Mahasiswa dan Aksi dan (1)

MAKALAH
“Mahasiswa dan Aksi”

Tema :
“Aktualisasi Pancasila sebagai Paradigma
Kehidupan Bangsa Indonesia di Lingkungan
Kampus”
Nama Anggota Kelompok 7 :
1. Dimas Prasetyo

6101414020

2. Iftitah Anggraeni

7101414134

3. Rizma Nhazzla
4. Ajie Katon Suryo

7311414212
7311414213


5. Muhammad Mustain 8111414243

Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila
Universitas Negeri Semarang

Kata Pengantar

Puji syukur atas rahmat yang Allah SWT anugerahkan kepada kita
sehingga kesehatan badan, iman dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui
rahmat-Nya. Anugerah itu pula yang membuat Kelompok 7 dapat menyusun
makalah dari Tema “Aktualisasi Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Bangsa
Indonesia di Lingkungan Kampus” dengan mengangkat judul “Mahasiswa dan
Aksi”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam
memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam menciptakan suatu perubahan lebih baik bagi Indonesia.

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah mendukung penyusunan
makalah ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Allah
SWT dan dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya.

Semarang, 1 Desember 2014

Kelompok 7
Tim Pemakalah

2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa yang pembentukannya berasal dari kata “Maha” dan “Siswa”
atau sebagai pengertian dari pelajar yang tertinggi levelnya. Sebagai kaum yang
dianggap terpelajar dan memiliki intelektual tinggi sudah menjadi wajar jika
seorang


mahasiswa

sadar

akan

peran

dan

fungsinya

bagi

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Negara Republik Indonesia didirikan dengan maksud untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, telah pula bersepakat
membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan
Republik

Indonesia

sebagai

Negara

Hukum

yang

bersifat

demokratis


(democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional
(constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan,
tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi.
Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam corak dan dimensinya.
Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula masalahmasalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa depan
kita.
Dalam sejarahnya, mahasiswa telah menunjukan peran dan eksistensinya
dalam gerakan baik itu dalam memperjuangkan kemerdekaan maupun gerakan
pasca kemerdekaan. Peran mahasiswa inilah yang diharapkan akan tetap
berlangsung guna mewujudkan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3

B. Rumusan
Dari latar belakang tersebut, dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah
yang bisa dibahas, yakni:
1.

Apa itu Tri Darma Perguruan Tinggi dan kaitannya dengan mahasiswa?


2.

Apa itu tradisi kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan
otonomi keilmuan?

3.

Bagaimana peran mahasiswa dalam pembangunan bangsa?

4.

Bagaimana sejarah Pergerakan Mahasiswa?

5.

Apa itu Aksi dan kaitannya dengan mahasiswa?

C. Tujuan
Pembuatan makalah dengan judul “Mahasiswa dan Aksi” ini bertujuan
untuk:

1.

Agar mahasiswa lebih memahami tentang Tri Darma Perguruan Tinggi.

2.

Agar mahasiswa lebih memahami tradisi kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.

3.

Agar mahasiswa lebih memahami peran pentingnya dalam pembangunan
bangsa.

4.

Agar mahasiswa mengetahui sejarah pergerakan mahasiswa dahulu.

5.


Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu aksi dalam
pembangunan bangsa.

D. Manfaat
Dengan adanya pembuatan makalah ini ada manfaat-manfaat yang dapat
diperoleh, yaitu:
1.

Mahasiswa paham tentang Tri Darma Perguruan Tinggi.

2.

Mahasiswa paham akan tradisi kebebasan akademik, kebebasan mimbar
akademik, dan otonomi keilmuan.

4

3.

Mahasiswa paham akan peran pentingnya dalam pembangunan bangsa.


4.

Mahasiswa tahu tentang sejarah pergerakan mahasiswa dahulu.

5.

Mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu aksi dalam pembangunan
bangsa.

6.

Saling mengingatkan akan betapa pentingnya pergerakan mahasiswa dalam
pembangunan bangsa.

5

PEMBAHASAN

A. Tri Darma Perguruan Tinggi


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi
sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan
pengabdian kepada masyarakat. Tiga bahasan pokok itu yang menjadi tujuan dari
adanya penyelenggaraan Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab seluruh
civitas akademika Perguruan Tinggi baik itu jajaran birokrasi dari Perguruan
Tinggi, dosen maupun mahasiswa sebagai peserta didik di pendidikan tinggi.
Saat

ini

kesadaran

mahasiswa

akan


tanggung

jawabnya

dalam

menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi semakin menurun, banyak mahasiswa
yang lebih mementingkan egoisme pribadi, tidak peka akan lingkungannya,
bersikap anarkisme, bahkan mahasiswa hidup tanpa ideology pribadi Bangsa
Indonesia yakni ideology Pancasila.
Ideology Pancasila haruslah ada dan melekat pada tiap-tiap mahasiswa
dalam menjalankan tujuan dari pendidikan tinggi yang tengah ditempuh dan
dalam perannya dalam pembangunan bangsa. Tri Darma Perguruan Tinggi sebagai
salah satu pondasi dan dasar tanggung jawab yang dipanggul mahasiswa harus
dikembangkan secara simultan dan bersama-sama.
1.

