MENUJU INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM D

1

MENUJU INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
“Kajian Strategis Perulangan Kebesaran Bangsa Melalui Optimalitas Geostrategis Nusantara”
Oleh
Ade prasetia, S.Kel, M.si (Han)
Abstract
This paper describes about the role of Indonesian area as maritime shaft that
is divided into classic and modern maritime shaft with different actor for each times.
The empowerment of the unique area that belongs to Indonesia as a strategic
potential of the nation will be a positive barometer in addressing the role which is
done by Indonesia as archipelago country. The program of maritime shaft which is
proclaimed by the government is actually the right step in triggering the maritime that
belongs to the nation which is stagnant because of many reasons. On the other
hand, this program must be started with the nation’s agreement that makes those
aspects as the fastest way in building Indonesian maritime. Thus, it will come up the
big sense of belonging from society to success this program significantly. It can be
said that Sriwijaya and Majapahit periods will be repeated once more. Probably it
can be better than before too, if the program of maritime shaft gets successful. This
one is in line with the rules that are described in the theory of cycle. It is stated that
the cycle of a nation occurs because of geostrategic factor. In conclusion, the role of

Navy becomes the crucial aspect of defense perspective which is also a linear factor
with the interest of maritime shaft.
Keywords: Maritime shaft, geostrategic and the role of Indonesian Navy.
1.

Latar Belakang
Dari perspektif semiotik, Indonesia bukanlah sebuah negara kepulauan, tetapi

sebuah negara kesatuan.1 Negara kepulauan bermakna bahwa apa yang disebut

Syafi’I,
Imam.
Menjadi
Poros
Maritim
Dunia.
Kompas,
31
Juli
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/31/04390891/Menjadi.Poros.Maritim.Dunia.Diakses

tanggal 11 September 2014 pukul 21.23 WIB.

1

2014.
pada

2

sebagai Indonesia adalah 13.466 pulau yang terpisah-pisah oleh lautan.2
Kenyataannya, luas lautan Indonesia lebih besar daripada luas daratan dan
keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga lebih layak disebut sebagai Negara
Kesatuan. Sebagai sebuah negara kesatuan, darat, laut, udara, dan antariksa harus
dimanfaatkan sebaik mungkin demi kesejahteraan warga negara Indonesia. Walau
begitu, pembangunan sejauh ini lebih berorientasi darat. Orientasi ini muncul
semenjak zaman VOC ketika penjajah berusaha memecah belah kekuatan kerajaankerajaan maritim besar di Nusantara. Sementara VOC tetap mengeksplotasi laut
Indonesia

lewat


berbagai

armada

dagangnya,

masyarakat

pribumi

harus

terkonsentrasi pada mata pencaharian di pulau-pulau yang relatif terisolasi.

Gambar 1. Armada Belanda Dipimpin Cornelis de Houtman Mendarat di
Banten Tahun 1596 3
Hasil dari orientasi darat NKRI membawa pada ketertinggalan, bahkan dari
negara-negara dengan proporsi laut yang kecil seperti Jepang, Singapura, Korea
Selatan, dan Tiongkok. Negara-negara ini memiliki sumbangan 48 % bagi PDB


2

Timnas PNR. Badan Informasi Geospasial: ada 13.466 Pulau di Indonesia. Bakohumas Kominfo, 8
Februari2012.Diaksestanggal11September2014di http://bakohumas.kominfo.go.id/news.php?id=1000
3
http://mutosagala.wordpress.com/2012/03/19/ringkasan-materi-sejarah-perekonomian-indonesia/.
Diakses pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 15.53 WIB.

3

nasional dari sektor maritim.4 Hal ini patut disayangkan karena potensi laut sangat
besar. 80% volume perdagangan barang di dunia disalurkan lewat lautan.5
Wacana poros maritim kembali mencuat dalam Pemilu 2014. Calon presiden
terpilih dalam Pemilu Presiden 2014 menyatakan komitmennya untuk membangun
NKRI agar kembali menjadi poros maritim dunia. Pertanyaannya bagaimana NKRI
dapat mencapai tujuan yang dibayangi oleh kejayaan masa lalu ini. Artikel ini
berusaha mengeksplorasi sejarah sejumlah poros maritim dunia dan menarik
pelajaran darinya untuk upaya NKRI menjadi poros maritim dunia. Terakhir peran
TNI AL dikemukakan dalam paradigma bahwa ekonomi dapat berkembang jika
pertahanan laut kuat, bukan sebaliknya.

2.

Kemunculan Poros Maritim
Tinjauan di atas menunjukkan ada dua jenis poros maritim yaitu poros maritim

perantara dan poros maritim pusat. Poros maritim Mediterania Timur dan Barat,
serta Nusantara adalah tipe poros maritim perantara karena perannya hanya
sebagai jembatan bagi jalur perdagangan antar negara. Karakteristik dari poros
maritim ini adalah berada pada dua atau tiga kawasan eksotis yang berdekatan.
Eksotis disini bermakna bahwa kawasan tersebut memiliki sumberdaya yang tidak
ditemukan di kawasan lain. Yunani terletak antara Asia, Eropa, dan Afrika;
Mediterania terletak antara Eropa dan Afrika; dan Nusantara terletak antara India
dan Tiongkok. Poros jenis kedua adalah poros pusat. Karakteristik poros pusat
adalah adanya pusat utama eksotis yang besar. Termasuk dalam poros ini adalah
poros Persia, New England, dan Asia Timur. Masing-masing mewakili sumber
eksotis Mesopotamia, Amerika Utara, dan Timur Jauh.
NKRI berdasarkan lokasinya merupakan bagian dari poros perantara. Walau
begitu, situasi ini sebenarnya situasi yang baru. Di masa lalu, NKRI adalah sebuah
poros ganda: perantara sekaligus pusat. Poros perantara ada di Malaka sementara
poros pusat ada di Maluku, hal ini berkenaan dengan adanya kendali kerajaan yang

terdapat di sana yang menguasai rempah-rempah dan memainkan peran sebagai
aktor pada poros maritim pada saat itu. Dalam situasi modern, NKRI lebih ada pada
4

Darmawan. Visi Maritim Presiden Terpilih. Kompas, 18 Agustus 2014.
http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10230051/Visi.Maritim.Presiden.Terpilih. Diakses pada
tanggal 11 September 2014 pukul 13.25 WIB.
5
Prandeka, M., Zarkos, V. The Greek Maritime Transport Industry and its Influence on the Greek
Economy. Economy and Markets, 9(5), 2014, 1-11.

