Laboratorium Kimia Departemen Teknik Met (1)

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material
1. Data
Kation
/
Anion
Zn2+

SO42-

SO42-

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Sifat

Kelarutan

Metode


Dapat
membentuk
ion kompleks

Larut dalam
aquades

Dapat
direduksi

Larut dalam
aquades

Kompleksometri
dengan titran
EDTA, indikator
EBT dan Buffer
NH4OH-NH4Cl pH
=10
Redoksometri

(iodometri tidak
langsung)
dengan titran
Na2S2O3 dan
indikator amilum
Acidy-alkalimetri
dengan titran HCl
dan indikator
fenolflatein

Dapat
mengikat H+

Larut dalam
aquades

2. Analisa
Berdasarkan data, ada tiga metode yang mungkin dapat
digunakan. Untuk menentukan kadar dari ZnSO4, terlebih
dahulu praktikan harus menganalisa metode titrasi apa

yang layak digunakan. Dari metode titrasi yang ada, kita
dapat
menggunakan
metode
Acidy
Alkalimetri,
Redoksometri dan Kompleksmetri. Sedangkan titrasi
Argentometri tidak bisa dilakukan terhadap zat karena
ZnSO4 tidak dapat membentuk endapan dengan AgNO3.
Berikut analisas terhadap 3 metode titrasi yang mungkin :

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

A. Acidy-Alkalimetri

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan zat yang bersifat asam (basa) dengan
larutan standar basa (asam). Kelayakan titrasi untuk
metode ini adalah reaksi harus sempurna ke kanan
sehingga Konstanta Kesetimbangan Reaksi (K)
haruslah besar dengan acuan nilai K β‰₯ 105, serta
harus ada loncatan pH pada titik ekivalen dimana saat
titik ekivalen berlaku :
grek asam = grek basa

*1 grek = 1 mol H+ yang diikat/dilepas
dan salah titrasi ≀ 2%. Walaupun SO42- dapat
mengikat H+ namun ZnSO4 adalah garam sehingga
metode ini tidak dapat digunakan.
B. Redoksometri
Metode ini digunakan untuk menentukan kadar
dengan prinsip serah terima electron. Pada titrasi ini,
reaksi oksidasi dan reduksi. Pada titrasi ini, prinsip
tersebut digunakan untuk menentukan molaritas suatu
zat oksidator atau reduktor. Titik ekivalen tercapai

saat:
grek oksidator = grek reduktor.

*1 grek = 1 mol elektron yang dilepas/diterima
Kelayakan untuk titrasi ini adalah reaksi harus berjalan
sempurna ke kanan, nilai K β‰₯ 108. Adapun perhitungan
K adalah sebagai berikut :

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Nama
Kelompok
Asisten

𝐾 = 10𝑛1𝑛2βˆ†πΈ/0,0591


Penentuan titik akhir dari titrasi redoksometri ada 2
cara :
 Tanpa Indikator ( Permanganometri)
Syaratnya adalah warna bentuk oksidasi tidak
sama dengan warna bentuk reduksi. Titran
yang
digunakan
dalam
titrasi
permanganometri ini adalah KMnO4 dalam
suasana asam.
 Indikator Redoks
Terdapat 2 tipe indikator redoks :
οƒ˜ Spesifik
Indicator yang digunakan adalah I2
dalam menggunakan indicator ini ada
2 cara :
ο‚· Langsung (Iodimetri)
Titran yang digunakan adalah
langsung I2 itu sendiri.

ο‚· Tidak Langsung (Iodometri)
Titran yang digunakan adalah
larutan
Na2S2O3
dan
analatnya harus oksidator
yang cukup kuat selain itu
Indikator yang digunakan
adalah Amylum.
Ada beberapa hal yang
diperhatikan dalam reaksi
iodometri, yaitu
a. Pelarut harus bebas O2
dan CO2
*Jika terdapat O2 maka
reaksi akan seperti ini O2

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

+ 4I- + 4H+ ⇄ 2I2 +
2H2O
*Jika
terdapat
CO2
mengakibatkan pelarut
bersifat asam
S2O3-2 + H+ ⇄ H2S2O3
Produk yang dihasilkan
akan terurai menjadi H2O,
SO2 dan S
b. pH
Jika pH terlalu basa, I2
akan tehidrolisis menjadi
hypoidit dan hypoidit
mengoksidasi S2O32-.
c. I2 juga harus terikat kuat
dengan amilum.

