PSIKOLOGI MANUSIA BERPUASA yang benar

PSIKOLOGI MANUSIA BERPUASA

PENDAHULUAN
Puasa merupakan salah satu praktek ibadah agama yang dianjurkan bagi
umatnya, yang didalamnya terdapa beberapa berkah serta ganjaran baik bagi yang
menjalankannya. Bukan hanya dalam praktek keagamaan saja, tetapi banyak juga
para ahli medis meganjurkan beberapa pasiennya untuk melakukan praktek puasa
sebagai salah satu terapinya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa artinya menahan dari sesuatu. Adapun scara istilah
syar’i artinya menahan diri dari makan, minum dan dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa yang disertai sengan niat dari mulai terbitnya fajar shadiq
hingga terbenamnya matahari.1
Berpuasa adalah kegiatan berpantang makanan, dan atau minuman
selama jangka waktu tertentu. Puasa bukanlah penemuan zaman modern,
karena kebiasaan berpuasa sudah dipraktekkan selama berabad-abad dan
menjadi bagian dari agama dan budaya di seluruh dunia selama ribuan tahun.
Dan pada umumnya kegunaan atau fungsi dari puasa itu sendiri adalah untuk
memenuhi kebutuhan metafisik: pembersihan jiwa, penebusan dosa,
pemurnian, atau pelatihan mental. 2

Anjuran berpuasa tidak hanya dinjurkan atau diwajibkan kepada salah
satu agama tertentu. Akan tetapai, banyak dari agama-agama khususnya
agama abrahamic (Yahudi, Kristen dan Islam) menegaskan tentang anjuran
berpuasa. Agama-agama wadh’i pun banyak yang menegaskan tentang ajaran
bepuasa, seperti agama Buddha, Konghuchu, Hindu dan lain-lain.

1
2 http://www.tipsmu-tipsku.com/ 31-10-2013

1

Adapun apabila ditinjau secara psikologis, berpuasa berarti belajar dan
berusaha mengontrol diri dan emosi sebagi control internal seperti marah, nafu
dan lain-lain.
B. Kegiatan Berpuasa di Agama-Agama
Puasa merupakan bagian penting dar setiap ajaran atau praktik
keagamaan. Setiap agama tersebut juga memiliki aturan tertentu dalam
menjalankan praktik keagamaan ini. Beberapa manfaat ataupun contoh dari
praktik berpuasa dalam agama-agama:
1. Agama Wadh’i

a. Jainisme, agama ini memiliki keyakinan bahwasanya jiwa
manusia harus ditebus yaitu dengan cara berpuasa.
b. Hindu, puasa menjadi hal terpenting dalam keagamaan. Penganut
agama Hindu melakukan praktik puasa dengan bertujuan untuk
meltih diri dan mencapai pemurnian batin.
c. Buddha, Siddharta sebagai pendiri agama Buddha menggunakan
puasa sebagai salah satu cara menuju pencerahan, seingga ia
menjadi Budha.
d. Shinto, puasa dalam agama ini berfungsi sebagai pemurnian batin
selama persiapan tindakan kultis.
2. Agama Samawhi
a. Islam, Puasa merupakan bagian penting dalam agama ini. Ibdah
puasa menjadi kewajiban bagi umat Islam terutama di bulan
Ramadhan. Puasa meruoakan bukti pengabdian kepada Allah
SWT,

serta

pengekangan


diri

dan

pengamalan

iman,karenanya ia termasuk kepada rukun Islam.

2

akan

b.

Yahudi, Dalam kalender Yahudi terdapat enam hari puasa yang
dilakukan setiap tahun yakni pada hari Yom Kippur (hari
pendamaian).