Pendidikan Tinggi
Pendidikan dan mahasiswa merupakan satu kesatuan yang selalu terkait.

Sebagai kaum intelektual, kualitas diri dalam hal pendidikan harus terus

6

ditingkatkan supaya mutu bangsa Indonesia juga bertambah berdasarkan ilmu
yang dipelajari selama jenjang pendidikan didunia kampus.
Undang – undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari pengertian pendidikan diatas maka proses pembelajaran yang ada di
perguruan tinggi memiliki peranan penting untuk mencipkan bibit – bibit unggul.
Pendidikan dan pengajaran yang baik akan menghasilkan bibit unggul dari suatu
perguruan tinggi yang akan mampu membawa bangsa Indonesia kearah bangsa
yang lebih maju. Lulusan-lulusan yang berkualitas dari perguruan tinggi akan
menjadi penerus bangsa yang membawa Indonesia kearah yang lebih maju. Sesuai
dengan pembukaan Undang -Udang Dasar 1945 yang berbunyi, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi pokok dan
sumber utama dalam mencapai tujuan dari perguruan tinggi.
Dengan pendidikan, mahasiswa punya dasar berpikir yang benar dalam
memutuskan berbagai hal didunia kampus maupun pasca kampus. Pola berpikir
yang benar umumnya diperoleh selama menempuh masa pendidikan melalui
berbagai proses belajar mengajar dan pengalaman peribadi. Pendidikan yang
ditempuh sesuai dengan pilihan program studi yang disediakan oleh setiap
universitas

dimana

nantinya

akan

menjadi

fokus

mahasiswa

dalam

mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuannya.
2.

Penelitian Ilmiah
Chairuddin P. Lubis menjelaskan bahwa penelitian merupakan kegiatan

dalam menghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep, meteodologi, model atau
informasi baru yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

7

Dengan berbekalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan, maka
penelitian bisa dilakukan dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sedia ada.
Ilmu yang dikuasai melalui proses pendidikan di perguruan tinggi harus
diimplementasikan dan diterapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti
melalui penelitian. Penelitian mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri
mahasiswa itu sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan
pperadaban dan kepentingan bangsa kita dalam menyejahterakan bangsa. Selain
pengembangan diri secara ilmiah dan akademis.
Mahasiswa pun harus senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya
dalam hal softskill dan kedewasaan diri dalam menyelesaikan segala masalah
yang ada. Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir yang kritis terhadap
segala fenomena yang ada dan mengkajinya secara keilmuan. Dengan melakukan
penelitian, mahasiswa punya peran langsung dalam menyelesaikan berbagai
fenomena permasalahan ilmiah sesuai dengan keilmuan yang digelutinya.
Penelitian menjadi faktor penting untuk dalam mempercepat perkembangan ilmu
pengetahuan dasar maupun terapan yang manfaatnya bisa dirasakan langsung
maupun pada masa depan.
3.

Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendidikan dan penelitian yang dilakukan mahasiswa tidak akan memiliki

guna yang signifikan apabila tidak diterapkan kepada masyarakat secara langsung.
Dalam hal ini, masyarakat adalah komponen penting yang harus tersentuh oleh
pendidikan dan penelitian yang dilakukan berbagai perguruan tinggi. Penelitianpenelitian yang berkembang diperguruan tinggi seharusnya mempunyai manfaat
yang konkrit dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat secara umum.
Pada dasarnya, pengabdian masyarakat bertujuan membantu masyarakat
agar mau dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan kata lain,
pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa melalui berbagai aktivitasnya