οƒ˜


Umum
Indikator yang digunakan adalah
sebagai fungsi Ecell artinya indikator
tersebut memiliki warna tengantung
potensial larutan.
Syarat kelayakannya adalah Indikator
harus berubah warna pada/dekat
dengan titik ekivalen.

Metode redoksometri yang digunakan adalah reaksi
iodometri tidak langsung dengan titran yang
digunakan adalah Na2S2O3 dan indikator amylum.
Namun pada eksperimen I2 mudah menguap sehingga
metode ini tidak digunakan.

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik

Kuantitatif

C. Kompleksometri
Metode ini digunakan untuk menentukan kadar
dengan reaksi pembentukan ion kompleks dari kation.
Prinsip bahwa ion logam memiliki kemampuan untuk
membentuk senyawa kompleks jika bereaksi dengan
senyawa ligan digunakan untuk menentukan molaritas
suatu senyawa logam. Titik ekivalen tercapai pada saat
mol titran = mol analat

Titran yang digunakan adalah EDTA karena dapat
membentuk kompleks dengan hampir semua logam.
Titrasi ini harus memperhatikan pH. Dimana pH yang
diambil sedekat mungkin dengan pH minimum. Jika pH
terlalu rendah (terlalu banyak asam), EDTA tidak stabil
dan dapat bersenyawa dengan H + sehingga reaksi
kesetimbangan bergeser ke kiri, kompleks tidak
terbentuk, dan larutan harus dibuffer. Sedangkan jika
pH sangat tinggi (pH>>10), maka ion akan terbentuk

hidroksidanya. Maka pH minimum suatu titrasi
kompleksometri adalah dimana semua ion logam
membentuk senyawa kompleks dengan sempurna dan
pH tersebut dijaga dengan menggunakan buffer.
Syarat agar titrasi ini dapat dilakukan adalah nilai
Kβ‰₯108, memiliki warna yang berbeda saat membentuk
kompleks yang dibantu dengan adanya indikator EBT.
Syarat kelayakan indikator yang digunakan untuk
metode ini adalah :
 Tentukan indicator dan konstanta (K)
perubahan warnanya
 Ketahui konsentrasi titran dan range
konsentrasi kira-kira analat
 Tentukan pH saat titrasi dilakukan
 Hitung pM pada akhir perubahan warna

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC




Hitung pM pada titik ekivalen
Apabila pM pada titik ekivalen < pM pada akhir
perubahan warna berarti indicator layak
dipakai
Uji kelayakan titrasi kompleksometri
Ksp Zn(OH)2 : 2x10βˆ’14
pH maksimal:
Zn(OH)2 β†’ 𝑍𝑛2+ + 2𝑂𝐻 βˆ’
Ksp Zn(OH)2
= [𝑍𝑛2+ ] [𝑂𝐻 βˆ’ ] 2
βˆ’14
2x10
= [10βˆ’2 ] [𝑂𝐻 βˆ’ ] 2
βˆ’
[𝑂𝐻 ]
= 1,44x10βˆ’6
pOH
= 6-0,15
= 5,85
pH
= 14-5.85
= 8.15
-log ∝
= 2,27
pH minimal
K’
108
∝
-log ∝
pH

=
=
=
=
=

𝐾𝑠+𝑏 π‘₯ ∝
1016,5 π‘₯ ∝
10βˆ’8.5
8,5
4,2

𝑍𝑛2+ + 𝑍 βˆ’4 ↔ Zn𝑍 2βˆ’
K’
= 𝐾𝑠+𝑏 π‘₯ ∝
𝐾𝑠+𝑏
= [Zn𝑍 βˆ’2 ]
= 1016,5
2+
βˆ’4
βˆ’ 2
[Zn𝑍 ] [𝑍 ]
= [𝑂𝐻 ]
= 2x10βˆ’12
βˆ’2,27
∝
= 10
K’
= 𝐾𝑠+𝑏 π‘₯ ∝ = 1014,23
K’
> 108 (titrasi dapat digunakan)
Range pH

