1 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh: RENY RAHMAYANTI NIM. F 0204017 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ABSTRAK ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

Oleh : RENY RAHMAYANTI F0204017

Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas pembelian bagi perusahaan. Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process ). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor, PT Cazikhal, yang akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier kayu. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal? (2) supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP? Sampel dari penelitian ini adalah para pengambil keputusan dan pihak-pihak yang berada dalam departemen pembelian dan gudang yang mengetahui kinerja supplier. Teknik pengambilan sampel menggunakan judgment sampling karena metode AHP mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan.

Penelitian ini menggunakan metode AHP dibantu dengan software expert choice . Dari hasil penilaian tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I kualitas (0,486), prioritas II harga (0,277), prioritas III layanan (0,091), serta ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah memiliki skala prioritas yang sama yaitu (0,073). Dari hasil penilaian tingkat kepentingan alternatif dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I supplier X (0,467), prioritas II supplier Z (0,336), prioritas III supplier Y (0,198).

Berdasarkan hasil analisis di atas, saran yang dapat diberikan adalah, jika perusahaan akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier, perusahaan diutamakan untuk memilih supplier X sebagai supplier kayu bagi perusahaan karena supplier X merupakan supplier yang memiliki nilai keseluruhan paling tinggi. Dengan adanya hubungan kemitraan ini, kinerja rantai pasokan antara supplier dan perusahaan akan semakin baik dan dapat memperlancar target penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Kata kunci : pemilihan supplier, Analytical Hierarchy Process (AHP), supplier terbaik, studi kasus

ABSTRACT SUPPLIER SELECTION ANALYSIS WITH THE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD (AHP) (Case Study At PT Cazikhal)

By : RENY RAHMAYANTI F0204017

Supplier selection is one of the most important activity of company’s purchasing function. Supplier selection is a multi criteria problem that covering quantitative and qualitative criteria. One of the method that can be used is Analytical Hierarchy Process (AHP) method. This research was done at PT Cazikhal, a contractor company that will developed partner relationship with the wood supplier. Problems discussed in this research is: (1) how criterion’s and subcriterion’s priority ranking of supplier selection at PT Cazikhal? (2) which best supplier for PT Cazikhal based on AHP method? Sample of this research is decision makers and employees at PT Cazikhal who knowing the supplier’s performance. Sampling technique used judgment sampling because AHP method require depend on a group of expert as according to relevant specialist in decision making.

This research used AHP method with the expert choice software. The final rating of relative importance’s supplier selection criteria was found: priority I is quality (0,486), priority II is price (0,277), priority III is service (0,091), and the next priority is delivery and quantity with same priority (0,073). The final rating of relative importance’s alternative was found : first priority is Supplier X (0,467), second priority is Supplier Z (0,336), and the last priority is Supplier X (0,198).

From this results, we can suggest, if company will develop partner relationship, company majored to chosen Supplier X as wood supplier because supplier X is supplier with highest overall value. With this partner relationship, supply chain performance between company and supplier will be good progressively and can accelerate finished of project.

Keywords : supplier selection, Analytical Hierarchy Process (AHP), best supplier, case study

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Januari 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Drs. Susanto Tirtoprojo, MM NIP. 19571106 198503 1 001

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Surakarta, Februari 2010

Tim Penguji Skripsi

(....…...………..…) NIP. 19590330 198601 2 001

1. Dra. Anastasia Riani S, M.Si. Sebagai Ketua

2. Drs. Susanto Tirtoprojo, M.M. SebagaiPembimbing (..………………...) NIP. 19571106 198503 1 001

3. Muh. Juan Suamtoro, SE, M.Si. Sebagai Anggota (…..…………..….) NIP. 19760613 200812 1 001

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

“Kegagalan Adalah Kesuksesan Yang Tertunda”

“If There Is A Will, There Is A Way”

Karya ini kupersembahkan untuk: · Bapak-Ibu & Adik Tercinta.

· Mas Tri Tercinta · Saudara-saudara & Sahabat-sahabat

yang aku sayangi. · Almamaterku.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER

MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen.

3. Drs. Susanto Tirtoprojo, MM., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan masukan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Ervina D.P. selaku direktur utama PT Cazikhal, direktur, manajer, serta karyawan di bagian keuangan, pembelian dan pergudangan PT Cazikhal yang telah mengijinkan dan membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 106

A. Kesimpulan .......................................................................................... 106

B. Saran .................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

IV.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria

Pada Kriteria Kualitas .....................................................................

