Proses Yang Terjadi Saat Tidur

proses yang terjadi pada saat tidur

PENDAHULUHAN


Dahulu tidur dianggap sebagai keadaan yang mirip sekali dengan kematian; dalam
keadaan tidur tidak terjadi apa-apa, manusia kehilangan kesadarannya, juga kehilangan
segala kemampuannya. Anggapan itu belakangan dibantah. Banyak fenomena terjadi
dalam tidur. Memang ada fase tidur tenang akan tetapi ada pula fase tidur aktif.



Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan
respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu individu digunakan
untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau
mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan,
serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas
sehari-hari. Tidur merupakan suatu keadaan organisme yang regular, recurrent dan
reversible.


KLASIFIKASI TIDUR


Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin
kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi
atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak,
pengukuran tonus otot dengan menggunakan electroniogram (EMG) dan
electrooculagram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.



Sampai saat ini sistem klasifikasi untuk tingkatan tidur yang diterima adalah usulan dari
Rechtschaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan ensefalogram (EEG- untuk rekaman
aktivitas listrik otak), electrooculogram (EOG- ukuran aktifitas gerak mata) dan electromyogram (EMG-untuk mengukur aktivitas listrik dari otot), diketahui ada dua tahapan
tidur, yaitu
o Tahap pertama disebut non-rapid eye movement (NREM) juga dikenal sebagai
slow wave sleep (SWS) atau tidur tenang atau tidur gerakan mata tidak cepat atau
juga di sebut tidur "S", sinkron atau ortodoks. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4
tahap



NREM tahap I. Merupakan transisi dari bangun dan ditandai oleh
hilangnya pola alfa reguler dan munculnya amplitudo rendah, pola
frekuensi campuran, terutama pada rentang teta (2 sampai 7 Hz) dan
gerakan mata berputar lambat.



NREM tahap II. Ditetapkan melalui kejadian kompleks K dan kumparan
tidur bertumpang tindih pada aktivitas latar belakang yang serupa dengan
stadium I. Kompleks K adalah" negatif (upward), amplitodp tinggi, lambat
yang di ikuti segera dengan defleksi positif (downward). Rangkaian tidur
merupakan " discharge" frekuensi tinggi (12 sampai 14 Hz) yang
berlangsung 0,5-2 detik dengan amplitudo menyusut bertambah. Aktivitas
gerakan mata cepat tidak ada, dan EMG serupa dengan stadium I.



NREM tahap III. NREM tahap III adalah delta tidur dengan (sekitar) 20%,

tetapi kurang dari 50% aktifitas delta amplitudo tinggi (75 mikro volt)
delta (0,5-2 Hz). Kumparan tidur tetap ada, aktivitas gerakan mata tidak
ada dan aktivitas EMG menetap pada kadar yang rendah.



NREM tahap IV, pola stadium III EEG lambat, voltase tinggi terganggu
pada sekitar 50% rekaman. NREM stadium III dan IV disebut sebagai
(secara kolektif) tidur "dalam", "delta" atau "gelombang lambat"

o Tahap kedua disebut rapid eye movement (REM) atau disebut juga paradoxical
sleep (PS) atau tidur aktif atau tidur gerakan mata cepat atau tidur "D" atau
desinkronisasi.


Tidur REM ditandai oleh EEG frekuensi campuran, amplitudo rendah
yang serupa dengan NREM stadium I. Ledakan aktivitas 3-5 Hz dengan
defleksi negatif tajam sering bertumpang tindih pada pola ini. EOG
memperlihatkan ledakan REM serupa dengan yang terlihat selama bangun
mata terbuka. Aktivitas EMG tidak ada, yang merefleksikan atonia otot

diperantarai batang otak lengkap yang karakteristik untuk keadaan ini.