= 4,2 – 8,15

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

𝑍𝑛2+ merupakan ion kompleks. Maka 𝑍𝑛𝑆𝑂4 bisa
ditentukan kadarnya dengan menggunakan titrasi
kompleksometri
Uji kelayakan Indikator EBT
𝐻2 πΌπ‘›βˆ’ ⇆ 𝐻 + + 𝐻𝐼𝑛2βˆ’ (pKa = 6.3)
Merah

Biru
= 10βˆ’6.3

Ka
10βˆ’6.3

=

[𝐻 + ]

Karena warna biru
[𝐻 + ]

pH

[𝐻2 πΌπ‘›βˆ’]

[𝐻𝐼𝑛2βˆ’]

𝐻𝐼𝑛2βˆ’ ⇆ 𝐻 + + 𝐼𝑛3βˆ’ (Pka

Biru

Karena warna biru
𝐼𝑛3βˆ’
[𝐻 + ]

pH

= 10

= 0.1

=
=
=
=
=

[𝐻𝐼𝑛2βˆ’]

10βˆ’6.3 Γ— 0.1
βˆ’log[𝐻 + ]
βˆ’ log 10βˆ’7.3
7.3
11.6)

= 10βˆ’7.3

Jadi perubahan indikator terlihat jelas karena
perubahan warna EBT dari merah ke biru terjadi pada
range pH 7.3 – 10.6, dimana range pH EDTA 4.2 –
8.15. Maka indikator EBT layak dipakai.
Kesimpulan dari analisis diatas adalah metode yang dapat
digunakan untuk menentukan kadar ZnSO 4 adalah titrasi
kompleksometri.
3. Tahapan Kerja
a. Preparasi Sampel ZnSO4
Sampel ZnSO4 yang akan ditentukan kadarnya
merupakan suaru zat yang larut dalam suatu pelarut
polar seperti air. Praktikan akan memperoleh sampel
ZnSO4 dalam bentuk padatan murni. Praktikan akan
melarutkan sampel tersebut dalam 100 ml aquadest
untuk mempermudah proses titrasi.
Peralatan :

1 buah labu takar 100 ml

= 10βˆ’11.6

1011.6
[𝐻𝐼𝑛2βˆ’]

[𝐻2 πΌπ‘›βˆ’]
βˆ’
βˆ’6.3 [𝐻2 𝐼𝑛 ]

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

Jingga

Ka
[𝐻 + ]

[𝐻 +][𝐻𝐼𝑛2βˆ’]

Nama
Kelompok
Asisten

=
[𝐻𝐼𝑛2βˆ’]
𝐼𝑛3βˆ’

[𝐻 +][𝐼𝑛3βˆ’ ]

[𝐻𝐼𝑛2βˆ’]
2βˆ’
βˆ’11.6 [𝐻𝐼𝑛 ]

= 10

[𝐼𝑛3βˆ’ ]

= 0.1, maka

= 10

= 10βˆ’11.6 Γ— 10 =10βˆ’10.6
= 10.6

1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah cawan petri

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Langkah Kerja :

1. Ambilah Sampel ZnSO4 dalam wujud padatan yang
akan ditentukan kadarnya. sampel diletakkan di atas
cawan petri
2. Larutkan sampel ZnSO4 tersebut dengan sedikit
aquadest (gunakan bantuan batang pengaduk untuk
memastikan semua sampel ZnSO4 larut sempurna) dan
masukkan ZnSO4 tersebut ke dalam labu takar ukuran
100 ml dengan bantuan corong dan batang pengaduk
3. Bilas dengan aquadest cawan petri, batang pengaduk,
dan corong sampai tidak ada sampel ZnSO4 yang
tertinggal pada peralatan tersebut serta masukkan air
bilasan tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

b. Pembuatan Larutan Standar Primer 100ml ZnSO4 0.1
M
Perhitungan
Tersedia padatan murni ZnSO4
M ZnSO4
= 0.1 M
V ZnSO4
= 100 ml
= 0.1 L
Mr ZnSO4 = 287.54 gram/mol
n ZnSO4

= (V ZnSO4)(M ZnSO4)
= (0.1)(0.1)
= 0.01 mol

m ZnSO4

= (n ZnSO4)(Mr ZnSO4)
= (0.01)(287.54)
= 2.8754 gram

Peralatan :
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai
volume larutan ZnSO4 mencapai 100 ml
5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang
merata dan homogen dengan cara mengocok atau
membolak-balik labu takar (labu takar dalam keadaan
tertutup) secara hati-hati dan perlahan

6. Preparasi sampel ZnSO4 telah selesai dan siap
ditentukan kadarnya melalui proses titrasi








1
1
1
1
1
1

buah
buah
buah
buah
buah
buah

labu takar ukuran 100 ml
spatula
cawan petri
corong kecil
batang pengaduk
neraca massa digital

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

Langkah Kerja
Persiapkan semua peralatan kerja yang
digunakan dalam pembuatan larutan
standar primer 100 ml ZnSO4 0.1 M

Timbanglah serbuk (padatan) murni ZnSO4
sebanyak 2.8754 gram dengan menggunakan
neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri
dan pengambilan serbuk (padatan) ZnSO4
dilakukan dengan bantuan spatula

Larutkan padatan ZnSO4 yang ada di atas
cawan petri dengan sedikit aquadest dan
pastikan padatan ZnSO4 semuanya larut
sempurna dengan cara mengaduknya dengan
batang pengaduk

Ulangi proses pembilasan 3 kali
sampai tidak ada zat ZnSO4 yang
tertinggal pada cawan petri, batang
pengaduk, dan corong

Tambahkan aquadest ke dalam labu
takar sampai volume ZnSO4 dalam labu
takar mencapai 100 ml secara presisi

Pastikan larutan tersebut merupakan
larutan yang merata dan homogen
dengan cara mengocok atau membolakbalik labu takar (labu takar dalam
keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan

Masukkan larutan ZnSO4 tersebut ke dalam
labu takar ukuran 100 ml. Pemindahan
dilakukan dengan bantuan corong dan batang
pengaduk

Larutan standar primer 100 ml ZnSO4
0.1 M siap digunakan\
Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan
corong dengan aquadest sedikit demi sedikit
dan masukkan air bilasan ke dalam labu takar
ukuran 100 ml

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material
c.

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Pembuatan Larutan Standar Sekunder 500 ml EDTA
0.1 M
Perhitungan
Diinginkan 500 ml larutan EDTA 0.1 M
Tersedia padatan murni Ethylen Diamine Tetra Acetat
(EDTA)
M EDTA
= 0.1 M
V EDTA
= 500 ml
= 0.5 liter
Mr EDTA
= 372.24 gram/mol
n EDTA

= (V EDTA)(M EDTA)
= (0.1)(0.5)
= 0.05 mol

m EDTA

= (n EDTA)(Mr EDTA)
= (0.05)(372.24) = 18,612 gram

Peralatan

1 buah labu takar ukuran 500 ml

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

Langkah Kerja :

1. Persiapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam
pembuatan larutan standar sekunder 500 ml EDTA 0.1 M

2. Timbanglah serbuk (padatan) murni EDTA sebanyak
18.612 gram dengan menggunakan neraca massa digital
secara presisi. Penimbangan dilakukan di atas cawan petri
dan pengambilan serbuk (padatan) EDTA dilakukan dengan
bantuan spatula

3.Larutkan padatan EDTA yang ada di atas cawan petri
dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan EDTA
semuanya larut sempurna dengan cara mengaduknya
dengan batang pengaduk

1 buah spatula
1 buah cawan petri

4. Masukkan larutan EDTA tersebut ke dalam labu takar
ukuran 500 ml. Pemindahan dilakukan dengan bantuan
corong dan batang pengaduk

1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital

5.Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan
aquadest sedikit demi sedikit dan masukkan air bilasan ke
dalam labu takar ukuran 500 ml

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

Langkah kerja
6. Ulangi proses pembilasan 3 kali sampai tidak ada zat EDTA
yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan
corong

1. Timbanglah 0,5 gram padatan (serbuk) indikator Eriochrom
Black T (EBT) di atas beaker glass dengan neraca massa digital
secara presisi. Pengambilan serbuk EBT dilakukan dengan
bantuan spatula.

