Warisan Memori Dunia di kabupaten

PERANAN INSTITUSI PENJAGA MEMORI MENUJU MASYARAKAT LITERASI INFORMASI
Oleh: AGUS BUCHORI, A.Md.
STAF BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN LAMONGAN
Memori dalam benak kita adalah kenangan masa lalu (sejarah) yang selalu
akan dipakai untuk menghadapai persoalan maupun untuk sarana pengambilan
keputusan masa yang akan datang. Ada anggapa bahwa orang yang ang tidak bisa
mengambil pelajaran dari masa lalu berarti hidupnya tak lebih hanya makan dan tidur .
Bahkan ungkapan Proklamator Jasmerah

” jangan sekali kali melupakan sejarah”

masih sering dikutip oleh para cendekiawan untuk mengingatkan pentingnya sejarah
untuk menghadapi masa yang akan datang.
Bahkan saai ini United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) , oragnisasi PBB yang bergerak dibidang Pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan sudah mencanangkan proyek pengamanan Warisan
Dokumentasi Dunia yang

yang dicanangkan dalam program MEMORY OF THE

WORLD. Dalam pandangan Unesco memori dunia adalah dokumentasi yang tersimpan

di perpustakaan, kearsipan, dan museum di seluruh dunia. Dan itu merupakan warisan
dunia yang harus dilindungi keberadaannya.
Perpustakaan, kearsipan dan museum adalah tiga institusi penting dalam
menjaga memori dunia tersebut, untuk itu keberadaannya menjadi strategis dalam
menyediakan informasi bagi penggunanya. Mengapa demikian, karena ketiga intitusi
tadi menyimpan rekaman baik tertulis, tercetak dan terekam sehingga memudahkan
orang untuk mengingat kembali masa lalunya karena kalau hanya mengandalkan
ingatan personal saja banyak keterbatasannya. Dengan tersimpan di ketiga institusi
tersebut maka memori tersebut menjadi memori kolektif yang bisa dimanfaatkan oleh
banyak orang.
Berkaitan dengan literasi, yang bagi sebagian atau banyak orang hanyalah
istilah melek huruf dan angka yang sebenarnya istilah literasi ini sudah berkembang
jauh pengertiannya. Literasi adalah bagaimana kemampuan sesorang mencari,
menggunakan dan menyimpan informasi yang dipakai untuk memberdayakan

eksistensinya dalam bermasyarakat. Melihat pengertian literasi tersebut maka peranan
Perpustakaan, kearsipan dan museum untuk memberikan informasi agar tercipta
masyarakat yang terliterasi menjadi begitu strategis. Ketiga institusi tadi adalah sarana
orang untuk menemukan informasi dan oleh karena itu koleksi yang dimilikinya harus
mudah


diakses

dan

lengkap

sehingga

kebiasaan

masyarakat

untuk

selalu

bersinggungan dengan informasi terjadi. Dengan terbiasa maka sesorang akan mudah
menemukan di mana, kemana, pada siapa dan kapan ia harus mencari informasi yang
dibutuhkannya.

Untuk menciptakan masyarakat literasi tanpa memaksimalkan peranan ketiga
institusi diatas akan sangat tidak mungkin dilaksanakan. Walaupun dunia Cyber sudah
begitu pesat perkembangannya namun itu hanyalah sarana untuk memjembatani
informasi bukan informasi itu sendiri. Oleh karena itu ketiga institusi tersebut harus
mulai memanfaatkani kemajuan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyajikan
informasi ke khalayak.
Sekali lagi di era millenium ini bahwa baca, tulis, dan hitung sudah bukan
zamanya lagi, tapi bagaimana kita memperoleh, dan mengolah informasi yang dapat
dipakai

seseorang dalam upayanya memberdayakan dirinya

untuk mengatasi

persoalannya adalah yang utama.
Last but not least, peranan institusi penjaga memori dalam menyajikan informasi
yang mudah, cepat, murah, dan lengkap harus menjadi prioritas utama agar bisa turut
berpartisipasi menciptakan

masyarakat literasi. Dan tentunya ini harus mendapat


dukungan dari setiap elemen baik pemerintah maupun swasta. Salam literasi.
DAFTAR BACAAN
1. Edmonson, Ray. Memory Of The World: General Guidelines. Paris; Unesco,
2002.
2. Horton Jr, Forest Woody . Understading Information Literacy: A Primer.
Paris: Unesco, 2007.
3.