contoh proposal RONDE keperawatan Pemasanga

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996)
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola
yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam
mengatasi masalah keperawatan yang

dihadapi klien. Salah satu bentuk pelayanan

keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang
dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai

hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan, yang dilkukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh
tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang di alami klien dapat
teratasi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien
c. Menilai hasil kerja
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh

C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar TIM
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
D. Tahap ronde keperawatan
1. Pra ronde (persiapan)
Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
2. Tahap pelaksana
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.

3. Tahap pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan

BAB II
RENCANA STRATEGIS
RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
DI RUANGAN INTERNA H, RSUD PROF.DR H ALOEI SABOE
A. Topik

: Askep dengan pasien ISK

B. Sasaran

: Nn. C.S / 22 thn

C. Peserta

: - Mahasiswa Keperawatan DIV Poltekes, Manajemen Keperawatan
Poltekes Kemenkes Gorontalo

- Pembimbing klinik
- Keluarga pasien
- Pasien

D. Waktu

: 30 menit

E. Hari/ tanggal : Selasa, 09 Agustus 2016
F. Tujuan
1. Tujuan umum :
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
2. Tujuan khusus:
a. Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang belum teratasi
b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan klien
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai masalah klien
d. Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah klien
e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan keperawatan yang
dilakukan.
G. Sasaran :

 Nama

: Ny.C.S

 Umur

: 22 Thn

 Pekerjaan : -

H. Materi :
 Konsep dasar penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih)
 Asuhan keperawatan klien dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) (terlampir)
I. Pelaksanaan :
 Hari/tanggal : Selasa, 09 Agustus 2016
 Tempat

: Ruang Interna Irina H Kelas II Scorpio

J. Metode :

 Ceramah
 Diskusi
K. Media :
 Makalah
 Leaflet
 Lembar Balik
L. Tim ronde :
 Karu Interna Irina H
 Perawat Interna Irina H
 Mahasiswa Keperawatan DIV Poltekes Gorontalo
M. Proses ronde keperawatan :
-

Pra ronde :
 Menentukan kasus dan topik
 Menentukan tim ronde
 Membuat informed consent
 Mencari literatur
 Diskusi


-

Ronde :
 Diskusi
 Pemberian pendidikan kesehatan untuk mengurangi keluhan

-

Pasca ronde :
 Evaluasi pelaksanaan ronde
 Revisi dan perbaikan

Mekanisme Kegiatan
No

Waktu

Kegiatan

Pemeran


Pasien

.
1.

5 menit

Pembukaan:

Mahasiswa 1

Mendengarkan

2.

10 menit

Memberi salam
Menyampaikan tujuan


Mahasiswa 2

Pasien dan

ronde keperawatan

keluarga

Penyajian masalah :

mendengarkan

Menyampaikan masalah
yang sudah terselesaikan
3.

5 menit

Menentukan masalah


Ketua Tim

4.

5 menit

yang belum terselesaikan
Implementasi yang sudah

Ketua Tim

5.

5 menit

dilakukan
Mengajarkan kepada

Mahasiswa


keluarga pasien tentang
diskusi dan Tanya jawab.
Penutup :
-

Ucapan terima
kasih

-

Memberi salam.

Evaluasi :
 Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan
 Bagaimana peran pelaksana saat ronde keperawatan
 Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikrooganisme
didalam saluran kemih yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung
materi, virus atau mikroorganisme yang lain. ISK dapat terjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita ISK daripada pria (Sudoyo Aru, Dkk 2009)
2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti : usia, gender, prefalensi bakteri uria
dan factor pre disposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk
ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, proteus, klepsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, stapillococcus epidemidis, enterococci dll
2. Prefalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah
yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending.
Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi. Infeksi
hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya
infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat
lain. Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih
dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa
terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui
ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi. Infeksi tractus urinarius terutama
berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan
kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi,
bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

PATHWAY
Akumulasi atiologi dan
factor resiko infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kemih, cidera uretra,
riwayat isk)

Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk
lewat mulut

HCL
Lambung)