4

poros perantara karena meredupnya kemampuan perdagangan Indonesia Timur
akibat penjajahan dan orientasi darat serta menguatnya berbagai pesaing,
termasuklah Singapura. Berpijak pada fakta tersebut, maka dapat dideskripsikan
bahwa

peran


perdagangan

memiliki

andil

yang

sangat

besar

di

dalam

mempengaruhi suatu wilayah, daerah atau negara dalam perannya sebagai poros
maritim, yaitu yang memegang kontrol atau kendali dalam memanfaatkan wilayah
atau kawasan maritim dalam konteks poros maritim. Jadi dapat disimpulkan secara
obyektif bahwa faktor ekonomi merupakan faktor terpenting untuk menggiring

sebuah bangsa dan negara menjadi aktor utama dalam poros maritim.
3.

Berbagai Poros Maritim Dunia
a.

Poros maritim Klasik
Terdapat beberapa poros maritim klasik yang sempat mendominasi

kegiatan maritim dunia sepanjang sejarah. Poros-poros ini tersebar di
berbagai kawasan yang beriringan dengan keberadaan kekuatan militer besar
di kawasan tersebut. Pertama, poros maritim kepulauan Yunani yang terletak
di kawasan Mediterania Timur, melingkupi kawasan Laut Adriatik dan
menghubungkan tiga benua: Eropa, Asia, dan Afrika.6 Poros ini berkembang
pada masa Yunani Kuno semenjak masa pra-Sokratik hingga masa modern.
Kedua, poros maritim Mediterania Barat yang mengapit benua Eropa dan
Afrika. Kawasan ini berkembang pada era Romawi dan terus berkembang
hingga era Penjelajahan Samudera.7 Ketiga, poros maritim Persia yang
menghubungkan Timur Tengah, Afrika, dan India.8 Poros ini telah
berkembang sejak masa Mesopotamia dan terus berkembang di masa kini

berkat penemuan minyak di kawasan Timur Tengah. Keempat, poros maritim
New England yang menghubungkan Amerika Utara dan Eropa.9
Poros ini muncul pertama kali ketika bangsa Eropa menemukan benua
Amerika dan berperan penting dalam pembentukan Amerika Serikat dan
Kanada. Kelima, poros maritim Nusantara. Poros ini menghubungkan India
6

Cocker, B.F. Christianity and Greek Philosophy, Blackmask, 2007, hal. 17.
Lopez, E., Piquero, S. Was the Little Divergence so Big? Spanish Real Wages in the North Western
European Mirror, 1500-1800. Pamplona-Iruna, 3(4), 2013, 1-30, hal. 11.
8
Wills, J.E. Maritime Asia, 1500-1800: The Interactive Emergence of European Domination. The
American Historical Review, 98(1), 1993, 83-105, hal. 93.
9
Ross, G.M. Beyond the Abysmal Brute: A Social History of Boxing in Interwar Nova Scotia. Master
Thesis. Saint Mary’s University, 2008, hal. 34.
7

5


dan Tiongkok, dua peradaban besar yang telah hadir sebelum masa sejarah
di Nusantara sendiri. Ia merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yang
disebut sistem maritim Samudera Hindia yang merentang dari Afrika hingga
Asia Tenggara, menyatukan poros maritim Persia dan Nusantara.10
Karenanya, poros ini telah sangat tua dan berperan besar dalam membentuk
kebudayaan di Nusantara yang terpengaruh oleh kebudayaan India, Timur
Tengah, dan Tiongkok.
b.

Poros Maritim Modern
Peta maritim dunia telah berubah di masa modern ini akibat

kebangkitan Tiongkok yang memiliki surplus SDM yang besar. Pada dasarnya
hanya tersisa dua poros maritim dunia di era modern ini, yaitu poros maritim
Nusantara dan poros maritim Asia Timur.11 Poros maritim Asia Timur adalah
poros maritim baru yang dikuasai oleh Korea Selatan dan Tiongkok. Poros
maritim Nusantara tetap berada di tangan Singapura. Poros lainnya seperti
Yunani, Mediterania, New England, dan Persia, telah kalah bersaing. Walau
begitu, Yunani tetap mampu memperoleh banyak manfaat dari
kelautan


yang

panjang

lewat

armada

lintas

samudera

sejarah

yang

telah

dibangunnya. Yunani saat ini merupakan negara terbesar dalam kelautan
dengan mengendalikan 16% armada kapal dunia dalam hal tonase. 12 Jepang
walaupun kalah dalam persaingan di poros Asia Timur tetap mampu
mendapat

banyak

manfaat

lewat

armada

penangkap

ikan

yang

memanfaatkan keterbukaan geografisnya dengan Samudera Pasifik.
Keberlangsungan poros maritim Nusantara hingga masa modern
dibandingkan poros maritim lain di dunia menunjukkan bahwa kawasan Asia
Tenggara merupakan kawasan yang sangat strategis dan berperan dalam
menentukan kegiatan pelayaran dan perdagangan dunia. Walau begitu,
pemain utama di poros maritim Nusantara bukanlah Indonesia. Ukuran lautan
yang besar tampaknya justru menjadi kendala dibandingkan pemain
10

Bulliet, R.W., Crossley, P.K., Headrick, D.R., Hirsch, S.W., Johnson, L.L., Northrup, D. The Earth
th
and Its People, 4 Edition, Boston: Cengange Learning, hal. G-8.
11
Rodrigue, J-P. Ports and Maritime Trade. Dalam The Encyclopedia of Geography, Warf, B (ed),
London: Sage, hal. 4.
12
Nikolaou, J. Op-Ed: Greece Remains at Top of Shipping Economy. Maritime Executive, 19 Februari
2014.http://www.maritime-executive.com/article/OpEd-Greece-Remains-at-Top-of-ShippingEconomy-2014-02-19. Diakses pada tanggal 11 September 2014 pukul 19.23 WIB.

