Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Semester I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. SD Negeri 03 Kalimanggis terletak di Desa Kalisat Kelurahan Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.Jumlah seluruh peserta didik dari kelas I sampai kelas VI yaitu 105 peserta didik. SD Negeri 03 Kalimanggis mempunyai

11 tenaga pendidik, tujuh diantaranya sudah berstatus PNS (Kepala Sekolah, guru kelas I, guru kelas IV, guru kelas V, guru kelas VI, guru agama Islam dan guru agama Buddha), dan empat guru wiyata bakti. Fasilitas yang ada di SD Negeri 03 Kalimanggis cukup memadai, diantaranya perpustakaan, perlengkapan alat olahraga dan alat peraga, LCD.

SD ini terletak di lingkungan pedesaan, jauh dari jalan raya yang memberikan kenyamanan dan kondisi belajar yang tenang tanpa ada gangguan suara-suara kendaraan bermotor. Peneliti mengambil lokasi di tempat tersebut dengan pertimbangan dekat dengan tempat tinggal, sehingga peneliti bisa lebih mudah mencari data.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V, dengan jumlah siswa 20 siswa terdiri atas 9 laki-laki dan 11 perempuan. Rata-rata orang tua siswa berprofesi sebagai petani. Karakteristik siswa kelas V di SD Negeri 03 Kalimanggis yaitu senang bermain dan menyukai hal-hal yang baru.

4.2 Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal sebelum dilakukan penelitian tindakan, guru memberikan pemahaman tentang materi melalui metode ceramah saja, Pada kondisi awal sebelum dilakukan penelitian tindakan, guru memberikan pemahaman tentang materi melalui metode ceramah saja,

Hal ini ditunjukkan dari hasil angket motivasi belajar siswa pada kondisi awal disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal

Dari tabel 4.1 kondisi awal motivasi belajar siswa berdasarkan hasil angket dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 16 siswa (80%) dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 4 siswa (20%). Jadi hasil kondisi awal belajar belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu dengan hasil 4 siswa (20%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4, dengan indikator yang ditentukan 20 siswa (100%) mencapai rata-rata

motivasi belajar ≥4 kategori baik. Tingkat hasil angket motivasi siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada diagram 4.1 sebagai berikut:

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran Matematika topik mengubah pecahan kebentuk persen atau desimal dan sebaliknyayang telah dilakukan, sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah KKM ≥68. Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam tabel dan deskripsi, serta dilengkapi dengan diagram sebagai berikut:

Tabel 4.2 Analisis dan Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar pada Kondisi Awal Hasil

Frekuensi

Persentase

Indikator

100% ≥68 Rata-Rata

Dari hasil analisis nilai evaluasi kondisi awal, masih ada 15 siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM ( ≥68) dan 5 siswa yang tuntas atau sudah memenuhi KKM ( ≥68) . Secara lebih rinci, ketuntasan nilai evaluasi kondisi awal dapat dilihat pada diagram 4.2 sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa

Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal

Dari tabel analisis dan rekapitulasi hasil angket motivasi dan hasil belajar pada kondisi awal di atas dapat disimpulkan bahwa dari 20 siswa SD Negeri 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, pada hasil angket motivasi belajar hanya 4 siswa (20%) yang sudah

memenuhi indikator ≥80 dan 16 siswa (80%) yang belum memenuhi indikator ≥4, dengan rata-rata yaitu 3,49. Pada hasil belajar hanya 5 siswa

(25%) yang tuntas (sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 68) dan 15 siswa (75%) yang tidak tuntas (tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 68), serta nilai rata-rata masih sangat rendah yaitu 54.

Berdasarkan hasil angket motivasi belajar dan hasil belajar pada kondisi awal, dapat diketahui rendahnya tingkat pemahaman siswa Berdasarkan hasil angket motivasi belajar dan hasil belajar pada kondisi awal, dapat diketahui rendahnya tingkat pemahaman siswa

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April, dan terdiri dari dua siklus, siklus pertama dua pertemuan dan siklus kedua dua pertemuan. Siklus pertama membahas tentang penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan dan siklus kedus tentang perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan.

Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana pemaparan berikut ini.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Kegiatan Pembelajaran Siklus 1

Siklus pertama terdiri dari dua tindakan, dimana terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sebagai berikut.

a. Perencanaan

Pada siklus pertama, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan dalam bentuk RPP lengkap.