7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume
EDTA dalam labu takar mencapai 500 ml secara presisi
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata
dan homogen dengan cara mengocok atau membolak-balik
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati
dan perlahan

2. Larutkan serbuk EBT tersebut dengan sedikit alkohol.

3. Masukan larutan tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml
dengan bantuan corong dan batang pengaduk.
9. Larutan standar primer 500 ml EDTA selesai dibuat.

d. Pembuatan Indikator Eriochrom Black T (EBT)
Peralatan
 1
 1
 1
 1
 1
 1

buah
buah
buah
buah
buah
buah

beaker glass kecil
neraca massa digital
labu takar ukuran 100 ml
corong
batang pengaduk
spatula

4. Tambahkan alkohol ke dalam labu takar hingga volume
larutan indikator EBT mencapai 100 ml.

5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata
dan homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolakbalikan labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara
hati-hati dan perlahan.
6. Cantumkan tanggal pembuatan pada botolnya jika ingin
disimpan karena larutan indikator EBT ini hanya dapat disimpan
dengan jangka waktu paling lama 2 bulan.

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Nama
Kelompok
Asisten
Ξ”pH
pH akhir
POH akhir

e. Pembuatan Larutan Buffer NH4OH-NH4Cl dengan
pH=8
Perhitungan
Tersedia padatan murni NH4OH dan larutan HCl 30%
dengan ρ = 1,15 gram/ml
Pembuatan suatu larutan penyangga (buffer) NH 4OHNH4Cl dengan pH = 8 sebanyak 250 ml sehingga pada
penambahan 1 mmol suatu asam terjadi perubahan pH
atau Ξ”pH sebesar 0,1 satuan pH.
Diketahui:
Kb NH4OH
pKb NH4OH

= 1,8.10-5 (referensi: Underwood)
= -log(Kb NH4OH)
= -log(1,8.10-5)
= 5-log1,8 = 5-0,255 = 4,745
=8
= pKw – pH buffer = 14-8 = 6
[NH4OH]
= pKb 𝑁𝐻4 𝑂𝐻 – log

pH buffer
pOH buffer
pOH buffer

= 4,745 – log

6
Log
Log
Log

[NH4OH]

= - 1,255

[ NH4Cl]
[NH4OH]

[NH4OH]
[ NH4Cl]

[ NH4Cl]

= 1,255

[ NH4Cl]
[NH4OH]

= log (17,989)

[ NH4Cl]
[NH4OH]

= 17,989

[ NH4Cl]

[𝑁𝐻4 𝐢𝑙]
= 17,989 [𝑁𝐻4 𝑂𝐻]
Setiap penambahan 1 mmol asam maka akan terjadi
perubahan pH atau Ξ”pH sebesar 0,1 satuan pH.

=8

= 0,1
= pH awal + Ξ”pH
= pKw – pH akhir

= 8 + 0,1 = 8,1
= 14 – 8,1 = 5,9

Kondisi awal :
[𝑁𝐻4𝑂𝐻] = π‘₯ mmol
[𝑁𝐻4𝐢𝑙]
= 17,989 [𝑁𝐻4 𝑂𝐻]
[𝑁𝐻4𝐢𝑙]
= 17,989π‘₯ mmol
[𝑁𝐻4+ ]
= 17,989π‘₯ mmol

𝑁𝐻4 𝑂𝐻 (aq) + 𝐻 + (aq) ↔ 𝑁𝐻4 +(aq) + H2O(l)
m
π‘₯
17,989π‘₯
r
1
1
1
----------------------------------------------------------s
(π‘₯-1) 1
(17,989π‘₯+1)
pOH akhir

= pKb NH4OH – log

5,9

= 4,745 – log

Log
Log
Log

[NH4OH]
[ NH4Cl]
[NH4Cl]

[ NH4OH]
[NH4Cl]

[ NH4OH]
[NH4Cl]

[ NH4OH]

[NH4Cl]
17,989π‘₯ + 1
π‘₯
[NH4OH]
[NH4Cl]

pH awal

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

= -1,155

[NH4OH]

[ NH4Cl]
[NH4OH]
[ NH4Cl]

= 1,155
= log (14,289)
= 14,289
=
=
=
=
=
=
=
=

14,289 [NH4OH]
14,289(π‘₯-1)
4,132 mmol/ml
π‘₯
= 4,123 mmol/ml
4,132 mol/liter= 4,132 M
17,989π‘₯
= 17,989(4,132)
74,331 mmol/ml = 74,331 mol/liter
74,331 M