6

utamanya, Singapura, yang merupakan negara terkecil di poros ini. Meskipun
sebagai negara yang luas wilayahnya tidak seberapa, terlebih dibanding
dengan negara tetangganya Malaysia dan Indonesia, akan tetapi Singapura
telah memiliki perhatian yang begitu besar terhadap peran kemaritiman di
dalam mendukung optimalitas perekonomian negaranya. Sehingga negara
yang sangat minim dengan kandungan sumberdaya alam ini telah menjadi
raksasa ekonomi dengan hanya memanfaatkan sektor kelautan dan
kemaritiman. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang ada di
Indonesia. Sebagai sebuah negara yang luas perairannya lebih dominan dari
luas daratan, ternyata Indonesia sejauh ini belum memberikan perhatian
serius dalam memanfaatkan geostrategis negara yang merupakan potensi
yang sangat eksotik. Padahal ketika kembali berpijak dengan obyektifitas
sejarah Nusantara, maka dua kerajaan besar di wilayah negara ini telah
sangat optimal memanfaatkan wilayah Nusantara untuk mencapai predikat
gemilang menuju kemegahan sebuah peradaban.
c.

Persaingan antar Negara di dalam Poros Maritim
Semua poros maritim mengalami persaingan antar negara. Poros

Yunani merupakan kawasan persaingan Romawi dan Yunani, poros
mediterania menjadi persaingan antara Umayah dan Spanyol, poros Persia
menjadi persaingan antara negara-negara Teluk (Irak, Iran, Kuwait, Arab
Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab), poros New England menjadi
persaingan Kanada dan AS, poros Nusantara menjadi persaingan Malaysia,
Singapura, dan Indonesia, dan poros Asia Timur menjadi persaingan
Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang. Dari semua kasus, Yunani, Umayah,
Uni Emirat Arab, AS, Singapura, dan Tiongkok menjadi negara pemenang di
setiap poros.
Terdapat empat faktor yang menyebabkan kemenangan negaranegara ini. Pertama, armada samudera. Yunani berhasil menang dalam
persaingan di porosnya karena orientasinya bukan saja lokal, namun global.
Kapal-kapal berbendera Yunani dapat ditemukan di berbagai pelabuhan di
dunia, jauh dari porosnya. Hal ini memberikan sarana pemasaran yang baik
sekaligus strategi menjemput bola yang memungkinkan ketertarikan dari

7

pihak-pihak yang ingin berdagang di kawasan tersebut. Kedua, invasi militer.
Umayah memenangkan persaingan di poros Mediterania ketika ia berhasil
menaklukkan Afrika Utara, menyeberang ke Semenanjung Iberia dan
akhirnya menaklukkan Spanyol. Invasi ini memungkinkan seluruh wilayah
poros dikuasai dan negara mampu memonopoli kawasan.
Ketiga, pembangunan ekonomi secara agresif. Uni Emirat Arab dan
Singapura memenangkan persaingan di kawasan Persia dan Nusantara
karena

memiliki

agresivitas

tinggi

dalam

pembangunan

infrastruktur.

Pembangunan ini tentunya ditopang oleh aliran dana besar. Dalam kasus Uni
Emirat Arab, kelimpahan minyak bumi memungkinkan hal ini sementara
dalam kasus Singapura, investasi dari negara-negara berkompeten sangat
membantu

menggerakan

ekonomi

negara

tersebut.

Pembangunan

infrastruktur ini menarik kapal-kapal untuk memilih bersandar di negara
tersebut ketimbang negara pesaingnya. Keempat, sumber daya manusia
yang sangat besar. AS dan Tiongkok berhasil menang karena jumlah
penduduk yang jauh melebihi para pesaingnya. Jumlah personil kelautan
yang besar ini membuat produktivitas yang tinggi dari kedua negara dalam
memproduksi barang-barang eksotis yang akan dijual di negara lain.
d.

Keruntuhan Poros Maritim
Pada akhirnya, poros Yunani, Persia, New England, dan Mediterania

harus redup dan tak lagi menjadi poros dunia. Poros Yunani runtuh karena
blokade Usmaniyah, kemelut politik, dan perkembangan terusan Suez. Poros
Persia

runtuh

karena

menipisnya

cadangan

minyak

dan

konflik

berkepanjangan. Poros New England runtuh karena jenuh dan orientasi dunia
terarah ke Pasifik. Poros Mediterania redup karena sepeninggal Umayah,
negara-negara Iberia terorientasi pada penjelajahan samudera yang lebih
menjanjikan. Dari gambaran ini, Indonesia perlu belajar untuk menjaga
keberlanjutannya jika telah menjadi poros maritim dengan menjaga
keamanan dan pertahanan, stabilitas politik, dan terus melakukan eksplorasi
sumber-sumber eksotis.

8

4.

NKRI sebagai Poros Maritim Dunia
Untuk dapat membangkitkan Indonesia sebagai sebuah poros maritim dunia,

ada dua jalan: mengalahkan Singapura atau menjadi sebuah poros pusat. Opsi
pertama akan sangat sulit karena Singapura telah jauh meninggalkan Indonesia dan
memiliki kampanye negatif yang efektif dalam menjauhkan kapal-kapal dari kawasan
laut dalam Indonesia. Selain itu, budaya konsumtif dan orientasi darat yang telah
sangat lama terjadi di Indonesia harus terlebih dahulu dihilangkan sebelum berupaya
mengalahkan Singapura.
Opsi yang lebih mungkin adalah menjadikan kembali Indonesia sebagai poros
sentral. Hal ini dilakukan dengan menggiatkan kembali perdagangan laut dalam
Indonesia, menjamin keamanan pelayaran di laut dalam, dan upaya promosi gencar
produk-produk khas Indonesia ke pasar mancanegara. Upaya ini dilakukan secara
merata agar seluruh kawasan Indonesia dapat memperoleh aliran pelayaran yang
seimbang. Potensi-potensi sebenarnya ada dan tinggal di bawa ke permukaan lewat
upaya pemasaran yang agresif. Papua masih belum banyak dieksplorasi padahal
memiliki sumberdaya yang langka dan bernilai jual tinggi, begitu pula Kalimantan,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Berpijak pada potensi alami yang dimiliki oleh Indonesia, maka geostrategis
NKRI merupakan suatu alasan krusial yang tidak dapat dibantahkan lagi; menjadi
suatu variabel utama dalam peran Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Luas
wilayah (Dua pertiga kawasan Asia Tenggara adalah wilayah kedaulatan Indonesia.
Selain itu, dua pertiga perairan Asia Tenggara merupakan perairan yurisdiksi
Indonesia)13 dan bentuk negara yang merupakan negara kepulauan serta
kestrategisan letak negara (Indonesia terletak pada posisi silang, yakni di antara dua
benua, yaitu Benua Asia dan Australia; serta di antara dua samudera, Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik),14 menjadi faktor pendorong utama dalam mengukur
kemampuan Indonesia dalam menyandang predikat tersebut.