2. Membuat lembar observasi

3. Membentuk dan menyiapkan tim.

4. Penulis menetapkan indikator ketercapaian hasil penelitian sebagai berikut :

a) Hasil belajar dengan KKM ≥68 dan jumlah siswa tuntas 100%

b) Observasi motivasi belajar siswa dengan rata-rata ≥4 atau dalam kriteria baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang, ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik ), serta jumlah siswa tuntas 100%

c) Angket motivasi belajar siswa dengan rata-rata ≥4atau dalam kategori baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik ), serta jumlah siswa tuntas 100%

d) Observasi tindakan guru dan peserta didik dengan rata-rata ≥4 atau dalam kategori baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik )

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama, tindakan/pertemuan

1 dan 2 dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran make a match. Materi yang dibahas pada tindakan/pertemuan pertama adalah tentang jenis-jenis pecahan, operasi hitung penjumlahan pecahan dan operasi hitung pengurangan pecahan, sedangkan tindakan/pertemuan kedua adalah tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan campuran pada pecahan dan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan campuran pada pecahan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari.

Dalam pembelajarannya guru menggunakan model pembelajaran make a match, yaitu kegiatan siswa untuk mencari Dalam pembelajarannya guru menggunakan model pembelajaran make a match, yaitu kegiatan siswa untuk mencari

Tahapan paling awal dalam pembelajaran menggunakan model make a match adalah menjelaskan materi kemudian membagi siswa

menjadi dua kelompok, misalnya kelompok A (kartu soal) dan kelompok B (kartu jawaban).

a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

31 Maret 2015 pada pukul 07.00-08.10 tentang jenis-jenis pecahan, operasi hitung penjumlahan pecahan dan operasi hitung pengurangan pecahan. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu mengucap salam, berdoa, menanyakan kabar dilanjutkan mengecek kehadiran dan menanyakan kesiapan siswa, setelah dilakukan pengabsenan diketahui bahwa siswa hadir semua berjumlah 20 siswa.

Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan apersepi dengan mengingatkan kembali materi mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal serta sebaliknya untuk diarahkan ke materi penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan, dengan cara menggambar 20 gundu di papan tulis, banyaknya gundu yang dibatasi kotak adalah 5 buah dan menggambar 20 gundu, yang dibatasi kotak 10 buah. Guru bertanya, "Berapakah nilai pecahan 2 gambar gundu tersebut? Berapakah jumlah bagian dari gundu apabila dijumlahkan? Berapakah nilai pecahan itu Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan apersepi dengan mengingatkan kembali materi mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal serta sebaliknya untuk diarahkan ke materi penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan, dengan cara menggambar 20 gundu di papan tulis, banyaknya gundu yang dibatasi kotak adalah 5 buah dan menggambar 20 gundu, yang dibatasi kotak 10 buah. Guru bertanya, "Berapakah nilai pecahan 2 gambar gundu tersebut? Berapakah jumlah bagian dari gundu apabila dijumlahkan? Berapakah nilai pecahan itu

Pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah model pembelajaran make a match. Pertama diawali dengan penjelasan materi, tentang jenis-jenis pecahan, dua langkah dalam penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda, dan dua langkah dalam pengurangan pecahan dengan penyebut berbeda. Langkah kedua yaitu tahap pembagian kelompok, pada tahap ini siswa dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok A pemegang kartu soal dan kelompok B pemegang kartu jawaban), setelah itu guru memberi kesempatan siswa untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang selama 2 menit.

Langkah ketiga guru memberi tanda game mencari pasangan

mendapatkan soal/jawaban pasangannya, siswa duduk secara berpasangan dan memberi kesempatan siswa untuk mengoreksi kembali jawaban dari kartu yang dipegang. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

dimulai. Setelah

Langkah keempat gurumemberikan kesempatan kepada tiap pasangan untuk presentasi hasil yang diperoleh dari game make a macth di depan kelas kemudian menempelkan kartu soal dan kartu jawaban pada papan karton yang sudah tersedia. Begitu seterusnya sampai semua pasangan melakukan presentasi. Guru menanggapi hasil presentasi peserta didik tentang kebenaran dan kecocokan pasangan soal jawaban dengan melakukan tanya jawab. Dalam proses ini terjadinya interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap kesimpulan. Dalam tahap ini siswa dan guru saling memberi umpan balik tentang jenis-jenis pecahan, operasi hitung penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda, dan operasi hitungpengurangan pecahan dengan penyebut berbeda. Kemudian guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan penugasan untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan.

b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 02 April 2015 pada pukul 07.00-08.10 tentang operasi hitungcampuran penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda dan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu mengucap salam, berdoa, menanyakan kabar dilanjutkan mengecek kehadiran dan menanyakan kesiapan siswa, setelah dilakukan pengabsenan diketahui bahwa siswa hadir semua berjumlah 20 siswa.

Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan apersepi dengan bertanya yang berhubungan dengan operasi hitung pada pecahan dengan penyebut yang berbeda, “jika kue ulang tahun

dipotong menjadi 7 bagian, dan dimakan 2 bagian. Berapakah sisa kue tersebut?”. Dilanjutkan dengan memberikan motivasi.

