
hambat minimum yang di miliki ekstrak
tanaman berdasarkan hasil percobaan
menggunakan kedua metode tersebut. Metode
difusi seperti difusi agar merupakan metode
penentuan diameter hambat dan KHM yang
mudah di lakukan dan memerlukan tenaga
yang ringan, namun meskipun sering di
gunakan untuk membuktikan aktivitas
antimikroba
suatu
tanaman,
metode
mikrodilusi menggunakan wellplate lebih
sering di gunakan untuk membuktikan dan
menentukan aktivitas antimikroba dengan
mengetahui KHM suatu ekstrak tanaman.
Metode ini di pilih karena memiliki
sensitifitas yang lebih baik di bandingkan
metode difusi dan KHM yang di hasilkan
lebih akurat. Selain itu, bahan yang di
gunakan untuk percobaan sedikit, sehingga
dapat menghemat keperluan percobaan
meskipun proses pelaksanaannya lebih sulit
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 9
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
(Elof, 1998). Dari penelitian sepuluh tanaman
yang
dilakukan,
metode
mikrodilusi
merupakan metode yang paling banyak di
gunakan untuk menentukan KHM dan
klindamisin
merupakan
antibiotik
pembanding yang paling banyak digunakan.
Keduanya dipilih karena memiliki sensitifitas
yang lebih baik di bandingkan metode dan
antibiotik pembanding lain.
Dari kepuluh tanaman yang memiliki aktivitas
antimikroba terhadap P.acnes di antaranya
ekstrak daun jambu mawar (KMH 0,0313 mg/
ml), ekstrak kulit buah manggis (KMH 0,039
mg/ml dan diameter hambat 15 mm), ekstrak
daun puspa (KMH 0,128mg/ml), ekstrak daun
terminalia chebula (KMH 0,3125 mg/ml dan
diameter hambat 32 mm/10 mg), ekstrak daun
tanaman arjuna (KMH 0,315 mg/ml dan
diameter hambat 17,9 mm), ekstrak umbi
bakung putih (KMH 1,25 mg/ml), ekstrak
daun mimba (KMH 5 mg/ml dan diameter
hambat 15 mm), ekstrak daun srikaya (KMH
10 mg/ml dan diameter hambat 15 mm),
ekstrak kulit buah delima (KMH 100 mg/ml
dan diameter hambat 6 mm). Sedangkan
tanaman yang memiliki aktivitas terhadap S.
epidemidis adalah Ekstrak Kulit buah
manggis (KMH 0,059 mg/ml dan diameter
hambat 15 mm), Ekstrak daun tanaman arjuna
(KMH 0,186 mg/ml dan diameter hambat
17,9 mm) Ekstrak umbi bakung putih (KMH
2,5 mg/ml) dan Ekstrak tanaman Patikan
Kebo (KMH 20 mg/ml dan diameter hambat
8 mm).
Dari tanaman-tanaman tersebut, senyawa
sekunder tanaman berupa zat aktif yang
memiliki aktivitas antimikroba adalah dari
golongan tannin seperti pada ekstrak kulit
buah delima dan daun terminalia arjuna. Pada
ekstrak daun jambu mawar analog asam
anakardik sebagai zat aktif antimikroba,
sedangkan pada ekstrak kulit buah manggis
adalah mangostin. Pada beberapa senyawa
lain belum dapat dipastikan zat aktif yang
memiliki antimikroba.
4. KESIMPULAN .
Dari beberapa penelitian, di dapatkan data
tanaman yang memiliki aktivitas terhadap
bakteri
penyebab jerawat. Dari sepuluh
ekstrak tanaman, ekstrak tanaman yang
memiliki aktivitas terhadap bakteri P.acne
adalah ekstrak kulit buah manggis, ekstrak
daun jambu mawar, ekstrak umbi bakung
putih, ekstrak daun srikaya, ekstrak daun
mimba, ekstrak daun terminalia chebula,
ekstrak kulit buah delima, ekstrak daun
tanaman arjuna dan ekstrak daun puspa.
Tanaman yang paling berpotensi dalam
menghambat bakteri P.acnes adalah ekstrak
daun jambu mawar dengan KMH 0,0313 mg/
ml. Untuk tanaman yang memiliki aktivitas
terhadap bakteri S.epidemidis adalah Ekstrak
Kulit buah manggis, Ekstrak daun tanaman
arjuna, Ekstrak umbi bakung putih dan
Ekstrak tanaman Patikan Kebo. Tanaman
yang paling berpotensi dalam menghambat
bakteri S.epidemidis adalah Ekstrak Kulit
buah manggis dengan KMH 0,059 mg/ml
dengan diameter hambat 15 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, S. (2013). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun dan Umbi Bakung
Putih (Crinum asiaticum L.) Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat. Skripsi,
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan. UIN
syarif Hidayatullah: Jakarta.