13

Yudhoyono. Susilo Bambang. Geopoitik Kawasan Asia Tenggara: Perspektif Maritim.
http://jakartagreater.com/geopolitik-kawasan-asia-tenggara/. Diakses pada tanggal 26 Desember
2014 pukul 13.13 WIB.
14
Indonesia memiliki perairan yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan internasional. Hal ini
telah berlangsung sejak lama dan karena alasan kestrategisan inilah ketika Indonesia dahulu masih
bernama Nusantara menjadi perebutan banyak pihak asing untuk menanamkan pengaruh, ekspansi
ekonomi bahkan berkeinginan untuk menjajah.

9

Gambar . Letak Geografis Indonesia15

Dari bahasan sebelumnya telah dijelaskan beberapa faktor yang menjadi
kunci kemenangan berbagai negara pada persaingan dalam poros maritim, yaitu
armada samudera, invasi militer, pembangunan ekonomi secara agresif dan sumber
daya manusia yang sangat besar. Indonesia memiliki tiga strategi untuk menjadikan
dirinya poros maritim dunia baru. Strategi invasi militer merupakan strategi yang
tidak mungkin, sementara strategi armada samudera, pembangunan infrastruktur,
dan pengembangan sumberdaya kelautan adalah strategi yang sangat mungkin bagi
Indonesia. Sebagai salah satu negara terbanyak penduduknya di dunia, pemerintah
tinggal mengarahkan masyarakat agar tertarik pada mata pencarian di bidang
kelautan. Penganggaran yang lebih baik dapat dilakukan untuk mendorong
pembangunan infrastruktur yang membantu penyaluran hasil kreatifitas maupun
sumberdaya alam negara lewat laut. Begitu pula, posisi Indonesia yang berbatasan
dengan dua samudera sekaligus memungkinkan negara ini untuk mengembangkan
armada samudera untuk kawasan barat (Sumatera–Jawa) maupun timur (Maluku –
Papua) yang menjelajah Samudera Hindia dan Pasifik.
Presiden Joko Widodo pada Pertemuan Puncak Asia Timur (EAS)16 memaparkan

lima pilar yang akan dilaksanakan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yaitu (1)
Pembangunan budaya maritim (2) Komitmen menjaga dan mengelola sumber daya
laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan
industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama (3) Komitmen
15

http://encyclopediaindonesia.blogspot.com/2012/11/letak-geografis-indonesia-indonesia.html.
Diakses pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 15.40 WIB.
16
http://www.antaranews.com/berita/464097/di-eas-jokowi-beberkan-lima-pilar-poros-maritim-dunia.
diakses pada tanggal 1 Januari 2015 pulul 21.40 WIB.

10

mendorong

pengembangan

infrastruktur

dan

konektivitas

maritim

dengan

membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistik, dan industri perkapalan, serta
pariwisata maritim. (4) Diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia
untuk bekerja sama pada bidang kelautan (5) Sebagai negara yang menjadi titik
tumpu dua samudera, Indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan
maritim. Kelima pilar tersebut merupakan pondasi yang ideal untuk memudahkan
pencapaian dalam program poros maritim dunia yang dicanangkan oleh pemerintah.
Kelima pilar tersebut menjadi pedoman bagi pemerintah dalam mengalokasikan
pembangunan kemaritiman pada berbagai bidang yang terkoneksi dalam aspek
kemaritiman tersebut. Namun demikian, untuk mencapai keberhasilan program
Poros Maritim Dunia, pemerintah harus benar-benar menerapkan kelima pilar
tersebut yang disertai pengawasan dan evaluasi sehingga program tersebut dapat
berjalan secara signifikan.
a.

Kesepakatan Bangsa Sebagai Poros Maritim Dunia
Kelengahan sekian lama yang telah ‘meninabobokan’ Indonesia

sehingga jauh dari peran yang menjadi kodrat sesungguhnya; harus dibayar
mahal. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan hasil laut yang masih jauh di
bawah standar normatif. Bahkan kerugian dari sektor perikanan, setiap tahun
Indonesia menderita kerugian sekitar Rp 300 triliun akibat kasus pencurian
oleh kapal asing.17 Belum lagi kerugian dari pencurian BMKT (barang muatan
kapal tenggelam) yang dilakukan oleh asing maupun masyarakat lokal. Dapat
penulis katakan bahwa kemunduran wilayah ini, ketika masih bernama
Nusantara atau belum optimalnya kemajuan negara saat ini; dikarenakan
belum adanya gerakan kembali ke laut yang tentu saja harus diikuti dengan
sebuah

kesepakatan

seluruh

bangsa.

Kesepakatan

merupakan

penyederhananaan keinginan, tuntutan dan kepentingan. Jadi artinya seluruh
bangsa harus bersanding untuk benar-benar melaksanakan program
kemaritiman secara krusial sehingga Indonesia dapat menuju sebagai Poros
Maritim Dunia. Hal ini dapat penulis katakan adalah cita-cita yang sangat
masuk akal. Alasan pertama adalah karena geostrategis negara yang

17

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5474491641fa5/penenggelaman-kapal-asing-pencuriikan-dilindungi-uu. diakses pada tanggal 1 Januari 2015 pulul 21.15 WIB.