Kemudian guru menghubungkan jawaban siswa dengan materi yang akan dipelajari yaitu 2 langkah dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda dan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran make a match.

Pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah model pembelajaran make a match. Pertama diawali dengan penjelasan materi, 2 langkah dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda dan penyelesaian soal penjumlahan dan pengurangan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Langkah kedua yaitu tahap pembagian kelompok, pada tahap ini siswa dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok A pemegang kartu soal dan kelompok B pemegang kartu jawaban), setelah itu guru memberi kesempatan siswa untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang selama 2 menit.

Langkah ketiga guru memberi tanda game mencari pasangan

mendapatkan soal/jawaban pasangannya, siswa duduk secara berpasangan dan memberi kesempatan siswa untuk mengoreksi kembali jawaban dari kartu yang dipegang. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

dimulai. Setelah

Langkah keempat gurumemberikan kesempatan kepada tiap pasangan untuk presentasi hasil yang diperoleh dari game make a macth di depan kelas kemudian menempelkan kartu soal dan kartu jawaban pada papan karton yang sudah tersedia. Begitu seterusnya sampai semua pasangan melakukan presentasi. Guru menanggapi hasil presentasi peserta didik tentang kebenaran dan kecocokan pasangan soal jawaban dengan melakukan tanya jawab.Dalam proses ini terjadinya interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap kesimpulan. Dalam tahap ini siswa dan guru saling memberi umpan balik tentang dua langkah dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda dan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Kemudian guru Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap kesimpulan. Dalam tahap ini siswa dan guru saling memberi umpan balik tentang dua langkah dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda dan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Kemudian guru

c. Pengamatan

a) Pertemuan Pertama Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus I pertemuan pertama, yaitu dari segi guru, kurang memeriksa kesiapan siswa, beberapa siswa masih bicara sendiri sehingga pada awal pembelajaran masih ada yang membuat gaduh. Kemudian guru masih kurang dalam mengaitkan materi operasi hitung pecahan dengan penyebut yang berbeda dengan realitas/kenyataan kehidupan dan lama pembelajaran tidak sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan.

Dari segi siswa, ketika guru memberi pertanyaan, siswa selalu menjawab bersama-sama untuk menjawab, tapi ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, siswa cenderung malu dan takut karena saat siswa menjawab dengan jawaban salah, sebagian besar siswa mengejek jawaban siswa. Sehingga guru perlu memberi pengertian pada siswa lain untuk menghargai jawaban teman, salah atau pun benar.

Pada tahap game mencari pasangan, terlihat siswa sangat antusias dan semangat dalam mencari pasangan kartu soal/kartu jawaban. Saat presentasi berlangsung, hanya tiga kelompok yang mempresentasikan hasil kerjanya karena siswa yang lain masih malu-malu untuk maju ke depan kelas. Ketika kelompok lain maju, guru meminta siswa memberi pendapat atau tanggapan tentang kebenaran jawaban, tetapi hanya sebagian siswa yang mau Pada tahap game mencari pasangan, terlihat siswa sangat antusias dan semangat dalam mencari pasangan kartu soal/kartu jawaban. Saat presentasi berlangsung, hanya tiga kelompok yang mempresentasikan hasil kerjanya karena siswa yang lain masih malu-malu untuk maju ke depan kelas. Ketika kelompok lain maju, guru meminta siswa memberi pendapat atau tanggapan tentang kebenaran jawaban, tetapi hanya sebagian siswa yang mau

b) Pertemuan Kedua Pada siklus I pertemuan kedua ini kegiatan pembelajaran sudah meningkat baik, hal ini dapat dibuktikan dengan guru dapat mengaitkan materi operasi hitung pecahan dengan penyebut yang berbeda dengan realitas/kenyataan kehidupan, meskipun guru belum optimal dalam memeriksa kesiapan siswa dan lama pembelajaran masih tidak sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan.

Sebagian besar siswa sudah menjawab dan ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa sudah berani menjawab walaupun masih ada siswa yang masih malu, karena sebagian besar siswa sudah mulai menghargai pendapat atau jawaban yang dikemukakan oleh siswa yang lain.

Pada tahap game mencari pasangan, terlihat siswa sangat antusias dan semangat dalam mencari pasangan kartu soal/kartu jawaban. Saat presentasi berlangsung, terjadi peningkatan kelompok yang mempresentasikan hasil kerjanya yaitu lima kelompok, walaupun masih ada siswa malu-malu untuk maju ke depan kelas. Ketika kelompok lain maju, guru meminta siswa memberi pendapat atau tanggapan tentang kebenaran jawaban, tetapi hanya sebagian siswa yang mau bertanya dan memberi pendapat atau tanggapan, sehingga guru perlu memberikan motivasi dengan cara memberi penguatan kepada siswa yang aktif.

