ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI KABUPATEN BOYOLALI Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agrobisnis

  ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI KABUPATEN BOYOLALI Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis Oleh : Triana Yuliastuti H0305041 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

  

PERNYATAAN

  Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana : Nama : Triana Yuliastuti NIM : H0305041 Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan

  • ) dengan / tanpa mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.

  Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dr. Ir. Minar Ferichani, MP R. Kunto Adi, SP. MP.

  NIP :19670331 199303 2 001 NIP : 19731017 200312 1 002

  • ) Coret yang tidak perlu

  

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON ”AMPEL”

  DI KABUPATEN BOYOLALI Triana Yuliastuti H 0305041 ABSTRAK

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali, mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan abon dari keempat jenis abon yaitu abon ”Ampel”, ”Jalak”, ”Rusa” dan ”Empat Sekawan” dan mengetahui besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan pada usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali yang merupakan industri abon sapi yang mempunyai kapasitas produksi terbesar di Kabupaten Boyolali, belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis nilai tambah pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali, dan data yang diperlukan tersedia di lokasi penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan abon sapi selama Bulan Juni 2009 sebesar Rp 228.683.188,00. Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha adalah Rp 246.900.000,000/bulan dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.18.216.812,00 per bulan. Nilai Profitabilitas pada Industri Abon ”Ampel” adalah sebesar 7,96 % yang menunjukkan bahwa usaha ini profitabel. Usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon ”Sapi” di Kabupaten Boyolali yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,08 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,08 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai tambah perbahan baku yang diberikan oleh abon ”Ampel” adalah sebesar Rp 10.545,91; abon ”Jalak” sebesar Rp 14.665,67; abon ”Rusa” sebesar Rp 17.576,52 dan abon ”Empat Sekawan” sebesar Rp 28.891,82. Besarnya nilai tambah pertenaga kerja pada abon ”Ampel” sebesar Rp 19.139,59 ; abon ”Jalak” sebesar Rp 20.228,52 ; abon ”Rusa” sebesar Rp 19.139,59 dan abon ”Empat Sekawan” sebesar Rp 26.216,63.

  Kata Kunci : Abon Sapi, Keuntungan, profitabilitas, efisiensi, nilai tambah

  Value Added Analysis in Abon “Ampel” Industry

   in Boyolali Regency Triana Yuliastuti H 0305041 ABSTRACT

  The objective of this research are to know the level of the cost, revenue, profit, provitability, and efficiency of abon producing at Abon “Ampel” industry in Boyolali Regency, to know the value added for each raw material that used to produce Abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa”, and “Empat Sekawan”, and also to know the value added for each labor in Abon “Ampel” industry in Boyolali Regency. The basic method of this research is analistis descriptive method. The sampling is Abon “Ampel” industry area in Boyolali Regency determined by purposive method that is as its capacity to produce in the highest number in Boyolali Regency, the research about the value added the industry Abon “Ampel” in Boyolali Regency has never been done before, and the data needed is availabel in the research location. The data which are both primary and secondary data are collected through observation, direct interview and recording.

  The result of this reseach shows that the total average cost spent by those industrialist in Juni 2009 is Rp 228.683.188,1. The average revenue is Rp 246.900.000,00 and the profit is Rp 18.216.811,9 per month. The running bussines of Abon “Ampel” in Boyolali Regency is efficient and profitable. It has been proved by its efficiency value (R/C racio) 1,08. It means that for every rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 1,08 times from the spending cost and profitability value 7,96%. The value added of each raw material are Rp 10.545,91 for Abon “Ampel” ; Rp 14.665,67 for Abon “Jalak”; Rp 17.576,52 for Abon “Rusa” and Rp 28.891,82 for Abon “Empat Sekawan”. The value added of each labor are Rp 19.139,59 for Abon “Ampel”; Rp 20.228,52 for Abon “Jalak”; Rp 19.139,59 for Abon “Rusa” and Rp 26.217,63 for Abon “Empat Sekawan”.

  Keyword: Abon Sapi, profit, profitability, efficiency, value added.

I. PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang

  Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).

  Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki seringkali kurang memperhatikan aspek pengolahan hasil. Seringkali ditemui hasil pertanian yang langsung dijual karena mereka ingin mendapatkan uang kontan untuk keperluan yang mendesak, karena kebutuhan yang mendesak ini maka kegiatan panen yang mereka lakukan juga menjadi kurang sempurna dan akibatnya nilai tambah hasil pertanian tersebut menjadi rendah (Soekartawi, 2001).

  Langkah-langkah pokok dalam pembangunan agribisnis hasil ternak sebagai usaha meningkatkan nilai tambah yang lebih besar melalui pembangunan industri pengolahan hasil peternakan yang mencangkup dukungan penyediaan bahan sarana produksi maupun mesin dan peralatan pengolahan hasil ternak melalui pertumbuhan industri kecil pedesaan maupun melalui pengembangan kelompok industri hulu dan hilir. Berbagai teknologi penanganan, pengawetan dan pengolahan dapat meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk hasil ternak (Bakar, 2007).