11

memang sangat unik dan merupakan alur pelayaran banyak kapal dari
berbagai negara dengan berbagai kepentingan pula. Kedua, sejarah
Nusantara telah mendeskripsikan secara tegas bahwa kerajaan besar yang
terdapat di tanah air memanfaatkan aspek kemaritiman secara krusial
sehingga mampu mengoptimalkan perannya dalam poros maritim nusantara
klasik.
Kesepakatan seluruh bangsa Indonesia merupakan kata kunci untuk
menyukseskan Poros Maritim Dunia yang telah diprogramkan pemerintah.
Sesungguhnya dengan adanya kesepakatan secara universal, maka penulis
begitu yakin bahwa persoalan bangsa yang sedang dihadapi akan dapat
tereliminir bahkan dientaskan secara kualitatif. Ketika kesepakatan untuk
menggerakkan diri sebagai Poros Maritim Dunia telah dilaksanakan oleh
seluruh bangsa dengan rangkaian gerakan yang sama, maka secara sinergis
gerakan tersebut akan menciptakan kerjasama terbaik dan menghasilkan
aplikasi yang sinergistik (Teori Sinergitas; James A.F. Stoner and Charles
Wankel, 1986).18
Ketika kita berpijak pada Teori Siklus, yang menjelaskan mengenai
siklus suatu keadaan atau situasi, baik dalam lingkaran mikro ataupun makro,
maka alasan mendasar sehingga terjadinya suatu siklus adalah alasan
geografi. Maka bukan sesuatu yang mustahil apabila kebesaran Sriwijaya dan
Majapahit akan kembali terulang dalam episode yang berbeda manakala
implementasi menuju Poros Maritim Dunia teraplikasi sesuai dengan tatanan
yang ideal. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang pengamat militer dan
pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie, yang menyatakan kalau Indonesia
paham betapa pentingnya posisi geopolitiknya, sebenarnya Indonesia bisa
menjadi lebih kuat dibandingkan Sriwijaya dan Majapahit.19 Linear dengan
pendapat tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

18

Teori Sinergitas terdiri dari 3 tingkatan yaitu Defensif, Respectfull dan Sinergistic. Sinergistic adalah
kerja sama yang tinggi serta saling mempercayai akan menghasilkan pola komunikasi yang bersifat
sinergisitas yang berarti kerja sama yang terjalin akan menghasilkan output yang lebih besar dari
penjumlahan hasil keluaran masing-masing pihak. Sinergistic merupakan tingkatan tertinggi dalam
kerjasama yang bersinergis sesuai yang dideskripsikan oleh Teori Sinergitas.
19
http://nasional.kompas.com/read/2014/10/09/22145401/Maksimalkan.Sisi.Maritim.Indonesia.Bisa.Le
bih.Maju.dari.Majapahit.dan.Sriwijaya?utm_campaign=related&utm_medium=bpkompas&utm_source=news&. Diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 10.48 WIB.

12

menyatakan bahwa masa depan Indonesia berada di laut, seperti juga
Nusantara pernah jaya pada masa lalu karena laut.20
Kejayaan Indonesia akan menjadi kenyataan manakala kesepakatan
seluruh

bangsa

Indonesia

untuk

kembali

ke

laut

dengan

jalan

mengoptimalkan peran pemerintah dan rakyat bersama-sama, akan menjadi
energi yang besar sehingga program poros maritim dunia akan dapat berjalan
optimal. Sriwijaya dan Majapahit ketika di masanya telah mengoptimalkan
geostrategis nusantara sebagai wilayah kekuasaannya yang secara dominan
adalah lautan, optimalitas tersebut adalah pilihan yang tepat sehingga kedua
kerajaan tersebut menjadi kerajaan besar yang disegani oleh kerajaankerajaan lain dikarenakan kekuatan militernya yang berorientasi kemaritiman,
ekonomi yang berorientasi kemaritiman, sosial budaya yang berorientasi
kemaritiman, sehingga aspek politik kedua kerajaan itu menjadi politik yang
berdasarkan geostrategis yang dimiliki.
b.

Maritime Doctrine

"Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa
pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekedar menjadi jongos-jongos di
kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala samudera.
Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang
mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut
menandingi irama gelombang lautan itu sendiri."
(Ir. Soekarno, 1953)
Presiden pertama RI telah menyadari bahwa bangsa Indonesia telah
kehilangan jatidirinya sebagai bangsa pelaut beratus-ratus tahun lamanya
akibat penjajahan bangsa asing serta disorientasi bangsa yang diarahkan
oleh penguasa pada masa itu dan semakin komplek permasalahannya
karena

penjajahan

Belanda

dan

Jepang.

Kesadaran

berpijak

pada

kemaritiman sebagai tolakan positif untuk meningkatkan pembangunan
negara sesuai dengan geografi wilayahnya, dilaksanakan oleh Presiden
Jokowi dengan program menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Hal itu dapat dilihat dari pidatonya yang berbunyi:
20

http://nasional.kompas.com/read/2014/12/23/17031971/.Ibu.Susi.Mengapa.Ikan.di.Laut.Kita.Sering.
Dicuri.Apa.di.Laut.Mereka.Tak.Ada.Ikan.?utm_campaign=related&utm_medium=bp&utm_source=ne
ws&. Diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 14.55 WIB.