4.3.2 Analisis Hasil Tindakan Siklus I

a) Pertemuan Pertama Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru.

Untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran make a match dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator dalam strategi model pembelajaran make a match dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer (guru kelasV danVI), hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus I pertemuan pertama, observer satu yaitu guru kelas V memperoleh skor rata-rata 3,62 dari aktivitas guru dan 3,55 dari aktivitas peserta didik. Observer dua yaitu guru kelas VI memperoleh skor rata-rata 3,66 dari aktivitas guru dan 3,56 dari aktivitas peserta didik.Dari kedua observer diperoleh hasil skor rata- rata 3,64 dari aktivitas guru dan 3,55 dari aktivitas peserta didik.

Adapun pengamatan kegiatan guru dan peserta didik dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran make a match tersaji pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Penilaian Per Item Kegiatan Guru dan Peserta Didik Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Frekuensi

Observer 2 Skor

Observer 1

Kegiatan Guru

Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan

Peserta Didik

Peserta Didik

Hasil observasi dari rata-rata dua observer pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Aktivitas Guru dan Peserta Didik Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan

Model Pembelajaran Make A Match

Kategori Indikator

Siklus I 1. Jenis-jenis pecahan. Pertemuan Pertama

2. Operasi hitung penjumlahan

Cukup ≥4 (Baik) pecahan.

3. Operasi hitung pengurangan pecahan.

Peneliti memberikan patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata- rata ≥4 (baik) dan per item ≥3 (cukup). Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada pertemuan pertama siklus I penerapan model pembelajaran make a match belum mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata- rata ≥4, tetapi sudah mencapai indikator per item ≥3. Hasil observasi dua observer dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 43 dan Lampiran 44).

b) Pertemuan Kedua Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan kedua pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran make a match dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator dalam strategi model pembelajaran make a match dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer (guru kelas

V dan VI), hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus I pertemuan kedua, observer satu yaitu guru kelas V memperoleh skor rata-rata 3,77 dari aktivitas guru dan 3,68 dari aktivitas peserta didik. Observer dua yaitu guru kelas VI memperoleh skor rata-rata 3,79 dari aktivitas guru dan 3,60 dari aktivitas peserta didik. Dari kedua observer diperoleh hasil skor rata- rata 3,78 dari aktivitas guru dan 3,64 dari aktivitas peserta didik.

Adapun pengamatan kegiatan guru dan peserta didik dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran make a match tersaji pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Penilaian Per Item Kegiatan Guru dan Peserta Didik Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Frekuensi

Observer 2 Skor

Observer 1

Kegiatan Guru

Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan

Peserta Didik

Peserta Didik

Hasil observasi dari rata-rata dua observer pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Aktivitas Guru dan Peserta Didik Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model

Pembelajaran Make A Match

Aktivitas Aktivitas Kategori Indikator

Siklus I 1. Operasi hitung penjumlahan dan Pertemuan

pengurangan campuran pada

pecahan. Pertama

Cukup ≥4 (Baik) 2. Operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan campuran pada pecahan yang berhubungan dengan masalah sehari-hari.

Peneliti memberikan patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata- rata ≥4 (baik) dan per item ≥3 (cukup). Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada pertemuan kedua siklus I penerapan model pembelajaran make a match belum mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata- rata ≥4, tetapi sudah mencapai indikator per item ≥3. Hasil observasi dua observer dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 45 dan Lampiran 46).

4.3.3 Analisis Motivasi Belajar Siklus I

a) Pertemuan Pertama Hasil motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil observasi dan lembar angket siswa pada pertemuan pertama kegiatan pebelajaran dengan penerapan model pembelajaran make a match. Untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa menggunakan lembar observasi dang lembar angket siswa yang diambil dari indikator dalam strategi model pembelajaran make a match dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer (guru kelas

II dan IV), pembelajaran dengan model make a match digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil pengamatan dan rekapitulasi terdapat pada lampiran. Rata-rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Dari tabel 4.7 hasil observasi motivasi belajar siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 13 (65%) dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 7 siswa (35%). Jadi hasil observasi motivasi belajar siswa pada pertemuan pertama siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu dengan hasil 7 siswa (35%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4, dengan indikator yang ditentukan 20 siswa (100%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4.

Tingkat hasil observasi motivasi belajar siswa berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada diagram 4.3 sebagai berikut:

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Pada kondisi pertemuan pertama siklus I setelah dilakukan tindakan penelitian dengan model pembelajaran make a match, motivasi belajar peserta didik meningkat dari kondisi awal sebelum dilakukan tindakan.

