Permasalahan Sosial Emosional Pada Anak

Permasalahan Sosial Emosional Pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak
Susilawati
Kaduara Timur, Pragaan, Sumenep
18201501060056
[email protected]
085259660276
Susilawati1
Abstract
Children with emotional social problems at the age of
kindergarten are 4-6 years old who have nonformative behavior
seen from the level of development, or adapt either at the time of
study or in play activities at school or at home. Emotional Social
Problems in kindergarten children become important to know for
three reasons that is seen from the interests of kindergarten
children, attitudes of teachers, parents and playmates. The
formulation of the problem here are: 1) How to Emotional Social
Problems in Children of Kindergarten? 2) What are the factors
causing the occurrence of Emotional Social Problems in Children
of Kindergarten? 3) How are the handling of Emotional Social
Problems in Children of Kindergarten? As for the purpose of

discussion here are 1) To know about Emotional Social Problems in
Childhood Kindergarten, 2) To Know about the factors causing the
occurrence of Emotional Social Problems in Children Kindergarten
and 3) To know about how to deal with problems Social Emotional
to the Kindergarten Child. Emotional social problems that often
occur in early childhood is Maladjustment, Egocentrism, Children
are isolated, Aggressive, Negativism, lack of affection, anxiety,
hypersensitivas, and phobia. Factors causing the emergence of
emotional antisocial attitude, namely Overprotected Parent
Attitude, Detractors, Comparing, and Ridicule Children, and
Authoritarian Parenting. Treatment of children with emotional
social disorders: The opportunity to associate with people of
different ages and different backgrounds, children not only
communicate with understandable words, but can also talk about
understandable and interesting topics for others.
Keywords:Social Emotional Problems, Child Kindergarten.
Abstrak
Anak yang bermasalah Sosial Emosional pada usia TK yang
dimaksud adalah usia 4-6 tahun yang memiliki perilaku
nonformatif dilihat dari tingkat perkembangannya, atau

menyesuaikan diri baik pada waktu belajar maupun dalam
aktivitas bermain di sekolah atau di rumah. Masalah-masalah
1 JurusanTarbiyah IAINMadura Jl. Raya Panglegur KM 04 Pamekasan,
JawaTimur, Indonesia, Email: [email protected].

Susilawati

Sosial Emosional pada anak TK menjadi penting untuk diketahui
karena tiga alasan yaitu dilihat dari kepentingan anak TK, sikap
guru , orangtua dan teman bermainnya. Adapun rumusan
masalah disini yaitu: 1) Bagaimana Permasalahan Sosial
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak? 2) Apa saja faktor
penyebab terjadinya Permasalahan Sosial Emosional pada Anak
Usia
Taman
Kanak-kanak?
3)
Bagaimana
penangananpenanganan Permasalahan Sosial Emosional pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak? Adapun yang menjadi tujuan pembahasan

disini yaitu 1) Untuk mengetahui tentang Permasalahan Sosial
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, 2) Untuk
Mengetahui tentang faktor penyebab terjadinya Permasalahan
Sosial Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak dan 3)
Untuk mengetahui tentang cara penanganan Permasalahan Sosial
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Permasalahan
sosial Emosional yang sering terjadi pada anak usia dini adalah
Maladjustment,
Egosentrisme,
Anak
yang
terisolasi,
Agresif, Negativisme, kekurangan afeksi, cemas, hipersensitivas,
dan fobia. Faktor penyebab timbulnya sikap antisosial emosional,
yaitu
Sikap
Orang
Tua
yang Overprotected,
Pencela,