8

harus mampu menghasilkan output berupa masyarakat yang lebih mandiri dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Sekarang ini berbagai organisasi
mahasiswa disetiap perguruan tinggi sudah sangat aktif melakukan berbagai
aktivitas pengabdian masyarakat seperti bina desa, pelatihan dan penyuluhan
masyarakat desa, bimbingan belajar kepada anak-anak, dan berbagai aktivitas
lainnya.
Dengan penyelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi keluaran yang
diharapkan dari kegiatan tersebut adalah:
a. Pendidikan Tinggi
Lulusan perguruan tinggi, serta peningkatan produktivitas masyarakat
karena terlibatnya lulusan dalam proses produksi.
b. Penelitian
Pengetahuan, ilmu dan teknologi baru, serta nilai tambah (dalam arti luas)
yang terjadi karena penyebarluasan hasil penelitian.
c. Pengabdian kepada masyarakat
Pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di masyarakat serta
peningkatan kepercayaan dan kehendak masyarakat untuk melibatkan
perguruan tinggi dalam masalah pembangunannya.
(Soegito,2013:177-178)
Ketiga pokok bahasan di atas sangat erat hubungannya, karena penelitian
harus menjunjung tinggi kedua darma yang lain. Penelitian diperlukan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat
melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan
melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil
pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui pengabdian pada
masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Mahasiswa yang dalam pengertiannya telah dijelaskan sebelumnya
memiliki beberapa karakteristik yakni:

9

1. Mahasiswa adalah pribadi yang baru terlibat dalam proses untuk menjadi
ilmuwan. Mereka baru “belajar dalam proses” untuk menguasai metode
ilmu (epistemology) guna mencapai tujuan kebenaran ilmu.
2. Mahasiswa adalah pribadi yang “baru belajar dalam proses” untuk menjadi
ilmuwan.

Mereka baru belajar untuk menguasai teori-teori ilmu

pengetahuan dan belum tahu secara lengkap.
3. Mahasiswa adalah pribadi yang baru terlihat dalam “proses untuk menjadi
ilmuwan”. Mereka belum bisa melakukan pembuktian dengan metode yang
tepat.
Dari ketiga bentuk kelemahan mahasiswa tersebut Suria Sumantri (Suria,
1986:27) menyebut mahasiswa sebagai setengah ilmuwan dimana mereka belum
memiliki kewibawaan penuh pemegang otorita dalam kegiatan keilmuwan yang
masih harus dibimbing oleh dosen.

B. Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, dan Otonomi
Keilmuan

1.

Kebebasan Akademik
Menurut PP No. 60 Tahun 1999, kebebasan akademik merupakan

kebebasan yang dimiliki oleh anggota sivitas akademika untuk melaksanakan
kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi secara bertanggungjawab dan mandiri. Menurut Arthur Lovejoy
yang dikutip oleh Haryasetyaka (2004), kebebasan akademik adalah kebebasan
seseorang atau seorang peneliti di lembaga i1mu pengetahuan untuk mengkaji
persoalan serta mengutarakan kesimpulannya baik melalui penerbitan atau
perkuliahan tanpa campur tangan dari penguasa politik atau keagamaan atau

10

lembaga yang mempekerjakannya kecuali apabila metode yang digunakannya
tidak memadai atau bertentangan dengan etika professional atau lembaga yang
berwenang dalam bidang keilmuannya. Menurut Nymeyer (1956) kebebasan
akademik adalah kebebasan anggota fakultas untuk mengajar pada suatu sekolah
dengan pikirannya sendiri dan mempromosikan spekulasi dan kesimpulan yang
dibuat secara independen atau bebas dari apa yang mungkin dikehendaki institusi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebebasan akademik
dilaksanakan olch lembaga ilmu pengetahuan. Jika kedua definisi tersebut
digabung maka lembaga pelaksana kebebasan akademik adalah Perguruan Tinggi.
Kebebasan akademik yang dilaksanakan oleh sivitas akademik tidak bersifat
mutlak atau absolut. Kebebasan tersebut harus memperhatikan etika professional,
etika yang berlaku dalam masyarakat. Jika kita mengacu kepada UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM, maka kebebasan akademik tidak dibenarkan bertentangan
dengan nilai-nilai agama, kesusilaan, keterbitan, kepentingan umum dan keutuhan
bangsa. Pelaksanaan kebebasan akademik dapat dilakukan melalui berbagai media
seperti melalui media cetak, media elektronik, tatap muka atau bentuk media
lainnya.
Kebebasan akademik harus dipahami sebagai seperangkat hak dan
kewajiban dengan tetap bertanggung jawab dan akuntabel penuh kepada
masyarakat. Mandiri, dapat diartikan mampu berbicara dengan bebas tentang
masalah-masalah etika, budaya, sosial, ekonomi dan lain-lain secara mandiri.
Sedangkan menurut Prof. Dr .Abdullah Ali M.Sc. kebebasan akademik sebagai
bagian dari kebebasan yang bertanggung jawab yang tidak terpisahkan dari
kebebasan setiap warga Negara.
2. Kebebasan Mimbar Akademik
Kebebasan mimbar akademik merupakan kebebasan setiap anggota sivitas
akademika dalam menyebarluaskan hasil penelitian dan menyampaikan
pandangan akademik melalui kegiatan perkuliahan, ujian sidang, seminar, diskusi,
simposium, ceramah, publikasi ilmiah, dan pertemuan ilmiah lain yang sesuai
dengan caída keilmuan. Pelaksanaan kebebasan mimbar akademik: (a) merupakan
11