Jaringan parut – total
tersumbat

Obstruksi saluran kemih
yang bermuara kevesika
urinarius

hidup

Tidak hidup

Urus terutama pieg player

Resiko infeksi

Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan
endotoksin

Mati

Penebalan dinding VU

Bakterimia primer

difagosit

Menurunnya kontraksi otot
VU

Tidak difagosit

Procesia pada kulit dan
tidak hipertwermi

Kesulitan berkemih

Bakteremia sekunder

Pembuluh darah kapiler

Retensi urin

Hipotalamus

ureter

Reinteraksi abdominal

Menekan
termoreguler

oliguria

Mual, muntah

hipetermi

Iritasi ureterai

obstruksi

perdangan

Peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral

Gangguan eliminasi urine

Kekurangan volume
cairan

Depresi saraf perifer

nyeri

4. Tanda dan Gejala
a. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bias berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (di
iringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih
5. Penatalaksanaan Medis
1. Non farmakologi :
-

Istirahat

-

Diet; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih

2. Farmakologi
-

Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotic antara
lain cefotaxime, ceftriaxone, cotrimoxazole

-

Bila ada tanda-tanda urocepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penicillin
dengan amino glikosida

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa urin rutin, mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman
permL urin
2.Investigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis : ultrasonogram (USG),
Radiografi (Foto abdomen)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Tanggal masuk MRS
Diagnose medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
 Disuria
 Polisuria
 Nyeri
 Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan
b. Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organism eschericea coli kedalam
colon
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama
e. Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan
dalam beribadat karena klien lemah
A. Kebutuhan dasar manusia ( Gordon)
a. Persepsi kebutuhan dan menajemen kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani
penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungabn dengan kelemahan
tubuh yang dialami. Aktifitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami.
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsuh makan yang kurang Karen mual, mual saat makan sehingga makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama ekali.
e. Eliminasi
Eliminasi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan Karen ada organism yang masuk
sehingga urine tidak lancar.
2. Kognitif perceptual
Daya ingat pasien isk kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan
3. Konsep diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak
mengalami gangguan konsep diri.
4. Pola koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
meminta pertolongan orang lain.
5. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai jenis kelamin. Kebanyakan
pasien tidak melakukan hubungan seksuan karena kelemahan tubuh.

6. Pola peran hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melakukan peran .
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. System respirasi
4. System kardiovaskuler
5. System integument
6. System gastrointestinal
7. System muscullusceletal
8. System abdomen

Diagnosa Keperawatan
NO
1

DIAGNOSA KEPERAWATAN
(NANDA)
Nyeri akut b/d trauma jaringan dan
rflek spasme otot sekunder

KRITERIA HASIL (NOC)
NOC :

NIC :

 Pain level

Kode : 100132

 Pain control

Domain : 12

 Comfort level

Kelas : 1

Batasan karakteristik :
Menyatakan merasa tidak nyaman,
menjaga dada, pernafasan dangkal,
wajah meringis, merintih

INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)

Pain managemen
 Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik,durasi, frekuensi,

Kriteria hasil :
 Mampu mengontrol nyeri
(tau penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik

kualitas dan kualitas dan factor
presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi

nonfarmakologi untuk

terapeutik untuk mengetahui

mengurangi nyeri, mencari

pengalaman nyeri

bantusn)
 Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan

 Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa

menggunakan manajemen
neyri
Mampu mengenali nyeri

lampau
 Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
 Kurangi factor prespitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyei
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri unutk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan control nyeri

 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyerisebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari Satu
 Tentukan analgesic pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali
 Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat

2

Retensi urine

Evaluasi efektifas analgesic, tanda dan gejala
NIC

NOC
 Urinary elimination

Urinary retencion care

Definisi : pengosongan kandung kemih

 Urinary continence

-

Monitor intake dan out put

tidak komplit.