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

NH4OH (aq)
+ HCl(aq) ↔
NH4Cl(aq) + H2O(l)
m
0,2975
0,04475
r
0,04475
0,04475
0,04475
---------------------------------------------------------------------s
0,25
0
0,04475
n NH4OH
Mr NH4OH
m NH4OH

=
=
=
=

0,2975 mol
35 gram/mol
(n NH4OH)(Mr NH4OH) = (0,2975)(35)
10,4125 gram

Larutan HCl 30% dengan massa jenis ρ = 1,15 gram/ml
HCl 30% artinya 30 gram HCl dalam 100 gram larutan
n HCl
= 0,04475 mol (mol HCl yang ingin dibuat)
m HCl
= 30 gram
Mr HCl
= 36,5 gram/mol
π‘š 𝐻𝐢𝑙
n HCl
=(
= (30/36,5) mol

m pelarut
ρ HCl
V pelarut

π‘€π‘Ÿ 𝐻𝐢𝑙

= 100 gram
= 1,15 gram/ml
= (m pelarut)/(ρ HCl)
= (100/1,15) ml = (1/11,5) liter
M HCl
= (n HCl)/(V pelarut)
= (30/36,5)/(1/11,5) = 9,452 M
𝑛 𝐻𝐢𝑙 π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘–π‘›π‘”π‘–π‘›π‘˜π‘Žπ‘›
V HCl yang harus diambil
=
𝑀 𝐻𝐢𝑙

= (0,04475)/(9,452)
= 0,004734 liter
= 4,734 ml

Peralatan
 1 buah neraca massa digital
 1 buah beaker glass kecil
 1 buah spatula






Nama
Kelompok
Asisten
1
1
1
1

buah
buah
buah
buah

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

corong
batang pengaduk
volumetric pipet
labu takar 250 ml

Langkah kerja

1 Siapkan semua bahan dan peralatan kerja yang digunakan
dalam pembuatan larutan buffer NH4OH-NH4Cl dengan pH = 8

2. Timbanglah 10,4125 gram padatan NH4OH murni dengan
neraca massa digital secara presisi. Penimbangan dilakukan
dilakukan dengan beaker glass kecil. Pengambilan padatan
NH4OH dilakukan dengan bantuan spatula.

3. Larutkan padatan NH4OH tersebut dengan sedikit aquadest.
Pastikan seluruh padatan NH4OH tersebut larut sempurna
dengan menggunakan batang pengaduk.

4. Masukan larutan NH4OH tersebut ke dalam labu takar
ukuran 250 ml. Proses ini dibantu dengan corong dan batang
pengaduk.

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

5. Bilaslah beaker glass, batang pengaduk, dan corong dengan
aqudest dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu takar

6. Ulangi pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada lagi zat
NH4OH yang tertinggal pada beaker glass, corong, dan batang
pengaduk
7. Dengan menggunakan volumetric pipet, ambil HCl 30%
sebanyak 4,734 ml dan masukan ke dalam labu takar ukuran
250 ml.
8. Larutkan campuran larutan NH4OH dan HCl dalam labu takar
dengan menambahkan aquadest sampai volume larutan dalam
labu takar mencapai 250 ml

9. Larutan penyangga (buffer) NH4OH-NH4Cl dengan pH = 8
siap untuk digunakan.

f.

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam
proses standarisasi larutan standar sekunder EDTA dengan
larutan standar primer ZnSO4 0,1 M

2. Masukan larutan EDTA ke dalam buret ukuran 50 ml dengan
bantuan corong

3. Ambil 10 ml larutan ZnSO4 0,1 M dengan menggunakan
volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam
labu erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Masukan 5 ml larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 ke
dalam labu erlenmeyer yang telah berisi larutan ZnSO4.
Pengambilan larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 tersebut
dilakukan dengan bantuan pipet kecil dan gelas ukur 5 ml.

Standardisasi Larutan Standar Sekunder EDTA
dengan Larutan Standar Primer ZnSO4

5. Masukan sedikit padatan indikator Eriochrom Black T (EBT)
ke dalam labu erlenmeyer hingga larutan ZnSO4 berubah
menjadi warna merah anggur.