  Industri yang kegiatannya mengolah daging sapi menjadi bahan makanan untuk dikonsumsi salah satunya adalah industri abon sapi. Abon merupakan daging cincang yang telah dihaluskan, dididihkan, dan kemudian digoreng. Penampilanya biasanya berwarna cokelat terang hingga kehitaman. Abon tampak seperti serat, karena didominasi oleh serat-serat otot yang mengering. Daging yang biasa digunakan untuk membuat abon

  a berasal dari sapi, sehingga orang mengenal dengan sebutan abon sapi (Anonim , 2008).

  Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang memiliki produk makanan yang cukup banyak dan beraneka ragam jenisnya. Produk makanan yang cukup menonjol yaitu abon sapi. Pemasaran dari produk ini cukup lancar dan juga kualitasnya dapat bersaing dengan produk sejenis dari daerah lainnya (Deperindag Boyolali, 2006).

  Industri Abon “Ampel” mempunyai kapasitas produksi paling besar di Kabupaten Boyolali sehingga penelitian ini dilakukan di industri Abon “Ampel”.

B. Perumusan Masalah

  1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari usaha pembuatan abon sapi pada industri “Abon Ampel” di Kabupaten Boyolali?

  2. Berapa besarnya nilai tambah per bahan baku yng digunakan untuk menghasilkan dari keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merk “Ampel”, “Jalak”,

  “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon

  “Ampel” di Kabupaten Boyolali?

  3. Berapa besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merek “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon

  “Ampel” di Kabupaten Boyolali? C.

   Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali.

  2. Mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan dari keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu merk Abon “Ampel”, Abon “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada industri “Abon Ampel” di Kabupaten Boyolali.

  3. Mengetahui besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merek “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali.

D. Kegunaan Penelitian

  1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan tambahan wawasan khususnya pada permasalahan dalam penelitian ini, disamping berguna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  2. Bagi pemerintah daerah setempat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan terutama dalam pengembangan usaha pembuatan abon sapi.

  industri Abon “Ampel” Di Kabupaten Boyolali, penelitian ini diharapkan dapat

3. Bagi

  memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai nilai tambah yang dapat diperoleh dari usaha yang sedang dijalankan. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan 4. informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atas penelitian- penelitian yang sesuai.

E. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

  Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: Masukan Proses Produksi Keluaran (input) (Output)

  Biaya Tetap Biaya Variabel

  a. Tenaga kerja

  a. Bahan Baku

  b. Penyusutan alat

  b. Bahan Penolong

  c. Bunga modal

  c. Bahan Bakar investasi d. Pemasaran

  d. Pajak (PBB & PPh)

  e. Transportasi Penerimaan

  f. Listrik

  g. Telepon Biaya Total

   Nilai Tambah Keuntungan  Profitabilitas

   Efisiensi Nilai Tambah Perbahan Nilai Tambah Pertenaga Baku Kerja Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Nilai Tambah Daging Sapi Pada Industri “Abon Ampel”di Kabupaten Boyolali.

F. Hipotesis

  1. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali menguntungkan, profitabel dan sudah efisien.

  2. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali memberikan Nilai Tambah per bahan baku.

3. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali memberikan Nilai Tambah per tenaga kerja.

G. Asumsi

  1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku pada saat penelitian di daerah penelitian.

  2. Semua sarana produksi diperoleh dari hasil penelitian.

  3. Semua hasil produksi dijual.

H. Pembatasan Masalah

  1. Analisis nilai tambah yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri Abon Ampel di Kabupaten Boyolali.

  2. Penelitian ini menggunakan data produksi dan biaya pada usaha abon sapi selama periode satu bulan yaitu pada Bulan Juni 2009 (4 kali proses produksi dalam setiap merek).

II. METODE PENELITIAN A.

  B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

  Pengambilan lokasi penelitian secara sengaja (purposive), yaitu pada industri

  Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali dengan alasan bahwa : 1) Industri Abon “Ampel” merupakan perusahaan abon sapi yang memiliki kapasitas produksi perbulan terbesar di Kabupaten Boyolali, 2) Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis nilai tambah daging sapi pada industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selain itu 3) Data yang diperlukan tersedia di lokasi penelitian.

  C. Teknik Pengumpulan Data

  a) Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang pada masalah-masalah yang aktual.

  Metode dasar dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Surakhmad (1994), bentuk-bentuk metode ini banyak, namun ada sifat-sifat tertentu yang pada umumnya terdapat dalam metode deskriptif yang dipandang sebagai ciri, yakni :

   Metode Dasar Penelitian

  b) Data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisis (karena metode ini sering disebut pula metode analitik).

