PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MESIN POWER THRESER PADA BENGKEL LAS KREBO SUKOHARJO

MESIN POWER THRESER PADA BENGKEL LAS KREBO SUKOHARJO

Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: DIENA KUSUMASTANTI

NIM.F1310028

FAKULTAS EKONOMI

“Pitulung lan pawewehmu aja akeh-akeh lan aja arang-arang, nanging baka sethithik wae lan sing kerep, awit wataking manungsa menawa wis ora nduweni pangarep-arep bakal tampa maneh, enggal sirna kaelingane marang kabecikan. Senajan diwenehi akeh,nanging yen njaluk maneh ora oleh, sakehing kabecikan kang wis kelakon dadi ilang.”

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang

menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. - Mahatma Gandhi.

Believe in Him and you can do anything

Cintai dan syukuri

Buah karya ini saya persembahkan untuk:

* Kedua Orang tuaku tercinta, * Adik-adikku tersayang, * Seluruh orang tersayang,teman dan sahabat-sahabatku.

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ketulusan memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Sri Suranto, S.E., M.Si, Ak. selaku Sekretaris Program Swadana Transfer Jurusan Akuntansi. 4. Bapak Sri Hanggana, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam menyusun skripsi ini.

5. Marisa selaku pemilik Bengkel Las Krebo yang telah bersedia memberikan ijin

Surakarta atas segala ilmu-ilmu yang telah diajarkan. 7. Pak Timin dan Pak Rudy atas segala bantuannya. 8. Kedua Orang tua dan Adik-adikku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan

kasih sayang tiada henti. 9. Orang-orang tersayang,sahabat- sahabatku yang selalu memberikan semangat dan

doa. 10. Teman-teman Akuntansi Non-Reguler angkatan 2010, terimakasih untuk kebersamaaan dan keceriaan selama ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Tabel 4.1 Biaya Overhead Pabrik Bengkel Las Krebo bulan Maret 2012 ............... 37 Tabel 4.2 Kartu Biaya Produksi Bulan April 2012 periode 1................... ................ 41 Tabel 4.3 Kartu Biaya Produksi Bulan April 2012 periode 2................... ................ 43 Tabel 4.4 Kartu Biaya Produksi Bulan Mei 2012 periode 1................... .................. 44 Tabel 4.5 Kartu Biaya Produksi Bulan Mei 2012 periode 2 ..................................... 44 Tabel 4.6 Kartu Biaya Produksi Bulan Juni 2012 periode 1 ..................................... 45 Tabel 4.7 Kartu Biaya Produksi Bulan Juni 2012 periode 2................... .................. 46 Tabel 4.8 Laporan Job Selesai .................................................................................. 47 Tabel 4.9 Laporan Penjualan................... ................................................................. 48 Tabel 4.10 Laporan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.................. ................... 48 Tabel 4.11 Laporan Biaya Overhead Pabrik Dibebankan.................. ....................... 48 Tabel 4.12 Perhitungan Harga Pokok Produksi.................. ....................................... 48

Lampiran 1 Surat Izin Penulisan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Gambar Mesin Power Threser Lampiran 4 Data biaya listrik, telepon, dan lain-lain, biaya bahan penolong Lampiran 5 Data Biaya karena berlalunya waktu

Diena Kusumastanti NIM. F1310028

CALCULATE THE PRODUCTION COST OF POWER THRESER MACHINE IN LAS KREBO WORKSHOP SUKOHARJO

The research was conducted with the aim to apply the methods of job order costing in the management company to help calculate the cost of production. Raw material costs, direct labor costs, and factory overhead costs are elements to calculate the production costs.

The research was conducted in Las Krebo Workshop for 3 months, ie April to June. The method of data collection is by observation. This study uses job order

costing to calculate the cost of production of each product order. The results provide a way of calculating the cost of production by the method of job order costing, reporting quarterly to the finished product, sales reports, reports of factory overhead costs, and calculating the cost of production.

Keywords: job order costing, cost of production, cost of production.

Diena Kusumastanti NIM. F1310028

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MESIN POWER THRESER PADA BENGKEL LAS KREBO SUKOHARJO

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengaplikasikan metode job order costing dalam perusahaan untuk membantu manajemen menghitung biaya produksi. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik adalah elemen untuk menghitung biaya produksi.

Penelitian ini dilakukan di Bengkel Las Krebo selama 3 bulan, yaitu bulan April sampai Juni. Metode pengambilan data yaitu dengan observasi. Penelitian ini menggunakan metode job order costing untuk menghitung biaya produksi setiap pesanan produk.

Hasil penelitian ini memberikan cara perhitungan biaya produksi dengan metode job order costing, pelaporan tiga bulanan untuk produk selesai, laporan penjualan, laporan biaya overhead pabrik, dan perhitungan harga pokok produksi.