IV. 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria

Pada Kriteria Layanan .....................................................................

IV. 5 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria

Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman ...............................................

IV. 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas ......................

IV. 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon .......................

IV. 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi ...............

IV. 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat .........................

IV. 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ...

IV. 11 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada

66

Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi ......................................

IV. 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada

66

Subkriteria Memberikan Informasi secara Jelas .............................

IV. 13 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

66

Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan Pelanggan ...........

IV. 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

67

Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ....

IV. 15 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal

67

yang Disepakati ...............................................................................

IV. 16 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

67

Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem Transportasi ...

IV. 17 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada

68

Kriteria Ketepatan Jumlah ..............................................................

69

IV.18 Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Pemilihan Supplier .........

69

IV. 19 Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria Pemilihan Supplier ............

IV. 28 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kepantasan Harga dengan Kualitas ................................................

IV. 29 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kepantasan harga dengan Kualitas .................................................

IV. 30 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Diskon ..................................................

IV. 31 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan memberikan Diskon ...................................................

IV. 32 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ...............

IV. 33 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ...............

IV. 34 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Penyediaan Barang Tanpa Cacat .....................................................

IV. 35 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Penyediaan Barang Tanpa Cacat .....................................................

IV. 36 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten .......................

IV. 37 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ......................

IV. 38 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemudahan untuk Dihubungi .........................................................

IV. 39 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemudahan untuk Dihubungi .........................................................

IV. 40 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Informasi secara Jelas dan Mudah

Dimengerti ......................................................................................

IV. 41 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas dan Mudah

Dimengerti ......................................................................................

IV. 42 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............

IV. 43 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............

IV. 44 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Cepat Tanggap dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ............

IV. 45 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ...........

IV. 46 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai dengan Tanggal yang

Telah Disepakati .............................................................................

IV. 47 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Mengirimkan Barang sesuai dengan Tanggal

yang Telah Disepakati .....................................................................

IV. 48 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi .............

IV.49 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi .............

IV.50 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Kriteria

92

Ketepatan Jumlah ............................................................................

IV. 51 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Kriteria

93

Ketepatan Jumlah ............................................................................

94

IV. 52 Prioritas Global (Global Priority) ...................................................

95

IV. 53 Bobot Alternatif Secara Keseluruhan .............................................

96

IV.54 Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria .................

98

IV.55 Consistency Ratio (CR) Penilaian Responden ................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

I. 1

Kerangka Pemikiran ........................................................................

16

II. 1 Tahap Pengambilan Keputusan .......................................................

24

II. 2 Struktur Hirarki AHP ......................................................................

48

III. I Struktur Hirarki Masalah .................................................................

54

IV. 1 Struktur Organisasi PT. Cazikhal ....................................................

60

IV. 2 Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal ....

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Para pengambil keputusan (decision makers) hampir selalu mengambil keputusan bahkan setiap detik dalam hidupnya. Ketika mereka mengambil keputusan, ada suatu proses dalam otak manusia yang mempengaruhi kualitas keputusan yang dibuat. Jika keputusan yang akan dibuat mudah, manusia dapat dengan mudah membuat keputusan. Akan tetapi jika keputusan yang akan diambil bersifat kompleks dengan risiko yang besar seperti perumusan kebijakan, pengambil keputusan sering memerlukan alat bantu dalam bentuk yang bersifat ilmiah, logis, dan terstruktur.

Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas pembelian bagi perusahaan, di mana aktivitas pembelian merupakan aktivitas yang memiliki nilai penting bagi perusahaan karena pembelian komponen, bahan baku, dan persediaan merepresentasikan porsi yang cukup besar pada produk jadinya. Dalam mengambil keputusan untuk memilih supplier , pengambil keputusan (decision maker) membutuhkan alat analisis yang memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah yang bersifat kompleks sehingga keputusan yang diambil lebih berkualitas. Pemilihan supplier harus dilakukan secara hati-hati karena pemilihan supplier yang salah akan menyebabkan terganggunya proses produksi dan operasional perusahaan.

Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Beberapa kriteria yang berpengaruh pada pemilihan supplier ini ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu diperlukan metode yang bisa menyertakan keduanya dalam pengukuran. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode ini menyertakan ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi.