  Teknik Pengumpulan Data  (a) Wawancara, (b) Observasi, dan (c) Pencatatan D.

   Jenis dan Sumber Data

  Jenis dan Sumber Data  (a) Data Primer, (b) Data Sekunder E.

   Metode Analisis Data

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas, dan Efisiensi

  a. Biaya  TC = TFC + TVC dimana : TC = biaya total usaha pembuatan abon sapi (rupiah), TFC = total biaya tetap usaha pembuatan abon sapi (rupiah), TVC = total biaya variabel usaha pembuatan abon sapi (rupiah)

  b. Penerimaan  TR = Q x P dimana : TR = penerimaan total usaha pembuatan abon sapi (rupiah), Q = jumlah abon sapi yang dihasilkan (kg), P = harga abon sapi (Rupiah/bungkus) c. Keuntungan  π = TR – TC dimana :

  = keuntungan usaha industri abon sapi (Rupiah), TR = penerimaan total π industri abon sapi (Rupiah), TC = biaya total industri abon sapi (Rupiah)

  

  x 100 %

  d. Profitabilitas usaha  Profitabilitas =

  TC

  keterangan : = keuntungan usaha industri abon sapi (Rupiah) dan TC = biaya total usaha

  π pembuatan abon sapi (Rupiah).

  R

  e. Efisiensi usaha  Efisiensi =

  C

  dimana : R = penerimaan usaha pembuatan abon sapi (Rupiah) dan C = biaya total usaha pembuatan abon sapi (Rupiah)

2. Analisis nilai tambah :

  a. Nilai Tambah Bruto (NTb) NTb = Na - BA

  b. Nilai Tambah Netto(NTn)

  NTn = NTb – NP

c. Nilai Tambah per Bahan Baku

3. Analisis nilai tambah per tenaga kerja :

  Industri Abon ”Ampel” beralamat di Jalan Raya Ampel no. 764 yang lebih lengkapnya di Dukuh Nyamplung Kidul, RT 01 Rw 06, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Lokasi atau letak dari Industri Abon ”Ampel” srategis karena berada di jalan utama Solo-Semarang dan terletak di dekat Pasar Ampel. Selain itu Industri Abon ”Ampel” juga berada dekat dengan pemasok bahan baku abon yaitu Rumah Potong Hewan (RPH) Kabupaten Boyolali.

  . Perusahaan tersebut terdiri dari dua bangunan yaitu di bagian depan merupakan toko dan tempat tinggal dari Bapak Sugiyanto Widodo, kemudian untuk di bagian belakang merupakan tempat produksi dari mulai dari

  2

  Industri Abon ”Ampel” didirikan oleh Bapak Sugiyanto Widodo pada tahun 1972 dan didirikan diatas tanah seluas kurang lebih 300 m

  ∑TK = Jumlah jam kerja (JKO) (Tarigan, 2005)

  ekonomis umur sisa nilai awal nilai NP

  Keterangan: NTtk = Nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO) NTb = Nilai tambah bruto (Rp)

  NTtk = NTb : ∑TK

  ∑ bb = Jumlah bahan baku yang digunakan (kg)

  Keterangan untuk a, b, dan c: BA = biaya antara (Rp) Na = Nilai Produk akhir (Rp) NTb = Nilai tambah bruto (Rp) NP = Nilai penyusutan (Rp) NTn = Nilai tambah netto (Rp) NTbb = Nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/kg)

  NTbb = NTb : ∑ bb

   

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

  pendirian lokasi pendirian perusahaan tidak pernah berpindah tempat tetapi hanya dilakukan penyesuaian tempat produksi sesuai dengan perkembangan perusahaan.

  Untuk mendirikan Industri Abon ”Ampel” tersebut syarat ijin yang paling utama adalah perijinan dari departemen kesehatan RI Nomor 005/11.30/90, dan untuk SIUP yaitu Nomor : 0086/11.32/PK/VI/2007-PI . Ijin dari departemen kesehatan RI ini sangat penting karena produksi abon erat kaitannya dengan kebutuhan makanan sehingga harus memenuhi syarat kesehatan dan keamanan untuk dikonsumsi masyarakat.

  Pada saat berdirinya Industri Abon ”Ampel” diawali dengan modal uang sendiri sebesar Rp. 12.000.000,00 yang sampai sekarang masih bertahan walau ditengah adanya krisis ekonomi. Selain modal berupa uang dalam usaha industri abon sapi ini terdapat modal lain berupa Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga kerja pada awal berdiri perusahaan ini untuk produksi hanya sebanyak 13 orang dan tenaga kerja untuk memasarkan produk sebanyak 2 orang.