tanggung jawab setiap anggota sivitas akademika yang terlibat; (b) menjadi
tanggung jawab perguruan tinggi, atau unit organisasi di dalam perguruan tinggi,
apabila perguruan tinggi atau unit organisasi tersebut secara resmi terlibat dalam
pelaksanaannya; dan (c) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dan dilandasi etika dan norma/kaidah keilmuan.
Kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik dimanfaatkan oleh
perguruan tinggi untuk: (a) melindungi dan mempertahankan hak kekayaan
intelektual; (b) melindungi dan mempertahankan kekayaan dan keragaman alami,
hayati, sosial, dan budaya bangsa dan negara Indonesia; (c) menambah dan/atau
meningkatkan mutu kekayaan intelektual bangsa dan negara Indonesia; dan (d)
memperkuat daya saing bangsa dan negara Indonesia. Kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik dilaksanakan sesuai dengan otonomi perguruan
tinggi.
3. Otonomi Keilmuan
Pimpinan perguruan tinggi wajib mengupayakan dan menjamin agar setiap
anggota sivitas akademika melaksanakan otonomi keilmuan secara bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilandasi etika
dan norma/kaidah keilmuan. Otonomi keilmuan merupakan kemandirian dan
kebebasan sivitas akademika suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan/atau olahraga yang melekat pada kekhasan/keunikan cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga yang bersangkutan, dalam
menemukan, mengembangkan, mengungkapkan, dan/atau mempertahankan
kebenaran

menurut

caída

keilmuannya

untuk

menjamin

keberlanjutan

perkembangan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga.

C.

Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Bangsa

12

Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika ia
menjalani pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat
dikatakan sebagai seorang mahasiswa apabila ia tercatat sebagai mahasiswa secara
administrasi di sebuah perguruan tinggi yang tentunya mengikuti kegiatan belajar
dan mengajar serta kegiatan lainnya. Ternyata dibalik statusnya itu, masih banyak
sekali peranan seorang yang menyandang status mahasiswa untuk menunjukkan
peranannya pada kehidupan masyarakat terlebih lagi pada tingkat kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sebagai kaum yang dianggap terpelajar dan berintelektual tinggi
mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab sebagai garda terdepan dalam
pembangunan bangsa. Mahasiswa sudah seharusnya dapat berperan dan menjadi
salah satu garda terdepan dalam pembangunan bangsa. Peran mahasiswa dalam
pembangunan bangsa yaitu :

1.

Control Social
Sebagai Control Social atau Sosial Kontrol, mahasiswa dapat menjadi

kontrol bagi berjalannya pemerintahan. Baik dalam pembuatan kebijakan maupun
peraturan yang dilakukan oleh pemerintah. Mahasiswa juga bisa sebagai penyalur
aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Aspirasi ini bisa dilakukan oleh
mahasiswa dengan salah satunya dengan cara demonstrasi, tetapi demonstrasi
yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan dan tidak anarkis, serta tidak
merusak infrastuktrur maupun sarana dan prasarana yang ada. Mahasiswa sebagai
control social memiliki fungsi mitra strategis pemerintah terhadap kebijakankebijakan yang dirasa baik dan berpihak pada rakyat. Dan jika kebijakankebijakan yang dibuat pemerintah dirasa buruk dan tidak berpihak pada rakyat,
mahasiswa berfungsi sebagai oposisi kritis terhadap kebijakan tersebut.
2.

Agent Of Change
Mahasiswa sebagai bagian dari perubahan, sebagai kaum intelektual

peranan mahasiswa sangat dibutuhkan dan penting dalam perubahan bangsa.

13

Mahasiswa dapat merealisasikan teori yang di pelajarinya di kampus, terhadap
masalah yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa juga harus berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat dan memberikan solusi. Selain itu
mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah generasi penerus bangsa untuk
meneruskan dan menggantikan generasi sebelumnya untuk melakukan perubahan
bangsa ke arah yang lebih baik dan maju.
Namun kini di era modern banyak mahasiswa yang terjerat dalam narkoba,
kasus kesusilaan, bentrokan akibat dari suatu fanatisme yang berlebihan, dan hal
buruk lainnya. Serta tidak melakukan perannya sebagaimana mesti perannya
sebagai mahasiswa. setiap gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa memang
semata-mata hanya dan untuk kepentingan rakyat dengan kata lain mahasiswa
sebagai ‘pembela rakyat’ ditengah hegemoni kekuasaan yang mengkooptasi
rakyat.
Menjadi agent of change yang senantiasa membawa perubahan ke arah
yang lebih baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dan hal itu bisa dilakukan
salah satunya dengan idealisme. Dimana saat idealisme untuk menjadi mahasiswa
yang sesungguhnya, yang memiliki intelektualitas tinggi dan nurani telah tertanam
dalam diri seseorang, maka ia telah naik ke satu anak tangga menuju terbentuknya
mahasiswa yang berkualitas.
3.