AHP relatif mudah dimengerti dan digunakan. Literatur tentang pemilihan supplier banyak menggunakan metode ini. AHP adalah sebuah metode yang ideal untuk memberikan ranking/urutan alternatif ketika beberapa kriteria dan subkriteria ada dalam pengambilan keputusan. Beberapa kriteria yang berpengaruh dan umum digunakan dalam pemilihan supplier di antaranya adalah kriteria harga, kualitas, ketepatan pengiriman, ketepatan jumlah, dan layanan.

Kadang kala, kriteria-kriteria ini saling bertentangan satu sama lain. Sebagai contoh, suatu supplier lebih memilih menawarkan harga lebih rendah dengan kualitas di bawah rata-rata, sementara supplier lain menawarkan barang dengan kualitas baik dengan pengiriman yang tidak pasti. Bagaimanapun sulit untuk menemukan supplier yang bisa memenuhi semua Kadang kala, kriteria-kriteria ini saling bertentangan satu sama lain. Sebagai contoh, suatu supplier lebih memilih menawarkan harga lebih rendah dengan kualitas di bawah rata-rata, sementara supplier lain menawarkan barang dengan kualitas baik dengan pengiriman yang tidak pasti. Bagaimanapun sulit untuk menemukan supplier yang bisa memenuhi semua

Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier, menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih, yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut.

PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan yang memanfaatkan sumber daya (tenaga kerja, material, peralatan, metode konstruksi, dan sebagainya) yang dibatasi oleh biaya, mutu dan waktu. Pelaksanaan proyek konstruksi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik maupun non fisik sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi produktivitas. Akibatnya dalam pelaksanaan proyek seringkali terjadi perubahan terhadap jadwal dan volume pekerjaan. Menurut pendekatan supply chain, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas proyek konstruksi adalah dengan memperkuat unit produksi yaitu antara kontraktor dengan pemasok. Salah satu cara untuk mengintegrasikan kontraktor dan pemasok adalah melalui kemitraan.

Sebagai perusahaan yang terbilang masih baru, perusahaan ini berusaha untuk terus meningkatkan kualitas produk maupun jasanya. Salah satu hal yang akan ditempuh yaitu mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier terutama supplier untuk bahan baku kayu. Dengan memperkuat Sebagai perusahaan yang terbilang masih baru, perusahaan ini berusaha untuk terus meningkatkan kualitas produk maupun jasanya. Salah satu hal yang akan ditempuh yaitu mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier terutama supplier untuk bahan baku kayu. Dengan memperkuat

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan supplier serta mencari supplier terbaik bagi perusahaan melalui skripsi yang berjudul :

MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal?

2. Supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan supplier pada PT Cazikhal.

2. Mengetahui supplier/pemasok kayu terbaik, yang paling memenuhi kriteria-kriteria pemilihan supplier yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman pengetahuan tentang pemilihan supplier dan konsep AHP (Analytical Hierarchy Process) . Serta diharapkan penelitian ini mampu melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan topik yang sama, sehingga dapat dijadikan referensi untuk kalangan akademisi dan peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam menentukan supplier optimal (supplier terbaik), yang paling memenuhi kriteria pemilihan supplier, apabila perusahaan membutuhkan bahan tertentu dapat dipenuhi dari supplier tertentu juga. Dengan begitu kinerja manajemen rantai pasokan semakin baik yang pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

E. Kerangka Pemikiran

Kriteria dan Subkriteria dalam Pemilihan Supplier:

1. Harga · Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)

· Kemampuan memberikan diskon (H2)

2. Kualitas · Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditentukan (Q1)

· Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) · Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3)

3. Layanan · Kemudahan untuk dihubungi (S1)

· Kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) ·

Kecepatan dalam menanggapi permintaan pelanggan (S3) · Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)

4. Ketepatan Pengiriman · Kemampuan mengirim barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) · Kemampuan dalam penanganan sistem transportasi (D2)

5. Ketepatan Jumlah

Persepsi responden terhadap Persepsi responden terhadap tingkat kepentingan masing-

kinerja supplier berkenaan masing kriteria dan subkriteria

dengan masing-masing dalam pemilihan supplier

subkriteria dalam pemilihan supplier

Analisis AHP

Alternatif Pemilihan Supplier

Supplier optimal (best supplier)