Kata kunci : job order costing, biaya produksi, harga pokok produksi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Industri pertanian merupakan salah satu mata pencaharian yang diandalkan

oleh penduduk Indonesia untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, industri pertanian juga perlu memanfaatkan teknologi baik di bidang pertanian yang berupa penggunaan alat-alat pertanian canggih yang menunjang proses pasca panen, maupun teknologi yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi seperti penggunaan mesin dalam membantu proses produksi secara cepat dan berkualitas. Dengan penggunaan berbagai macam teknologi tersebut, biaya overhead diperkirakan meningkat dikarenakan adanya proses produksi yang semakin kompleks dan produk yang dihasilkan semakin beragam. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem dan strategi yang tepat serta sesuai dengan perkembangan dan keinginan konsumen, sehingga dengan penggunaan sistem yang tepat dapat dihasilkan informasi yang akurat.

Dalam melakukan proses produksi, perusahaan tentunya tidak terlepas dari pembiayaan atas proses produksi tersebut, sehingga perusahaan dituntut untuk menetapkan pembiayaan atas pelayanan yang telah diberikan secara tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko atau hasil yang akan diperoleh dalam penentuan besarnya tarif yang harus dibayar oleh para konsumen. Dalam penentuan harga pokoknya, terkadang perusahaan masih menggunakan sistem akuntansi Dalam melakukan proses produksi, perusahaan tentunya tidak terlepas dari pembiayaan atas proses produksi tersebut, sehingga perusahaan dituntut untuk menetapkan pembiayaan atas pelayanan yang telah diberikan secara tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko atau hasil yang akan diperoleh dalam penentuan besarnya tarif yang harus dibayar oleh para konsumen. Dalam penentuan harga pokoknya, terkadang perusahaan masih menggunakan sistem akuntansi

Bengkel Las Krebo adalah perusahaan manufaktur yang membuat dan menyediakan mesin pertanian serta jasa pembangunan mesin industri. Produk yang dihasilkan yaitu mesin alat pertanian, mesin Power Threser (tleser). Perusahaan ini melakukan produksi mesin pertanian berdasarkan permintaan konsumen dengan cara memesan terlebih dahulu. Penentuan tarif harga pokok produksi merupakan keputusan yang penting dan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Adanya berbagai macam bahan yang variatif serta biaya overhead yang tinggi, semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya, sehingga dapat diperoleh informasi yang akurat mengenai laba yang telah dan dapat diperoleh dari selisih tariff yang ditentukan.

Penentuan harga pokok produksi pada Bengkel Las Krebo ini masih menggunakan pencatatan yang sederhana sehingga dapat menghasilkan informasi biaya yang tidak akurat sehingga dapat menyebabkan keputusan penentuan tarif menjadi tidak tepat. Metode job order costing dinilai dapat mengatasi kelemahan dalam pencatatan biaya yang sebelumnya dan dapat mengukur secara cermat biaya- Penentuan harga pokok produksi pada Bengkel Las Krebo ini masih menggunakan pencatatan yang sederhana sehingga dapat menghasilkan informasi biaya yang tidak akurat sehingga dapat menyebabkan keputusan penentuan tarif menjadi tidak tepat. Metode job order costing dinilai dapat mengatasi kelemahan dalam pencatatan biaya yang sebelumnya dan dapat mengukur secara cermat biaya-

Penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat akan mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan. Penentuan harga pokok produksi didasarkan pada perincian dan pencatatan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya merupakan bagian penting dalam penentuan harga pokok produksi, maka semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi harus dicatat secara tepat, sistematis dan terperinci. Untuk tujuan tersebut maka akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa (Mulyadi, 2005).

Dalam metode job order costing, perusahaan harus dapat memperkirakan harga pokok produksi suatu produk ketika perusahaan menerima pesanan produk tertentu. Penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan penawaran harga jual yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Penetapan harga pokok produksi yang terlalu tinggi menyebabkan penentuan harga jual yang tinggi juga, hal ini dapat mengakibatkan perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan yang sejenis. Sebaliknya, jika perusahaan menetapkan harga pokok produksi yang terlalu rendah akan menyebabkan penentuan harga jual yang rendah sehingga biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan tidak dapat ditutup. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan sehingga dapat menghambat operasional perusahaan pada periode selanjutnya.

Penentuan harga pokok produksi Bengkel Las Krebo menggunakan metode harga pesanan dikarenakan sebagian besar proses produksinya berdasarkan pesanan yang diterima. Dalam perhitungan harga pokok produksi, Bengkel Las Krebo tidak mengelompokkan biaya listrik, biaya bahan penolong, dan biaya produksi karena berlalunya waktu ke dalam biaya overhead pabrik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi mesin Power Threser pada Bengkel Las Krebo?

2. Apakah perhitungan harga pokok produksi mesin Power Threser sudah sesuai dengan sistem job order costing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengaplikasikan metode job order costing di perusahaan untuk membantu manajemen menghitung biaya produksi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Memberikan perhitungan yang lebih baik dalam menentukan harga pokok produksi dan hal lain yang terkait sehingga dapat meningkatkan efektivitas biaya produksi.

2. Bagi Pembaca Memberikan tambahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan pokok permasalahan yang sama.

3. Bagi Penulis Memberikan tambahan wawasan dalam penelitian ini serta memperdalam pengertian tentang akuntansi biaya khususnya perhitungan biaya yang berdasarkan pesanan (job order costing). Selain itu untuk mempraktekkan secara langsung teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan.