Table korelasi elektrofisiologik keadaan dan stadium tidur manusia
Elektroensefalografi
Elektrooculogram Elektromiogram
Bangun (mata
terbuka)
Sadar (mata
tertutup)
NREM Stadium I
NREM Stadium
II
NREM Stadium
III
NREM Stadium
IV
REM

Frekuensi tinggi, campuran amplitude rendah


Cepat

Tinggi , bervariasi

Amplitude rendah, alfa dominan (8-13Hz),
terutama di region oksipital
Amplitude rendah, frekuensi campuran (alfa tidak
ada)
Amplitude rendah, dengan tambahan pola EEG
karekteristik (kompleks K dan kumparan tidur)
Amplitude meningkat, frekuensi berkurang 20-50%
dari rekaman yang di dominasi oleh delta (0,5-2Hz)
Lebih dari 50% rekaman didominasi oleh aktivitas
EEG delta
Amplitude rendah, frekuensi campuran

Tidak ada tetapi mata
berputar lambat
Gerakan mata berputar
lambat

Tidak ada

Menurun

Tidak ada

Menurun

Tidak ada

Menurun

Cepat, konjugat

Tidak ada

Menurun
Menurun

FISIOLOGI TIDUR

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh otak yaitu dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR) yang secara bergantian
mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. RAS di bagian atas batang otak

diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual (penglihatan), pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan
proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR. Hormon serotonin ini dipercaya sebagai pemberi perasaan
nyaman dan senang. Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang
diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem
limbiks seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menurup matanya dan
berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat
itu BSR mengeluarkan serum serotinin.
Mahluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Bioritme pada manusia dikontrol
oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi
dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang
melengkapi siklus selama 24 jam. Fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi
hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme
sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi
sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya:

individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur
pada saat ritme tersebut paling rendah.
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi strees pada
paru, kardiovaskular, endokrin, dll. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan
kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur,
yaitu yang pertama, efek dari sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal
dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan yang kedua yaitu efek pada struktur
tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi
penurunan.
TAHAP-TAHAP YANG TERJADI SELAMA TIDUR
Tidur terbagi menjadi beberapa fase, yang berulang dan membentuk sebuah siklus selama kita
tidur. Keadaannya sangat berbeda dengan yang tampak dari luar dimana tidur tampak seperti
aktifitas yang pasif dan lurus. Mulai dari transisi dari terjaga menjadi tertidur, tidur lelap hingga
mimpi, semuanya memegang pengaruh penting terhadap tubuh dan pikiran. Setiap fase dalam
tidur membantu mempersiapkan kita menghadapi aktifitas sepanjang hari.
Pada umumnya saat manusia tidur dia akan melewati dua macam siklus tidur yaitu keadaan tidur
tenang dan keadaan tidur aktif. Tidur tenang sering dikenal dengan istilah tidur NREM atau NonREM (No Rapid Eye Movement atau Tidak Ada Gerakan Mata yang Cepat). Siklus tidur ini
sesuai dengan kalsifikasi tidur diatas.



Siklus tidur yang pertama disebut tidur tenang atau NREM atau Non-REM. Siklus tidur
ini disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktifan reticularis, disebut
dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otak bergerak sangat lambat. Pada
tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa
mimpi. Tidur gelombang lambat mempunyai ciri : betul-betul istirahat penuh atau tubuh

seseorang akan mengalami kegiatan yang tenang. Denyut nadi, frekuensi pernapasan dan
tekanan darah lebih tenang dan teratur. Ini adalah proses di mana tubuh memulihkan
tubuh. Otot-otot, kelenjar tubuh dan susunan tubuh diperbaiki. Zat-zat yang tidak berguna
akan dibuang dari tubuh. Pada saat tidur tenang juga terjadi penggabungan proteinprotein yang akan digunakan pada saat tidur aktif. Pada keadaan tidur tenang atau NREM
atau Non-REM, seseorang akan mengalami 4 tahap. Berikut ini tahapan yang terjadi
ketika Anda mulai tertidur.
o Tidur Ringan atau disebut NREM tahap I


Dimulai saat pertama kali seseorang mulai mengantuk dan tertidur dan
merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur, dengan ciri : Dapat
dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara atau cahaya
dan pada saat bangun merasa seperti telah melamun atau terasa sedang

bermimpi.



Pada stadium ini merupakan tingkat paling dangkal dari tidur. Mata
bergerak sangat lambat di bawah kelopak (merasa sangat mengantuk),
mulai kehilangan kontrol atas otot, gelombang otak akan bergerak tidak
beraturan dan pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme. Hal lain yang terjadi
pada tahap satu adalah myoclonia hypnic atau kontraksi tiba-tiba atau
menyentak dari otot-otot yang menurut para ahli disebabkan oleh
kecemasan, kafein, stres dan aktivitas berat di malam hari.



Selama stadium satu ini, siklus tidur dan bangun bisa terulang beberapa
kali, yang berlangsung selama 30 detik sampai 7 menit pertama tidur.

o Tidur Sebenarnya atau disebut NREM tahap II



Setelah melewati fase tidur ringan, maka selanjutnya dalam proses tidur
manusia, akan melewati fase tidur sebenarnya. Tahap ini bisa dikatakan
sebagai tahap awal saat kita benar-benar tidur.



Selama periode ini mata akan berhenti bergerak, otot tubuh menjadi sangat
rileks, gelombang otak lambat, suhu tubuh menurun dan detak jantung
melambat, pecahan-pecahan pikiran dan gambar-gambar mungkin
bermunculan dan bergerak di pikiran kita tetapi kita tidak menyadarinya,
bahkan kita sudah tidak sadar dengan keadaan di sekeliling kita, namun
pada tahap ini, masih dapat dibangunkan dengan mudah.



Tahap kedua berlangsung selama 20 persen dari seluruh waktu tidur, dan
berlangsung antara 10-30 menit.

o Tidur Lebih Pulas atau NREM tahap III



Tahap ketiga tidur semakin lelap, tahap ini merupakan tahap awal dari
tidur yang dalam. Pada tahap ini, orang yang tidur sulit dibangunkan
karena sudah terlelap dan jarang bergerak, otot-otot dalam keadaan santai
penuh, tanda-tanda vital menurun (termasuk tekanan darah menurun) tapi
tetap teratur, disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatik.
Tahap ini berakhir 15 hingga 30 menit.

o Tidur Terpulas atau NREM tahap IV


Tahap keempat merupakan tahap tidur paling pulas atau paling
terdalam. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur, butuh
stimulus intensif dan jika terbangun kita akan mengalami disorientasi,
merasa letih serta membutuhkan penyesuaian selama beberapa menit.



Pada tahap ini dapat dijumpai juga sekresi lambung menurun, tonus otot
menurun, mendengkur pada waktu tidur, tidur sambil berjalan
(somnabulisme), enuresis (ngompol) dan mimpi buruk (nightmares) dapat
terjadi, serta bermimpi lebih sering terjadi pada tahap ini dari pada tahaptahap lain pada tidur non REM, hanya saja isi mimpinya cenderung kurang
jelas dan kurang mengesankan dari pada mimpi yang terjadi pada tidur
REM.



Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang
pada tahap empat ini. Selain itu pada tahap ini, aktifitas otak sangat lambat
dan sebagian besar darah dialirkan ke otot, terjadi pemulihan dan
perbaikan fungsi tubuh. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna.
Selama tahap ini tubuh akan meregenerasi dan memperbaiki sel-sel tubuh,
serta memperkuat sistem imun tubuh.



Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit. Tahap ketiga dan
keempat berlangsung selama 50 persen dari seluruh waktu tidur kita.

o Jika saat tertidur, kita tidak bisa memasuki tahap ketiga dan keempat, maka
kemungkinan besar saat terbangun kita akan merasa letih bahkan bisa depresi.
Selesai memasuki tahap keempat, Anda akan mengalami tahap pertama kembali,
memasuki tahap kedua dan seterusnya. Siklus ini akan berulang beberapa kali.
Pada umumnya pengulangan siklus ini berlangsung selama 3 sampai 5 kali.
Lamanya 1 kali siklus membutuhkan waktu sekitar 90 sampai 110 menit. Setiap
siklus tidur tenang atau NREM akan diakhiri dengan tidur aktif atau REM (Rapid
Eye Movement atau Gerakan Mata Cepat)
o Tidur Aktif atau REM


Setiap siklus tidur tenang atau NREM akan diakhiri dengan tidur aktif atau
REM (Rapid Eye Movement atau Gerakan Mata Cepat). Tidur REM
biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Otak

cenderung aktif selama tidur REM dan metabolismnya meningkat hingga
20%. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang
lumpuh atau paradoks. Tahap ini individu menjadi sulit untuk
dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, kalaupun dapat
dibangunkan dalam fase tidur REM seringkali melaporkan bahwa ia
sedang bermimpi dan keluhannya lebih bersifat psikologis yaitu, irritable
dan mengalami kesulitan sosial.