  Industri Abon ”Ampel” untuk saat ini memiliki 21 orang tenaga kerja yang sudah terbagi atas tugas masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keahliannya yaitu 5 orang tenaga kerja ahli yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan proses produksi, 5 orang tenaga kerja untuk proses pembuatan adonan, 11 orang tenaga kerja untuk proses penggorengan dan pembungkusan abon yang telah jadi

  B. Pemasaran Industri Abon ”Ampel” merupakan industri lokal sehingga produknya sebagian besar dipasarkan di daerah sekitar lokasi industri. Adapun daerah pemasaran yang telah dijangkau oleh Industri Abon ”Ampel” antara lain : - Bandung - Boyolali - Solo - Jakarta

  Semarang - - Salatiga Untuk memperluas penyampaian barang atau hasil produksi dari produsen ke tangan konsumen, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pemilihan saluran distribusi yang digunakan Oleh Industri Abon ”Ampel”adalah : - Produsen Konsumen - Produsen Pengecer Konsumen

  Produsen Pedagang besar Pengecer Konsumen -

  C. Proses Produksi Pembuatan Abon Sapi Adapun tahapan proses produksi pembuatan abon sapi di Industri Abon “Ampel” dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

  Gambar 2. Proses Produksi Pembuatan Abon Sapi Pada Industri Abon ”Ampel” di kabupaten Boyolali D.

   Analisis Usaha Industri Abon ”Ampel”

1. Analisis Biaya

a. Biaya Tetap

  Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam industri Industri Abon ”Ampel” yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi abon sapi yang dihasilkan.

  Tabel 1. Biaya Tetap Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)

  No. Jenis Biaya Tetap Biaya Persentase

  1. Tenaga kerja 13.800.000 72,60

  2. Pajak (PBB & PPH) 2.401.000 12,63

  3. Penyusutan peralatan 1.514.524 7,97

  4. Bunga modal investasi 1.291.576 6,79

  Jumlah 19.007.100 100,00

  Sumber : Analisis Data Sekunder Tabel 1 dapat menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan yaitu sebesar Rp 19.007.100. Sumber terbesar dari biaya tetap yaitu biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 13.800.000,00 atau sebesar 72,60 % dalam sebulan. Biaya tetap terbesar kedua yaitu pajak sebesar Rp 2.401.000,00 atau sebesar 12,63 % dari total biaya tetap dalam satu bulan. Untuk biaya tetap terbesar ketiga yaitu penyusutan peralatan sebesar Rp 1.514.524 atau 7,97 % dari total biaya tetap yang dikeluarkan oleh Industri Abon ”Ampel” dalam satu bulan.

b. Biaya Variabel

  No. Jenis Biaya Variabel Biaya (Rp)/bulan Persentase (%)

  1. Bahan Baku 157.300.000 75,02

  2. Bahan penolong 23.186.088 11,06

  Tabel 2. Biaya Variabel Usaha Industri Abon “Ampel” Di Kabupaten Boyolali Dalam Satu Bulan (Juni 2009).

  4. Bahan Pengemasan 7.665.000 3,66

  5. Listrik 525.000 0,25

  6. Pemasaran 12.000.000 5,72

  7. Telepon 1.000.000 0,48

  Jumlah 209.676.088,00 100,00

  Sumber : Analisis Data Sekunder Tabel 2 menunjukkan besarnya rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan

  Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar Rp. 209.676.088,00. Biaya variabel terbesar yang dikeluarkan selama satu bulan adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 157.300.000,00 atau sebesar 75,02 % dari total biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel terbesar kedua yang dikeluarkan adalah biaya bahan penolong yaitu sebesar Rp 23.186.088,00 (11,06 %).

  Biaya variabel terbesar ketiga yaitu biaya pemasaran yang besarnya mencapai Rp 12.000.000,00 atau sebesar 5,72 % dari total biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel terbesar keempat adalah biaya bahan bakar yaitu

  3. Bahan Bakar 8.000.000 3,81 sebesar Rp 8.000.000,00 atau sebesar 3,81 % dari total besarnya biaya variabel yang dikeluarkan.

  Kemudian untuk biaya variabel terbesar kelima adalah biaya pengemasan yaitu sebesar Rp 7.665.000,00 ( 3,66 %) perbulan. Kemasan pada Industri Abon ”Ampel” terdiri dari dua macam yaitu toples dan plastik. Biaya penggunaan telepon merupakan biaya variabel yang dikeluarkan terbesar keenam yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 atau sebesar 0,48 % dari total biaya variabel yang dikeluarkan setiap satu bulan. Biaya variabel terkecil yaitu pada urutan ketujuh yang dikelurkan untuk pengolahan abon sapi yaitu biaya listrik adalah sebesar Rp 525.000,00 atau 0,25% dari total biaya variabel yang dikeluarkan.

c. Biaya Total

  Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Tabel 3. Biaya Total Usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009).