Iron Stock
Sebagai iron stock, mahasiswa adalah mata pisau perjuangan manusia

Indonesia untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan dari
perbudakan ekonomi, kemerdekaan dari kemiskinan, dan kemerdekaan dari segala
belenggu yang menghambat sejahteranya masyarakat di bumi pertiwi ini.
Selain itu mahasiswa adalah harapan bangsa untuk meneruskan perjuangan
di masa depan. Sebagai golongan muda pasti pada waktunya akan menggantikan
golongan tua, baik pada organisasi maupun pada pemerintahan. Oleh karena itu

14

sebagai mahasiswa sudah seharusnya mempersiapkan diri sebagai garda penerus
perubahan bangsa di masa depan.
Bahwa mahasiwa mempunyai peran dalam melakukan perubahan dan
pembangungan bangsa ke arah yang lebih baik. Misalnya dalam lingkungan
kampus yaitu, belajar dengan sungguh-sungguh, melakukan penelitian dan
memberikan solusi terhadap masalah yang ada, menciptakan ide-ide dan gagasangagasan dari penelitian yang dilakukan. Dalam masyarakat mahasiswa dapat
berperan sebagai aspirasi masyarakat terhadap pemerintah, melakukan kontrol
terhadap kebijakan dan peraturan yang di buat oleh pemerintah, melakukan
pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang yang di kuasai. Dengan peran
mahasiswa yang seperti itu tidak tertutup kemungkinan pembangunan bangsa
akan cepat tercapai dan kesejahteraan masyarakat merata.

D.

Sejarah Pergerakan Mahasiswa

Dalam sejarah Indonesia pergerakan mahasiswa maupun pemuda telah
begitu banyak menunjukkan eksistensinya, baik dalam perjuangan melawan
penjajah untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia maupun dalam mewujudkan
demokrasi Pancasila. Sejarah telah menjadi bukti idealisme, kepeloporan,
pemikiran kritis, konsistensi semangat perubahan, dan pergerakannya yang
melekat pada sosok mahasiswa telah banyak mewarnai peradaban Indonesia. Dan
gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional.
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada
di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan
kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang
terlibat di dalamnya. Sejarah Pergerakan mahsiswa dapat dibagi ke dalam dua

15

bagian, yakni gerakan di masa memperjuangkan kemerdekaan atau pra
kemerdekaan dan gerakan setelah kemerdekaan atau pasca kemerdekaan.

1.

Pra Kemerdekaan
a.

Gerakan Tahun 1908
Pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 lahir suatu organisasi pelajar
Boedi Utomo sebagai salah satu massa pergerakan nasional dengan
tujuan “merumuskan secara samar-samar yaitu: Kemajuan bagi Hindia,
dimana jangkauannya terbatas pada penduduk Pula Jawa dan Pulau
Madura dan baru kemudian meluas untuk penduduk Hindia Belanda
seluruhnya dengan tidak dengan tidak memperlihatkan perbedaan
keturunan, jenis kelamin, dan agama”. (Poesponegoro dan Notosusanto,
1993: 335)
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908
menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri
dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian,
peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di
Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar
di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische
Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische
Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat
kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas.
Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang
diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi
Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.

16

Kehadiran Boedi Oetomo, Indische Vereeninging, dll pada masa itu
merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah
angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai
aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi
1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan
hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh
kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui peneranganpenerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang
membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
b.

Gerakan Tahun 1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung
dalam Indonesische Vereeninging (berubah menjadi Perhimpunan
Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan
kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik
yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat
berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu.
Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club)
yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh
Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club)
direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi
Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli
1925.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung,
menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI),
prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan
mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St.
Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke
Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten
Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.

17

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis
pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang
memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah
Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di
Jakarta pada 26-28 Oktober 1928.
c.

Gerakan Tahun 1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional
yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat
pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul
kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan
memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah
menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi
Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada
zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan
kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap
segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan
membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai
politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang
mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa
kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan
dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya
terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah,
berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama
Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh
inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang
menentukan kehidupan bangsa.

18

Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus
gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul
Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak
Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
2.

Pasca Kemerdekaan
a.