Membandingkan, dan Mencemooh Anak, dan Pola Asuh Otoriter.
Cara penanganan pada anak yang memiliki gangguan sosial
emosional yaitu Adanya kesempatan untuk bergaul dengan
orang-orang dari berbagai usia serta latar belakang yang
berbeda, anak tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata yang
dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan dengan topik
yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain.
Kata kunci:Permasalahan Sosial Emosional, Anak TK.
Pendahuluan
Anak TK adalah berusia 4-6 tahun. Masa ini disebut juga
masa emas, karena peluang perkembangan anak yang sangat
berharga. Anak yang mengalami masa bahagia terpenuhinya
segala kebutuhan fisik, maupun psikis di awal perkembangannya,
diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan
selanjutnya.2Keadaan lingkungan kehidupan saat ini banyak
berakibat buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial
emosional anak. Ternyata kehidupan yang teramat sibuk,
mengakibatkan timbulnya tekanan-tekanan pada sosial emosional
anak sehingga berdampak pada anak-anak zaman sekarang, yaitu
menjadi lebih mudah kesal dan marah terutama dalam

menanggapi segala sesuatu mengenai dirinya.Kecenderang
perilaku tersebut tidak hanya terjadi di suatu tempat atau suatu
Negara saja, tetapi hampir merata ke seluruh dunia. Dari hasil
survei terhadap para orangtua dan guru di seluruh dunia, ternyata
ditemukan bahwa generasi sekarang lebih banyak memiliki
kesulitan emosi dan sosial daripada generasi sebelumnya.
Generasi sekarang lebih kesepian dan pemurung, lebih
2 Rosmala Dewi, Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak, ( Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2005).hlm.1.

2

Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak

beringasan, kurang memiliki sopan santun, mudah cemas, gugup,
serta lebih implusif.3Berdasarkan penjelasan di atas, adapun
rumusan masalah disini yaitu: 1) Bagaimana Permasalahan Sosial
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak? 2) Apa saja faktor
penyebab terjadinyaPermasalahan Sosial Emosional pada Anak
Usia

Taman
Kanak-kanak?
3)
Bagaimana
penangananpenanganan Permasalahan Sosial Emosional pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak? Adapun yang menjadi tujuan pembahasan
disini yaitu 1) Untuk mengetahui tentang Permasalahan Sosial
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, 2) Untuk
Mengetahui tentang faktor penyebab terjadinya Permasalahan
Sosial Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak dan 3)
Untuk mengetahui tentang cara penanganan Permasalahan Sosial
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak.
Pembahasan
Permasalahan Sosial Emosional pada Anak Usia Taman
Kanak-Kanak
Anak yang bermasalah pada usia TK yang dimaksud adalah
usia 4-6 tahun yang memiliki perilaku nonformatif dilihat dari
tingkat perkembangannya, atau menyesuaikan diri baik pada
waktu belajar maupun dalam aktivitas bermain di sekolah atau di
rumah.

Dwidjo Saputro mengatakan anak bermasalah dapat dilihat
dari: 1) Frekuensi dari perilaku yang menyimpang maksudnya
seberapa banyak tingkah laku yang menibulkan masalah muncul,
misalnya: anak ngambek satu kali dalam waktu dua atau tiga
minggu. Tetapi anak ngambek setiap hari, malah beberapa kali
dalam satu hari maka hal ini pertanda anak bermasalah. 2)
Intensitas, yaitu tingkat kedalaman perilaku yang bermasalah.
Misalnya: rentang perhatian anak berkonsentrasi sangat pendek,
anak mudah beralih perhatian baik dalam belajar maupun
bermain, dengan rentang waktu yang sangat pendek. 3) Usia
yaitu tingkah laku anak yang mencolok yang tidak sesuai dengan
tahap perkembangan anak seusianya. 4) Ukuran norma budaya.
Maksudnya anak dikatakan bermasalah sangat bergantung pada
ukuran budaya setempat dimana subyek berada. 4
Permasalahan Perilaku Sosial
Beberapa permasalahan yang biasa dihadapi oleh anak usia
TK diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama Maladjustment, Individu yang penyesuaian dirinya
buruk disebut maladjustment. Anak yang demikian sering disebut
sebagai anak yang bermasalah. Adapun beberapa ciri yang biasa

muncul pada anak bermasalah diantaranya Menunjukkan
kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan, Sering tampak
depresi dan jarang tersenyum atau bercanda, Suka mencuri
benda-benda kecil walaupun sering dihukum, Sering bertengkar
3 http://paudsb05.blogspot.co.id/2016/11/masalah-perkembangansosial-emosional.html. Diakses tanggal 15 April 2018.
4 Rosmala Dewi, Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak, hlm.40.