  No. Jenis Biaya Total Biaya Total (Rp/bulan) Persentase (%)

  1. Biaya Tetap 19.007.100 8,31

  2. Biaya Variabel 209.676.088 91,69

  

Jumlah 228.683.188 100,00

  Sumber : Analisis Data Sekunder Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui rata-rata biaya total yang dikeluarkan

  Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar Rp 228.683.188. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan abon sapi berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp 19.007.100 atau 91,69% dari total biaya total yang dikeluarkan dan biaya tetap sebesar Rp 19.007.100 atau (8,31 %) dari total biaya.

2. Penerimaan

  Penerimaan merupakan perkalian antara total produk dengan harga persatuan produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Penerimaan usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali merupakan nilai penjualan keseluruhan Abon sapi.

  Tabel 4. Penerimaan Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009).

  Ukuran Produksi Harga per Penerimaan No Jenis Kemasan (kg) /bulan(bungkus) Bungkus (Rp) (Rp)(bulan)

  1. Toples (Ampel) 0,25 2.400 30.000 72.000.000,00

  2. Plastik Jalak 0,25 2.800 22.500 63.000.000,00 Rusa 0,25 3.200 17.500 56.000.000,00 4sekawann 0,25 3.440 16.250 55.900.000,00

  Jumlah Penerimaan 246.900.000,00

  Sumber : Analisis Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui besarnya penerimaan per bulan pada usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali sebesar Rp 246.900.000,00.

  Penerimaan ini berasal dari hasil penjualan abon sapi berbagai kemasan dan kualitas yaitu kemasan toples berukuran 250 gram seharga Rp 30.000,00 per toples untuk abon dengan kualitas yang pertama yaitu yang memiliki merek abon “Ampel”, kemudian untuk kemasan plastik digunakan untuk abon sapi dengan kualitas kedua, ketiga dan keempat dengan ukuran sama yaitu per 250 gram. Untuk kualitas yang kedua yaitu abon sapi dengan merek “Jalak” setiap 250 gram seharga Rp 22.500,00, kualitas ketiga yaitu abon sapi dengan merek ‘Rusa” setiap 250 gram seharga Rp 17.500,00 dan yang terakhir yaitu untuk abon sapi kualitas keempat yaitu dengan merek “Empat Sekawan” setiap 250 gram seharga Rp 16.250,00.

3. Keuntungan Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total.

  Tabel 5. Keuntungan Usaha Industri Abon ”Ampel” Di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)

  No Uraian Keuntungan (Rp)

  1 Penerimaan 246.900.000,00

  2 Total Biaya 228.683.188,00

  Keuntungan 18.216.812,00

  Sumber : Analisis Data Sekunder Keuntungan Industri Abon ”Ampel” dapat dilihat pada Tabel 5 dengan perhitungan sebagai berikut penerimaan per bulan sebesar Rp 246.900.000,00 dan total biaya untuk proses produksi sebesar Rp 228.683.188,00 per bulan sehingga dapat diketahui keuntungan yang diterima perusahaan sebesar Rp 18.216.812,00 per bulan.

  Keuntungan yang diterima oleh Industri Abon ”Ampel” dipengaruhi oleh jumlah produk, harga, dan biaya yang dikeluarkan. Semakin banyak abon sapi yang dihasilkan dengan biaya yang rendah dan harga jual tinggi maka keuntungan yang

  4. Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 6. Profitabilitas Usaha Industri Abon ”Ampel”di Kabupaten Boyolali Selama

  Satu Bulan (Juni 2009)

  No Uraian Profitabilitas (Rp)/bulan

  1 Keuntungan (Rp) 18.216.8112,00

  2 Biaya Total(Rp) 228.683.188,00

  Profitabilitas Usaha 7,96 %

  Sumber : Analisis Data Sekunder Tabel 6 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha

  Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali pada bulan Juni 2009 adalah sebesar 7,96 %. Hal ini berarti setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 7,96. Usaha Industri Abon “Ampel” ini termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol persen.

  5. Efisiensi

  Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara total penerimaan yang diperoleh pengusaha abon sapi dengan total biaya yang telah dikeluarkan, atau lebih dikenal dengan istilah R/C Rasio. Untuk mengetahui efisiensi usaha Industri Abon “Ampel”di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 7. Efisiensi Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009.

  No Uraian Rata-rata Pengusaha

  1 Penerimaan (Rp) 246.900.000,00

  2 Biaya Total (Rp) 228.683.188,00

  Efisiensi Usaha 1,08

  Sumber : Analisis Data Sekunder Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai efisiensi usaha Industri Abon

  “Ampel” di Kabupaten Boyolali sebesar 1,08. Berdasarkan kriteria yang digunakan, maka usaha ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu. R/C rasio ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio 1,08 berarti bahwa setiap Rp 100 biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,08 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contohnya, dalam awal kegiatan pengusaha abon sapi mengeluarkan biaya Rp 100.000,00 maka pengusaha akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 108.000,00. Semakin besar penerimaan yang diperoleh pengusaha maka akan semakin besar pula R/C rasionya.