Kesimpulan dan Saran Gambar I.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Fatmawati, 2007 dimodifikasi

F. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang akan dianalisis dibatasi agar tepat sasaran dan tidak terlalu luas. Penelitian ini dilakukan pada PT Cazikhal dalam pengambilan keputusan pemilihan supplier. Pembatasan terletak pada masalah yang akan dianalisis yaitu memilih supplier untuk bahan baku kayu. Hal ini karena pada saat ini perusahaan ingin mencari supplier terbaik untuk bahan baku kayu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain Management atau manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan-kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. SCM bisa meliputi penetapan : (1) pengangkut, (2) pentransferan kredit dan tunai, (3) pemasok (supplier), (4) distributor dan bank, (5) utang dan piutang, (6) pergudangan, (7) pemenuhan pesanan, dan (8) membagi-bagi informasi mengenai ramalan permintaan, produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan. (Render dan Heizer, 2005).

Menurut Stock dan Lambert (2001), ada delapan bisnis inti dalam manajemen rantai pasokan yang meliputi :

1. Customer relationship management Mengidentifikasi pelanggan potensial yang dinilai akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

2. Customer service management Informasi tepat waktu bagi pelanggan, untuk memperlancar pelaksanaan pengiriman barang.

3. Demand management Menyeimbangkan antara permintaan pelanggan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan tersebut.

4. Order fulfillment Pemenuhan kebutuhan konsumen pada waktu, tempat, dan jumlah yang tepat.

5. Manufacturing flow management Tindakan untuk menyesuaikan permintaan dari pelanggan dengan kemampuan produksi yang dapat dipenuhi perusahan.

6. Procurement Tindakan dari fungsi pembelian dengan mengembangkan mekanisme komunikasi agar dapat mengurangi waktu dan memberikan penghematan dalam transaksi pembelian.

7. Product development and commercialization Tindakan melibatkan supplier dan konsumen dalam proses pengembangan produk perusahaan yang diinginkan oleh konsumen.

8. Return Merupakan tindakan untuk mengelola feedback dari pelanggan terhadap produk guna perbaikan kinerja bagi perusahaan.

B. Pembelian (Purchasing)

Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian besar perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling memakan biaya. Biaya pembelian sebagai persentase dari penjualan, untuk barang maupun Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian besar perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling memakan biaya. Biaya pembelian sebagai persentase dari penjualan, untuk barang maupun

1. Membantu mengidentifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara eksternal.

2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan pemasok, harga dan pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.

C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok)

Salah satu aspek utama fungsi pembelian adalah pemilihan pemasok, pengadaan barang yang dibutuhkan, layanan dan peralatan untuk semua jenis perusahaan bisnis. Oleh karena itu, fungsi pembelian adalah bagian utama dari manajemen bisnis. Dalam lingkungan operasi yang kompetitif saat ini, sangat tidak mungkin untuk bisa sukses berproduksi dengan biaya rendah, dan menghasilkan produk yang berkualitas tanpa pemasok yang memuaskan. Dengan begitu, salah satu keputusan pembelian paling penting adalah pemilihan dan pemeliharaan hubungan dengan pemasok/supplier terpilih yang Salah satu aspek utama fungsi pembelian adalah pemilihan pemasok, pengadaan barang yang dibutuhkan, layanan dan peralatan untuk semua jenis perusahaan bisnis. Oleh karena itu, fungsi pembelian adalah bagian utama dari manajemen bisnis. Dalam lingkungan operasi yang kompetitif saat ini, sangat tidak mungkin untuk bisa sukses berproduksi dengan biaya rendah, dan menghasilkan produk yang berkualitas tanpa pemasok yang memuaskan. Dengan begitu, salah satu keputusan pembelian paling penting adalah pemilihan dan pemeliharaan hubungan dengan pemasok/supplier terpilih yang

Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier, menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih, yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier dari beberapa literatur:

1. Kriteria pemilihan supplier menurut Dickson berdasarkan ranking/urutan tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut (Weber et al, 1991):

a. Kualitas (Quality)

b. Pengiriman (Delivery)

c. Kinerja masa lalu (Performance history)

d. Jaminan dan Kebijakan Klaim (Warranties & Claims Policies)

e. Fasilitas Produksi dan Kapasitas (Production Facilities and Capacity)

f. Harga (Price)

g. Kemampuan Teknis (Technical Capability)

h. Keadaan Finansial (Financial Position)

i. Pemenuhan procedural (Procedural Compliance) j. Sistem Komunikasi (Communication System) k. Reputasi dan Posisi dalam Industri (Reputation and Position in

Industry )

l. Hasrat Berbisnis (Desire for Business) m. Manajemen dan Organisasi (Management and Organization) n. Kontrol Operasi (Operating Controls) o. Layanan Perbaikan (Repair Service) p. Sikap (Attitude) q. Kesan (Impression) r. Kemampuan Mengepak (Packaging Ability) s. Hubungan dengan Buruh (Labor Relations Record) t. Lokasi Geografis (Geographical Location) u. Nilai Bisnis Terdahulu (Amount of Past Business) v. Training Aids w. Pengaturan Hubungan Timbal Balik (Reciprocal Arrangements)

2. Kriteria pemilihan supplier menurut Nydick dan Hill (1992) yaitu sebagai berikut:

a. Quality / kualitas

b. Price / harga

c. Service / layanan

d. Delivery / pengiriman

3. Surjasa dkk memberikan beberapa kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier, yaitu sebagai berikut:

a. Kriteria Harga Yang termasuk subkriteria pada kriteria harga adalah:

1) Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan

2) Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu.

b. Kriteria Kualitas Yang termasuk subkriteria pada kriteria kualitas adalah:

1) Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan

2) Penyediaan barang tanpa cacat

3) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten

c. Kriteria Ketepatan Pengiriman Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:

1) Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati

2) Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

d. Kriteria Ketepatan Jumlah Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:

1) Ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman

2) Kesesuaian isi kemasan

e. Kriteria Customer Care Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:

1) Kemudahan untuk dihubungi

2) Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk dimengerti

3) Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan

4) Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan

Tahap-tahap pemilihan supplier menggunakan metode AHP (Nydick dan Hill, 1992) adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan supplier.

2. Membuat perbandingan berpasangan dari kepentingan relatif (relative importance ) kriteria terhadap tujuan, dan menghitung prioritas atau bobot kriteria berdasarkan informasi yang didapatkan.

3. Mengukur/menilai supplier dalam memenuhi kriteria-kriteria.

4. Menggunakan informasi pada langkah 3, membuat perbandingan berpasangan

(relative importance ) pemasok/supplier terhadap kriteria, dan menghitung prioritasnya.

kepentingan

relatif

5. Menggunakan hasil pada langkah 2 dan 4, kemudian menghitung prioritas atau bobot supplier terhadap tujuan hirarki.

D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan)

Perkembangan DSS (Decision Support System) berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna komputer secara time sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Timesharing membuka peluang baru dalam penggunaan komputer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS (Decision Support System), G Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management Information System ” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk Perkembangan DSS (Decision Support System) berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna komputer secara time sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Timesharing membuka peluang baru dalam penggunaan komputer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS (Decision Support System), G Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management Information System ” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk

1. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan meliputi beberapa tahap dan melalui beberapa proses. Pengambilan keputusan meliputi empat tahap yang saling berhubungan dan berurutan. Empat proses tersebut adalah (Fitria, 2008) :

a. Intelligence Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

b. Design Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan alternatif. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.

c. Choice Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model c. Choice Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model

d. Implementation Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.

INTELLIGENCE (Penelusuran Lingkup Masalah) DESIGN

(Perancangan Penyelesaian Masalah)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN CHOICE (Pemilihan Tindakan) IMPLEMENTATION (Pelaksanaan Tindakan)

Gambar II.1. Tahap Pengambilan Keputusan

Sumber : Fitria, 2008

2. Pengertian DSS Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak 2. Pengertian DSS Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak

3. Tujuan DSS

a. Membantu manajer dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.

b. Mendukung keputusan manajer, dan bukannya mengubah atau mengganti keputusan tersebut.

c. Meningkatkan efektivitas manajer dalam pembuatan keputusan, dan bukannya peningkatan efisiensi.

Tujuan ini berkaitan dengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS, yaitu struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan.