Kebalikan dari tidur tenang, denyut nadi, pernapasan, tekanan darah dan
aktivitas lainnya berlangsung dengan lebih aktif, cepat dan tidak teratur.
Darah dialirkan ke otak dan gelombang otak. Anda dapat melihat
seseorang mengalami periode ini saat melihat tonjolan mata bergerak ke
kiri dan ke kanan karena memang pada tidur REM, mata bergerak cepat ke
kiri dan ke kanan.



Karakteristik tidur REM :


Biasanya disertai dengan mimpi aktif yaitu mimpi yang penuh
warna dan tampak hidup atau nyata. Namun otak ‘melumpuhkan’
otot-otot tubuh, khususnya tangan dan kaki, sehingga kita tidak
ikut bergerak saat bermimpi.



Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur dan
Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang
lambat (non REM)



Dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktuasi tekanan darah



Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
serta ereksi penis total maupun sebagian dapat terjadi.



Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan
darah meningkat, sekresi gaster meningkat, pernafasan menjadi
tidak teratur dan pada otot perifer terjadi gerakan otot yang tidak
teratur dan metabolisme meningkat



Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi juga barperan
dalam belajar, memori dan adaptasi.

Lima tahapan tidur telah diidentifikasi dan selama tidur malam yang baik, Anda akan
melewati mereka semua, beberapa kali. Meskipun ada lima tahap yang berbeda, empat
yang pertama dikelompokkan bersama dan diklasifikasikan sebagai keadaan tidur NREM

atau non rapid eye movement. Tahap kelima adalah dianggap REM atau tahap rapid eye
movement.


Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur. Siklus tidur
yang komplit normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM
yang berlanjut ke tahap REM, setidaknya 3 tahapan dalam NREM sebelum masuk ke fase
REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap
IV selama ± 20 menit. Individu kemudian kembali melalui tahap III dan II selama 20
menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.



Lama waktu tidur yang dibutuhkan oleh orang dewasa normal bervariasi antara 4 - 10
jam sehari dan rata-rata berkisar antara 7-8 jam sehari. Makin muda usia, waktu tidur
yang dibutuhkan makin banyak dan makin berkurang pada orang lanjut usia. Bayi-bayi
tidur sepanjang 16–18 jam sehari dan kira-kira setengahnya berlangsung dalam fase tidur
REM.

Apa itu Mimpi??


Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran,
pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai
gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Kejadian dalam mimpi
biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya
adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi
menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan
kadang-kadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan
beberapa aspek dalam mimpi tersebut.



Mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron (saraf) bagian bawah otak atau yang disebut
dengan Pons yang bekerja secara spontan selama tidur REM. Saraf-saraf ini mengatur
pergerakan mata, wajah, keseimbangan dan juga postur tubuh dan serta mereka juga
mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang bertanggung jawab
atas pemprosesan visual dan perilaku selama kita terjaga.



Menurut Teori Aktivasi-Sintesis, sinyal-sinyal yang berasal dari pons tidak memiliki
makna psikologis sendiri. Tapi kortekslah yang kemudian mencoba untuk membuatnya
menjadi bermakna dengan mensintesiskan atau mengintegrasikan sinyal-sinyal ini dengan
pengetahuan dan ingatan-ingatan yang sudah ada untuk menghasilkan interpretasi yang
logis. Ini hanya seperti apa yang dilakukan oleh korteks ketika sinyal-sinyal datang dari
organ indera pada saat kita terjaga. Ketika neuron yang aktif terletak pada bagian yang
mengatur keseimbangan misalnya korteks dapat menghasilkan mimpi tentang jatuh.
Karena sinyal-sinyal dari pons terjadi secara acak, interpretasi dari korteks yaitu mimpi
mungkin terjadi secara tidak logis dan memusingkan. Jadi otak sangat berpengaruh sekali
dalam proses tidur dan mimpi. Karena di dalam otak terdapat pons yang berhubungan
dengan tidur, terjada dan mimpi.saraf ini yang mengatur pergerakan

mata,wajah,keseimbangan dan juga postur tubuh dan mengirimkan pesan kedapa bagian
sensorik maupun motorik yang bertanggungjawab atas pemrosesan visual dan perilaku
selama kita terjaga.
KEBUTUHAN TIDUR