6. Analisis Nilai Tambah

  3.

  4.

  5.

  6.

  7.

  8.

  9. Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8) 56.000.000,00

  45.454.088,00 10.545.912,00 1.514.524,00 9.031.388,00

  600,00 17.576,52 551,00 19.139,59

  D. Abon” Empat Sekawan” 1.

  2.

  4.

  2.

  5.

  6.

  7.

  8.

  9. Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8) 55.900.000,00

  41.454.088,00 14.445.912,00 1.514.524,00 12.931.388,00

  500,00 28.891,82 551,00 26.725,31

  Sumber : Analisis Data Sekunder 1.

   Nilai Tambah Bruto Pada Industri Abon “Ampel”

  Nilai tambah Bruto (NTb) diperoleh dengan menghitung selisih antara nilai produk akhir dan biaya antara. Nilai produk akhir pada usaha ini adalah nilai yang diberikan konsumen kepada abon sapi yang dijual pengusaha. Sedangkan biaya antara

  3.

  Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Pada dasarnya nilai tambah adalah balas jasa yang diberikan kepada faktor tenaga kerja, modal dan manajemen.

  Tabel 8. Analisis Nilai Tambah Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Dalam Satu Bulan (Juni 2009).

  61.454.088,00 10.545.912,00 1.514.524,00 9.031.388,00

  No Uraian Jumlah

  A. Abon “Ampel” 1.

  2.

  3.

  4.

  5.

  6.

  7.

  8.

  9. Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8) 72.000.000,00

  1.000,00 10.545,91 551,00 19.139,59

  760,00 14.665,67 551,00 20.228,52

  B. Abon “Jalak” 1.

  2.

  3.

  4.

  5.

  6.

  7.

  8.

  9. Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8) 63.000.000,00

  51.854.088,00 11.145.192,00 1.514.524,00 9.631.388,00

  C. Abon “Rusa” 1. adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi selama satu bulan serta jasa. Biaya antara yang digunakan dalam Industri Abon “Ampel” adalah biaya bahan baku (daging sapi), biaya bahan penolong (bumbu dan minyak goreng) dan biaya transportasi. Semakin besar biaya antara, maka akan semakin kecil NTb yang diperoleh dan sebaliknya

  Nilai tambah bruto (NTb) pada Abon “Ampel” adalah Rp 10.545.478,00. Hal ini berarti usaha abon untuk merek Abon “Ampel mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 10.545.478,00 pada daging sapi. Nilai produk akhir pada abon bermerek Abon “Ampel” adalah Rp 72.000.000,00 dan biaya antaranya adalah Rp 61.454.088,00. Nilai Tambah Bruto (NTB) pada produk Abon “Jalak” adalah sebesar Rp 11.145.912,00 dan untuk biaya antara dan nilai produk akhir sebesar Rp 51.854.088,00 dan Rp 63.000.000,00. Untuk Nilai Tambah Bruto pada produk Abon “Rusa” adalah sebesar Rp 10.545.912,00 dengan nilai produk akhir sebesar Rp 56.000.000,00 dan biaya antara yaitu Rp 45.454.088,00. Kemudian yang terakhir untuk Nilai Tambah Bruto pada Abon merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 14.445.912,00 dengan besar nilai produk akhir yaitu Rp 55.900.000,00 dan biaya antaranya adalah Rp 41.454.088,00.

  Dapat diketahui bahwa NTb pada Industri Abon “Ampel” paling kecil diberikan pada produk abon dengan merek Abon “Ampel” yaitu sebesar Rp 10.545.912,00. Ini disebabkan meskipun nilai produk akhir dari Abon “Ampel” besar yaitu Rp 72.000.000,00 tetapi biaya antara yang digunakan dalam proses produksi juga besar yaitu Rp 61.454.088,00 . Biaya antara dalam Abon “Ampel” tinggi karena dibutuhkan untuk membeli bahan yang berupa daging sapi, minyak goreng dan bumbu. Dalam pembuatan abon dengan merek “Ampel” tidak menggunakan campuran kacang tanah (murni daging sapi) sehingga biaya yang dikeluarkan tinggi . NTb terbesar yaitu produk abon dengan merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 14.445.912,00 . Biaya antara yang dikeluarkan dalam pembuatan abon dengan merek “Empat Sekawan” rendah yaitu sebesar Rp 41.454.088,00 berupa pembelian daging sapi, kacang tanah, bumbu dan minyak. Proporsi kacang tanah yang digunkan sebagai campuran abon sama jumlahnya dengan daging sapi yaitu 1:1 sehingga dengan harga kacang tanah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga daging sapi menyebabkan biaya antara yang dikeluarkan juga rendah .