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya

Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas, dan disajikan oleh akuntansi biaya. Biaya dalam arti luas adalah pengobanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu, sedangkan biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva (Mulyadi, 2005).

Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebit untuk tujuan tertentu.

Biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu (Horngren, 2008). Suatu biaya biasanya diukur dengan jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.

Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur, menganalisis, dan Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur, menganalisis, dan

Menurut Mulyadi (2005) akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Menurut

Rayburn (1999)

akuntansi

biaya mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur

biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa. Akuntansi biaya juga mengukur kinerja, kualitas produk, dan produktivitas.

B. Unsur-unsur Biaya Produksi

Menurut Mulyadi (2005) biaya produksi (inventoriable cost or manufacturing cost ) adalah biaya yang digunakan untuk membuat suatu barang dan jasa. Biaya produksi pada saat terjadinya diakui sebagai aktiva, dan baru diakui sebagai beban pada saat barang atau jasa yang dihasilkan atas biaya tersebut dijual. Pada saat terjadinya diakui sebagai aktiva yang dapat berupa rekening persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Dan baru diakui sebagai beban saat barang atau jasa tersebut dijual dalam bentuk rekening Harga Pokok Penjualan yang disajikan di laporan laba rugi.

Biaya produksi meliputi biaya produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

1. Bahan Baku Bahan baku adalah bahan yang menempel menjadi satu (terintegrasi) dengan barang jadi yang mempunyai nilai relatif lebih tinggi dibanding nilai bahan yang lain dalam pembuatan suatu barang jadi.

2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung (direct labour) adalah karyawan di bagian

produksi yang mempunyai pekerjaan (fungsi) yang berkaitan langsung dengan proses produksi, sehingga jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan, maka proses pembuatan barang jadi tidak akan selesai.

3. BOP (Biaya Overhead Pabrik) Adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. BOP dapat dibebankan ke biaya produksi dengan cara langsung maupun tidak langsung. BOP dapat dibebabankan langsung jika menggunakan metode process costing, sedangkan dalam metode job order costing menggunakan pembebanan tidak langsung, yaitu dengan tarif BOP yang ditentukan dimuka.

C. Pengertian Harga Pokok Produksi

Perusahaan manufaktur memiliki siklus kegiatan mulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Siklus akuntansi biaya dalam Perusahaan manufaktur memiliki siklus kegiatan mulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Siklus akuntansi biaya dalam

Menurut Hanggana (2008) harga pokok produksi adalah semua biaya untuk membuat satu unit barang jadi yang meliputi biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Horngren (2008) harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan.

D. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2005) pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Produksinya ditujukan untuk memenuhi pesanan. Sedangkan perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya yaitu untuk memenuhi gudang.

Tujuan akhir akuntansi biaya adalah menghitung harga pokok produksi (cost of goods manufactured). Istilah harga pokok produksi

Sistem atau metode pengumpulan biaya produksi ada dua, yaitu sistem biaya proses (process cost system) dan sistem biaya pesanan (Job order cost system ).

1. Sistem biaya proses Vanderbeck dalam Hanggana (2008) menyatakan, sistem proses sesuai

digunakan untuk perusahaan memproduksi barang atau jasa yang memiliki karakteristik yang serupa. Syarat utama perusahaan dapat menggunakan sistem proses:

a. Perusahaan memproduksi hanya satu jenis barang atau jasa yang mempunyai spesifikasi yang sama.

b. Manajemen perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis barang atau jasa dapat menerima asumsi atau anggapan bahawa barang atau jasa yang sesusungguhnya bespesifikasi berbeda dianggap sama.

Karakteristik metode harga pokok proses (Mulyadi, 2005) antara lain sebagai berikut:

a. Pengumpulan biaya produksi dilakukan per departemen produksi per periode akuntansi.

b. Perhitungan harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama b. Perhitungan harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama

c. Pembebanan dipesan antara biaya langsung dengan biaya tidak langsung tidak diperlukan.

d. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yangs sesungguhnya terjadi.

e. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.

2. Sistem biaya pesanan Syarat utama perusahaan dapat menggunakan sistem pesanan:

a. Perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis barang atau jasa yang mempunyai spesifikasi yang berbeda, dan mampu memisahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke masing-masing spesifikasi barang atau jasa (sesuai job).

b. Manajemen perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis barang atau jasa dapat menerima asumsi atau anggapan bahwa, manajmen perusahaan yang sesusungguhnya tidak dapat memisahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap job barang atau jasa, dianggap dapat memisahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap job barang atau jasa tersebut.

Menurut Mulyadi (2005) metode pengumpulan biaya produksi dengan Menurut Mulyadi (2005) metode pengumpulan biaya produksi dengan

1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesfifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

2) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yangs sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Perbedaan antara metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan terletak pada hal berikut ini:

Dasar penentuan harga pokok produksi metode harga pokok pesanan adalah setiap produk yang dipesan, sedangkan dasar penentuan penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok proses adalah setiap periode.

b. Waktu penentuan harga pokok produk

Dengan metode harga pokok pesanan, harga pokok ditentukan saat pesanan telah selesai diproduksi, sedangkan jikan menggunakan harga pokok proses, harga pokok ditentukan saat akhir periode.

E. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2005) metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan:

1. Full Costing Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

2. Variabel Costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable.

F. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

Menurut Mulyadi (2005) perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan atau produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:

1. Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.

2. Memilih Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk (Mulyadi, 2005), antara lain:

Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan baku dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari biaya bahan baku. Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

T=

Keterangan: T = tarif biaya overhead pabrik per satuan. Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk. Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang serupa dan berhubungan erat satu dengan yang lain (perbedaannya hanya berat atau volume), pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai (point basis).

b. Biaya bahan baku Jika biaya overhead yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan baku dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari biaya-biaya bahan baku.

Rumus perhitungan adalah sebagai berikut: T=

Keterangan: T = prosentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakai.

c. Biaya tenaga kerja Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai

hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari biaya tenaga kerja langsung. Rumus perhitungan adalah sebagai berikut:

T=

Keterangan: T = prosentase biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsung.

d. Jam tenaga kerja langsung Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk d. Jam tenaga kerja langsung Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk

T=

Keterangan: T = tarif biaya overhead per jam tenaga kerja langsung.

e. Jam mesin Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar jam mesin dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari jam mesin. Rumus perhitungan adalah sebagai berikut:

T=

Keterangan: T = tarif biaya overhead pabrik per satuan jam mesin.

G. Perlakuan terhadap Selisih Biaya Overhead Pabrik

Selisih Biaya Overhead Pabrik merupakan selisih antara Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya dengan Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan. Selisih Biaya Overhead Pabrik akan diperlakukan menambah atau mengurangi harga pokok penjualan. (Hanggana, 2008).

Setiap akhir bulan, biaya overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik.

Menurut Mulyadi (2005) perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik pada akhir tahun tergantung pada penyebab terjadinya selisih tersebut. Jika selisih tersebut disebabkan karena kesalahan dalam penghitungan tarif biaya overhead pabrik, atau keadaaan-keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi operasi maka selisih tersebut dibagi rata ke dalam rekening-rekening Persediaan Produk dalam Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. Sebagai akibatnya, harga pokok produksi yang semula berisi biaya overhead pabrik yang diperhitungkan berdasarkan taksiran, disesuaikan menjadi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

Jika selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan. Tidak ada alas an yang kuat untuk menaikkan harga pokok persediaan hanya karena Jika selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan. Tidak ada alas an yang kuat untuk menaikkan harga pokok persediaan hanya karena

a. Manajemen tidak pernah mencoba menentukan penyebab terjadinya selisih biaya overhead pabrik.

b. Jumlah selisih tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo rekening-rekening yang akan dibebani dengan pembagian selisih tersebut.

c. Saldo rekening-rekening Barang Dalam Proses dan Persediaan Produk Jadi biasanya relatif kecil bila dibandingkan dengan Harga Pokok Penjualan.

H. Kartu Harga Pokok Pesanan

Sistem pesanan mewajibkan pembuatan KHPPd (Kartu Harga Pokok Produksi) atau job cost sheet untuk setiap pesanan (Hanggana, 2008). Kartu harga pokok ini berfungsi untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai perhitungan harga pokok produksi mesin

power threser dengan metode job order costing pada Bengkel Las Krebo yang beralamat di Jalan WR Supratman No.144, Tinggen RT 01/IV Bentakan, Baki, Sukoharjo.

B. Jenis Data Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang didapat melalui

observasi dan wawancara secara langsung di lapangan, dalam penelitian ini di Bengkel Las Krebo dengan berbagai cara berupa pengamatan langsung serta mengolah dokumen penjualan yang diperoleh dari pembelian bahan untuk proses produksi.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada pihak yang terkait di Bengkel Las Krebo.

2. Teknik Observasi Pengumpulan data dilakukan secara langsung di Bengkel Las Krebo.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan Bengkel Las Krebo

1. Profil Perusahaan

Bengkel Las Krebo adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan dan penyediaan aneka mesin serta jasa pembangunan industri. Perusahaan ini juga melayani berbagai macam perbaikan pada kenteng berbagai jenis kendaraan dan berbagai macam alat-alat/mesin pertanian.

Bengkel Las Krebo menyediakan berbagai macam mesin antara lain mesin pengolah makanan, mesin pengemas, mesin pertanian, mesin peternakan, mesin industri, dan berbagai macam perlengkapan rumah seperti: trails, kanopi, garasi, dan perlengkapan rumah lainnya. Produk yang menjadi andalan bengkel ini adalah mesin Power Threser atau mesin perontok padi.