13

“Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri.
Bangsa besar yang kreatif yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi
peradaban global. Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk
mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan
teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama
memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan
teluk. Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva
Jayamahe, di Laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di
masa lalu, bisa kembali membahana”
(Ir. H. Joko Widodo, 2014)
Ketika masa penjajahannya, Belanda berupaya secara optimal untuk
menghilangkan semangat persamaan yang dimiliki oleh bangsa ini. Salah
satu semangat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah tumbuh sebagai
bangsa pelaut. Kegagalan Cornelis de Houtman menginvasi Aceh sehingga
menyebabkannya

terbunuh

pada

tanggal

11

September

1599

oleh

Laksamana Malahayati dengan kekuatan Maritimnya, merupakan pelajaran
berharga yang tidak dapat dilupakan Belanda. Menyikapi sejarah itu, maka
belanda berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan pemutusan
rantai kemaritiman rakyat Nusantara dengan berbagai cara. Adapun langkahlangkah yang dilakukan Belanda antara lain (1) Perjanjian Giyanti antara
pihak kerjaan mataram dengan VOC pada 13 Februari 1755. Pada pasal 6
dijelaskan bahwa Sri Sultan menyerahkan pulau Madura dan daerah-daerah
pesisir jawa kepada VOC. Sebaliknya VOC memberikan ganti rugi kepada
Sri Sultan 10.000 Real tiap tahunnya21 (2) Pada tanggal 30 Oktober 1787
VOC mengeluarkan sebuah resolusi (surat perintah) yang berisi pelarangan
pembuatan kapal berbobot di atas 1200 tonase. Surat perintah ini berlaku di
seluruh wilayah jajahan VOC mulai dari Sabang hingga Merauke22 (3)
Melaksanakan pembunuhan karakter dan pemikiran masyarakat dengan jalan
melaksanakan pemindahan profesi masyarakat yang semula berprofesi
sebagai pelaut dan ahli pembuat kapal berganti profesi sebagai masyarakat

21

Sadzali. Asyhadi Mufsi. 2012. Syair Badai dan Putra Ombak: Hilangnya Tradisi Maritim Nusantara.
http://penjelajahbahari.wordpress.com/2012/10/08/syair-badai-dan-putra-ombak-hilangnya-tradisimaritim-nusantara/. Diakses pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 20.05 WIB.
22
Ibid.

14

agraris23 (4) Penguasaan dan monopoli perkebunan pohon jati

yang

merupakan bahan utama dalam pembuatan kapal.24
Namun demikian, penghancuran sistem kemaritiman tidak hanya
dilakukan oleh bangsa penjajah saja, kebijakan Raja Mataram Amangkurat I
(1647-1677). menghancurkan daerah-daerah pesisir yang menjadi pusat
perdagangan yang lepas dari kendalinya dan melarang rakyatnya berdagang
ke seberang lautan serta pada tahun 1655 menutup semua pelabuhan dan
memerintahkan pasukannya menghancurkan seluruh kapal Jawa,25 juga
merupakan langkah linear dalam konteks itu. Kondisi itu dimanfaatkan oleh
Belanda yang dalam hal ini adalah VOC untuk membangun kantor
perdagangan di pesisir dan pedalaman Mataram, mendorong Mataram
menjadi

kerajaan

yang

sepenuhnya

agraris.

Sehingga

pada

masa

Amangkurat III, VOC mendapatkan semua bandar laut yang sebelumnya milik
Mataram (Tjiptoatmodjo, 1983: 190-191).26 Harus kita sadari bahwa langkahlangkah yang dilakukan oleh Belanda untuk menghancurkan karakter maritim
bangsa telah berhasil. Bangsa yang dikenal sebagai bangsa pelaut itu telah
meninggalkan kodratnya sejatinya. Geostragis yang dimiliki sebagai potensi
yang luar biasa terabaikan dalam kurun waktu yang sangat lama. Bahkan
pasca kolonialisme pun aspek strategis tersebut tidak diperhatikan secara
signifikan.
Sebagai sebuah kodrat alamiah, kesadaran akan pemberdayaan
geostrategis wilayah negara tersebut pelan-pelan mulai terangkat ke
permukaan. Namun demikian, untuk mengembalikan hal tersebut menjadi
sebuah acuan yang optimal harus dilakukan secara serentak pada semua lini
kehidupan

berbangsa.

melaksanakan

doktrin

Hal

prinsip

kemaritiman

yang
kepada

harus
seluruh

dilakukan
rakyat

adalah

mengenai

pentingnya sektor kemaritiman sebagai faktor utama dalam pembangunan
bangsa dan negara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
jalan memberikan pendidikan kemaritiman kepada seluruh siswa dari tingkat
23

Ibid.
Ibid.
25
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/31/04390891/Menjadi.Poros.Maritim.Dunia?utm_campaig
n=related&utm_medium=bp-kompas&utm_source=news&. Diakses pada tanggal 27 Desember 2014
pukul 10.57 WIB.
26
Ibid.
24

15

dasar sampai dengan perguruan tinggi sehingga akan melahirkan generasi
bangsa yang sadar mengenai kodrat alamiahnya sebagai bangsa maritim
yang besar. Dengan adanya Maritime Education, maka generasi bangsa
tersebut akan menjadi generasi yang dapat melahirkan berbagai terobosan
strategis dalam bidang kemaritiman, semisalnya teknologi maritim, strategi
maritim, serta kebijakan-kebijakan kemaritiman yang sangat berguna untuk
membangun peradaban bangsa yang besar dari perspektif bidang itu sendiri.
c.

Gerakan Budaya Maritim
Romantisme masa lalu Nusantara dengan segala kebesaran ceritanya

mengenai

kemaritiman

telah

pupus

ditelan

jaman

serta

berbagai

penyelewengan-penyelewengan kebiasaan yang akhirnya menciptakan habit
yang sangat jauh dari budaya kemaritiman itu sendiri. Disamping itu, telah
terjadi pelunturan figur perkasa dari bangsa maritim yang dimiliki bangsa ini
serta hilangnya kisah-kisah kepahlawanan maupun heroisme para pelaut.27
Menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia tidak hanya
menjadi program pemerintah sehingga hanya dilakukan oleh pemerintah saja.
Namun harus diikuti oleh seluruh bangsa dengan nama gerakan budaya.
Budaya kemaritiman memang harus dihidupkan kembali sebagai akar budaya
dari keaslian bangsa ini. Hal itu bukan merupakan sebuah gerakan yang tidak
mungkin. Dapat penulis katakan bahwa tidak ada kemustahilan dalam hal ini
karena sejarah kita telah bercerita secara obyektif betapa besarnya bangsa
kita dahulu dengan berbagai kerajaan maritim yang menguasai berbagai
bangsa di dunia dan menguasai pula tanah dan wilayah bangsa-bangsa itu.
Gerakan budaya maritim dipandang sebagai langkah yang sangat
strategis untuk menggerakan roda peradaban kemaritiman Indonesia untuk
mencapai kesuksesan sebagai Poros Maritim Dunia. Hal ini dikatakan
demikian karena budaya menjadi aspek pokok untuk menggeliatkan
keterlibatan rakyat di dalam program yang dicanangkan pemerintah. Dengan
adanya keterlibatan rakyat dalam aspek ini, maka tentu saja kepedulian dan
rasa memiliki rakyat untuk mensukseskan program
27

Poros Maritim Dunia

http://nasional.kompas.com/read/2014/12/23/17031971/.Ibu.Susi.Mengapa.Ikan.di.Laut.Kita.Sering.
Dicuri.Apa.di.Laut.Mereka.Tak.Ada.Ikan.?utm_campaign=related&utm_medium=bp&utm_source=ne
ws&. Diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 14.55 WIB.