  NTb terbesar kedua yaitu abon dengan merek “Jalak” yaitu sebesar Rp 11.145.192,00. Ini sebabkan karena nilai akhir produk pada merek “Jalak” cukup tinggi yang dilihat dari harga jual yang masih tinggi. Pada merek Abon “Jalak” sudah mulai ada campuran kacang tanah dalam pembuatannya yaitu sekitar 33 %. Ini mengakibatkan biaya antara lebih rendah jika dibandingkan dengan abon “Ampel” yang hanya berbahan baku daging sapi saja.

  Walaupun harga jual produknya rendah karena produk yang dihasilkan banyak sehingga nilai produk yang dihasilkan tinggi. Sedangkan biaya antara yang dikeluarkan dalam abon “Rusa” terbentuk dari pembelian daging sapi, kacang tanah, bumbu dan minyak goreng. Perbandingan antara bahan baku dan kacang tanah adalah sebesar 3:2, walaupun biaya yang digunakan untuk membeli daging itu lebih sedikit, tetapi juga dibutuhkan biaya untuk pembelian kacang tanah juga besar. Sehingga diperoleh total biaya antara yang besar yang menyebabkan nilai tambah yang diperoleh kecil.

  .Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa rata-rata besarnya Nilai Tambah Bruto pada Industri Abon “Ampel” adalah sebesar Rp 11.670.912,00.

2. Nilai Tambah Neto Pada Industri Abon “Ampel”

  Nilai tambah neto (NTn) adalah selisih antara nilai tambah bruto dengan penyusutan peralatan . Nilai tambah neto yang diberikan pada produk abon dengan merek “Ampel” adalah sebesar Rp 9.031.388,00 dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 1.514.524,00. Nilai tambah neto pada abon merek “Jalak” adalah sebesar Rp 9.631.388,00 dengan besar penyusutan alatnya adalah Rp 1.514.524,00. Sedangkan untuk nilai tambah neto dan penyusutan alat pada abon merek “Rusa” adalah sebesar Rp 9.031.388,00 dan Rp 1.514.524,00. Kemudian yang terakhir yaitu abon “Empat Sekawan” memberikan nilai tambah neto sebesar Rp 12.931.388,00 dan penyusutan alat Rp 1.514.524,00.

  Sama halnya dengan nilai tambah bruto, nilai tambah neto paling besar diberikan oleh abon dengan merek “Empat Sekawan”. NTn terkecil diberikan oleh abon “Ampel”. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah neto pada Industri Abon ‘Ampel” adalah sebesar Rp 10.156.388,00 3.

   Nilai Tambah Per Bahan Baku Pada Industri Abon “Ampel”

  Nilai tambah per bahan baku (NTbb) adalah nilai tambah atau balas jasa yang diberikan kepada setiap kilogram bahan baku. Dalam penelitian ini berarti nilai tambah yang diberikan kepada setiap satu kilogram daging sapi. Rata-rata nilai tambah per bahan baku pada Industri Abon “Ampel adalah sebesar Rp 17.919,98. NTbb pada merek abon “Ampel” diperoleh sebesar Rp 10.545,91 untuk setiap kilogram daging sapi. Hal ini berarti setiap satu kilogram daging sapi dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 10.545,91.

  Kemudian NTbb yang diberikan oleh abon dengan merek “Jalak” adalah sebesar Rp 14.665,65 dalam setiap kilogram daging sapi. Ini berarti setiap kilogram daging sapi dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 14.665,65. Nilai tambah per bahan baku untuk abon dengan merek ”Rusa” adalah sebesar Rp 17.576,52 yang berarti setiap satu kilogram daging sapi yang digunakan untuk membuat abon sapi merek ”Rusa” dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 17.576,52. Sedangkan untuk nilai tambah per bahan baku yang diberikan oleh abon ”Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 28.891,82 yang berarti setiap kilogram daging yang digunakan untuk membuat abon dengan merek ”Empat Sekawan” memberikan nilai tambah sebesar Rp 28.891,82.

  Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa merek “Empat Sekawan” memiliki Nilai tambah perbahan baku paling besar. Ini disebabkan karena meskipun harga jualnya rendah tetapi biaya antara yang dikeluarkan juga rendah dengan hasil produk lebih banyak. Pada produk “Empat Sekawan” memiliki campuran kacang tanah yang paling banyak. Semakin banyak campuran kacang tanah yang digunakan maka semakin kecil penyusutan pada produk akhir abon sapi.