c. Kristen, meskipun dalam agama ini puasa bukanlah hal yang
sentral, namaun praktekpasa ini dilakukan untuk mengingat

penderitaan Kristus dengan periode puasa sebelum paskah.
C. Manfaat Berpuasa Secara Psikologis
Berpuasa dapat memurnikan sel-sel didalam tubuh, termasuk sel otak.
Ternyata, pada pada 50 tahun terakhir di russia, terapi berpuasa telah
ditemukan sebagai perawatan terhadap pengidap schizophrenia 3 yang paling
efektif. Dr. Yuri Nikolayev di tahun 1972, seorang direktur di Moscow
Psychiatric institute, melaporkan bahwa penggunaan puasa telah sukses dala
mmenyembuhkan lebih dari 7000 pasien yang menderita berbagai macam
penyakit mental, termasuk schizophrenia.4
Selain itu, puasa juga banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit dengan penemuan-penemuan ilmiah dibidang kedokteran. Karena
dengan berpuasa membuat pasien menjadi menjaga nafsunya dari makanan
atau minuman yang menjadi pantangannya.
Manfaat lainnya dari berpuasa adalah dapat mengendalikan marah. Marah
adalah salah satu potensi emosi pada diri manusi. Jika digunakan untuk
kebaikan, marah akan menjadi sebuah kebaikan. Sebaliknya, kalau digunakan
untuk hal negatif marah pasti akan menjadi keburukan. Jadi, marah itu
bukanlah sesuatu yang terlarang, hanya harus dikendalikan agar tidak
berlebihan dan menimbulkan keburukan.
3 Gangguan mental yang sering ditandai dengan perilaku sosial abnormal dan kegagalan untuk

mengenali apa yang nyata . Gejala umum termasuk keyakinan yang salah , berpikir tidak jelas atau
bingung , halusinasi pendengaran , keterlibatan sosial berkurang dan ekspresi emosional, dan tidak
aktif . Diagnosis didasarkan pada perilaku yang diamati dan pengalaman dilaporkan seseorang.

4 http://ruangpsikologi.com/ (30-8-2010)

3

D. Motivasi Manusia Berpuasa
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya puasa dapat
melatih seseorang untuk menjaga dan mengontrol hawa nafsunya. Dengan
kata lain, manusia berpuasa bukan hanya mengharapkan ridho atau
keberkahan dari Rabbnya melainkan ada beberapa motivaasi lainnya yakni
menjaga kesehatan jasmani maupun rohaninya.
Hak ni disebabkan karena dengan berpuasa manusia diajak untuk selalu
melatih kesabarannya seperti menahan emosi amarahnya. Lain dari pada hal
itu, puasa juga melatih manusia untuk memebersihkan kerohaniannya seperti
tidak boleh memikirkan hal-hal yang buruk. Karena amarah dan rusaknya
rohani menjadi salah satu faktor rusaknya kepribadian manusia baik jasmani
maupun rohani.

E. Pengaruh Berpuasa bagi Psikis Manusia
Dalam kehidupan modern dewasa ini banyak individu secara lahiriyah
tampak sehat, terpenuhi segala macam kebutuhan material. Tetapi apabila
ditelusuri lebih jauh, fakta menunjukan bahwa sebagian besar individu yang
hidup di tengah-tengah masyarakat tersebut menderita penyakit mental yang
cukup parah, sehingga pada stadium berikutnya akan mengerogoti ketahanan
fisik.
Sebuah fakta menunjukkan, lebih dari separoh tempat tidur di semua
rumah sakit di Amerika Serikat terisi oleh pasien-pasien gangguan mental, dan
untuk mereka dikeluarkan dana jutaan dolar pertahunnya.
Ganguan mental dapat berakar dari tidak terpenuhinya kebutuhan psikis
dasar yang berasal dari kekhasan eksistensi manusia yang harus dipuaskan,
tetapi cara memuaskan psikis itu bermacam-macam, dan perbedaan cara
pemuasan kebutuhan tersebut serupa dengan perbedaan tingkat gangguan
mental.
Fromm menyatakan, konsep kesehatan mental mengikuti kondisi dasariah
eksistensi manusia di segala zaman dan kebudayaan. Kesehatan mental
dicirikan oleh kemampuan mencintai dan menciptakan dengan lepas dari
4