16

menjadi energi yang utama dalam konteks ini. Cara yang sederhana
menggerakan budaya maritim adalah dengan jalan men-trigger daerahdaerah pesisir untuk menghidupkan kembali budaya maritim yang dimiliki.
Kebesaran sejarah di daerah tersebut akan terangkat dan dijadikan sebagai
simbol pergerakan kemaritiman yang konsisten. Disatu sisi, pemerintah harus
pula memberikan predikat kepada daerah-daerah yang memiliki potensi
kemaritiman yang strategis sebagai daerah istimewah. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan asumsi positif dalam menggerakan roda kemaritiman secara
krusial. Ketika budaya kemaritiman ini telah bergerak, tidak menutup
kemungkinan hal ini akan menjadi potensi strategis untuk memancing
kedatangan turis, baik lokal maupun manca negara sehingga dapat
meningkatkan devisa negara.
d.

Peran TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia
TNI AL dalam upaya menjadikan Indonesia sebagai poros maritim baru

memiliki sejumlah peran. Pertama, TNI AL berperan dalam melindungi
kepentingan negara di laut. Agar dapat menjadi sebuah poros maritim,
perairan Indonesia harus terlindungi. Adanya perlindungan yang kuat dari TNI
AL memungkinkan pemerintah untuk menjalankan program-program strategis
yang penting khususnya dalam mendorong ekonomi kelautan yang bertopang
pada keluasan laut Indonesia. Tanpa jaminan keamanan yang baik di laut,
kapal-kapal dagang asing akan berpikir dua kali untuk memasuki kawasan
perairan Indonesia. Hal ini dapat menghambat upaya menjadikan kawasan ini
menjadi kawasan yang penuh dengan aktivitas kelautan. Ancaman dapat
datang dari dalam atau dari luar NKRI. Tekanan dari Asia Selatan, Asia
Timur, Inggris, dan Amerika Serikat sejak lama telah muncul dan akan
semakin kuat jika mereka semakin menilai kawasan laut NKRI sangat
berharga namun memiliki TNI AL yang lemah.28
Kedua, TNI AL berperan dalam menjaga otoritas pemerintah.
Konsekuensi menjadi negara yang padat dengan kegiatan kelautan
internasional adalah meningkatnya kemungkinan konflik otoritas. Setiap kapal
28

Olsen, E. The Evolution of U.S. Maritime Power in the Pacific. Naval Postgraduate School, 1991,
hal. 70.

17

asing dapat membawa otoritas negara lain yang selain mendorong ekonomi,
dapat pula membawa maksud tersembunyi yang mengancam kedaulatan
NKRI. Selain itu, eksploitasi tidak sah dapat dilakukan kapal asing misalnya
dengan mengangkut barang atau manusia yang tidak diizinkan sesuai hukum
nasional. TNI AL berperan besar dalam menjaga agar hal ini tidak terjadi
dengan melakukan pemeriksaan dan menerapkan prinsip kehati-hatian pada
lalu lintas armada asing di kawasan NKRI. Langkah ini kemudian
membutuhkan adanya pergeseran KRI dari laut dalam ke laut perbatasan.
KRI harus terlihat langsung di kawasan perbatasan ketika kapal-kapal asing
memasuki perairan Indonesia sehingga terlihat bahwa mereka mendapatkan
pengawalan dan merasakan keamanan sejak awal memasuki laut Indonesia,
bukan dari kapal-kapal kecil tetapi langsung dari KRI. Strategi ini telah
dilakukan pula oleh Tiongkok lewat strategi Jinyang fangyu yang menggeser
kapal perang mereka yang di masa perang dingin hanya bertugas di laut
pesisir menjadi penjaga kawasan perbatasan laut yang jauh, khususnya di
kawasan Laut Tiongkok Selatan.29
Ketiga, TNI AL berperan sebagai manajer konflik di laut. Seperti halnya
di darat, konflik dagang di kawasan laut dapat terjadi antar sejumlah kapal
dari beberapa negara. Sebagai contoh, situasi seperti ini telah terjadi antara
Inggris dan Amerika Serikat dalam kawasan perdagangan Pasifik. 30 Hal ini
menjadi lebih penting lagi ketika terjadi kasus yang melibatkan armada kapal
internasional dengan ancaman dari dalam negeri misalnya pembajakan atau
konflik bersenjata dengan pemberontak yang menyasar pada kapal asing di
laut Indonesia.
Keempat, TNI AL berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
kelautan. Upaya TNI AL dalam mendorong ekonomi kelautan dapat
dijalankan

dengan

tiga

cara.

Pertama,

dengan

mengawasi

adanya

pencemaran dan eksploitasi laut yang tidak berkelanjutan. Tumpahan minyak
atau pukat harimau dapat mengancam mata pencaharian penangkap ikan
dan akan semakin besar frekuensinya jika banyak terdapat kapal besar dan

29

Speed, E. Chinese Naval Power and East Asian Security. Institute of International Relations The
University of British Columbia Working Paper, 11, 1995, hal. 7.
30
Olsen, Op. Cit, hal. 6.