Hasil angket motivasi belajar siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Hasil

Frekuensi

Persentase

Indikator

100% ≥4 Rata-Rata

Dari tabel 4.8 pertemuan pertama siklus I motivasi belajar siswa dapat dijelaskanbahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 13 siswa (65%) dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 7 siswa (35%). Jadi hasil pertemuan pertama siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu dengan hasil 7 siswa (35%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4, dengan indikator yang ditentukan 20 siswa (100%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4. Tetapi terjadi peningkatan dari kondisi awal ada 4 siswa (20%) yang sudah mencapai indikator, pada pertemuan pertama siklus I menjadi 7 siswa (35%) yang sudah mencapai indikator.

Tingkat motivasi belajar siswa berdasarkan hasil angket pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada diagram 4.4 sebagai berikut:

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil angket motivasi belajar siswa, maka diperoleh rata-rata hasil motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Analisis dan Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I

Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Dari tabel 4.9 pertemuan pertama siklus I, berdasarkan rata- rata hasil pengamatan dan hasil angket motivasi belajar siswa dapat dijelaskanbahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 13 siswa (65%) dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 7 siswa (35%). Jadi hasil pertemuan pertama siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu dengan hasil 6 siswa (30%) mencapai rata-rata motivasi belajar ≥4, dengan indikator yang ditentukan 20 siswa (100%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4.

Tingkat hasil motivasi belajar siswa berdasarkan hasil pengamatandan angket siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada diagram 4.5 sebagai berikut:

Hasil Motivasi Belajar Siswa

Tingkat Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Peneliti memberikan patokan dalam motivasi belajar siswa, yaitu rata- rata ≥4 (baik) dan per item ≥3 (cukup). Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata akhir motivasi belajar pada pertemuan pertama siklus I belum mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata- rata ≥4 dan belum mencapai indikator per item ≥3. Hasil observasi dua observer dan rekapitulasi hasil dapat dilihat pada lampiran.

b) Pertemuan Kedua Hasil motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil observasi dan lembar angket siswa pada pertemuan pertama kegiatan pebelajaran dengan penerapan model pembelajaran make a match. Untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa menggunakan lembar observasi dang lembar angket siswa yang diambil dari indikator dalam strategi model pembelajaran make a match dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer (guru kelas

II dan IV), pembelajaran dengan model make a match digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil pengamatan dan rekapitulasi terdapat pada lampiran. Hasil observasi bisa dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Dari tabel 4.10 hasil observasi motivasi belajar siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 11 siswa (55%) dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 9 siswa (45%). Jadi hasil observasi motivasi belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu dengan hasil

11 siswa (55%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4, dengan indikator yang ditentukan 20 siswa (100%) mencapai rata-rata moti vasi belajar ≥4. Tetapi terjadi peningkatan dari pertemuan pertama siklus I hanya 7 siswa (35%) yang sudah mencapai indikator, pada pertemuan kedua siklus I menjadi 11 siswa (55%) yang sudah mencapai indikator.

Tingkat hasil observasi motivasi belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada diagram 4.6 sebagai berikut:

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Pada kondisi pertemuan kedua siklus I setelah dilakukan tindakan penelitian dengan model pembelajaran make a match, motivasi belajar peserta didik meningkat dari pertemuan pertama siklus I.

Hasil angket motivasi belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.11 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Dari tabel 4.11 pertemuan kedua siklus I motivasi belajar siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator Dari tabel 4.11 pertemuan kedua siklus I motivasi belajar siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator

Tingkat motivasi siswa pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada diagram 4.7 sebagai berikut:

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil angket motivasi belajar siswa, maka diperoleh rata-rata hasil motivasi belajar dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Analisis dan Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Dari tabel 4.12 pertemuan kedua siklus I, berdasarkan rata-rata hasil pengamatan dan hasil angket motivasi belajar siswa dapat dijelaskanbahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 10 siswa (50%) dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 10 siswa (50%). Jadi hasil pertemuan pertama siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu dengan hasil 10 siswa (50%) mencapai rata-rata motivasi belajar ≥4, dengan indikator yang ditentukan 20 siswa (100%) mencapai rata- rata motivasi belajar ≥4. Tetapi terjadi peningkatan dari pertemuan pertama siklus I hanya 6 siswa (30%) yang sudah mencapai indikator, pada pertemuan kedua siklus I menjadi 10 siswa (50%) yang sudah mencapai indikator.

Tingkat hasil motivasi belajar siswa berdasarkan hasil pengamatandan angket siswa pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada diagram 4.8 sebagai berikut:

12 Hasil Motivasi Belajar Siswa

Tingkat Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Peneliti memberikan patokan dalam motivasi belajar siswa, yaitu rata- rata ≥4 (baik) dan per item ≥3 (cukup). Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata akhir motivasi belajar pada pertemuan keduasiklus I belum mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata- rata ≥4 dan belum mencapai indikator per item ≥3. Hasil observasi dua observer dan rekapitulasi hasil dapat dilihat pada lampiran.