  Besarnya prosentase nilai tambah per bahan baku dibanding dengan besarnya nilai tambah bruto yaitu pada merek Abon “Ampel” adalah sebesar 0,1%, pada Abon “Jalak” sebesar 0,13%, Abon “Rusa” 0,16% dan pada merek Abon “Empat Sekawan” adalah sebesar 0,20%. Nilai Tambah per bahan baku merupakan nilai tambah atau balas jasa yang diberikan kepada setiap kilogram bahan baku. Nilai dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai tambah per bahan baku pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni adalah sebesar 8,6 %.

4. Nilai Tambah Per Tenaga Kerja Pada Industri Abon “Ampel”

  Nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) merupakan balas jasa yang diberikan kepada setiap 1 jam kerja para tenaga kerja dalam proses produksi. Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tambah per tenaga kerja pada merek abon “Ampel” adalah sebesar Rp 19.139,59. Ini berarti setiap satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 19.139,59. Untuk abon “Jalak” besar dari nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) adalah sebesar Rp 20.228,52 yang berarti bahwa setiap satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 20.228,52. kemudian untuk abon “Rusa” nilai tambah per tenaga kerjanya adalah sebesar Rp 19.139,59 yang berarti bahwa setiap satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 19.139,59. Kemudian yang terakhir adalah pada abon “Empat Sekawan” memiliki nilai tambah per tenaga kerja sebesar Rp 26.217,63. Ini berarti bahwa setiap satu jam kerja bisa memperoleh atau memberi nilai tambah sebesar Rp 26.217,63.

  Nilai tambah tenaga kerja (NTtk) paling besar diberikan pada abon dengan merek “Empat Sekawan” karena untuk perjam yang sama dalam bekerja dari keempat produk yaitu abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” , abon “Empat Sekawan” menghasilkan jumlah abon yang lebih banyak (lebih produktif).

  Besarnya prosentase nilai tambah per tenaga kerja dibanding dengan besarnya nilai tambah bruto yaitu pada keempat merek sama merek Abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” yaitu sebesar 0,18%. Nilai tambah per tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada setiap 1 jam kerja para tenaga kerja dalam proses produksi. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai tambah per tenaga kerja pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni adalah sebesar 8,6 %. Sehingga sebaikknya dilakukan perbaikan pada sistem manejemen pada para tenaga kerja agar prosentase menjadi lebih besar dari tingkat suku bunga deposito.

  E. Kendala Yang Dihadapi Usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali

  Dalam kegiatan usahanya, Industri Abon ”Ampel” dihadapkan pada beberapa kendala yang diantaranya adalah banyaknya pesaing dari industri abon lain yang khusunya berada di Kecamatan Ampel. Dengan adanya pesaing tersebut dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih abon yang akan dibeli sehingga dapat menurunkan jumlah penjualan abon sapi. Masalah yang lain adalah ketersediaan bahan baku yaitu daging sapi yang memenuhi kualitas yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk membuat abon sapi dibutuhkan daging sapi segar dan tidak semua bagian dapat dibuat untuk membuat abon, bagian yang dibutuhkan untuk membuat abon yaitu pada bagian paha yang banyak mengandung serat yang ditujukan agar mutu dari abon yang dihasilkan baik. Selain itu karena belakangan ini marak diberitakan adanya daging glonggongan, membuat perusahaan semakin sulit untuk mendapatkan kualitas daging yang baik.

  C. Prospek Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali

  Usaha abon sapi yang diusahakan pada Industri Abon “Ampel” masih dapat berjalan dengan baik dan memiliki prospek untuk kedepannya. Ini dapat dilihat dari beberapa segi. Salah satu diantaranya yaitu dari segi bahan baku, yaitu kemudahan dalam memperoleh bahan baku dari abon sapi yaitu daging sapi karena di Kabupaten Boyolali khususnya untuk Kecamatan Ampel sendiri merupakan salah satu sentra dari ternak sapi potong. Selain itu Industri Abon “Ampel” sendiri lokasinya dekat dengan Rumah Pemotongan Hewan “RPH” Kabupaten Boyolali.

  Dari segi produksi, industri Abon “Ampel” memproduksi abon sapi yang memiliki kualitas yang cukup baik, ini dapat dilihat bahwa produksi abon dari industri Abon “Ampel” dapat bersaing dengan industri-industri abon sapi lainnya, selain itu jumlah produksi abon sapi yang dihasilkan dari awal berdirinya industri sampai sekarang terus meningkat.

  Dari segi pemasaran, selain dipasarkan di sekitar lokasi industri, jangkauan pemasaran dari abon yang dihasilkan oleh Industri Abon “Ampel” sudah cukup luas yaitu antara lain daerah Solo, Semarang, Salatiga, Bandung dan Jakarta. Sehingga dengan itu abon yang dihasilkan oleh Industri Abon “Ampel” sudah banyak dikenal orang dan cukup mudah dalam memasarkannya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A.

   Kesimpulan