3

Susilawati

dengan anak yang lebih kecil, Merasa diperlakukan tidak adil,
Sangat cemas terhadap penampilan diri, Tidak mampu
mengubah tingkah laku yang salah walaupun sering dimarahi
atau dihukum, Suka berbohong, Sering merusak, Membandut
untuk menarik perhatian, Menyalahkan orang lain atau mencari
alasan bila ditegur, dan Suka mengadu untuk mendapat perhatian
orang dewasa.5
Kedua Egosentrisme, Seseorang dikatakan egosentris bila
lebih peduli terhadap dirinya sendiri daripada orang lain. Mereka

lebih banyak berpikir dan bicara mengenai diri sendiri dan aksi
mereka semata-mata untuk kepentingan pribadi. Karena
umumnya begitu anak memasuki dunia sekolah, egosentrisme
sedikit demi sedikit mulai berkurang. Anak ini biasanya menjadi
sok berkuasa, tidak peduli terhadap orang lain, tidak mau bekerja
sama, dan sibuk bicara mengenai diri sendiri.
Ketiga Anak yang Terisolasi, Isolated child merupakan
anak yang terisolasi dari lingkungannya. Ia mengalami masalah
penerimaan sosial. Hal ini dapat terjadi karena sikap dan perilaku
anak yang kurang disukai teman-temannya. Atau anak sendiri
yang tidak suka melakukan interaksi sosial, dan menjalin
hubungan pertemanan.6
Keempat Agresif, Agresif merupakan tingkah laku
menyerang baik secara fisik maupun verbal atau baru berupa
ancaman yang disebabkan adanya rasa permusuhan. Tingkah
laku ini sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi,
misalnya karena dilarang melakukan sesuatu. Agresi juga sering
timbul karena tingkah laku agresif yang sebelumnya mengalami
penguatan. Hal ini terjadi karena ada beberapa keluarga dimana
anak agresif justru dihargai. Selain itu tingkah laku orang tua

sering dicontoh oleh anak. Biasanya tingkah laku yang muncul
pada anak dapat marah secara verbal maupun menyerang,
temper tantrum, dan merusak.
Kelima Negativisme, Negativisme adalah perlawanan
terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu.
Perilaku ini biasanya dimulai pada anak usia dua tahun dan
mencapai puncaknya antara usia tiga sampai enam tahun.
Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, namun secara
bertahap berubah menjadi penolakan secara lisan untuk menuruti
perintah. Masa ini biasa juga disebut sebagai masa “berkata
tidak” karena hampir semua permintaan dijawab anak dengan
berkata “tidak”.
Keenam
Pertengkaran,
Pertengkaran
merupakan
perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan. Perilaku ini
umumnya dimulai apabila seseorang melakukan penyerangan
terhadap orang lain yang tidak beralasan.
Ketujuh Mengejek dan Menggertak, Mengejek merupakan

serangan secara lisan terhadap orang lain, sedangkan
menggertak merupakan serangan yang bersifat fisik. Dengan dua
5 http://paudsb05.blogspot.co.id/2016/11/masalah-perkembangansosial-emosional.html. Diakses tanggal 15 April 2018.
6 Ibid.