Gerakan Tahun 1966
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak
terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini
dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan
gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakangerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa
saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan
Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI
Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI, Akbar
Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai
bahaya laten negara. Dimana pada saat itu Partai Komunis Indonesia
(PKI), sebagai pengusung paham komunisme, telah cukup hebat
merasuki sektor-sektor pemerintahan.
Dukungan masyarakat terhadap pergerakan mahasiswa yang terbangun
dibeberapa wilayah nusantara memaksa Presiden Soekarno untuk
berpihak pada rakyat. Selogan NASAKOM yang dipaksakan Soekarno
akhirnya runtuh dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(SUPERSEMAR). Peristiwa ini menandai berakhirnya kepemimpinan
Orde Lama (ORLA) dan memasuki era Orde Baru (ORBA) dibawah
kepemimpinan Suharto.
Mahasiswa, rakyat dan militer saling bergandengan tangan dalam
gerakan ini. Satu isu yang diusung cukup membuat pemerintahan
19

Soekarno goyang. ”Bubarkan PKI,” merupakan isu sentral yang
akhirnya menelurkan isu-isu yang lain sehingga lahirlah ”Tritura.”
Dapatlah dikatakan bahwa trend gerakan pada masa itu merupakan
gerakan yang bercirikan pada kepedulian sosial dan juga merupakan
gerakan refresif mahasiswa karena melihat kondisi masyarakat yang
begitu memprihatinkan dan juga gerakan ini didukung oleh kekuatan
militer dibelakangnya. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan
masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang
ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).
Akan tetapi, saat itu beberapa aktivis ‘66 memilih menanggalkan baju
idealismenya untuk mengecap kenikmatan menjadi anggota parlemen,
berduyun-duyun masuk Golkar, sebuah entitas yang kemudian dikecam.
Orang yang paling keras memprotes perilaku memalukan ini adalah Soe
Hok Gie, aktivis ‘66 sekaligus intelektual merdeka yang mati muda.
Gie marah dan kecewa menyaksikan teman-temannya sesama
demonstran melebur dalam kekuasaan; tidak sabar menjadi penunggu
gerbang idealisme yang selama ini digemborkan lewat aksi-aksi
demonstrasinya. Gie menuduh mereka pengkhianat karena telah
melacurkan diri untuk meneguhkan legitimasi rezim Orba.
b.

Gerakan Tahun 1974
Gerakan mahasiswa tahun 1974 merupakan gerakan yang mengalamai
konfrontasi dengan militer. Dimana “menjelang kedatangan Perdana
Mentri Jepang Kakuei Tanaka, pada tanggal 15 Januari 1974 di Jakarta
terjadi demonstrasi besar-besaran mahasiswa yang disusul dengan aksi
anarki” (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 637). Pada saat itu
fasilitas umum terbakar habis karena aksi tersebut. Sehingga peristiwa
tersebut terkenal dengan julukan ‘Malapetaka Lima Belas Januari’
(Malari). Aktivis mahasiswa yang mencuat namanya pada masa ini

20

diantaranya Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa yang gugur dari
peristiwa ini adalah Arif Rahman Hakim.

c.

Gerakan Tahun 1977-1978
Gerakan yang mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan
nasional pada tahun 1977-1978 yang mengakibatkan untuk pertama
kalinya kampus-kampus perguruan tinggi Indonesia diserbu dan
diduduki oleh militer. Pemerintah Orde Baru mengeluarkan kebijakan
melalui SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Josoef, No.
0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Disusul
dengan SK No. 0230/U/J/1980 tentang pedoman umum organisasi dan
keanggotaan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK).
Salah satu ciri dari pemerintahan Orde Baru adalah kuatnya pengaruh
militer yang mendukung pemerintahan. Maka dari itu, gerakan
mahasiswa mau tidak mau harus berhadapan dengan tindakan refresif
militer dalam hal ini ABRI. Berbagai aksi mahasiswa pastilah
mendapatkan tekanan yang begitu besar. Trend gerakan pada masa itu
adalah sebuah gerakan bercirikan poloitik. Hal ini dapat dilihat dari
penentangan terhadap kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh
pemerintahan Orde Baru. Selain itu, kritik mahasiswa terhadap strategi
pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Secara sekilas strategi pembanguanan Orde Baru menguntungkan
rakyat. Akan tetapi korban dan kerugian yang didertia oleh rakyat
justeru lebih besar dari keuntungan

dan manfaatnya.

Misal,

pembangunan sebuah sarana baik milik pemerintah, umum, ataupun
perorangan dari anggota keluarga pejabat tanahnya berasal dari tanah
rakyat yang dibebaskan secara paksa. Pembebasan tanah secara paksa
ini tidak juga mendapatkan ganti rugi. Rakyat tidak mampu berbuat
21

apa-apa sebab eksekusi dilaksanakan oleh militer. Militer ketika itu
seperti momok yang menakutkan bagi masyarakat. Dikenal istilah
”ABRI Masuk Desa”.
d.