Bengkel Las Krebo mempunyai komitmen untuk selalu memenuhi kepuasan pelanggan dengan memberikan jasa kebutuhan konsumen dalam kualitas, waktu, dan kepuasan yang optimal. Bengkel Las Krebo berusaha menjadi sebuah perusahaan yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, untuk itulah kami ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumen. Hasil produk yang berkualitas dengan harga yang Bengkel Las Krebo mempunyai komitmen untuk selalu memenuhi kepuasan pelanggan dengan memberikan jasa kebutuhan konsumen dalam kualitas, waktu, dan kepuasan yang optimal. Bengkel Las Krebo berusaha menjadi sebuah perusahaan yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, untuk itulah kami ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumen. Hasil produk yang berkualitas dengan harga yang

2. Sejarah Berdiri

Perusahaan Las Amanah berdiri pada awal tahun 1996, didirikan atas kerjasama antara Bapak Otto Djohari dan Bapak Wario. Pada awal berdiri nama perusahaan ini adalah Bengkel Las Krebo. Nama ini diambil karena salah satu pendiri, yaitu Bapak Wario mempunyai rambut yang kribo. Nama ini diambil dengan maksud agar dapat dengan mudah diingat

karena namanya terkesan unik. Awal mendirikan perusahaan ini baru melayani jasa perbaikan dan pembuatan alat pertanian yaitu mesin perontok padi. Karyawan yang dimiliki waktu itu baru 4 orang.

Pada tahun 1999 diputuskan perusahaan ini dimiliki oleh satu orang pendiri yaitu Bapak Otto Djohari dengan Nomor Tanda Daftar Perusahaan 113552806343

Industri Kecil 530/49/IK.DU/XI/2006. Oleh beliau, perusahaan ini meningkatkan pelayanan dengan melayani pemesanan seperti tralis, garasi, kanopi, dan berbagai macam produk lainnya. Karena mutu pelayan dan produk yang berkualitas, maka perusahaan ini semakin berkembang. Pesanan datang dari berbagai daerah bahkan luar kota. Untuk itulah, selain menambah jumlah karyawan, perusahaan juga menambah jenis produk-produk yang dihasilkan.

Pada Juli tahun 2008, pemilik Bengkel Las Krebo meninggal dunia,

yang baru ini, seluruh kegiatan perusahaan ditingkatkan, mulai dari segi jenis produk hingga kualitas produk yang dihasilkan. Pemilik juga meningkatkan promosi dengan mengikuti program yang diadakan oleh Bank Mandiri yaitu Wirausaha Muda Mandiri. Peningkatan pelayanan dengan keramahtamahan para karyawan. Saat ini karyawan yang dimiliki sebanyak 5 orang yang ahli di bidangnya. Variasi produk yang dihasilkan juga bertambah. Selain melayani jasa pengelasan dan pesanan produk pertanian, bengkel ini juga menerima pesanan pembuatan kanopi, tralis, garasi, mesin penyangrai, dan berbagai macam mesin industri yang lain.

3. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

Menciptakan mesin-mesin industri dengan harga yang terjangkau dan produk yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi dan melayani jasa pengelasan berbagai jenis kendaraan dan berbagai macam pernak-perniknya.

b. Misi Perusahaan

1) Menciptakan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.

2) Melayani kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan proses pengelasan.

3) Memenuhi pesanan produk mesin industri dengan kualitas yang tinggi dan harga yang terjangkau.

4) Menciptakan lapangan kerja khususnya yang mempunyai ahli dalam bidang ini.

5) Membantu dalam proses peningkatan hasil industry dengan lebih efisien.

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Bengkel Las Krebo menjalankan kegiatan operasionalnya dengan melibatkan individu-individu di dalamnya, individu-individu tersebut perlu dan harus diorganisir serta dikoordinasikan dengan tepat agar semua kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu dalam struktur organisasi yang baik harus mampu mengkoordinasikanmasing-masing bagian sehingga mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan pertentangan yang terjadi. Dalam pengaturan struktur organisasi, harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan, dan dalam struktur organisasi harus dijelaskan pembagian tugas setiap karyawan.

Sebagai perusahaan kecil yang masih berkembang, Bengkel Las Krebo menggunakan struktur organisasi lini yaitu mempunyai fungsi dasar dimana rantai perintah adalah mengalir dari pemilik langsung ke karyawan. Karyawan yang dimiliki sebanyak 5 orang, maka perintah langsung mengalir dari pemilik usaha ke karyawan yang dimiliki.

Bengkel Las Krebo masih dalam tahap berkembang, oleh karena itu struktur organisasi hanya terdiri dari pemilik dan karyawan tetap dan Bengkel Las Krebo masih dalam tahap berkembang, oleh karena itu struktur organisasi hanya terdiri dari pemilik dan karyawan tetap dan

5. Proses Produksi

Dalam proses produksinya Bengkel Las Krebo menggunakan proses produksi pesanan. Proses produksi pada perusahaan ini melalui satu departemen yang memproses bahan dari bahan mentah hingga menjadi barang jadi yang siap jual.

a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi antara lain :

1) Bordes, yaitu besi yang berbentuk plat dengan ukuran tertentu sebagai dinding mesin.

2) Kanal, yaitu chasis body Power Threser.

3) Siku, yaitu besi yang berbentuk siku-siku dan digunakan sebagai kerangka mesin.

4) Gardan, yaitu mesin penggerak roda Power Threser.

5) Mur Baut, yaitu sebagai alat penyaring daun padi.

7) Poli, yaitu perkakas untuk menggerakkan mesin saat penyaringan padi dilakukan.

8) Beton, yaitu besi panjang sebagai alat penyaring padi yang rontok.

9) Diesel, yaitu mesin penggerak saat mesin dijalankan baik saat dikendarai maupun saat merontokkan padi.

10) Roda, berfungsi untuk menggerakkan mesin saat dikendarai.

