VISUALISASI PERCOBAAN INTRUSI AIR LAUT D

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil dan Analisis Data Penelitian
Bab ini memaparkan data penelitian dan analisis terkait yang didapatkan

dari kegiatan pemilihan sampel dan kegiatan belajar mengajar di kelas. Data
penelitian berupa data terkait pemilihan sampel dan hasil belajar siswa yang
terdiri dari hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor serta angket respons
siswa dan lembar keterlaksanaan RPP.
1.

Analisis Pemilihan Sampel

a. Uji Normalitas
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. Sebelum perlakuan diterapkan, terlebih dahulu pengetahuan awal siswa
tentang bencana kebumian diukur melalui beberapa soal pre-test. Nilai pre-test ini
dibandingkan dengan nilai post-test yang diberikan setelah perlakuan. Selain itu,

nilai pre-test akan dianalisis dengan menguji level normalitas sampel penelitian
yang selanjutnya sebagai dasar untuk pengujian homogenitas.
Penggunaan nilai pre-test untuk menguji level normalitas sampel penelitian
dianggap perlu untuk memastikan apakah kelas VIII-G SMPN 2 Lamongan
representatif sebagai sampel penelitian pembelajaran dengan memanfaatkankan
visualisasi percobaan intrusi air laut di laboratorium yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa terkait bencana alam kebumian. Selain itu,
penentuan level normalitas sampel digunakan untuk menentukan analisis statistik

32

33

hubungan antara nilai pre-test dan post-test. Adapun nilai pre-test masing-masing
siswa dapat dilihat pada lampiran 4.a
Dari data nilai pre-test masing-masing siswa, dapat dilakukan uji normalitas
dengan beberapa cara uji statistika. Dengan mempertimbangkan sampel yang
digunakan hanya 28 orang dan juga dengan pertimbangan tidak ada kemungkinan
untuk menambah sampel dikarenakan beberapa alasan, sehingga uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Lilliefors. Adapun hasil uji

normalitas Lilliefors dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Adapun rincian
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.b.
Tabel 4.1. Hasil perhitungan uji normalitas pre-test

Dari Tabel
atas, didapatkan
penelitian

Xi

fkum

Zi

10
18
20
25
27
30

35
38
40
42
45
52

1
3
6
7
8
12
18
22
24
25
27
28


-2.36
-1.54
-1.33
-0.81
-0.61
-0.30
0.22
0.53
0.73
0.94
1.25
1.97

F(zi)S(zi)
0.027
0.045
0.122
0.041
0.015
0.046

0.056
0.084
0.090
0.066
0.070
0.024

4.1 tersebut di
bahwa

sampel

berdistribusi

normal. Oleh karena nilai tertinggi Lo (0.122) < Ltabel (0,1641) seperti terlihat pada
Lampiran 5.a, maka Ho diterima. Dengan demikian sampel penelitian
disimpulkan berasal dari distribusi normal. Selanjutnya, Hal ini sebagai dasar
untuk menentukan homogenitas dari populasi.
b. Uji Homogenitas


34

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
bersifat homogen. Data yang diuji adalah data pretest masing-masing kelas. Hasil
perhitungan uji homogenitas ditunjukkan pada Tabel 4.2. Sedangkan untuk
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.d.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Homogenitas

Kelas

ni

S 2i

VIII E

30

123,871


VIII F

29

187,432

VIII G

29

159,935

VIII H

28

136,259

2


S gab

B

χ 2tabel

χ

151,76
3

244,2
9

7,81

1 ,42

hitung


Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa X2hitung < X2tabel. Hal ini menunjukkan
syarat homogenitas terpenuhi (H0 diterima). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua sampel yang juga merupakan populasi bersifat homogen
2.

Analisis Hasil Belajar Kognitif
Pada akhir pembelajaran, post-test diberikan untuk mengukur pengetahuan

siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan memanfaatkan video percobaan
simulasi intrusi air laut. Selisih nilai post-test dan pre-test dijadikan sebagai acuan
perhitungan peningkatan hasil belajar siswa tentang bencana alam kebumian.
Adapun daftar lengkap nilai post-test masing-masing siswa secara terperinci dapat
dilihat pada lampiran 4.c.
Dari data nilai post-test masing-masing siswa, dapat dilihat bahwa terdapat
kenaikan nilai siswa, baik secara individu maupun secara klasikal. Nilai pre-test
masing-masing siswa mengalami kenaikan dibanding dengan nilai post-test dari
sebelum pembelajaran, sehingga hal ini berimbas pada kenaikan nilai rata-rata

35


kelas pada post-test tersebut. Adapun perbandingan nilai rata-rata kelas baik pretest maupun post-test dapat dilihat pada Gambar 4.1
Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest dan Postest
100