Gerakan Tahun 1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan
kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman
Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini
ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui
adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya
terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM).
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di
berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa
menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh
korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah
mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun
1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air
sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan
alternatif yang independen.
Dengan

dihidupkannya

model-model

kelembagaan

yang

lebih

independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang
pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk
membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan
kembali mahasiswa pada tahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk
kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam
kampus pada tahun 1987-1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa
dilakukan mahasiswa di dalam kampus. Saat itu demonstrasi di luar
22

kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke
DPR/DPRD tetap terlarang.

e.

Gerakan Tahun 1998
Gerakan

mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya

pada tahun 1998, di diawali dengan terjadi krisis moneter di
pertengahan tahun 1997 dimana harga-harga kebutuhan melambung
tinggi dan daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai
gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi
agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan
mahasiswa dengan agenda REFORMASI nya mendapat simpati dan
dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan
rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah
bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama. Politisi diluar kekuasaan
pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan
dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).
Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama
mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen
mahasiswa dengan berbagai

atribut almamater dan kelompok

semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum
Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama),
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan FORKOT
(Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang
berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan
Soeharto.
Perjuangan mahasiswa menuntut lengsernya sang Presiden memang
tercapai, tapi perjuangan ini sangat mahal harganya karena harus

23

dibayar dengan 4 nyawa mahasiswa Tri Sakti, mereka gugur sebagai
Pahlawan Reformasi.

E.

Mahasiswa dan Aksi

Aksi mahasiswa oleh banyak orang sering disalahartikan, dimana aksi
yaitu demonstrasi. Aksi dari mahasiswa yaitu demonstrasi. Dan ini kesalahan
pemahaman yang sangat sering terjadi. Aksi dan demonstrasi sekilas terlihat
memiliki makna yang sama, padahal berbeda, walau saling berkaitan satu sama
lainnya. Aksi tidak sama dengan demonstrasi. Makna aksi itu sangatlah luas dan
demonstrasi itu sendiri salah satu dari aksi.
Aksi dalam KBBI berarti gerakan atau tindakan. Ketika seseorang belajar ,
maka itu adalah sebuah aksi. Ketika sedang bekerja, maka itu adalah sebuah aksi.
Ketika seseorang berorasi, maka itu adalah sebuah aksi. Ketika berdiskusi, maka
itu adalah aksi. Ketika sekelompok orang atau seseorang menyebar opini melalui
tulisan atau komentar, maka itu adalah aksi. Ketika ada suatu perkelahian, maka
itu adalah aksi. Ketika kita protes, maka itu adalah aksi. Lain hal ketika seseorang
atau kita diam karena tidak berfikir, maka itu bukan merupakan aksi. Karena aksi
itu bergerak, bukan diam. Aksi itu berfikir, tidak mengawang. Aksi itu
menghasilkan, bukan nihil dan tidak ada hasil.
Demonstrasi salah satu pengertiannya adalah pernyataan protes yang
dilakukan secara missal. Jadi jelaslah bahwa aksi dan demonstrasi berbeda.
Korelasi atau hubungan dari aksi dan demonstrasi sendiri adalah demonstrasi
merupakan bagian dari aksi. Saat melakukan demonstrasi berarti kita melakukan
aksi, tetapi saat kita melakukan aksi belum tentu kita melakukan demonstrasi.
Aksi yang dilakukan oleh mahasiswa memang identik dengan demonstrasi.
Dahulu saat mahasiswa melakukan aksi dalam bentuk demonstrasi, masyarakat