4. Keuntungan DSS/SPK

a. Dapat memperluas kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dalam memproses data atau informasi pemakainya.

b. Membantu mengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

c. Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.

d. Dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami permasalahnnya, karena sistem penunjang keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif.

e. Mampu menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran, sehingga dapat memperluas posisi pengambilan keputusan.

E. AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers) untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

1. Kegunaan AHP AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.

Keuntungan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan adalah :

a. Kesatuan : AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

b. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

c. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

d. Penyusunan hirarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

e. Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model untuk menetapkan prioritas.

f. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas.

g. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

h. Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

i. Penilaian dan konsensus : AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.

j. Pengulangan proses : AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa

kesulitan dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitan- kesulitan tersebut tidak dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan dari metode AHP dalam pengambilan keputusan.

a. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam/ekstrim di kalangan responden.

b. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan.

c. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang permasalahan serta metode AHP.

2. Prinsip Pokok AHP Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas

4 prinsip dasar, yaitu :

a. Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan adalah decomposition yaitu memecah persoalan-persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Disebut hirarki lengkap jika semua elemen ada pada tingkat berikutnya, jika tidak demikian, hirarki yang terbentuk dinamakan hirarki tidak lengkap.

b. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang b. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang

c. Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise comparison (perbandingan berpasangan) kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks perbandingan berpasangan untuk mendapatkan local priority karena matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting . Global priority adalah prioritas/bobot subkriteria maupun alternatif terhadap tujuan hirarki secara keseluruhan/level tertinggi dalam hirarki. Cara mendapatkan global priority ini dengan cara mengalikan local priority subkriteria maupun alternatif dengan prioritas dari parent criterion (kriteria level di atasnya).

d. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan sesuai dengan himpunan yang seragam jika “bulat” merupakan kriterianya. Tetapi tidak dapat jika “rasa” sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek d. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan sesuai dengan himpunan yang seragam jika “bulat” merupakan kriterianya. Tetapi tidak dapat jika “rasa” sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek

4 kali manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat.

Dalam menggunakan keempat prinsip tersebut, AHP menyatukan dua aspek pengambilan keputusan yaitu :

a. Secara kualitatif AHP mendefinisikan permasalahan dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.

b. Secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara numerik dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.

3. Langkah-langkah Penggunaan AHP :

a. Penyusunan struktur hirarki masalah Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis.

Kriteria ke-n

Alternatif 3 Alternatif ke-m Gambar II.2. Struktur Hirarki AHP

Alternatif 1 Alternatif 2

Sumber: Thomas L. Saaty, 1994 Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan

Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :

1) Minimum Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.

2) Independen Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.

3) Lengkap Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.

4) Operasional Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.

b. Penentuan Prioritas

1) Relative Measurement Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan 1) Relative Measurement Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan

Misalkan terdapat suatu subsistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif di bawahnya, A i sampai

A n . Perbandingan antar alternatif untuk subsistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel

II.1 di bawah ini. Tabel II.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

Sumber: Thomas L. Saaty, 1994

Nilai a 11 adalah nilai perbandingan elemen A 1 (baris) terhadap A 1 (kolom) yang menyatakan hubungan : (a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A 1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A 1 (kolom), atau (b) Seberapa jauh dominasi A 1 (baris) terhadap A 1 (kolom),

atau

(c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A 1 (baris)

dibandingkan dengan A 1 (kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan yang disebut Saaty pada tabel II.2. Apabila bobot kriteria A i adalah w i dan bobot elemen w j maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan (w i /w j )/1. Angka-angka absolut pada skala tersebut merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen A i terhadap elemen A j .

Tabel II.2 Skala Penilaian Perbandingan

Skala Tingkat

Kedua elemen mempunyai

pentingnya

pengaruh yang sama

3 Sedikit lebih Pengalaman dan penilaian penting

sedikit memihak satu elemen dibandingkan

dengan pasangannya

5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan

dengan pasangannya

7 Sangat

Satu elemen sangat disukai

penting

dan

secara praktis dominasinya sangat nyata dibandingkan

dengan pasangannya

9 Mutlak lebih Satu elemen terbukti mutlak penting

lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi

Nilai tengah

Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua

penilaian yang berdekatan

kebalikan

A ij = 1/A ij

Bila aktivitas i memperoleh suatu

angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j , maka j memiliki nilai

kebalikannya bila dibandingkan i Sumber : Thomas L Saaty,1994