11) Streng, berfungsi untuk menggerakkan mesin diesel pada mesin Power Threser saat dijalankan.

b. Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan sebagai penunjang proses produksi mesin threser antara lain :

1) Welding Electrodes, berfungsi untuk menyambung besi yang dirangkai.

2) Cat, yaitu untuk memberi warna pada mesin Power Threser.

3) Gas Oksigen, yaitu untuk menjalankan trafo las.

4) Sandflex, untuk menghilangkan noda karat pada besi.

c. Mesin Produksi Mesin-mesin yang digunakan adalah:

1) Gerinda adalah mesin yang berfungsi untuk merapikan hasil pengelasan maupun pemotongan besi.

2) Trafo las adalah mesin yang digunakan untuk menyambung besi- besi dan dapat juga untuk memotong besi dengan cara yang lebih

3) Kompresor cat adalah mesin untuk mengecat mesin dengan hasil lebih halus dan rata.

4) Tanggem jepit adalah alat untuk mengapit besi sehingga lebih mudah dalam proses pemotongan ataupun penyambungan.

5) Rol plat adalah mesin yang digunakan untuk mengubah besi yang berbentuk plat menjadi bulat.

6) Rol pipa adalah mesin yang digunakan untuk menggulung pipa menjadi berbentuk oval atau lingkaran.

7) Gunting plat adalah mesin gunting untuk memotong besi plat maupun besi yang lain.

8) Bor tangan yaitu mesin bor portable berfungsi untuk membuat lubang pada besi.

9) Bor duduk, yaitu mesin bor yang berfungsi membuat lubang pada besi.

10) Mesin diesel, adalah mesin yang digunakan sebagai sumber tenaga selain listrik untuk menggerakkan mesin-mesin produksi.

d. Proses Produksi

Proses produksi Bengkel Las Krebo melalui satu departemen produksi. Maka dari itu, proses produksi mesin Power Threser dilakukan dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaiannya.

Dalam proses produksi departemen produksi terdapat beberapa tahap produksi antara lain:

Dalam tahap ini bahan mentah yang akan digunakan untuk proses produksi dipersiapkan secara keseluruhan. Kemudian bahan-bahan tersebut dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan dibentuk sesuai dengan fungsinya masing-masing.

2) Tahap perakitan

Merupakan tahap penyambungan bahan-bahan mentah yang telah diolah menjadi barang setengah jadi dan membentuknya menjadi mesin Power Threser dengan menggunakan mesin Trafo las untuk menyambung besi-besi tersebut.

3) Tahap penyelesaian

Merupakan tahap akhir dari proses produksi. Dalam tahap ini mesin Power Threser dirapikan dengan menggunakan mesin gerinda, setelah itu mesin Power Threser dicat sesuai dengan permintaan konsumen.

6. Bidang Pemasaran

Bengkel Las Krebo memiliki daerah pemasaran, baik dalam maupun luar kota. Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk memproses satu unit mesin membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu, maka penerimaan pesanan saat ini hanya melayani daerah yang dapat dijangkau dengan mudah. Saat ini daerah pemasaran Bengkel Las Krebo meliputi Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen, dan Wonogiri. Untuk daerah luar provinsi baru menjangkau di wilayah Jawa Timur dan Yogyakarta.

Bengkel las Krebo juga melakukan kerjasama dengan beberapa toko peralatan pertanian di Surakarta sebagai pemasok produk.

B. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada Bengkel Las Krebo menurut Peneliti Bengkel Las Krebo adalah perusahaan yang dalam kegiatan produksinya berdasarkan pesanan dari pihak luar, sehingga dalam penentuan harga pokok produksi yang dihasilkan menggunakan job order costing. Dalam

penelitian ini peneliti mengikuti kegiatan produksi dalam Bengkel Las Krebo selama tiga bulan yaitu bulan April, Mei dan Juni 2012. Dalam tiga bulan tersebut pesanan yang diterima oleh Bengkel Las Krebo hanyalah mesin Power Threser. Karena dalam Bengkel Las Krebo ini belum ada perhitungan dan pembukuan secara rapi mengenai biaya produksi pada tiap produknya sehingga dalam penulisan ini peneliti mencoba membantu memberikan perhitungan biaya produksi untuk mesin Power Threser. Perhitungan biaya produksinya meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan penolong, biaya produksi karena berlalunya waktu dan biaya listrik yang merupakan biaya langsung dalam proses produksi. Selain itu juga terdapat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tidak langsung dalam proses produksi.

1. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik dalam sistem pesanan seperti pada Bengkel Las

overhead sesungguhnya. Umumnya biaya overhead dibebankan dengan tarif yang mendasarkan pada tenaga kerja langsung, baik biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, ataupun jam kerja mesin. Data yang digunakan untuk membuat tarif biaya overhead ada dua, yaitu data masa datang yang diperoleh dari anggaran yang akan dilakukan periode berikutnya, dan data masa lalu yang diperoleh dari laporan periode sebelumnya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pembuatan tarif biaya overhead dengan data masa lalu yaitu bulan Maret 2012. Tarif biaya overhead akan digunakan untuk bulan April, Mei, dan Juni.

Tabel 4.1 Biaya Overhead Pabrik Bengkel Las Krebo

Bulan Maret 2012

Jenis Biaya

Departemen Produksi

(Rp)

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 1,040,000 Biaya Bahan Penolong

Biaya Listrik

Biaya Karena Berlalunya Waktu

Biaya Telepon

Biaya Lain-lain

Jumlah BOP

Diketahui biaya tenaga kerja langsung bulan Maret 2012 adalah Rp 5.976.000,00 dan biaya overhead pabrik sesungguhnya bulan Maret adalah sebesar Rp 3.281.339,00. Pembuatan tarif didasarkan pada biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan tarif biaya overhead adalah sebagai

Tarif BOPd = (BOPs : BTKL) x 100% Tarif BOPd = (Rp 3.281.339,00 : Rp 5.976.000,00) Tarif BOPd = 55% BTKL Keterangan : BOPd = Biaya Overhead Pabrik dibebankan BOPs = Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya BTKL = Biaya Tenaga Kerja Langsung.

2. Kartu Biaya Produksi

Sistem pesanan mengelompokkan biaya produksi ke setiap pesanan dalam bentuk kartu biaya produksi untuk setiap pesanan. Kartu produksi untuk setiap pesanan pada Bengkel Las Krebo adalah sebagai berikut.

KARTU BIAY A PR ODU KSI

NOMOR JOB : PT0 01

NAMA

: Pak Pu rwanto, Boyolali

JENIS : Mesin Power Threser

JUMLAH

: 1 unit

TGL PESAN : 2 April 2012

Uang makan

Bonus Nilai Tgl Nilai 02-Ap r bordes

4 530,000

2,120,0 00

14-Ap r Surono

13 350,000 7,000

250,000 691,000 14-Apr 1,643,4 0 02-Ap r siku 5x5

2 110,000

220,000

14-Ap r Darmanto

13 350,000 7,000

250,000 691,000 02-Ap r streeplat

1 375,000

375,000

14-Ap r Muji Waluyo

13 350,000 7,000

250,000 691,000 02-Ap r streeplat 3x3

6 45,000

270,000

14-Ap r Jaya

13 350,000 7,000

250,000 691,000 02-Ap r streeplat 1x5

6 35,000

210,000

14-Ap r Tek ad

7 25,000

7,000

224,000 02-Ap r streeplat 1 1/2

2 185,000

370,000

02-Ap r

8 29,000

232,000

02-Ap r

10 15,000

150,000

02-Ap r

1 43,000

43,000

02-Ap r pillo 207

21 32,500

130,000

02-Ap r pillo 208

10 32,500

32,500

02-Ap r laker 63 07

2 10,000

20,000

02-Ap r laker 60 07

5 7,500

15,000

02-Ap r laker 62 03

90 2,500

10,000

02-Ap r

60 11,000

231,000

02-Ap r UCP 208

02-Ap r UCP 207-20

2 48,000

48,000

02-Ap r as

4 100,000

1,000,0 00

02-Ap r BM 16 x 70 P

1 3,000

6,000

02-Ap r NC 1 /2 x 2 1/2

2 950

4,750

02-Ap r NC 1 /2 x 5

2 1,515

136,350

02-Ap r NC 1 /2 x 1 3/4

4 825

49,500

02-Ap r BM 6 x 2 0

2 415

41,500

02-Ap r MUR 1 /2 ''

1 16,500

33,000

02-Ap r Kanal

34 7,500

255,000

02-Ap r pipa

1 9,000

315,000

02-Ap r plat

34 9,000

306,000

02-Ap r

26 7,750

201,500

02-Ap r diesel

1 4,300,000

4,300,0 00

02-Ap r roda

3 120,000

360,000

02-Ap r bubut roda

1 500,000

500,000

02-Ap r ban

3 60,000

180,000

02-Ap r poli tleser

1 440,000

440,000

02-Ap r stang

1 50,000

50,000

02-Ap r gardan

1 750,000

750,000

02-Ap r kanal 10

35 320,000

320,000

TOTAL BIAYA PRODUKSI

13,821,100

JUMLAH 2,988,0 00 1,643,4 0

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

BDP :