83.11

80
60

pre-test
post-test

32.29

40
20

0
Rata-rata nilai kelas VIII G


Selain membandingkan nilai rata-rata kelas pada pre-test dan post-test,
Gambar 4.1 perbandingan nilai rerata pre-test dan posttest.

dilakukan pula penilaian terhadap pencapaian hasil belajar kognitif dalam hal
pencapaian masing-masing indikator. Gambar 4.2 berikut merupakan gambaran
pencapaian hasil belajar siswa pada masing-masing indikator.
100

97.14

84.05
80
60

88.10

96.43

73.29
58.21
41.86

40

34.29

25.95

25.71

4

5

20
0

pretest
74.64

1

2

3

18.10

6

Dari Gambar 4.2 di atas, dapat dilihat presentase perbandingan antara
Gambar 4.2 Pencapaian hasil belajar kognitif tiap indikator

pencapaian hasil belajar kognitif siswa dalam satu kelas pada masing-masing
indikator yang menggambarkan terjadi peningkatan nilai hasil belajar pada
masing-masing indikator. Akan tetapi, pada indicator kedua dan keenam belum
mendapatkan pencapaian yang melebihi Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) pada

36

mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Lamongan. Adapun perhitungan secara
terperinci dapat dilihat pada Lampiran 4e.
Sebelum data nilai post-test dianalisis menggunakan uji statistika, data
tersebut dipastikan apakah berdistribusi normal atau tidak dengan cara uji
normalitas Lilliefors. Hal ini dilakukan untuk menentukan cara pengujian
statistika yang tepat atas hasil pre-test dan post-test guna mengetahui pengaruh
dari pemanfaatan visualisasi percobaan intrusi air laut di laboratorium dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun perhitungan normalitas data nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sedangkan perhitungan rincinya dapat dilihat
pada Lampiran 4c.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan normalitas post-test kelas VIII G

Dari
atas,

Tabel

didapatkan

tidak berdistribusi
karena

nilai

> Ltabel (0,1641),
Sehingga, sampel
sebagai

sampel

Xi

fkum

zi

63
68
75
78
80
83
85
88
90
95
98
100

1
2
4
5
11
14
22
24
25
26
27
28

-2.61
-1.96
-1.05
-0.66
-0.40
-0.01
0.25
0.64
0.89
1.54
1.93
2.19

F(zi)S(zi)
0.031
0.046
0.004
0.076
0.048
0.004
0.187
0.118
0.080
0.010
0.009
0.014

4.3

tersebut

bahwa
normal.

di

sampel
Hal

ini

tertinggi Lo (0.187)
maka Ho ditolak.
disimpulkan
yang tidak berasal

dari distribusi normal.
Akan tetapi, dengan asumsi bahwa nilai pre-test merupakan sekumpulan
data yang berasal dari ditribusi normal dan juga berasal dari populasi yang bersifat
homogeny, maka pengujian dilakukan dengan uji t berpasangan antara dua
sampel. Hal ini dilakukan untuk menyelidiki apakah ada perbedaan yang
signifikan antara hasil pre-test dengan hasil post-test. Kemudian setelah itu

37

dilakukan analisis menggunakan skor gain ternormalisasi dengan menggolongkan
pencapaian peningkatan masing-masing individu dari hasil pre-test dan post-test.
Tujuan dari menghitung skor gain ternormalisasi ialah menghitung seberapa jauh
peningkatan hasil belajar siswa dalam hal ini terkait bencana dengan
membandingkan nilai pre-test dengan nilai post-test.
a. Uji t Berpasangan
Uji t berpasangan merupakan suatu uji statistika yang digunakan untuk
mengetahui signifikansi perbedaan antara pre-test dan post-test. Dalam uji t
berpasangan dihitung perbedaan selisih antara nilai pre-test dan post-test yang
kemudian dikurangi dengan nilai median data. Selanjutnya menentukan nilai t
hitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel.
Dalam uji ini dilakukan dengan dua cara, yakni dengan menggunakan
perhitungan manual dan cara kedua dengan cara analisis langsung menggunakan
Microsoft Excel. Hasil perhitungan dengan cara manual dapat dilihat pada Tabel
4.4 berikut. Sedangkan perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.f
Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji t berpasangan manual

∑ x2

Md

T

3972,43

52,64

22,6

Dari Tabel 4.4 tersebut di atas, dapat dilihat bahwa

t hitung yang diperoleh

berdasarkan perhitungan di atas didapatkan hasil sebesar 22,96 yang lebih besar
dari pada

t tabel sebesar 1,70 dengan reliabilitas 95% dan dk = 27. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara pre-test dan post-test, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan visualisasi percobaan intrusi air laut di