ikatan-ikatan inses terhadap klan dan tanah air, dengan rasa identitas yang
berdasarkan pengalaman akan diri sebagai subjek dan pelaku dorongandorongan dirinya dengan menangkap realitas di dalam dan di luar dirinya,
yaitu dengan mengembangkan obyektivitas dan akal budi (Fromm, 1995:74).
Menurut Langgulung (1986:3), bidang kesehatan mental adalah salah satu
bidang yang paling menarik di antara bidang-bidang psikologi, baik di
kalangan ilmuwan maupun orang awam. Sebab, untuk mencapai tingkat yang
sesuai dengan kesehatan mental itulah dambaan setiap individu.
Seiring perkembangan pemikiran dan peradaban manusia, perhatian
manusia terhadap kesehatan mental semakin meningkat, sebab manusia
semakin sadar bahwa kehidupan yang layak adalah manakala seseorang dapat
menikmati hidup ini bersama-sama, berdampingan dengan orang lain.
Kehidupan seseorang yang mengalami gangguan mental, tidak kurang
pedihnya dari penyakit jasmani.
Zakiah Daradjat (1995:78) menuturkan, pelaksanaan agama dalam
kehidupan sehari-hari dapat membentengi seseorang dari gangguan jiwa
(mental) dan dapat pula mengembalikan jiwa bagi orang yang gelisah. Karena
kegelisan dan kecemasan yang tidak berujung pangkal itu, pada umumnya
berakar dari ketidak puasan dan kekecewaan, sedangkan agama dapat
menolong seseorang untuk menerima kekecewaan sementara dengan jalan
memohon ridla Allah dan terbayangkan kebahagian yang akan dirasakan di

kemudian hari.
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka
akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi
kekecewaan dan kesukaran dalam hidup dan sebaliknya. Dan semakin jauh
seseorang dari agama, akan semakin sulit baginya untuk memperoleh
ketentraman hidup.
Dalam Islam cakupan wilayah ibadah sangat luas, misalnya shalat, puasa,
haji, dan lain-lain. Namun tulisan ini hanya membahas pengaruh puasa
terhadap kesehatan mental.

5

Puasa sangat berkaitan dengan ide latihan atau riyadlah (exercise), yaitu
latihan keruhanian, sehingga semakin berat, semakin baik, dan utama, maka
semakin kuat membekas pada jiwa dan raga seseorang yang melakukannya.
Kekhasan ibadah puasa adalah sifatnya yang pribadi atau personal, bahkan
merupakan rahasia antara seseorang manusia dengn Tuhannya. Puasa
merupakan latihan dan ujian kesadaran akan adanya Tuhan Yang Maha Hadir
(ompripresent) dan yang mutlak tidak pernah lengah sedikitpun dalam
pengawasan-Nya terhadap tingkah laku hamba-hamba-Nya. Kesadaran

seseorang akan beradaan Tuhan itu akan menjadikan dirinya senantiasa
mengontrol emosi serta perilakunya, sehinga muncul keseimbangan lahiriyah
dan batiniyah.
Bila ibadah puasa ditelaah dan direnungkan akan banyak sekali ditemukan
hikmah dan manfaat psikologisnya. Misalnya saja, bagi mereka yang senang
berpikir mendalam dan merenungkan kehidupan ini, maka puasa mengandung
falsafah hidup yang luhur dan mantap, dan bagi mereka yang senang mawas
diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka mereka akan
menemukan prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna. Disadari atau tidak
disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa (emosi), cipta (rasio),
karsa (will), karya (performance), bahkan kepada ruh, jika syarat dan
rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas (Bastaman, 1995:181).
Puasa merupakan momentum berharga untuk menghadirkan mental yang
sehat, sebab dalam puasa terkandung latihan-latihan kejiwaan yang harus
dilalui, misalnya berlaku jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala
bersama orang lain mapupun saat sendirian.
Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negaranegara maju, teratama dalam beberapa tahun terakhir ini. Di beberapa negara
pembahasannya telah samapai pada tingkat mencari jalan pencegahan
(preventive) agar orang tidak menderita kegelisahan dan gangguan jiwa.
Meskipun sering digunakan istilah kesehatan mental, namun pengertiannya

masih kabur dan kurang jelas bagi orang awam.
Daradjat (1995:11) memberi definisi kesehatan mental, antara lain:

6

1. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk mnyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia
hidup.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat, dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan
penyakit jiwa.
4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Sedangkan menurut Bastaman (1995: 132) mengutip pendapat Saparinah Sadli,
guru besar Fakultas Psikologi UI tentang kesehatan mental, yaitu:

1. Orientasi klasik. Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai
keluhan tertentu, seperti; ketenangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau
perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau
"rasa tidak sehat" serta mengganggu efesiensi aktivitas sehari-hari.
Orientasi ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.
2. Orientasi penyesuaian diri. Seseorang dianggap sehat secara psikologis,
bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntunan orang lain
serta lingkungan sekitarnya.
3.