4.3.4 Analisis Hasil Belajar Siklus I

Dari hasil pengamatan siklus I, diketahui bahwa pelaksanaan siklus

I dengan penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Dibuktikan setelah selesai pembelajaran pertemuan pertama dan kedua, maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.

Hasil nilai evaluasi siklus I yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel dan deskripsi, serta dilengkapi dengan diagram sebagai berikut:

Tabel 4.13 Analisis dan Rekapitulasi Hasil Nilai pada Siklus I Penggunaan Model

Pembelajaran Make A Match

Dari hasil analisis nilai evaluasi siklus I, masih ada 8 siswa (40%) yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM ( ≥68) dan 12 siswa (60%) yang tuntas atau sudah memenuhi KKM ( ≥68) . Secara lebih rinci, ketuntasan nilai evaluasi kondisi awal dapat dilihat pada diagram 4.9 sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa

Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Penggunaan Model Pembelajaran

Make A Match

Dari hasil analisis dan rekapitulasi ketuntasan hasil nilai diatas diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai KKM (<68) maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 20 siswa dalam belajarnya sebanyak 8 siswa (40%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai masih dibawah KKM dan sebanyak 12 siswa (60%) mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai ≥68. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberi patokan 100%, jadi dapat diambil kesimpulann hasil belajar meningkat dari yang semula hanya 25% yang mencapai ketuntasan belajar, setelah pelaksanaan siklus I meningkat menjadi 60%, itu berarti belum berhasil mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dan akan diperbaiki pada siklus II.

d. Refleksi

Berdasarkan observasi dan analisis motivasi belajar serta hasil belajar menggunakan model pembelajaran make a match, hasil motivasi belajar siswa berdasarkan hasil observasi dan angket motivasi belajar siswa, dari kondisi awal ada 4 siswa yang mencapai indikator, pertemuan pertama siklus I ada 6 siswa dan 10 siswa pada pertemuan kedua siklus Isebagian besar siswa belum mencapai indikator motivasi yang ditetapkan, hasil tes pada siklus I terdapat 12 siswa yang tuntas dan 8 siswa belum tuntas, sehingga perlu diadakan perbaikan dan pemantapan dalam pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran,diketahui bahwa selama guru mengajar pada pembelajaran siklus I sebagian siswa sudah mulai aktif akan tetapi masih ada juga siswa yang belum aktif, masih ada 50% siswa yang belum mencapai indikator motivasi belajar dan 40% siswa belum tuntas hasil belajar.

Peningkatan motivasi belajar siswa dari rata-rata kondisi awal 3,49 menjadi 3,73 pada hasil pertemuan pertama siklus I dan 3,88 pada hasil pertemuan kedua siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa dari Peningkatan motivasi belajar siswa dari rata-rata kondisi awal 3,49 menjadi 3,73 pada hasil pertemuan pertama siklus I dan 3,88 pada hasil pertemuan kedua siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa dari

Tabel perbandingan tindakan, motivasi dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.14 Sebagai berikut:

Tabel 4.14

Tabel Perbandingan Tindakan, Motivasi, dan Hasil Belajar pada Kondisi Awal dan

Siklus I

Variabel

Kondisi Awal

Siklus I

Model pembelajaran Model pembelajaran

make a match (3,64

make a match (3,78

kegiatan guru dan 3,55 kegiatan peserta 3,64 kegiatan peserta

kegiatan guru dan

didik)

didik)

Motivasi Belajar

3,88 Hasil Belajar

Untuk memperbaiki dan mempertahankan keberhasilan yang telah tercapai pada siklus I, maka pada siklus II dibuat perencanaan sebagai berikut:

Peneliti memberikan motivasi dan arahan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada model pembelajaran make

a match sehingga siswa terbiasa dengan penerapan model yang dipakai. Peneliti juga harus memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan memberikan penguatan kepada siswa yang menjawab benar atau siswa yang menyampiakan tanggapan atau pendapat secara individual maupun kelompok. Penguatan kepada siswa dapat berupa pujian atau tepuk tangan.

4.3.5 Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Siklus kedua terdiri dari dua tindakan, dimana terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sebagai berikut.

a. Perencanaan

Setelah diperoleh informasi pada tahap siklus pertama, maka dilakukan perbaikan dan pemantapan pada siklus kedua, serta diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran yang akan diberikan. Sebelum mengajar pada siklus kedua, maka praktikan menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya yaitu:

1. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan dalam bentuk RPP lengkap.