4

Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak

perilaku ini si penyerang melampiaskan dendamnya dan
menyaksikan ketidak enakan korban akibat perilakunya.
kedelapan Prasangka, prasangka ini terbentuk pada masa
kanak-kanak tatkala anak melihat adanya perbedaan sikap dan
penampilan di antara mereka, dan perbedaan ini dianggap
sebagai tanda kerendahan. Pada perkembangan selanjutnya
prasangka muncul karena individu tidak berpikir positif terhadap
kejadian yang dialaminya.7
Kesembilan
Ketidakpatuhan,
ketidakpatuhan
dapat
diartikan sebagai sikap tidak taat dan tidak menurut pada
oranglain, dalam hal ini pada orangtua atau pendidik PAUD.
Sementara kepatuhan berarti sikap mau melakukan apa yang
diminta oleh oranglain.8
Kesepuluh Temper Tantrum, Kata temper berasal dari
bahasa Inggris yang berarti tendency to be angry atau mudah
marah, sedangkan tantrum berarti marah, jadi secara bahasa
temper trantrum dapat diartikan dengan perilaku mudah marah.
Sementara secara istilah temper tantrum berarti perilaku mudah
marah dengan kadar marah yang berlebihan.9
Permasalahan Emosi pada Anak Usia Dini
Dalam perkembangannya, kita akan menemukan berbagai
macam permasalahan emosi yang muncul di sekeliling kita.
Banyak faktor yang menentukan munculnya permasalahan emosi
pada anak yang paling utama adalah peranan keluarga.
Pada dasarnya fondasi emosi yang sehat dibangun atas
dasar penerimaan dan penghargaan terhadap dirinya. Perwujudan
dari perasaan ini, yang paling awal adalah anak dapat merasakan
kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Jika anak kehilangan
perasaan ini maka sulit ia akan memiliki emosi yang sehat.
Menurut Nugraha berikut adalah jenis-jenis permasalahan emosi
yang sering terjadi pada anak usia dini:
Pertama Kekurangan Afeksi, Afeksi dapat meliputi
perasaan kasih sayang, rasa kehangatan, dan persahabatan yang
ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan
untuk memberi dan menerima afeksi. Gangguan yang ditimbulkan
akibat dari kekurangan afeksi dapat berupa: 1) Perkembangan
fisik yang terlambat, dapat menyebabkan anak depresi. 2) Gagap
atau mengalami gangguan bicara. 3) Sulit konsentrasi dan mudah
teralih perhatiannya. 4) Sulit mempelajari bagaimana membina
hubungan dengan orang lain. 5) Mereka sering kali tampak agresif
dan nakal. 6) Kurangnya minat terhadap orang lain, menarik diri,
egois, dan penuntut. 7) Pada taraf berat dapat menyebabkan
gangguan jiwa. Kurangnya afeksi memang dapat mengganggu.
Akan tetapi, bukan berarti afeksi yang berlebihan akan lebih baik.
Individu yang terlalu banyak mendapat afeksi pun akan kesulitan
Ibid.
Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan
Sosial dan Emosi Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014).hlm.56-57.
9 Ibid.hlm.61.
7
8

5

Susilawati

dalam penyesuaian diri. Karena pelimpahan afeksi yang
berlebihan justru menghalangi anak belajar mengekspresikan
afeksi kepada orang lain.
Kedua Anxiety (Cemas), Anxietas atau cemas adalah rasa
takut pada sesuatu tanpa sebab yang jelas, yang sering kali
berlangsung lama. Biasanya rasa takut ini juga dibarengi oleh
kegelisahan dan dugaan-dugaan akan terjadinya hal-hal buruk,
seperti kematian, kecelakaan dan sebagainya. Pada anak, rasa
cemas biasanya terjadi saat ia berusia sekitar 3 tahun, bentuknya
bisa berupa cemas kehilangan kasih sayang orang tua, cemas
akan mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda
dengan orang lain, atau mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan. Sumber-sumber yang menimbulkan rasa tidak
aman pada anak, yaitu 1) Orang tua yang terlalu menuntut
kesempurnaan atas prestasi anak. 2) Tidak adanya batasan atau
aturan yang jelas dari orang tua, mana yang boleh dan tidak
boleh, mana yang buruk dan yag baik. 3) Kritik yang berlebihan
dari orang tua atau orang dewasa lain dan kelompok sebaya. 4)
Frustasi yang terus-menerus. Terlalu sering mengalami frustasi
dapat menyebabkan kemarahan dan kecemasan.
Ketiga Hipersensitivas, Hipersensitivas adalah kepekaan
emosional yang berlebihan dan cukup sering dijumpai pada anakanak. Anak dikatakan hipersensitif bila ia mudah sekali merasa
sakit hati dan menunjukkan respons yang berlebihan terhadap
sikap dan perhatian orang lain. Anak yang hipersensitif tidak bisa
menerima penilaian, komentar, dan kritik orang lain tanpa rasa
sakit hati. Penyebab tumbuhnya sikap hipersensitif diantaranya
karena merasa kurang dan tidak sama dengan orang lain. Anak
merasa dirinya tidak sepandai, semenarik atau sepopuler anakanak lain.
Keempat Fobia, Fobia adalah perasaan takut yang irasional
terhadap suatu objek yang sebenarnya tidak berbahaya atau
tidak menyeramkan. Jadi, tidak ada sumber bahaya yang
mengancam secara nyata. Fobia terdiri dari aspek emosi dan
tingkah laku. Jadi, penderita fobia biasanya merasakan takut yang
amat sangat terhadap suatu objek, kemudian menjerit, lalu
berlari, mengunci diri di kamar, atau menampilkan tingkah laku
ketakutan.10
Kelima Pemalu, Pemalu berasal dari kata malu yang berarti
merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah dan sebagainya),
karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar berbeda
dengan kebiasaan, dan mempunyai cacat atau kekurangan),
segan melakukan sesuatu karena agak takut, dan kurang senang.
Sementara pemalu berarti orang yang mudah merasa. 11
Faktor Penyebab Terbentuknya Permasalahan
Emosional pada Anak Usia Taman Kanak-kanak
Permasalahan Sosial

Sosial

10 http://paudsb05.blogspot.co.id/2016/11/masalah-perkembangansosial-emosional.html. Diakses tanggal 15 April 2018.
11Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan, hlm.80-81.

6

Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak

Beberapa faktor penyebab timbulnya sikap antisosial, antara
lain sebagai:
1. Sikap
Orang
Tua
yang Overprotected,
Orang
tua
yang overprotected akan membatasi ruang gerak anak
sehingga anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan sosialisasi secara sehat dalam lingkungannya.
2. Sikap Orang Tua yang Pencela, Membandingkan, dan
Mencemooh, orang tua bersikap buruk terhadapnya maka anak
pun akan meniru dan melakukan hal yang sama. Sikap orang
tua yang pencela, membandingkan, dan mencemooh anak
mencerminkan sikap penolakan terhadap keberadaan anak apa
adanya.
3. Sempitnya Kesempatan Bergaul dengan Anak Lain, Lingkungan
memiliki potensi yang sangat kaya dalam memberikan
pengalaman sosial pada anak. Mulai dari pengalaman yang
positif maupun pengalaman yang buruk. Jika anak tidak
memiliki kesempatan bergaul yang cukup maka ia tidak
memiliki kesempatan untuk mempelajari respons lingkungan
terhadap perilakunya ataupun melakukan penyesuaian sosial.
4. Pola Asuh Otoriter, cenderung memicu perilaku antisosial pada
anak, seperti tumbuhnya sikap pemberontak, agresif, sikap sok
kuasa, dan lain sebagainya. Sikap yang keras serta penerapan
disiplin yang tidak dijelaskan pada anak, hanya akan
menimbulkan perilaku yang salah asuh.
5. Lingkungan yang Buruk, Secara umum anak melakukan proses
imitasi terhadap lingkungannya, tanpa mengenal lebih jauh
apakah lingkungan itu baik atau buruk. Jika lingkungan dapat
menonjolkan perilaku terpuji maka anak pun dapat mempelajari
penyerapan dan mengaplikasikan perilaku yang luhur tadi.
Sebaliknya jika lingkungan tersebut kurang baik maka anak
tetap akan menjadikannya sebagai objek imitasi.
Permasalahan Emosi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan permasalahan
emosi adalah sebagai berikut: 1) Latar belakang keluarga yang
kasar, di mana kebiasaan kehidupan dalam keluarga ini selalu
menggunakan cara-cara kasar dalam menyelesaikan masalahnya,
seperti menendang, mencaci, memukul, berkelahi, dan lain
sebagainya. 2) Perasaan tertolak secara fisik ataupun emosional
oleh pihak orang tua. Anak yang tidak diinginkan biasanya
merasakan seperti ini. 3) Orang dewasa yang belum dewasa dan
memiliki kematangan yang cukup untuk melakukan pengasuhan
anak. 4) Kehilangan terlalu dini untuk merasakan kedekatan
dengan orang yang disayangi. Misalnya perceraian orang tua atau
yatim piatu sejak kecil dan tidak memiliki orang tua pengganti
yang mengasihinya. 5) Orang tua yang tidak mampu mencintai
anaknya, disebabkan mereka pun tidak pernah merasakan kasih
sayang. 6) Perasaan cemburu yang berlebihan dan tidak ditangani
dengan baik, tatkala ia mendapatkan adik baru dan merasa
kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. 7)
7