Penelitian tentang kebutuhan tidur dilakukan oleh Hartmann dan kawan-kawan terhadap
dua kelompok yang disebutnya sebagai kelompok long-sleepers dan kelompok shortsleepers.
o Kelompok long-sleepers adalah mereka yang mengaku berfungsi adekuat bila
lama tidurnya lebih dari 9 jam, sedangkan kelompok short-sleepers adalah yang
berfungsi adekuat walaupun tidurnya kurang dari 6 jam setiap malam. Secara fisik
tidak ditemukan perbedaan antara dua kelompok yang diteliti, akan tetapi pada
perekaman EEG ternyata ditemukan perbedaan yang bermakna dalam fase tidurREM, yaitu kelompok short-sleepers rata-rata fase tidur-REM-nya adalah 65
menit, sedangkan kelompok long-sleepers rata-rata 121 menit (dua kali lebih
lama).
o Pada test psikologik kuantitatif ternyata kelompok long-sleepers mempunyai nilai
tinggi yang bermakna pada skala ansietas dan afek yang patologik (menurut
Cornell Index). Sedangkan pada test MMPI (Minnesota Multiphasic Personality
Inventory) kelompok long-sleepers menunjukkan nilai tinggi yang bermakna
dalam skala introversisosial.



Setelah menemukan hasil seperti tersebut di atas, para peneliti melanjutkan penelitiannya
dengan melakukan wawancara psikiatrik yang mendalam. Ternyata diperoleh kesimpulan
bahwa kelompok short-sleepers adalah orang-orang yang efisien, penuh semangat,
ambisius, mempunyai kemampuan adaptasi sosial serta merasa puas dengan
kehidupannya. Mereka relatif bebas psikopatologi. Sedangkan kelompok long sleepers
menunjukkan berbagai psikopatologi ringan seperti depresi ringan, ansietas dan pemalu.
Mereka mengeluh merasa khawatir tentang kehidupannya dan tentang segala sesuatu
sekitar dirinya.



Beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan kebutuhan tidur menyimpulkan bahwa
lama tidur yang dibutuhkan meningkat dalam kondisi-kondisi : perubahan pekerjaan,
peningkatan aktivitas mental, depresi atau perasaan kesal, serta periode yang penuh stres.
Sebaliknya kebutuhan tidur dirasakan mengurang jumlahnya pada keadaan bebas rasa
cemas dan khawatir (misalnya pada psikoterapi yang berhasil). Kebutuhan tidur yang
berkurang ini pun dilaporkan oleh orang-orang yang berhenti dari pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan intelektual serta menimbulkan stres emosional.



Dengan ringkas disimpulkan bahwa lama tidur yang dibutuhkan kurang pada orangorang yang kehidupannya bahagia, cukup sibuk tetapi bebas dan rasa khawatir.

Sedangkan kebutuhan tidur meningkat pada kondisi yang berkaitan dengan kekhawatiran,
konflik, perubahan dalam kehidupan yang memerlukan penataan kembali.


Dari kedua topik penelitian yang telah diuraikan di atas akhirnya dapat ditarik
kesimpulan mengenai fungsi tidur, yaitu: tidur berfungsi memelihara kesegaran fisik,
tidur berfungsi pemulihan setelah mengalami berbagai peristiwa emosional seperti
ansietas, perasaan khawatir, depresi maupun setelah melakukan aktivitas intelektual
TABEL WAKTU TIDUR BERDASARKAN UMUR
Umur dan kondisi
Kebutuhan tidur
0 bulan -1 bulan Masa neonatus
1 bulan - 18 bulan Masa bayi
18 bulan – 3 tahun Masa anak
3 tahun – 6 tahun Masa pra sekolah
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah
12 tahun – 18 tahun Masa remaja
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa muda
40 tahun – 60 tahun Masa paruh baya
60 tahun ke atas Masa dewasa tua

14-18 jam/hari
12-14 jam/hari
11-12 jam/hari
11 jam/hari
10 jam/hari
8,5 jam/hari
7-8jam/hari
7 jam/hari
6 jam/hari

Ibu hamil

8 jam lebih/hari

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR


Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memiliki fungsi perbaikan
dan homeostatik (mengembalikan keseimbangan fungsi - fungsi normal tubuh) serta
penting juga dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal. Sebenarnya tidur tidak
sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak khususnya serebral
korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi yang digunakan untuk
mengingat, menvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu.