2. Membuat lembar observasi

3. Membentuk dan menyiapkan tim.

4. Penulis menetapkan indikator ketercapaian hasil penelitian sebagai berikut :

a) Hasil belajar dengan KKM ≥68 dan jumlah siswa tuntas 100%

b) Observasi motivasi belajar siswa dengan rata-rata ≥4 atau dalam kategori baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang, ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik ), serta jumlah siswa tuntas 100%

c) Angket motivasi belajar siswa dengan rata-rata ≥4 atau dalam kategori baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik ), serta jumlah siswa tuntas 100%

d) Observasi tindakan guru dan peserta didik dengan rata-rata ≥4 atau dalam kategori baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik ) d) Observasi tindakan guru dan peserta didik dengan rata-rata ≥4 atau dalam kategori baik dan per item ≥3 (≥1= sangat kurang ≥2 = kurang, ≥3 = cukup, ≥4 = baik, 5 = sangat baik )

Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua, tindakan/pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran make a match. Materi yang dibahas pada tindakan/pertemuan pertama adalah tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa, sedangkan tindakan/pertemuan kedua adalah tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran serta sebaliknya.

Dalam pembelajarannya guru menggunakan model pembelajaran make a match, yaitu kegiatan siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya. Pada penerapan model pembelajaran make a match, diharapkan dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa lebih terlihat saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.

Tahapan paling awal dalam pembelajaran menggunakan model make a match adalah menjelaskan materi kemudian membagi siswa menjadi dua kelompok, misalnya kelompok A (kartu soal) dan kelompok B (kartu jawaban).

a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

07 April 2015 pada pukul 07.00-08.10 tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu mengucap salam, berdoa, menanyakan kabar dilanjutkan mengecek kehadiran dan menanyakan kesiapan 07 April 2015 pada pukul 07.00-08.10 tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu mengucap salam, berdoa, menanyakan kabar dilanjutkan mengecek kehadiran dan menanyakan kesiapan

Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan apersepi dengan mengingatkan kembali materi penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan, dengan bertanya, “Pernahkah kalian pergi ke warung membeli gula? Jika kalian

membeli gula kg, kemudian ibu membeli lagi kg. Berapakah

jumlah gula tersebut?”.Dilanjutkan dengan memberikan motivasi. Kemudian guru menghubungkan jawaban siswa dengan materi

yang akan dipelajari yaitu operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Guru menjelaskan langkah- langkah model pembelajaran make a match.

Pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah model pembelajaran make a match. Pertama diawali dengan penjelasan materi, tentang 2 langkah dalam perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa dan 3 langkah dalam pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa.Langkah kedua yaitu tahap pembagian kelompok, pada tahap ini siswa dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok A pemegang kartu soal dan kelompok B pemegang kartu jawaban), setelah itu guru memberi kesempatan siswa untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang selama

2 menit. Langkah ketiga guru memberi tanda game mencari pasangan

mendapatkan soal/jawaban pasangannya, siswa duduk secara berpasangan dan memberi kesempatan siswa untuk mengoreksi kembali jawaban dari kartu yang dipegang. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

dimulai. Setelah

Langkah keempat gurumemberikan kesempatan kepada tiap pasangan untuk presentasi hasil yang diperoleh dari game make a macth di depan kelas kemudian menempelkan kartu soal Langkah keempat gurumemberikan kesempatan kepada tiap pasangan untuk presentasi hasil yang diperoleh dari game make a macth di depan kelas kemudian menempelkan kartu soal

Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap kesimpulan. Dalam tahap ini siswa dan guru saling memberi umpan balik tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Kemudian guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan penugasan untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan.

b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

09 April 2015 pada pukul 07.00-08.10 tentang operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran serta sebaliknya. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dalam kegiatan proses pembelajaran peneliti membuat skenario kegiatan yaitu mengucap salam, berdoa, menanyakan kabar dilanjutkan mengecek kehadiran dan menanyakan kesiapan siswa, setelah dilakukan pengabsenan diketahui bahwa siswa hadir semua berjumlah 20 siswa.

Setelah mengkondisikan siswa, guru memberikan apersepi dengan bertanya yang berhubungan dengan operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa,

“Jika ibu membeli 3kg jeruk dan ibu meminta Wati menyisihkan 1

–nya untuk nenek, berapa bagian dari seluruh jeruk yang akan diberikan kepada nenek? Berapa kg- kah itu?”.Dilanjutkan dengan memberikan motivasi. Kemudian guru menghubungkan jawaban –nya untuk nenek, berapa bagian dari seluruh jeruk yang akan diberikan kepada nenek? Berapa kg- kah itu?”.Dilanjutkan dengan memberikan motivasi. Kemudian guru menghubungkan jawaban

Pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah model pembelajaran make a match. Pertama diawali dengan penjelasan materi, 3 langkah dalam perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya serta 4 langkah dalam pembagian pecahan biasa dengan pecahan campuran dan sebaliknya. Langkah kedua yaitu tahap pembagian kelompok, pada tahap ini siswa dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok A pemegang kartu soal dan kelompok B pemegang kartu jawaban), setelah itu guru memberi kesempatan siswa untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang selama 2 menit.