24

akan respect bahkan mereka ikut mendukung dengan apa yang dilakukan
mahasiswa. Namun kini terkadang masyarakat tak acuh atau bahkan mereka resah
dengan adanya demonstrasi mahasiswa. Dikarenakan demonstrasi itu yang ricuh,
mengganggu dan merusak fasislitas umum.
Apakah dengan hal tersebut sebaiknya tidak ada lagi aksi demo yang
dilakukan mahasiswa? Jawabannya tidak, karena bagaimanapun Indonesia masih
butuh perubahan kearah lebih baik dan disinlah mahasiswa berperan sebagai
“agent of change”. Sejatinya banyak cara untuk melakukan suatu perubahan
selama hal itu baik. Dan kuncinya adalah “Take Action With Your Passion”,
beraksi untuk suatu perubahan yang lebih baik dengan passion kita masingmasing.
Dengan masyarakat yang mulai resah akan aksi-aksi demo mahasiswa,
mahasiswa sendiri tak perlu alergi dengan aksi. Kita sebaiknya tetap beraksi
dengan hal-hal yang sesuai dengan passion kita karena aksi tidak selalu dengan
demonstrasi. Bisa itu aksi dengan tulisan atau karya tulis, aksi dengan kegiatan
social masyarakat, aksi dengan menciptakan suatu hal atau gagasan yang baru
atau bahkan melakukan aksi demonstrasi. Semuanya bebas untuk memilih asalkan
hal-hal lain dikedepankan yakni paham dengan aksi yang kita lakukan dan paham
akan tujuan dari aksi itu sendiri serta saling menghormati saat melakukan aksi.
Aksi itu dapat membuat mahasiswa bersatu, menimbulkan optimisme dan
menciptakan suatu perubahan. Selama Indonesia masih butuh kebaikan selama itu
pula mahasiswa beraksi. Beraksi bukan untuk suatu gaya-gayaan tetapi beraksi
untuk menunjukkan kepada koruptor, mafia, dan penjahat Negara lainnya bahwa
rakyat Indonesia tidak akan tinggal diam saat Negerinya dirusak dan
menunjukkan bahwa perubahan untuk Indonesia lebih baik untuk mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur, dan sentosa bisa terwujud.

25

PENUTUP

A.

Kesimpulan

1. Tri darma Perguruan Tinggi dengan tiga bahasan pokok yaitu Pendidikan,
Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat yang menjadi tujuan dari adanya
penyelenggaraan Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab seluruh
civitas akademika Perguruan Tinggi baik itu jajaran birokrasi dari Perguruan
Tinggi, dosen maupun mahasiswa sebagai peserta didik di pendidikan
tinggi.
2. Sebagai kaum yang dianggap terpelajar dan berintelektual tinggi mahasiswa
juga

mempunyai

tanggung

jawab

sebagai

garda

terdepan

dalam

pembangunan bangsa. Sehingga mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara memiliki peran sebagai Social Control, Agent of Change, dan
Iron Stock.
3. Dalam sejarah Indonesia pergerakan mahasiswa maupun pemuda telah
begitu banyak menunjukkan eksistensinya, baik dalam perjuangan melawan
penjajah untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia maupun dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila.
4. Mahasiswa dalam melaksanakan perannya sebaiknya melakukan aksi
dengan passion masing-masing (Take Action with Your Passion). Aksi yang
dapat

membuat

mahasiswa

bersatu,

menimbulkan

optimisme

dan

menciptakan suatu perubahan untuk mewujudkan masyarakat yang adil,
makmur, dan sentosa.
26

B.

Saran

1. Sebaiknya seluruh civitas akademika di Perguruan Tinggi kini sadar akan
tanggung jawab terhadap Tri Darma Perguruan Tinggi sebagai aktualisasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Sebaiknya dengan sejarah tentang pergerakan mahasiswa yang telah
diketahui, mahasiswa lebih menghargai akan sejarah itu dan melanjutkan
perjuangan pembangunan Indonesia.
3. Mahasiswa lebih menghargai posisinya dengan bertanggung jawab dan
menjalankan berbagai peran dengan sebaik mungkin.
4. Mahasiswa di masa kini tetap melakukan aksi dengan pilihan masingmasing yang disesuaikan dengan passionnya sebagai wujud dari
menjalankan perannya sebagai mahasiswa.

27

DAFTAR PUSTAKA

Soegito. 2013. Pendidikan Pancasila. Semarang: Pusat Pengembangan MKUMKDK UNNES.
Marwati Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
UU Sistem Pendidikan Nasional. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
http://ojan-jan.blogspot.com/2012/10/peranan-mahasiswa-dalam-kehidupan.html
(diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.16)
http://catatanaktivismuda.blogspot.com/2013/09/tri-dharma-perguruantinggitdpt.html (diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.19)
http://doupafia.wordpress.com/2012/03/28/aksi-dan-demonstrasi/ (diunduh
tanggal 1 November 2014 pukul 08.20)
http://malindoo.wordpress.com/2013/03/31/mahasiswa-dan-tri-dharma-perguruantinggi-2/ (diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.22)
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2011/05/20/kebebasanakademik-dan-otonomi-keilmuan/ (diunduh tanggal 28 November 2014
pukul 06.30)
http://perilakuorganisasi.com/otonomi-keilmuan-dan-kebebasan-akademik.html
(diunduh tanggal 28 November 2014 pukul 06.31)

28

http://chayaelula.blogspot.com/2010/03/akademik-dan-ilmiah.html (diunduh
tanggal 28 November 2014 pukul 06.34)

29

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24