Peralatan
 1
 1
 1
 1
 1
 1

6. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4 dalam
erlenmeyer berubah warna dari merah anggur menjadi warna
biru (unsur warna merah hilang)

buah
buah
buah
buah
buah
buah

buret ukuran 50 ml
corong
labu erlenmeyer ukuran 250 ml
volumetric pipet ukuran 10 ml
pipet kecil
gelas ukur 5 ml

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

7. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4 dalam
erlenmeyer berubah warna dari merah anggur menjadi warna
biru (unsur warna merah hilang).

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

(V ZnSO4)(M ZnSO4)(1) = (V EDTA rata-rata)(M EDTA)(1)
(10 )(0,1)(1)
= (V EDTA rata-rata)(M EDTA)(1)
M EDTA
=
M

8. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
g. Penentuan Kadar Sampel ZnSO4
9. Hitunglah volume EDTA rata-rata.
Peralatan :
10. Hitunglah molaritas larutan standar sekunder EDTA.

1 buah buret ukuran 50 ml
Perhitungan :
Titrasi ke
1
2
3
V EDTA rata-rata =
=
V ZnSO4
M ZnSO4
1 mol EDTA
1 mol ZnSO4

=
=
=
=

Volume EDTA (ml)
Ml
Ml
Ml

𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘‘π‘–π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– 1 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘‘π‘–π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– 2 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘ π‘– 3

ml

10 ml
0,1 M
1 grek
1 grek

Persamaan grek:
grek titran
= grek analat
grek ZnSO4
= grek EDTA

3

1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
1 buah volumetric pipet ukuran 10 ml

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Langkah kerja :

1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam
proses penentuan kadar sampel ZnSO4 dengan larutan standar
sekunder EDTA yang telah distandarisasi sebelumnya.

2. Masukan larutan EDTA ke dalam buret ukuran 50 ml dengan
bantuan corong

Nama
Kelompok
Asisten

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

5. Masukan sedikit padatan indikator Eriochrom Black T (EBT)
ke dalam labu erlenmeyer hingga larutan ZnSO4 berubah
menjadi warna merah anggur.
6. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4 dalam
erlenmeyer berubah warna dari merah anggur menjadi warna
biru (unsur warna merah hilang).
7. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.

8. Hitunglah volume EDTA rata-rata.
3. Ambil 10 ml sampel larutan ZnSO4 0,1 M dengan
menggunakan volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan
ini ke dalam labu erlenmeyer ukuran 250 ml.
9. Hitunglah molaritas sampel larutan ZnSO4.
4. Masukan 5 ml larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 ke
dalam labu erlenmeyer yang telah berisi larutan ZnSO4.
Pengambilan larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 tersebut
dilakukan dengan bantuan pipet kecil dan gelas ukur 5 ml.

Perhitungan
Titrasi ke
1
2
3
V EDTA rata-rata =

𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘‘π‘–π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– 1 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘‘π‘–π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– 2 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘ π‘– 3

= …….ml
V ZnSO4
M ZnSO4
1 mol EDTA
1 mol ZnSO4

=
=
=
=

Volume EDTA (ml)
ml
ml
ml

10 ml
0,1 M
1 grek
1 grek

3

Laboratorium Kimia Departemen
Teknik Metalurgi dan Material

Jurnal Praktikum Kimia Analitik
Kuantitatif

Nama
Kelompok
Asisten

Persamaan grek:
grek titran
= grek analat
grek ZnSO4
= grek EDTA

Ujian

(V ZnSO4)(M ZnSO4)(1) = (V EDTA rata-rata)(M EDTA)(1)
M ZnSO4
=
M

Latihan 1
Hasil
Standarisasi LSS

Titrasi Ke (ml)
1
2
3

Pengajuan 1
Pengajuan 2
Latihan 2
Hasil
Standarisasi LSS

Titrasi Ke (ml)
1
2
3

Pengajuan 1
Pengajuan 2

: Agung Cahyadi
: 17
: Hantoro RC

Hasil
Standarisasi LSS

Titrasi Ke (ml)
1
2
3

Pengajuan 1
Pengajuan 2

h. Referensi
G. Svehlah. 1985. Buku Teks Analisis Organik Kuantitatif Makro
dan Semimikro. Jakarta :Media Pustaka
Underwood,dkk. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif (Edisi ke-4
terjemahan). Surabaya: Erlangga
Katili, Sari. 2014. Modul Kimia Analitik (ppt)
Tim Asisten Lab Kimia DTMM. 2015. Modul Praktikum 2015