Langkah ketiga guru memberi tanda game mencari pasangan

mendapatkan soal/jawaban pasangannya, siswa duduk secara berpasangan dan memberi kesempatan siswa untuk mengoreksi kembali jawaban dari kartu yang dipegang. Dalam proses ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

dimulai. Setelah

Langkah keempat gurumemberikan kesempatan kepada tiap pasangan untuk presentasi hasil yang diperoleh dari game make a macth di depan kelas kemudian menempelkan kartu soal dan kartu jawaban pada papan karton yang sudah tersedia. Begitu seterusnya sampai semua pasangan melakukan presentasi. Guru menanggapi hasil presentasi peserta didik tentang kebenaran dan kecocokan pasangan soal jawaban dengan melakukan tanya jawab.Dalam proses ini terjadinya interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap kesimpulan. Dalam tahap ini siswa dan guru saling memberi Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah tahap kesimpulan. Dalam tahap ini siswa dan guru saling memberi

c. Pengamatan

a) Pertemuan Pertama Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus II pertemuan pertama, yaitu dari segi guru, masih kurang memeriksa kesiapan siswa, beberapa siswa masih bicara sendiri sehingga pada awal pembelajaran masih ada yang membuat gaduh.

Dari segi siswa, ketika guru memberi pertanyaan, sebagian besar siswa sudah dapat menjawab dengan berani, walaupun sebagian kecil siswa masih malu. Siswa sudah bisa menghargai jawaban siswa lain dan tidak mengejek lagi.

Pada tahap game mencari pasangan, terlihat siswa sangat antusias dan semangat dalam mencari pasangan kartu soal/kartu jawaban. Saat presentasi berlangsung, sudah 7 kelompok yang mempresentasikan hasil kerjanya. Ketika kelompok lain maju, guru meminta siswa memberi pendapat atau tanggapan tentang kebenaran jawaban, sebagian besar siswa sudah mau bertanya dan memberi pendapat atau tanggapan.

b) Pertemuan Kedua Pada siklus II pertemuan kedua ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan sebagian besar siswa sudah menjawab dan ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa sudah b) Pertemuan Kedua Pada siklus II pertemuan kedua ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan sebagian besar siswa sudah menjawab dan ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa sudah

Pada tahap game mencari pasangan, terlihat siswa sangat antusias dan semangat dalam mencari pasangan kartu soal/kartu jawaban. Saat presentasi berlangsung, terjadi peningkatan kelompok yang mempresentasikan hasil kerjanya yaitu semua kelompok (10). Ketika kelompok lain maju, guru meminta siswa memberi pendapat atau tanggapan tentang kebenaran jawaban, sebagian besar siswa sudah mau bertanya dan memberi pendapat atau tanggapan. Terlihat bahawa aktivitas siswa meningkat baik pada siklus II pertemuan kedua ini.

4.3.6 Analisis Hasil Tindakan Siklus II

a) Pertemuan Pertama Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran make a match dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator dalam strategi model pembelajaran make a match dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer (guru kelas

V danVI), hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus II pertemuan pertama, observer satu yaitu guru kelas V memperoleh skor rata-rata 4,35 dari aktivitas guru dan 4,23 dari aktivitas peserta didik. Observer dua yaitu guru kelas VI memperoleh skor rata-rata 4,52 dari aktivitas guru dan 4,39 dari aktivitas peserta didik.Dari kedua observer diperoleh hasil skor rata- rata 4,43 dari aktivitas guru dan 4,31 dari aktivitas peserta didik.

Adapun pengamatan kegiatan guru dan peserta didik dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran make a match tersaji pada tabel 4.15 sebagai berikut :

Tabel 4.15

Hasil Penilaian Per Item Kegiatan Guru dan Peserta Didik Pertemuan Pertama Siklus II Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match

Frekuensi

Observer 2 Skor

Observer 1

Kegiatan Guru

Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan

Peserta Didik

Peserta Didik

Hasil observasi dari rata-rata dua observer pada pertemuan pertama siklus II dapat dilihat pada tabel 4.16 sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan: Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani

0 1 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II Tahun Aja

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II Tahun Aja

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II Tahun Aja

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II Tahun Aja

0 0 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 3 SD NEGERI DUKUH 02 KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pe

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II Tahun Aja

0 0 49

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kalimanggis Ke

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 0

0 0 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03

0 0 21