38

laboratorium untuk pemodelan fenomena alam memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa.
Sedangkan untuk hasil perhitungan menggunakan analisis data Ms.excel
dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji t berpasangan ms.excel

Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean Difference
Df
t Stat
P(T g < 0,7 ).
Pada penelitian ini juga dilakukan penilaian terhadap hasil belajar afektif
siswa kelas VIII G. Dari hasil analisis diketahui bahwa penilaian rata-rata hasil
belajar afektif kelas VIII G sangat baik. Hal ini menyimpulkan bahwa siswa
memiliki ketertarikan khusus dalam pembelajaran yang memvisualisasikan dan
percobaan intrusi air laut di laboratorium untuk mensimulasikan fenomena alam

48

yang relevan. Dalam aspek afektif, dinilai pula kemampuan siswa dalam hal
kesadaran dalam menjaga lingkungan. Sehingga, dari hasil belajar dalam aspek
afektif ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan siswa dalam kesadaran
lingkungan meningkat.
Dalam aspek psikomotor, siswa diminta untuk membuat poster yang
menggambarkan fenomena alam terkait bencana alam kebumian, dalam hal ini
intrusi air laut berikut dengan solusi dari bencana tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mengasah kemampuan siswa dari segi psikomotorik guna mengetahui
pemahaman siswa terkait bencana. Dalam aspek ini, kemampuan siswa dinilai
pada saat pembuatan poster yang dikerjakan dalam kelompok. Dari penilaian
tersebut, didapatkan bahwa nilai psikomotor siswa kelas VIII G paling rendah
pada nilai 79 dan paling tinggi pada nilai 88. Sedangkan untuk nilai psikomotor
rata-rata kelas VIII G ialah 80,61
Dalam hal keterlaksanaan pembelajaran, peneliti membuat lembar
keterlaksanaan RPP yang diisi oleh dua orang pengamat yang mengamati jalannya
proses belajar mengajar dari awal hingga akhir. Setelah dianalisis lembar
keterlaksanaan

RPP

tersebut,

dapat

disimpulkan

bahwa

keterlaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar dengan
memanfaatkan visualisasi percobaan intrusi air laut di laboratorium untuk
mensimulasikan fenomena alam yang relevan terlaksana dengan baik.
Selain hal yang dikemukakan diatas, dalam penelitian ini juga diambil
respons dari masing-masing siswa kelas VIII G terhadap pembelajaran yang telah
diajarkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran secara

49

komprehensif apa yang dirasakan masing-masing siswa terhadap pembelajaran
yang diberikan pada kelas. Dalam aspek ketertarikan terhadap pembelajaran dan
juga aspek kebaharuan dari pembelajaran, mayoritas siswa kelas VIII G sangat
tertarik dan mengakui kebaharuan dari pembelajaran tersebut. Sebagian besar
siswa pula merasa penjelasan dari guru saat kegiatan belajar mengajar jelas dan
membantu siswa. Akan tetapi, tidak begitu halnya dengan kemudahan siswa
dalam mengerjakan latihan soal baik dalam pre-test maupun post-test.
Kebanyakan siswa mengaku kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan
mengerjakan soal. Hal ini dianggap wajar mengingat materi ajar dari
pembelajaran tersebut sangatlah baru dan bersifat mutakhir, sehingga siswa butuh
waktu dalam mencerna materi ajar.
Dari penjelasan tersebut diatas, pembelajaran dengan memanfaatkan
visualisasi percobaan intrusi air laut di laboratorium untuk mensimulasikan
fenomena alam yang relevan merupakan suatu pembelajaran yang baru yang dapat
menjadi alternatif pilihan serta terobosan baru dalam hal materi maupun cara
penyampaiannya.
Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap
bencana alam kebumian. Hal ini sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi Indonesia,
mengingat negara Indonesia sangat rawan terhadap bencana alam kebumian.
Dengan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terkait bencana alam, maka diharapkan siswa mengerti dan memahami serta
kemudian diharapkan dapat mencari solusi dari bencana alam tersebut.

50

Dalam upaya mitigasi bencana di selingkung sekolah, suatu pembelajaran
haruslah bersifat kontekstual serta komprehensif, sehingga apa yang diterima
siswa di sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menilik dari apa
yang telah disajikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan visualisasi percobaan intrusi air laut di laboratorium untuk
pemodelan fenomena alam merupakan pembelajaran yang cukup inovatif dan
dapat dinilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang bencana alam
kebumian sehingga diharapkan hal ini dapat mendorong siswa untuk melakukan
upaya yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya mitigasi
bencana.