Susilawati

Situasi baru di mana anak belum siap dalam menghadapi dan
tidak menemukan pasangan yang cocok untuk menemaninya. 8)
Mendapat gertakan, gangguan, dan ketidakramahan dari anak
yang lain. 9) Cacat fisik atau memiliki postur tubuh yang berbeda
dengan anak lain di mana hal ini jika tidak ditangani dengan baik
dapat menjadi gangguan emosional.12
Penanganan-Penanganan Permasalahan Sosial Emosional
Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Cara penanganan pada anak yang memiliki gangguan sosial,
diantaranya: 1) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orangorang dari berbagai usia serta latar belakang yang berbeda. Anak
tidak mungkin bisa belajar bergaul bila lebih banyak
menghabiskan waktunya sendiri. Semakin banyak dan bervariasi
dengan lingkungan bergaulnya, semakin banyak hal-hal yang bisa
dipelajari anak sebagai bekal keterampilan dalam bersosialisasi
dengan lingkungannya. 2) Anak tidak hanya berkomunikasi
dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi juga dapat
membicarakan dengan topik yang dapat dimengerti dan menarik
bagi orang lain. 3) Anak punya motivasi untuk bergaul. Motivasi
ini tergantung seberapa besar perolehan kepuasaan anak melalui
aktivitas sosialnya. Apabila anak mendapat cukup banyak
kesenangan, penerimaan, dan pengalaman yang mengasyikkan
dari lingkungannya, motivasi atau keinginannya untuk meluaskan
wawasan, jaringan pergaulannya semakin luas. Namun,
sebaliknya kalau ia lebih banyak mendapat kekecewaan,
motivasinya untuk bergaul pun semakin berkurang. 4) Adanya
bimbingan. Metode yang paling efektif untuk dapat belajar
bergaul dengan baik adalah lewat bimbingan dan pengajaran dari
orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik oleh anak.
Anak memang bisa saja belajar bergaul sendiri lewat trial and
error (coba-coba) atau meniru ingkah laku orang lain, namun akan
lebih efektif bila yang menjadi model adalah orang tua.
Adapun upaya yang dapat dilakukan guru ataupun orang tua
untuk menangani gangguan emosional, diantaranya dapat
melakukan hal-hal berikut : 1) Menentramkannya, anak pencemas
butuh ditentramkan oleh orang dewasa yang tenang. Oleh karena
itu, orang tua harus tetap tenang bila anak gelisah, rewel,
menangis, pucat atau panik. 2) Mencoba untuk mengalihkan
perhatian anak dari hal-hal atau bayangan-bayangan yang
membuatnya cemas. 3) Tidak mendesak anak untuk memberikan
penjelasan. Desakan orang tua sering kali membuat anak merasa
tidak dimengerti. 4) Ajaklah anak untuk melakukan relaksasi.
Dengan menarik napas dalam, menghembuskan napas secara
perlahan sambil berkata “Tenang” atau “Semua akan beres” anak
telah melakukan relaksasi termudah. 5) Melakukan hal-hal yang
menenangkan, seperti mendengarkan musik, menggambar, atau
membaca. 6) Membiasakan anak mengekspresikan perasaannya
melalui permainan atau cerita. 7) Orang tua hendaknya
12 http://paudsb05.blogspot.co.id/2016/11/masalah-perkembangansosial-emosional.html. Diakses tanggal 15 April 2018.