Kritesia hasil :

-

Monitor

Kode : 00023
Domain : 3
Kelas : 1

 Kandung kemih kosong
secara penuh
 Tidak ada residu urine

 Tidak ada keluaran urine

 Bebas dari isk
 Tidak

ada

spasme

obat

antikollionergenik
-

Monitor derajat distensi baladder

-

Intruksikan pada pasien dan keluarga

lebih 100 – 200 cc
Batasan karakteristik :

penggunaan

untuk mencatat out put urine
-

Sediakan privasi untuk eliminasi

-

Stimulasi

reflex

bladder

dengan

 Distentsi kandung kemih

bladder
 Balnce cairan seimbang

 Menetes, disuria
 Sering berkemih

kompres dingin pada abdomen
-

Katerisasi jika perlu

-

Monitor tanda dan gejala “ panas,

 Inkontinensia aliran berlebih

hematuria, perubahan bau konstitensi

 Residu urine, berkemih sedikit

urine”
Urinary elimination management

 Sensasi kandung kemih penuh
Factor yang berhubungan :
 Sumbatan
 Tekanan ureter tinggi
 Enhibisi arkus
reflex,sfingter kuat
3

Resiko infeksi
Definisi

:

mengalami

peningkatan

resiko terserang organism patogenik

NOC

NIC

 Immune status

Infection control “ control infeksi”

 Knowledge : infection

-

control
Kode : 00004

 Risk control

Domain : 11
Kelas : 1

Criteria hasil :

Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain

-

Pertahankan tehnik isolasi

-

Batasi pengunjung bila perlu

-

Intruksikan pada pengunjung untuk

Factor resiko :
 Penyakit kronis
-

Diabetes militus

-

Obesitas

 Pengetahuan yang tidak cukup

 Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
penularan penyakit, factor

patogenik

penatalakanaanya
 Menunjukan kemampuan

tidak adekuat

untuk mencegah timbulnya

-

Gangguan peristaltis

infeksi

-

Kerusakan integritas kulit “
prosedur infasi”

-

meninggalkan

Gunakan sabun anti mikrobia untuk
cuci tangan

-

Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan

-

Gunakan

baju,

sarung

tangan,

sevbagai alat pelindung
-

 Jumlah leukosit dalam batas
normal

berkunjung

pasien

yang mempengaruhi
penularan serta

pemasangan kateter intravena,

setelah

 Mendeskripsikan proses

untuk menghindari pemanjaan
 Pertahanan tubuh primer yang

mencuci tangan saat berkunjung dan

Pertahankan

lingkungan

aseptic

selama pemasangan alat
-

 Menunjukan perilaku hidup

Ganti letak iv perifer dan line sentral
dan dressing sesuai dengan petunjuk

sehat

umum

-

Perubahan sekresi ph

-

Penuruna kerja siliaris

-

Pecah ketuban dini

-

Pecah ketuban lama

-

Tingkatkan intake nutrisi

-

Merokok

-

Berikan terapi antibiotic bila perlu

-

Statis cairan tubuh

-

Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing

infection protection “proteksi terhadap

-

Trauma

jaringan,

“misalnya

trauma distruksi jaringan”

infeksi”
-

 Ketidak adekuatan

systemic dan local
-

Monitor hitung branullosit, WBC

-

Monitor kerentanan terhadap infeksi

misalnya

-

Batasi pengunjung

imunitas di dapat tidak adekuat

-

Sering pengunjung terhadap penyakit

pertahan sekunder
-

Hemoglobin

-

Imunosupresi



menular

agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan , seroid, anti
bodi
-

-

Pertahankan

tehnik

aspepsi

pada

pasien yang beresiko

monoclonal,

imunomodulator”

-

Pertahankan tehnik isolasi k/p

Supresi repons inflamasi

-

Berikan perawatan kulit pada area
apidema

 Faksinisasi tidak
adekuat

-

pathogen
 Lingkungan yang
meningkat
Wabah

Inspeksi kulit terhadap kemerahan,
panas, drainase

 Pemanjaan terhadap

-

Monitor tanda dan gejala infeksi

-

Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

-

Dorong masukan nutrisi yang cukup

-

Dorong masukan cairan

-

Dorong istirahat

 Prosedur infasif

-

antibiotic sesuai resep

 Malnutrisi
Batasan karakteristik

Instruksikan pasien untuk minum

-

Ajarkan pasien dan keluaraga tanda
dan gejala infeksi

-

Ajarkan cara menghindari infeksi

-

Laporkan kecurigaan infeksi

-

Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC