ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh : Bagus Indra Dwi Saputra

H 0808011

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

Oleh: BAGUS INDRA DWI SAPUTRA

H0808011

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP. 19650626 199003 2 001

Anggota II

Ir. Suprapto NIP.19500612 198003 2 001

Surakarta,

Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 1001

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Jagung Di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. selaku selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi yang dengan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, perhatian dan petunjuk kepada penulis.

6. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku selaku Pembimbing Pendamping Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya

Maret Surakarta.

8. Bapak dan Ibu tercinta, Tri wahyu Lestari dan Andina Eka Pratiwi serta segenap keluarga di rumah yang telah memberi segenap perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, dukungan materi dan spiritual kepada penulis.

9. Bappeda Kabupaten Grobogan, Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Serta Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan yang talah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis.

10. Kantor Kecamatan Geyer, dan petani responden di Desa Jambangan dan Desa Ngrandu atas bantuan kepada penulis selama penelitian.

11. Bapak Kepala Desa yang sudah memberikan tempat menginap selama penelitian.

12. Sischa Yuli Hartanti yang senantiasa memberikan doa, dukungan, bantuan dan motivasi untuk selalu berjuang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat-sahabat penulis Mas Nur, Mas Nanda, Abid, Ragil, Riana, Diyah Pepe, Heri, Puput, Mesti dan Bundo yang telah memberi dukungan, semangat, dan doanya selama ini.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

No Tabel Judul Halaman

1. Luas panen dan Produksi Jagung di 19 Kecamatan Penghasil Jagung Di Kabupaten Grobogan tahun 2010.................

2. Jumlah Petani Sampel Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Geyer. ..........................................................................

3. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Geyer Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010. ...................................................................................

4. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Geyer Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010. ...............................................................................................

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kabupaten Grobogan Tahun 2010. ................................................

6. Tata Guna Lahan di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Geyer Tahun 2010 ..........................................................................

7. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Grobogan 2010 ............

8. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung MT Agustus- November 2010 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan ........................................................................................

9. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. ....................................................................

10. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan ..........................................................

11. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.......................................

12. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. .......................................................................................

13. Nilai Standard Koefisien Regresi ...................................................

14. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-faktor Produk- pada Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan .........................

Usahatani Jagung MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.......................................

49

16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan .....................................................................

50

17. Rata-rata Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan .....................................................................

50

18. Rata-rata Biaya Total pada Usahatani Jagung MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. ....................................................................

51

19. Rata-rata Penerimaan Total pada Usahatani Jagung MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan .....................................................................

52

20. Rata-rata Penerimaan Total pada Usahatani Jagung MT Agustus – November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan .....................................................................

52

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................

19

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

Bagus Indra Dwi Saputra

H 0808011

RINGKASAN

Bagus Indra Dwi Saputra. H0808011. Analisis Efisiensi Ekonomi

Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Jagung Di Kecamatan

Geyer Kabupaten Grobogan. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. dan Ir. Sugiharti Mulya H. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan mengkaji kombinasi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska terhadap hasil produksi jagung, mengkaji tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi dan mengkaji besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani jagung di Kabupaten Grobogan.

Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Geyer. Pemilihan sampel desa dilakukan dengan sengaja (purposive sampling), kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel desa yaitu karena sumberdaya hutan Desa Jambangan dan Desa akan habis, sehingga usahatani jagung sangat cocok sebagai sumberdaya baru di desa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi jagung dinyatakan dalam model fungsi

produksi Cobb-Douglas, sebagai berikut : Y = 202,768. X 1 0,447 . X 2 0,027 . X 3 0,326 .

X 4 0,243 .X 5 0,094 .X 6 0,051 . Penggunaan faktor-faktor produksi jagung secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Secara individual, faktor produksi luas lahan, benih, dan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produksi jagung sedangkan faktor produksi tenaga kerjs, pupuk phonska, dan pupuk sp-36 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Analisis usahatani jagung luas lahan sebesar 0,71 Ha, biaya usahatani jagung Rp 2.045.949,00/Ha/MT, penerimaan usahatani Rp 10.543.661.00/Ha/MT dan pendapatan usahatani sebesar Rp7.562.312,67/Ha/MT. Berdasarkan hasil penelitian terssebut, kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa untuk meningkatkan efisiensi ekonomi pada usahatani jagung, bisa dengan cara mengoptimalkan penggunaan luas lahan, benih dan pupuk urea.

FACTORS USE IN CORN AGRIBUSINESS IN GEYER SUBDISTRICT OF GROBOGAN REGENCY

Bagus Indra Dwi Saputra

H 0808011

Summary

Bagus Indra Dwi Saputra. H0808011. An Analysis on Economic

Efficiency of the Production Factors Use in Corn Agribusiness in Geyer

Subdistrict of Grobogan Regency. Guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. And Ir. Sugiharti Mulya H. MP. Agriculture Faculty. Surakarta Sebelas Maret University. Surakarta.

This thesis was written based on the result of research aimed at studying the combination and the effect of the production factors use including land width, labor, seed, urea, SP-3 and Phonska fertilizers on the corn productivity, at studying the economic efficiency level of production factors use and at studying the cost, revenue, and income of corn agribusiness in Grobogan Regency.

The basic method used was an analytical descriptive method and implemented using survey technique. This study was taken place in Geyer Subdistrict. The sample villages were taken using purposive sampling technique; the criteria used for the sampling was that because the forest resource of Jambangan and Ngrandu villages would be exhausted, the corn cultivation was very appropriate to be the new resource in those villages. The result of research showed the use of corn production factors expressed in the Cobb-Douglas

production function model, as follows: Y = 202,768. X 1 0.447 .X 2 0.027 .X 3 0.326 .X 4 0.243 .

X 5 0.094 . X 6 0.051 . The use of corn production factors simultaneously affected

significantly the corn productivity. Individually, the land width, seed and urea fertilizer factors affected significantly the corn productivity, but the labor, phonska fertilizer, and sp-36 fertilizer factors did not. The analysis on corn agribusiness indicated land width of 0.71 Ha, corn cultivation cost of IDR 2,045,949.00/Ha/MT, agribusiness revenue of IDR 10,543,661.00/Ha/MT and agribusiness income of IDR 7,562,312.67/Ha/MT. Considering the result of research, the combined use of production factors in corn agribusiness had not reached yet the highest economic efficiency.

From the result of research, it was recommended to improve the economic efficiency in corn agribusiness, perhaps by means of optimizing the use of land width, seed and urea fertilizer.

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian di Indonesia karena pertanian memberikan proporsi yang sangat besar memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Hal ini kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk-produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun untuk barang konsumsi, terutama produk yang dihasilkan oleh sub sektor tanaman pangan

(Siswi Yulianik, 2006:1). Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Adapun konsumsi jagung terbesar untuk pangan dan industri pakan ternak. Hal ini dikarenakan sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan pakan ternak. Selain itu juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan untuk pembuatan produk pangan (Budiman H, 2011:10)

Kabupaten Grobogan merupakan salah satu daerah produsen jagung terbesar nasional. Menurut Badan Pusat Statistik Grobogan, pada tahun 2010, produksi jagung Kabupaten Grobogan telah mencapai 708.013 ton. Berdasarkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kabupaten Grobogan tahun 2010, kebutuhan jagung masyarakatnya sendiri setiap tahunnya sebesar 23.425 ton. Hal Ini berarti tahun 2010 telah mengalami surplus sebesar 684.588 ton. Produksi jagung di Kabupaten Grobogan tiap tahun mengalami peningkatan signifikan. Ini dikarenakan para petani lebih selektif memilih benih jagung hibrida. Kabupaten Grobogan Kabupaten Grobogan merupakan salah satu daerah produsen jagung terbesar nasional. Menurut Badan Pusat Statistik Grobogan, pada tahun 2010, produksi jagung Kabupaten Grobogan telah mencapai 708.013 ton. Berdasarkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kabupaten Grobogan tahun 2010, kebutuhan jagung masyarakatnya sendiri setiap tahunnya sebesar 23.425 ton. Hal Ini berarti tahun 2010 telah mengalami surplus sebesar 684.588 ton. Produksi jagung di Kabupaten Grobogan tiap tahun mengalami peningkatan signifikan. Ini dikarenakan para petani lebih selektif memilih benih jagung hibrida. Kabupaten Grobogan

Tabel 1. Luas panen dan Produksi Jagung di 19 Kecamatan Penghasil Jagung

Di Kabupaten Grobogan tahun 2010.

No Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

708.013 Sumber : Grobogan Dalam Angka 2011

Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta berada pada ketinggian sampai 100 - 500 m di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15° Dilihat dari Peta Kabupaten Grobogan, Kecamatan Geyer terletak di bagian selatan Kota Purwodadi dan merupakan perbatasan antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Sragen. Dilihat dari aspek agroekosistem, sebagian besar daerah di Kecamatan Geyer merupakan lahan kering dan cocok untuk pengembangan tanaman jagung dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Hal ini dapat dilihat dari jumlah luas panen yang mencapai 23.099 Ha dan produksi sebesar 125.356 ton (Kecamatan Geyer Dalam Angka, 2011).

faktor-faktor produksi pada usahatani jagung di Kecamatan Geyer Kabuapten Grobogan dan usaha mengkombinasikannya untuk mencapai produksi yang optimal sekaligus mengetahui efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut.

B. Perumusan Masalah

Usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan petani. Luas panen jagung di Kecamatan Geyer paling tinggi dari kecamatan lainnya. Besarnya luas panen tersebut belum diimbangi dengan pengetahuan petani sebagai manajer dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang tepat. Petani sebagai pengelola (manajer) merupakan keterampilan bercocok tanam yang mencakup pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Petani belum memahami prinsip-prinsip mengenai hubungan antara input-output, sehingga petani sering menggunakan input yang pemakaiannya tidak sesuai dengan rekomendasi dan berakibat produksi yang dihasilkan belum optimal.

Upaya peningkatan produksi sangat berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani tersebut. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki petani sering mengakibatkan penggunaan faktor-faktor produksi yang kurang tepat. Oleh karena itu, dalam melakukan usahatani, seorang petani harus senantiasa memperhatikan penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska agar mencapai produksi optimal sehingga diperoleh keuntungan maksimal dan mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Petani mengkombinasikan faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, pupuk Phonska, dan bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap produksi jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan? 1. Bagaimana Petani mengkombinasikan faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, pupuk Phonska, dan bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap produksi jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan?

3. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska terhadap produksi jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

2. Mengetahui besarnya tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska pada usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

3. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan usahatani jagung. Di samping itu, penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan guna menentukan kebijakan di sektor pertanian, khususnya masalah yang terkait penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan referensi bagi penelitian dengan masalah yang sama.

A. Penelitian Terdahulu

Pengkajian atas hasil-hasil penelitian terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik, Selain itu juga memberikan pemahaman mengenai posisi peneliti dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya, terutama dalam hal pemilihan variabel input, komoditas dan model penelitian sebelumnya.. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian Puspitasari (2002) yang berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatni Jagung Pioneer di Kabupaten Grobogan selama musim tanam Juli sampai September 2001 menunjukkan bahwa luas lahan garapan jagung pioneer sebesar 0,498 Ha. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi untuk setiap adalah tenaga kerja 572,179 HKP, pupuk kandang 401,512 kg, pupuk urea 279,373 kg dan pupuk SP-36 151,648 kg. Rata-rata biaya produksi Rp.2.078.699 per Ha, penerimaan Rp.4.461.836 per Ha, pendapatan Rp.2.383.137 per Ha. Dari

perhitungan diperoleh persamaan Y = 0,852 X 1 0,769 .X 2 0,209 .X 3 0,02273 .X 4 -0,337 .

X 5 0,349 . Dari hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa luas lahan, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk kandang secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pioneer. Luas lahan dan pupuk kandang mempunyai hubungan positif terhadap produksi jagung pioneer dan kedua faktor produksi tersebut berpengaruh nyata. Oleh karena itu, setiap penambahan luas lahan dan pupuk kandang akan mengakibatkan penambahan hasil produksi jagung pioneer. Faktor produksi pupuk SP-36 mempunyai hubungannya negatif berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pioneer. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pupuk SP-36 akan menurunkan hasil produksi jagung pioneer. Indeks efisiensi ekonomi nilainya tidak sama dengan satu yang berarti bahwa kombinasi penggunaan faktor- faktor produksi dalam usahatani jagung pioneer belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.

Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Usaha tani Padi Pada Lahan Sawah Di Kabupaten Demak Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Usaha tani Padi Pada Lahan Sawah Di Kabupaten Demak

1 (satu ), Efisiensi teknis (ET) pada lahan sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis. Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan tadah hujan.

Penelitian oleh Warsana (2007) yang berjudul Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usahatani Jagung menunjukan bahwa benih dan pestisida yang belum optimal sedangkan pengalokasian input variabel tenaga kerja dan pupuk telah mencapai optimal. Dari hasil analisis efisiensi ekonomi relatif antara kedua kelompok berdasarkan skala luas lahan garapan yaitu skala luas lahan dibawah 1,0 ha (petani kecil) dan skala usaha luas lahan lebih dari diatas 1,0 ha dapat dibuktikan terdapat perbedaan tingkat efisiensi dimana petani kecil lebih efisien dibandingkan petani besar.

Penelitian Sawa Suryana (2007) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa, secara keseluruhan model produksi jagung yang diestimasikan memberikan hasil yang positip karena semua variabel independen yang diamati terlihat bahwa variabel Luas lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan jumlah tanaman (X3), Biaya tenaga kerja (X4) dan variabel Biaya pembelian pupuk berpengaruh terhadap hasil Produksi Jagung Hibrida (Y). Berdasarkan analisis nampak bahwa F hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan, karena p > .05. Dengan demikian, Ho1 yang menyatakan bahwa :” Tidak ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung

hibrida. Berdasar hasil analisis statistik pada tabel 5.5. dari analisis regresi ditunjukan bahwa untuk standar koefisien beta untuk variabel jarak dan

jumlah tanaman (X3) menunjuk angka paling besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jarak dan jumlah tanamam (X3) memberikan pengaruh dominan terhadap hasil produksi jagung hibrida, dan berikutnya adalah variabel biaya tenaga kerja (X4) dan variabel varietas bibit (X2).

Penelitian oleh Sari (2011) yang berjudul Analisis Efisisensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Jagung Di Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri menunjukkan hasil bahwa nilai efisiensi faktor

Phonska sebesar 4,688, untuk faktor produksi pupuk urea sebesar 2,719 dan untuk faktor produksi pupuk kandang sebesar 1,055. Keempat nilai efisiensi tersebut tidak sama dan keempatnya bernilai lebih dari satu sehingga kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

Dari kelima hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung, belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. Kelima penelitian tersebut yang menjadi dasar dalam penentuan hipotesis dalam penelitian saya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut: Regnum

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis

: Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo

: Graminae (rumput-rumputan)

: Zea mays L.

(Warisno, 1998:18). Kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Di Indonesia banyak makanan yang terbuat dari jagung, seperti nasi jagung, bubur jagung, dan jagung campur beras. Jagung sebagai bahan baku industri pengolahan dapat berupa industri giling kering (tepung dan bahan makanan pagi), industri giling basah (pati, sirop, gula jagung, minyak, dan dekstrin),

laktat, asam sitrat, dan gliserol) (Purnomo dan Purnamawati, 2007:37). Tanaman jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan formula makanan. Pati jagung dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan seperti es krim, kue, dan minuman.Karena cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman jagung tersebut diatas, dan termasuk sebagai komoditi tanaman pangan yang penting, maka perlu ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan serta berkelanjutan (Anonim, 2012:1).

2. Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti sinar matahari, tubuh tanah, dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan terhadap tanah tersebut, dan bangunan-bangunan yang telah didirikan di atasnya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani yang produktif adalah usahatani yang produktivitasnya tinggi. Produktivitas merupakan penggabungan antara efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik ini mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input (Mubyarto, 1989:66-68).

Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumber daya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Beberapa elemen dalam teori ekonomi yang mungkin sangat penting dan relevan terhadap usahatani mencakup prinsip keunggulan komparatif (comparative advantage), Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumber daya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Beberapa elemen dalam teori ekonomi yang mungkin sangat penting dan relevan terhadap usahatani mencakup prinsip keunggulan komparatif (comparative advantage),

a. Biaya alat-alat luar yaitu semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sendiri.

b. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar.

c. Biaya menghasilkan yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi, sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi (Mubyarto, 1989:68).

3. Produksi, Faktor Produksi dan Fungsi Produksi

Menurut Kartasapoetra (1988 :17), produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dengan mana diharapkan terwujudnya hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah diberikan. Ditinjau dari pengertian ekonomi merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan kuantitasnya terkelola dengan baik, sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan

Faktor produksi adalah semua masukan atau korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah Faktor produksi adalah semua masukan atau korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah

Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal, dan tenaga kerja (Daniel, 2002:50).

Mubyarto (1989:68) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut:

Y = f (X 1 ,X 2 , …, …, X n )

Keterangan: Y

= Hasil produksi fisik

X 1 ,X 2 ,…X n = Faktor-faktor produksi Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) serta dapat diketahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) dan variabel yang menjelaskan (independent variabel) (Soekartawi, 2003: 17).

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi berpangkat yang terdiri dari dua variabel atau lebih, dimana variabel yang satu disebut variabel yang dijelaskan Y (variabel tak bebas) dan yang lain disebut Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi berpangkat yang terdiri dari dua variabel atau lebih, dimana variabel yang satu disebut variabel yang dijelaskan Y (variabel tak bebas) dan yang lain disebut

Persamaan fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi linier berganda. Karena penyelesaian fungsi Cobb- Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi bentuk yang linier, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas yaitu:

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respective technology ). Hal ini berarti, kalau fungsi Cobb-douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang merupakan lebih dari satu model (katakanlah dua model), maka perbedaan tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut

3. Tiap variabel X adalah perfect competition artinya bahwa setiap variabel X tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan.

4. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi

Efisiensi ekonomi adalah efisiensi fisik yang dinilai dengan uang. Efisiensi fisik sendiri adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Pada setiap panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas lahan dikalikan hasil per satuan luas dan semua dinilai dengan uang. Tetapi hasil itu masih harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi, barulah petani memperoleh hasil bersih. Apabila hasil bersih petani besar, maka ini Efisiensi ekonomi adalah efisiensi fisik yang dinilai dengan uang. Efisiensi fisik sendiri adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Pada setiap panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas lahan dikalikan hasil per satuan luas dan semua dinilai dengan uang. Tetapi hasil itu masih harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi, barulah petani memperoleh hasil bersih. Apabila hasil bersih petani besar, maka ini

Menurut Soekartawi (1994:41-42), efisiensi ekonomi tertinggi akan terjadi jika petani mampu membuat suatu upaya sehingga Nilai Produk Marjinal (NPMx) untuk suatu faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Px), atau dapat dituliskan:

NPMx = Px ; atau

Px

NPMx

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani adalah kesatuan organiasasi antara alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Setiap kegiatan usahatani akan membutuhkan biaya dan menghasilkan sejumlah penerimaan. Biaya merupakan seluruh korbanan ekonomik yang dikeluarkan untuk usahatani. Biaya usahatani yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan terdiri dari biaya alat-alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Biaya alat-alat luar terdiri dari biaya untuk upah tenaga kerja luar, benih, pupuk, pajak, pengangkutan, dan biaya penyusutan alat.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi jagung digunakan model regresi dengan modifikasi dari model fungsi produksi Cobb-Douglas yang dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

Y = a. X 1 b1 .X 2 b2 .X 3 b3 .X 4 b4 X 5 b5 .X 6 b6

Keterangan : Y

: Hasil produksi jagung (Kg)

a : Konstanta b1-b6 : Koefisien regresi X1 : Luas lahan (Ha) X2 : Tenaga kerja (HKP)

X4 : Pupuk urea (Kg) X5 : Pupuk Phonska (Kg) X6 : SP-36 (Kg) Pada usahatani jagung, penerimaan usahatani merupakan nilai produksi

total dari usahatani jagung. Penerimaan diukur dengan mengalikan produksi (Y) dengan harga produksi (Py) dan dinyatakan dalam rupiah. Setelah diketahui besarnya penerimaan dan biaya dalam usahatani maka dapat dihitung pendapatan usahatani. Untuk mengetahui pendapatan bersih dari usahatani digunakan rumus: Pd = TR – TC

= Py x Y – BM Keterangan :

Pd : Pendapatan usahatani jagung (Rp/Ha/MT)

TR : Penerimaan total usahatani jagung (Rp/Ha/MT)

TC : Biaya total usahatani jagung (Rp/Ha/MT)

Py

: Harga jagung per kg (Rp)

: Produksi jagung (kg) BM : Biaya mengusahakan usahatani (Rp/kg/MT) Hubungan antara hasil produksi jagung dengan faktor produksi diketahui dengan melakukan analisis regresi linier berganda. Oleh karena itu, persamaan tersebut harus diubah menjadi persamaan linier dengan cara melogaritmakannya menjadi:

Log Y = log a + b 1 log X 1 +b 2 log X 2 +b 3 log X 3 +b 4 log X 4 +b 5 log X 5 +

b 6 log X 6

Dalam analisis regresi linier berganda, uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi secara bersama-sama terhadap produksi jagung. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi jagung digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan menggunakan uji t.

koefisien regresi parsial (b i ’) untuk mengetahui faktor produksi yang paling berpengaruh diantara faktor-faktor produksi yang lain dalam usahatani

jagung. Analisis koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh faktor produksi yang digunakan dalam usahatani jagung dapat menjelaskan hasil produksi jagung.

Efisiensi suatu usahatani dapat menunjukkan perbandingan antara nilai hasil produksi usahatani dengan nilai faktor produksi yang digunakan. Efisiensi ekonomi tertinggi pada usahatani jagung akan tercapai jika petani jagung dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang digunakan secara optimal yaitu apabila nilai produk marjinal untuk suatu faktor produksi (NPMx) sama dengan harga faktor produksi (Px) tersebut, atau dapat dituliskan:

NPMx i = Px i , atau

Px

NPMx

= 1 Dengan ketentuan:

Px

NPMx > 1, berarti penggunaan faktor produksi x i belum mencapai efisiensi

ekonomi tertinggi.

Px

NPMx

< 1, berarti penggunaan faktor produksi x i tidak efisien.

sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Hipotesis

1. Faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska yang digunakan dalam usahatani jagung berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

2. Kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska pada usahatani

jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi.

Usahatani Jagung

Biaya Usahatani

Penerimaan Usahatani

Produksi Usahatani

Pendapatan Usahatani

Faktor-faktor Produksi

X 1 : luas lahan (Ha)

X 2 : tenaga kerja (HKP)

X 3 : benih (Kg)

X 4 : pupuk urea (Kg)

X 5 : pupukPhonska (Kg)

X 6 : pupuk SP-36 (Kg)

Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor

Produksi

Analisis Faktor- faktor Produksi

Analisis Usahatani

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula- mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994:140).

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survai, yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk kuesioner (Surakhmad, 1994:141-142).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Grobogan yang merupakan salah satu daerah penghasil jagung di Jawa Tengah.. Dari Kabupaten Grobogan dipilih satu kecamatan. Pengambilan kecamatan sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling atau sengaja, menurut Singarimbun dan Efendi, (1995:169) yaitu pengambilan daerah sampel yang dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Sampel kecamatan diambil dengan kriteria dimana kecamatan tersebut sebagai daerah pengembangan jagung. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kecamatan Geyer mempunyai luas panen dan produksi usahatani jagung 5 terbesar.

Selanjutnya pengambilan sampel responden petani didapat melalui sampel desa. Sampel desa dipilih dengan cara purposive sampling atau sengaja. Lokasi penelitian ini dipilih karena daerah ini terletak di pinggiran hutan yang sumberdayanya akan habis, sehingga masyarakat melakukan usahatani jagung untuk mengganti sumberdaya di daerah tersebut. Disamping itu, daerah tersebut terdapat banyak petani jagung.

Ngrandu sebagai lokasi penelitian.

2. Metode Pengambilan Sampel Responden Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:171), data yang dianalisis

harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang. Pengambilan sampel petani jagung menggunakan metode proportional random sampling, yaitu pengambilan petani sampel berdasarkan perbandingan besar kecilnya dari sub-sub populasi petani dan diambil secara random (Soekartawi, 1995:23). Penentuan jumlah petani sampel dari masing-masing desa dilakukan dengan menggunakan rumus :

Keterangan: Ni

: Jumlah petani sampel dari desa i

Nk

: Jumlah populasi petani dari desa i yang memenuhi syarat

: Jumlah petani dari seluruh desa sampel

Tabel 2. Jumlah Petani Sampel Kecamatan Geyer

Sumber: Data Primer

C. Jenis dan Sumber data

1. Data Primer Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data yang diperoleh langsung dari petani yang mengusahakan jagung maupun pihak lain yang berhubungan dengan usahatani jagung, mengenai hasil produksi jagung, faktor produksi yang digunakan (luas lahan, tenaga kerja, benih,

No

Desa

Populasi

Sampel

1 Jambangan

2 Ngrandu

Total

2. Data Sekunder Dalam penelitian ini, data sekunder diambil dari kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Kantor Kecamatan Geyer, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan, Bappeda Kabupaten Grobogan, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala- gejala subyek yang diteliti (Surakhmad, 1994:165). Penggunaan observasi langsung ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai perilaku dan kejadian di lapangan secara detail.

2. Wawancara Wawancara (interview) atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai (Wirartha, 2006:227). Teknik wawancara ini dilakukan dengan bantuan kuesioner (daftar pertanyaan). Dengan mewawancarai langsung responden, akan membantu responden dalam mengisi kuesioner dan peneliti mengetahui benar keadaan responden sehingga data yang dibutuhkan benar-benar valid.

3. Pencatatan Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berupa pencatatan yang berasal dari hasil wawancara dan data sekunder yaitu dengan melakukan pencatatan

terhadap data yang ada pada instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian. Pencatatan data primer dilakukan karena pada saat wawancara, peneliti juga harus mengisi kuesioner yang telah disediakan. Pencatatan terhadap data yang ada pada instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian. Pencatatan data primer dilakukan karena pada saat wawancara, peneliti juga harus mengisi kuesioner yang telah disediakan. Pencatatan

E. Asumsi-Asumsi

1. Petani dalam menjalankan usahataninya bertindak rasional yaitu petani berusaha memperoleh keuntungan maksimal.

2. Keadaan tanah, iklim, ketinggian tempat dan topografi di daerah penelitian dianggap berpengaruh normal terhadap proses produksi pada usahatani

jagung.

3. Pasar faktor-faktor produksi yang berupa berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk phonska, dan SP-36 serta produksi dalam usahatani jagung merupakan pasar persaingan sempurna.

F. Pembatasan Masalah

Data yang dikaji adalah data produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan yang diusahakan dalam satu kali musim tanam yaitu pada Musim Tanam Agustus sampai November 2011. Petani sampel diambil dari petani pemilik penggarap yang menanam jagung dengan varietas P-21 secara monokultur.

G. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani jagung adalah usaha budidaya jagung P-21 di lahan sawah secara monokultur di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan selama satu musim tanam.

2. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang menanam jagung secara monokultur.

3. Produksi jagung (Y) adalah jumlah hasil panen jagung yang dihasilkan dari usahatani jagung pada satu musim tanam dan pada satuan luas lahan tertentu yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

4. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi total usahatani jagung. Diukur dengan mengkalikan produk fisik jagung per luas lahan jagung dengan harga produk per Kg, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

usahatani jagung, meliputi biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

6. Pendapatan usahatani adalah pendapatan dari jagung yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani jagung dengan biaya usahatani jagung selama satu musim tanam, diukur dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

7. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masukan yang digunakan pada usahatani jagung untuk satu kali musim tanam, yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk phonska, dan SP-36. Harga faktor produksi diperhitungkan sesuai dengan harga yang berlaku di wilayah penelitian.

8. Luas lahan (X 1 ) adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan untuk usahatani jagung selama satu musim tanam, dan dinyatakan dengan satuan hektar (Ha).

9. Tenaga kerja (X 2 ) adalah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jagung, selama satu musim tanam baik tenaga kerja keluarga, maupun tenaga kerja luar dan dinyatakan dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP). Nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah per Hari Kerja Pria (Rp/HKP).

10. Benih (X 3 ) adalah banyaknya benih (P-21) yang digunakan dalam usahatani jagung selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga benih dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).