8

Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak

menguatkan diri dalam menghadapi lingkungan sosial yang
memang penuh dengan beragam sifat manusia. 9) Dalam
proporsi yang wajar anak perlu diperkenalkan apa kritik. Namun,
harus diingat sebaiknya orang tua atau guru tidak mengkritik
anak dengan cara merendah-rendahkan dirinya, tetapi bangkitkan
semangatnya untuk memperbaiki diri. 10) Orang tua dan para
pendidik
lainnya
hendaknya
mengajarkan
anak
untuk
memandang dirinya secara proporsional. Tidak melebih-lebihkan
segi positifnya, tidak juga menyepelekan kekurangannya. 11)
Selain itu orang tua dan guru sebaiknya mengajarkan
keterampilan untuk mengatasi masalah pada anak. 13
Kesimpulan
Anak yang bermasalah pada usia TK yang dimaksud adalah
usia 4-6 tahun yang memiliki perilaku nonformatif dilihat dari
tingkat perkembangannya, atau menyesuaikan diri baik pada
waktu belajar maupun dalam aktivitas bermain di sekolah atau di
rumah. Anak bermasalah dapat dilihat dari frekuensi dari perilaku
yang menyimpang, Intensitas, Usia yaitu tingkah laku anak yang
mencolok yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak
seusianya dan Ukuran norma budaya. Permasalahan sosial yang
sering terjadi pada anak usia dini adalah Maladjustment,
Egosentrisme, Anak yang terisolasi, Agresif, Negativisme, dan lain
sebagainya. Sedangkan Permasalahan emosional yang sering
terjadi pada anak usia dini adalah kekurangan afeksi,
cemas, hipersensitivas, dan fobia.
Faktor penyebab timbulnya sikap antisosial emosional, yaitu
Sikap Orang Tua yang Overprotected, Sikap Orang Tua yang
Pencela, Membandingkan, dan Mencemooh Anak, Pola Asuh
Otoriter, Lingkungan yang Buruk, Latar belakang keluarga yang
kasar, Perasaan tertolak secara fisik ataupun emosional oleh
pihak orang tua, dan sebagainya.
Cara penanganan pada anak yang memiliki gangguan sosial
emosional yaitu Adanya kesempatan untuk bergaul dengan
orang-orang dari berbagai usia serta latar belakang yang
berbeda, anak tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata yang
dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan dengan topik
yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain, anak punya
motivasi untuk bergaul, adanya bimbingan, menentramkan,
membiasakan anak mengekspresikan perasaannya melalui
permainan atau cerita, Orang tua hendaknya menguatkan diri
dalam menghadapi lingkungan sosial yang memang penuh
dengan beragam sifat manusia, anak perlu diperkenalkan apa
kritik. Namun, harus diingat sebaiknya orang tua atau guru tidak
mengkritik anak dengan cara merendah-rendahkan dirinya, tetapi
bangkitkan semangatnya untuk memperbaiki diri, selain itu orang
tua dan guru sebaiknya mengajarkan keterampilan untuk
mengatasi masalah pada anak.

13 Ibid.

9

Susilawati

DaftarPustaka
Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanakkanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Wiyani, Novan Ardy. 2014. Mengelola dan Mengembangkan
Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: ArRuzz Media.
http://paudsb05.blogspot.co.id/2016/11/masalah-perkembangansosial-emosional.html.

10

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65