PRODUK SELESAI

Tan ggal Unit Jumlah Biaya Produksi

Rp

18,452,500

BB 14-Ap r 1 Jumlah Hasil Produksi Baik

Unit

1 BTKL

Jumlah Hasil Produksi Cacat

Unit

BOPd

BPRd per unit

BIAYA BAHAN BAKU

BTKL

BOPd = 55 % BTKL

Keterangan

Kartu Biaya Produksi Mesin Power Threser Bulan April 2012 Periode 1

BEN GKEL LAS KREBO

KARTU BIAY A PR ODU KSI

NOMOR JOB : PT0 02

NAMA

: Pak Su diro, Purwodadi

JENIS : Mesin Power Threser

JUMLAH

: 1 unit

TGL PESAN : 15 April 201 2

Uang makan

Bonus Nilai Tgl Nilai 16-Ap r bordes

4 530,000

2,120,0 00

29-Ap r Surono

13 350,000 7,000

250,000 691,000 29-Apr 1,643,4 0 16-Ap r siku 5x5

2 110,000

220,000

29-Ap r Darmanto

13 350,000 7,000

250,000 691,000 16-Ap r streeplat

1 375,000

375,000

29-Ap r Muji Waluyo

13 350,000 7,000

250,000 691,000 16-Ap r streeplat 3x3

6 45,000

270,000

29-Ap r Jaya

13 350,000 7,000

250,000 691,000 16-Ap r streeplat 1x5

6 35,000

210,000

29-Ap r Tek ad

7 25,000

7,000

224,000 16-Ap r streeplat 1 1/2

2 185,000

370,000

16-Ap r

8 29,000

232,000

16-Ap r

10 15,000

150,000

16-Ap r

1 43,000

43,000

16-Ap r pillo 207

21 32,500

130,000

16-Ap r pillo 208

10 32,500

32,500

16-Ap r laker 63 07

2 10,000

20,000

16-Ap r laker 60 07

5 7,500

15,000

16-Ap r laker 62 03

90 2,500

10,000

16-Ap r

60 11,000

231,000

16-Ap r UCP 208

16-Ap r UCP 207-20

2 48,000

48,000

16-Ap r as

4 100,000

1,000,0 00

16-Ap r BM 16 x 70 P

1 3,000

6,000

16-Ap r NC 1 /2 x 2 1/2

2 950

4,750

16-Ap r NC 1 /2 x 5

2 1,515

136,350

16-Ap r NC 1 /2 x 1 3/4

4 825

49,500

16-Ap r BM 6 x 2 0

2 415

41,500

16-Ap r MUR 1 /2 ''

1 16,500

33,000

16-Ap r Kanal

34 7,500

255,000

16-Ap r pipa

1 9,000

315,000

16-Ap r plat

34 9,000

306,000

16-Ap r

26 7,750

201,500

16-Ap r diesel

1 4,300,000

4,300,0 00

16-Ap r roda

3 120,000

360,000

16-Ap r bubut roda

1 500,000

500,000

16-Ap r ban

3 60,000

180,000

16-Ap r poli tleser

1 440,000

440,000

16-Ap r stang

1 50,000

50,000

16-Ap r gardan

1 750,000

750,000

16-Ap r kanal 10

35 320,000

320,000

TOTAL BIAYA PRODUKSI

PRODUK SELESAI

Tan ggal Unit Jumlah Biaya Produksi

Rp

18,452,500

BB 29-Ap r 1 Jumlah Hasil Produksi Baik

Unit

1 BTKL

Jumlah Hasil Produksi Cacat

Unit

BOPd

BPRd per unit

Bulan April 2012 Periode 2

BEN GKEL LAS KREBO

BIAYA BAHAN BAKU

BTKL

BOPd = 55 % BTKL

PERHITU NGA N BIAYA PRODUKSI

Kartu Biaya Produksi Mesin Power Threser

KARTU BIAYA PRODUKSI

NOMOR JOB : PT003

NAMA

: Sumber Rejeki Solo

JENIS : Mesin Power Threser

JUMLAH

: 1 unit

TGL PESAN : 2 Mei 2012

Uang makan

Bonus Nilai Tgl Nilai 3 Mei

250,000 691,000 13 Mei 1,643,400 3 Mei

siku 5x5

Muji Waluyo

13 350,000 7,000

250,000 691,000 3 Mei

streeplat 3x3

streeplat 1x5

3 Mei pillo 207

21 32,500

130,000

3 Mei pillo 208

10 32,500

32,500

3 Mei laker 6307

2 10,000

20,000

3 Mei laker 6007

5 7,500

15,000

3 Mei laker 6203

3 Mei UCP 207-20

3 Mei MUR 1/2''

1 16,500

33,000

3 Mei Kanal

34 7,500

255,000

3 Mei pipa

1 9,000

315,000

3 Mei plat

3 Mei diesel

1 4,300,000

4,300,000

3 Mei roda

3 120,000

360,000

3 Mei bubut roda

3 Mei poli tleser

1 440,000

440,000

3 Mei stang

1 50,000

50,000

3 Mei gardan

1 750,000

750,000

3 Mei kanal 10

35 320,000

320,000

TOTAL BIAYA PRODUKSI

13,821,100

JUMLAH 2,988,000 1,643,400

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

BDP :

PRODUK SELESAI

Tanggal Unit Jumlah Biaya Produksi

Rp

18,452,500

BB 13 Mei 1 Jumlah Hasil Produksi Baik

Unit

1 BTKL

Jumlah Hasil Produksi Cacat

Unit

BOPd

BPRd per unit

Kartu Biaya Produksi Mesin Power Threser Bulan Mei 2012 Periode 1

BENGKEL LAS KREBO

BIAYA BAHAN BAKU

BTKL

BOPd = 55% BTKL

KARTU BIAYA PRODUKSI

NOMOR JOB : PT004

NAMA

: Sumber Hasil Yogyakarta

JENIS : Mesin Power Threser

JUMLAH

: 1 unit

TGL PESAN : 13 Mei 2012

Uang makan

Bonus Nilai Tgl Nilai 15 Mei

250,000 691,000 28 Mei 1,643,400 15 Mei

siku 5x5

Muji Waluyo

13 350,000 7,000

250,000 691,000 15 Mei

streeplat 3x3