Kualitas tidur berkaitan dengan jenis tidur REM dan NREM yang mengandung arti
kemampuan individu untuk dapat tetap tidur dan bangun dengan jumlah tidur REM dan
NREM yang sesuai. Sedangkan yang dimaksud dengan kuantitas tidur adalah
keseluruhan waktu tidur individu. Selain itu kualitas dan kuantitas tidur juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yang dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur
dan memperoleh jumlah tidur sesuai dengan kebutuhannya. Faktor - faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain penyakit, lingkungan, kelelahan,
gaya hidup, tingkat kecemasan, motivasi, dan obat - obatan. Berikut ini beberapa faktor
yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur manusia :
o Penyakit


Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Ada penyakit
tertentu yang bisa membuat kuantitas atau kualitas tidur bertambah,
misalnya : penyakit yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limfa) akan
memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Namun
ada juga penyakit yang membuat kuantitas atau kualitas tidur berkurang,

misalnya : Setiap penyakit yang mengakibatkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik (seperti kesulitan bernafas), atau masalah suasana hati seperti
kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur.


Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi tidak biasa.
Sebagai contoh, posisi yang aneh saat lengan diimobilisasi pada traksi
dapat mengganggu tidur.



Penyakit pernafasan seringkali mempengaruhi tidur. Klien yang
berpenyakit paru kronik seperti emfisema dengan nafas pendek dan
seringkali tidak dapat tidurtanpa dua atau tiga bantal untuk meninggikan
kepala mereka. Asma, bronkhitis, dan rinitis alergi mengubah irama
pernafasan mereka dan hal itu mengganggu tidur. Seorang yang pilek
mengalami kongesti nasal, drainase sinus, dan sakit tenggorokan, yang
mengganggu pernafasan dan kemampuan beristirahat.



Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri
dada yang tiba-tibadan denyut jantung yang tidak teratur. Klien yang
berpenyakit ini seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering dan
perubahan tahapan selama tidur (misalnya sering berpindah dari tahap 3
dan 4 ke tahap tidur 2 yang dangkal). Hipertensi sering menyebabkan
terbangun pada pagi hari dan kelemahan. Hipotoroidisme mengurangi
tidur tahap 4, sebaliknya hipertiroidisme menyebabkan seseorang
membutuhkan waktu banyak untuk tertidur.



Nokturia (berkemih pada malam hari) mengganggu tidur dan siklus tidur.
Kondisi ini umum pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih
atau orang yang memiliki penyakit jantung, diabetes, uretritis atau
penyakit prostat. Setelah seseorang berulangkali terbangun untuk
berkemih, menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit.
Seseorang yang berpenyakit tukak peptik seringkali terbangun pada tengah
malam. Kadar asam lambung mencapai puncak sekitar pukul 1 sampai 3
dini hari, menyebabkan nyeri lambung.

o Faktor lingkungan


faktor lingkungan juga dapat meningkatkan atau menurunkan kualitas dan
kuantitas tidur seseorang. Dimana jika lingkungannya nyaman dan mampu
membuat orang tersebut tertidur, maka lingkungan itu sesuai atau
mendukung kualitas dan kuantitas tidurnya.



Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Contoh, temperatur yang tidak nyaman atau
ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Seiring waktu
individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi
tersebut.

o Gaya hidup


Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu dengan
waktu kerja yang tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai
kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Individu yang sering
berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu
yang tepat. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja
menyebabkan penurunan kualitas kerja. Perubahan lain yang mengganggu
pola tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas
sosial pada larut malam, dan perubahan waktu makan malam.

o Obat-obatan


Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betablocker
dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik
(misalnya: meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan
tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.

o Kelelahan


Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh
tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari
kerja atau aktivitas yang menyenangkan. Aktivitas 2 jam atau lebih
sebelum waktu tidur membuat tubuh berada pada keadaan kelelahan yang
meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan berlebihan yang
dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit
tidur.



Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang

o Stres emosional


Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali
mengarah pada frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan
seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat
menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.



Pada keadaan cemas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis seseorang sehingga mengganggu tidurnya
yaitu berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.

o Stimulan dan alkohol


Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur. Konsumsi alkohol yang berlebihan
dapat mengganggu siklus tidur REM. Pengaruh alkohol yang telah hilang
dapat menyebabkan individu sering kali mengalami mimpi buruk.

o Diet


Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga di malam hari. Penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam
hari.

o Merokok


Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam
hari.