Balakrishan, K.P., Narayanaswamy, N.,
Subba, P.& E.H., Poornima. (2011).
Antibacterial
Activity
of
Certain
Medicinsl Plants Againts Acne-including
Bacteria. International Journal Of
Pharma and Bio Sciences. 3(2), 476-480.
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 10
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Choi, J.S., Bae, H.J., & Kim, S.J. (2011).
Invitro Anti bacterioal and anti
inflammatory Properties of Seaweed
Extract Againts Acne including Bacteria
Propionibacterium
acnes.
Journal
Environ Biol. 32,313-318.
Chomnawang,
M.T.,
Surassmo
&
Nukoolkam, V.S. (2005). Antimicrobial
Effect of Thai Medicinal Plants against
Acne Including Bacteria. Journal of Etno
Pharmacology.
Cowan, M.M. (1999). Plant Product as
Antimicrobial
Agents.
Clinical
Microbiology Reviews.4(12), 564-582.
Davis, E.C. & Callendar, V.D. (2008).
Review of Acne in Ethnic skin. Journal
Clinical Aestethic dermatology. 41(4), 2435.
effect of Syzygium jambos L.(Alston)
and Isolated Compounds on Acne
Vulgaris. BMC Complementary and
Alternative Medicine. 293(13).
Taslimah. (2014). Uji Efikasi Eksatrak biji
Srikaya sebagai Bioinsektisida dalam
upaya
Integrated
Vector
Managenent.Skripsi, Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan. UIN syarif Hidayatullah:
Jakarta.
Vijayalakshmi,
A.,
Tripura,
A.
&
Ravichandiran, V. (2011). Development
and Evaluation of Antiacne Product from
Terminalia Arjuna Bark. International
Journal of Chemtech Research.3(1),320327.
Eloff, J.N. (1998). Sensitive and Quick
Microplate Method to Determine the
Minimal Inhibitory Concentration. New
York : University of Pretoria. Press
Karodi,
R.S.,
Tripura,
A.,
C.B.,
Mahendrakumar & Bhise,K. (2013).
Evaluation of Anti Acne Activity of
Hydroalcoholic Extract of Punica
Granatum
Linn.
Journal
of
Pharmacognosy and Phytoterapy. 5(9),
160-163.
Pothitirat, W., Chomnawang, M.T. &
Gritsanpan, W. (2009). Anti-Acne
Inducing
Bacterial
Activity
of
Mangosteen Fruit Rind Extracts. Medical
Principles and Practice. 19, 281-286.
Selvan, K., R. Sentila & A. Michael. (2012).
Generation and Characterization of
Chicken Egg Yolk Antibodies Against
Propionibacterium
acnes
for
the
Prevention of Acne Vulgaris. Indian
Journal of Dermatology. 57(1), 16-19.
Sharma, R., Kishore, N. & Hussein, A.
(2013). Antibactreial and Antiinflamatory
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 11
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
LAMPIRAN 1
Gambar bakteri penyebab jerawat
Gambar 2 : Tanaman Bakung Putih (Crinum
asiaticum L.)
Gambar 1: Propionibacterium acne
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/
Propionibacterium_acnes.
Gambar 2: Staphylococcus epidemidis
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/
Staphylococcus_epidermidis
Gambar 3 : Staphylococcus aureus
Sumber : www.gardenmatrial.com
/2012/11/tanaman-bakung-bunga-putihcrinum.html
Gambar 3: Jambu Mawar (Syzygium jambos
L.)
Sumber : www.plantamor.com/
index.php?plant=1214
Gambar 4: Daun Patikan Kebo (Euphorbia
hirata)
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/
Staphylococcus_aureus
LAMPIRAN II
Gambar tanaman yang memiliki aktivitas
antibakteri :
Gambar 1:Tanaman Puspa (Schima
wallichii)
Sumber:http://www.ics.trieste.it/MAPs/
MedicinalPlants_Plant.aspx?id=612)
Gambar 5: Srikaya (Annona squamosa L.)
Sumber : http://www.plantamor.com/
index.php?plant=1122
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 12
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Sumber: http://ccrc.farmasi.ugm
.ac.id/?page_id=2288
Gambar 9 : Tanaman Arjuna (Terminalia
arjuna)
Gambar 6 : Mimba (Azadirachta indica
A.Juss)
Sumber :
Gambar 7 : Terminalia chebula
Sumber:http:/
/www.indiamart.com/pure-gold-incorp/
products.htm
Gambar 10: Delima (Punica granatum L.)
Sumber:http://www.flickriver.com/photos/
tags/terminaliachebula
Gambar 8: Kulit buah manggis (Garcinia
mangostana)
Sumber:http://manfaatbuahdaun.blogspot.com/
2014/01/manfaat-buah-delima-untukkesehatan.html
Sumber:http://www.flickriver.com/photos/tags/Garciniamangostana
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 13
2014
KAJIAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Mia Nurmalatipah (24111033) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 14