18

tanker yang melintasi laut NKRI. Kedua, menjaga keseimbangan ekosistem
ikan dan transportasi laut. Armada laut yang besar dapat memberikan
gangguan bagi ekosistem ikan sehingga mendorong menurunnya jumlah ikan
akibat stress lingkungan, baik secara langsung lewat pencemaran, maupun
secara tidak langsung lewat menurunnya aktivitas perkembangbiakan. Hal ini
kemudian akan menurunkan produktivitas nelayan sehingga pada gilirannya,
kapal-kapal yang ada hanya merupakan kapal-kapal dagang berbasis
ekonomi darat, bukan ekonomi laut. Karenanya, dibutuhkan wahana
penyeimbang yang melibatkan sejumlah pihak seperti LSM, Kementerian
Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan TNI AL. Ketiga, mendorong
kemandirian perikanan. Finlandia baru-baru saja melakukan studi untuk
meningkatkan produksi ikan di negara ini yang menghasilkan sejumlah
rekomendasi.31 Tidak ada alasan untuk menolak studi sejenis dilakukan di
negara ini. TNI AL bertugas menjaga agar implementasi dari rekomendasi
yang dihasilkan dalam upaya peningkatan ekonomi perikanan ini dapat
berjalan dengan baik.
5.

Kesimpulan
Tinjauan pada berbagai poros maritim dunia yang ada secara historis

menunjukkan sejumlah pembelajaran yang dapat diambil Indonesia untuk menjadi
sebuah poros maritim dunia. Disimpulkan bahwa Indonesia harus memilih untuk
menjadi poros maritim baru ketimbang mengalahkan Singapura dalam menguasai
poros maritim Nusantara dengan menggiatkan kembali perdagangan laut dalam,
menjamin keamanan pelayaran di laut dalam, upaya promosi gencar produk-produk
khas

Indonesia

ke

pasar

mancanegara,

membangun

armada

samudera,

membangun infrastruktur maritim, mengembangkan sumberdaya kelautan, menjaga
keamanan dan pertahanan, menjaga stabilitas politik, dan terus melakukan
eksplorasi sumber-sumber eksotis. TNI AL berperan dalam melindungi kepentingan
negara di laut, menjaga otoritas negara, menjadi manajer konflik, dan mendorong
ekonomi kelautan.
31

SYKE (Finnish Environmental Institute), New Recommendations for the Archipelago Sea: Fishbased Feed, Integration of Fish Farms, Planning Control. ScienceDaily, 25 Oktober 2013.
www.sciencedaily.com/releases/2013/10/131025091820.htm. Diakses pada tanggal 11 September
2014 pukul 16.45 WIB.

19

6.

Referensi
a.

Bulliet, R.W., Crossley, P.K., Headrick, D.R., Hirsch, S.W., Johnson,

L.L., Northrup, D. The Earth and Its People, 4th Edition, Boston: Cengange
Learning
b.

Cocker, B.F. Christianity and Greek Philosophy, Blackmask, 2007

c.

Darmawan. Visi Maritim Presiden Terpilih. Kompas, 18 Agustus 2014.

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10230051/Visi.Maritim.Presiden.
Terpilih
d.

Lopez, E., Piquero, S. Was the Little Divergence so Big? Spanish Real

Wages in the North Western European Mirror, 1500-1800. Pamplona-Iruna,
3(4), 2013, 1-30
e.

Nikolaou, J. Op-Ed: Greece Remains at Top of Shipping Economy.

Maritime

Executive,

19

Februari

2014.

http://www.maritime-

executive.com/article/OpEd-Greece-Remains-at-Top-of-Shipping-Economy2014-02-19
f.

Olsen, E. The Evolution of U.S. Maritime Power in the Pacific. Naval

Postgraduate School, 1991.
g.

Prandeka, M., Zarkos, V. The Greek Maritime Transport Industry and

its Influence on the Greek Economy. Economy and Markets, 9(5), 2014, 1-11
h.

Rodrigue, J-P. Ports and Maritime Trade. Dalam The Encyclopedia of

Geography, Warf, B (ed), London: Sage
i.

Ross, G.M. Beyond the Abysmal Brute: A Social History of Boxing in

Interwar Nova Scotia. Master Thesis. Saint Mary’s University, 2008
j.

Speed, E. Chinese Naval Power and East Asian Security. Institute of

International Relations The University of British Columbia Working Paper, 11,
1995
k.

Syafi’I, Imam. Menjadi Poros Maritim Dunia. Kompas, 31 Juli 2014.

http://nasional.kompas.com/read/2014/07/31/04390891/Menjadi.Poros.Mariti
m.Dunia
l.

SYKE (Finnish Environmental Institute), New Recommendations for the

Archipelago Sea: Fish-based Feed, Integration of Fish Farms, Planning

20

Control.ScienceDaily,25Oktober2013.www.sciencedaily.com/releases/2013/1
0/131025091820.htm
m.

Timnas PNR. Badan Informasi Geospasial: ada 13.466 Pulau di

Indonesia.BakohumasKominfo,8Februari2012.http://bakohumas.kominfo.go.id
/news.php?id=1000
n.

Wills, J.E. Maritime Asia, 1500-1800: The Interactive Emergence of

European Domination. The American Historical Review, 98(1), 1993, 83-105.
o.

http://mutosagala.wordpress.com/2012/03/19/ringkasan-materi-

sejarah-perekonomian-indonesia/.
p.

http://encyclopediaindonesia.blogspot.com/2012/11/letak-geografis-

indonesia-indonesia.html.
q.

http://www.antaranews.com/berita/464097/di-eas-jokowi-beberkan-

lima-pilar-poros-maritim-dunia.
r.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5474491641fa5/penenggela

man-kapal-asing-pencuri-ikan-dilindungi-uu.
s.

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/09/22145401/Maksimalkan.S

isi.Maritim.Indonesia.Bisa.Lebih.Maju.dari.Majapahit.dan.Sriwijaya?utm_camp
aign=related&utm_medium=bp-kompas&utm_source=news&
t.

http://nasional.kompas.com/read/2014/12/23/17031971/.Ibu.Susi.Meng

apa.Ikan.di.Laut.Kita.Sering.Dicuri.Apa.di.Laut.Mereka.Tak.Ada.Ikan.?utm_ca
mpaign=related&utm_medium=bp&utm_source=news&.
u.

http://nasional.kompas.com/read/2014/07/31/04390891/Menjadi.Poros.

Maritim.Dunia?utm_campaign=related&utm_medium=bpkompas&utm_source=news&.