Orientasi pengembangan potensi. Seseorang dianggap sehat, bila ia
mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju
kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain serta dirinya sendiri.

7

Dari pelbagai definisi di atas dapat ditarik benang merah, bahwa kesehatan
mental adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang mana ia tidak
mendapatkan gangguan atau penyakit jiwa, sehingga ia mampu menyesuaian diri
dengan dirinya sendiri serta lingkungannya, serta mampu mengembangkan
potensi yang dimiliki secara harmonis dan seimbang.
Adapun gangguan atau penyakit jiwa di masyarakat antara lain:
1. Fobia, yaitu rasa takut yang tidak rasional dan tidak realistis, yang
bersangkutan tahu dan sadar benar akan ketidakrasionalnya dan
ketidakbenarannya, namun ia tidak mampu mencegah dan mengendalikan
diri dari rasa takut itu.
2. Obsesi, yaitu corak pikiran yang sifatnya terpaku (persistent) dan
berulangkali muncul. Yang bersangkutan tahu benar akan kelaianan
pikirannya itu, namun ia tidak mampu mengalihkan pikirannya pada
masalah lain dan tidak mampu mencegah munculnya pikiran itu yang
selalu timbul berulang-ulang.
3. Kompulsi, yaitu suatu pola tindakan atau perbuatan yang diuang-ulang.
Yang bersangkutan tahu benar bahwa perbuatan mengulang-ulang itu tidak
benar dan tidak rasional, namun yang bersangkutan tidak mampu
mencegah perbuatannya sendiri (Hawari, 1995: 253).
Dalam pandangan psikologi Islam, penyakit mental yang biasa berjangkit pada
diri manusia, antara lain:
1. Riya'. Penyakit ini mengandung tipuan, sebab menyatakan sesuatu yang
tidak sebenarnya, orang yang berbuat riya' mengatakan atau melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan hakikat yang sebenarnya.
2. Hasad dan dengki, yaitu suatu sikap yang melahirkan sakit hati apabila
orang lain mendapat kesenangan dan kemuliaan, dan ingin agar
kesenangan dan kemulian itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada
dirinya.

8

3. Rakus, yaitu keinginan yang berlebihan untuk makan.
4. Was-was. Penyakit ini sebagai akibat dari bisikan hati, cita-cita, dan
angan-angan dalam nafsunya dan kelezatan.
5. Berbicara berlebihan. Keinginan berbicara banyak merupakan salah satu
kwalitas manusia yang paling merusak. Hal ini dapat mengahantarkan
kepada pembicaraan yang tidak berguna dan berbohong.

KESIMPULAN
Puasa merupakan salah satu prktik ibadah yang dilakukan dengan cara
menahan segala hawa nafsu dari apa-apa yang dapat merusak puasa itu sendiri.
Puasa bukan hanya digunakan dalam praktik ibadah saja melainkan banyak dari
ahli medis khususnya menganjurkan seseorang untuk berpuasa.
Karena dengan berpuasa manusia dapat selalu melatih drinya dari segala
dampak buruk yang sangat beresiko pada jiwa spiritual dan juga psikologisnya.
Maka dari itu, berpuasa bukan hanya dilakukan untuk mendapatkan ridho tau
barokaha dari Rabbnya melainkan ada beberapa motivasi seseorang untuk
berpuasa salah satunya adalah menjaga diri dari segala penyakit yang datang dari
beberapa hal-hal buruk itu yang dapat berakhir dengan ruaknya mental ataupun
karakter.

9

Dokumen yang terkait

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Asas asas pemerintahan yang baik

0 38 8

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan

5 23 66

Uji Efek Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Kapsul yang Dijual Bebas Selama Tahun 2012 di Kota Padang Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro

0 7 5