PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD OPERATING A (1)

FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS

PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD
OPERATING ACTIVITIES

KELOMPOK 9
AGA ADIGUNA ZACHMAN
CALVIN LIM
CHYNTIA OCTAVIA DHARMA

Akuntansi 5A
Oktober 2016

0134141061
0134141055
0134141012

Daftar Isi
BAB I ............................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................ 4

ANALISA AKUNTANSI PADA AKTIVITAS OPERASI .......................................................... 4
A.

Analisa Pendapatan (Revenues) ......................................................................................... 4
Jenis-jenis pendapatan perusahaan......................................................................................... 4
Klasifikasi atas pendapatan .................................................................................................... 5
Metode pengakuan pendapatan yang diterapkan ................................................................... 6
Analisa akuntansi atas pendapatan perusahaan ...................................................................... 6
Resiko Kolektibilitas .............................................................................................................. 7
Inventory Turnover ................................................................................................................ 8

B.

Analisa Beban (Expenses) ............................................................................................... 10
Jenis-jenis beban perusahaan ............................................................................................... 10
Klasifikasi atas beban........................................................................................................... 10
Metode pengakuan beban yang diterapkan .......................................................................... 11
Analisa akuntansi atas beban perusahaan ............................................................................ 11
Accounts Payable Turnover ................................................................................................. 12


BAB III ........................................................................................................................................ 14
KESIMPULAN ............................................................................................................................ 14
Lampiran : .................................................................................................................................... 15
Referensi ...................................................................................................................................... 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
Income from continuing operations adalah income yang didapatkan dari hasil operasi
normal bisnis, dimana income tersebut dibagi menjadi 2 jenis yaitu operating income
dan non-operating income. Operating Income adalah pengukuran pendapatan
perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, semua
penjualan bersih yang telah dikurangi oleh harga pokok penjualan, beban penjualan, dan
beban umum dan administratif akan menghasilkan operating income.
Non-Operating Income adalah semua komponen pendapatan lain perusahaan yang tidak
timbul dari aktivitas operasi perusahaan. Pendapatan jenis ini dapat berupa dari aktivitas
penjualan aset perusahaan atau pendapatan dari hasil investasi perusahaan.
Berikut adalah laporan laba rugi dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food menggunakan format
dari IFRS.


Dari laporan laba-rugi tersebut terdapat beberapa kenaikan dan penurunan nilai yang
sangat drastis, terutama pada tahun 2010-2012. Dari sisi pada tahun 2010-2011 dapat
dilihat bahwa sales dan COGS perusahaan memiliki kenaikan sebesar 149% dan 155%.
Kemungkinan besar kenaikan tersebut disebabkan oleh aktivitas akuisisi perusahaan,
seperti perusahaan beras, biscuit dan in termasuk akuisisi merek beras dan merek snack
Taro, peningkatan aset tetap.
Selain itu dari sisi non-operating income terutama bagian other revenues/gains
pada tahun 2011-2012 dimana terjadi peningkatan sebesar 907.48%dan 402.89% pada
2

tahun 2013-2014, salah satu alasan untuk peningkatan pada tahun 2011-2012 adalah
peningkatan aset lancar sebesar 159,2% menjadi Rp. 1,7 triliun yang disebabkan oleh
investasi pendek, kenaikan kas dan setara kas serta piutang usaha.

Dari penyajian laporan secara komparatif ini, dapat terlihat bahwa pendapatan
operasional dari PT Tiga Pilar Sejahtera secara konsisten terus mengalami peningkatan.
Hal tersebut dikarenakan pendapatan operasional ini adalah jenis kegiatan utama.
Sebaliknya, pendapatan non operasional dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food sangat
fluktuatif karena sifatnya bukan dari kegiatan utama.


3

BAB II
ANALISA AKUNTANSI PADA AKTIVITAS OPERASI
A. Analisa Pendapatan (Revenues)
Jenis-jenis pendapatan perusahaan
Secara garis besar, pendapatan dari TPS Food terdiri dari 2 sumber
pendapatan, yaitu pendapatan dari kegiatan operasional dan pendapatan dari
kegiatan non operasional.
Sumber pendapatan dari kegiatan operasional adalah pendapatan yang
diterima perusahaan dari hasil kegiatan operasional perusahaan dalam menjalankan
bisnis utama. Dalam hal ini, pendapatan operasional PT Tiga Pilar Sejahtera berasal
dari penjualan makanan, beras, dan agribisnis seperti dibawah ini :

Selain pendapatan dari kegiatan operasional perusahaan, PT Tiga Pilar
Sejahtera juga memperoleh pendapatan dari kegiatan non operasional. Pendapatan
dari kegiatan non operasional tersebut dapat berupa keuntungan dari penjualan aset
atau pendapatan dari yang sifatnya bukan merupakan pendapatan utama dari PT
Tiga Pilar Sejahtera. Pendapatan dari kegiatan non operasional tersebut adalah

sebagai berikut :

4

Klasifikasi atas pendapatan
Secara umum, pendapatan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :

Berdasarkan analisis kami pendapatan dari PT Tiga Pilar Sejahtera dapat
klasifikasikan menjadi recurring dan non recurring.
Recurring income merupakan pendapatan yang terus terjadi setiap tahunnya
selama proses bisnis perusahaan berlangsung. Sedangkan non-recurring income
merupakan pendapatan yang hanya terjadi pada kejadian tertentu saja, sehingga
tidak secara konsisten terjadi setiap tahunnya. Dari hasil klasifikasi tersebut, terlihat
bahwa rata-rata selama 5 tahun terakhir, 99% dari total pendapatan PT Tiga Pilar
Sejahtera adalah pendapatan operasional yang sifatnya reccuring. Sedangkan
pendapatan lainnya berupa pendapatan non operasional hanya sejumlah 1% dari total
pendapatan. Hal ini menyatakan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memang memiliki
fokus utama dalam meningkatkan pendapatan operasionalnya dibandingkan
bertumpu pada pendapatan non-operasional lainnya.
Dari sisi pendapatan operasional, terlihat bahwa sebagian besar pendapatan

perusahaan berasal dari penjualan beras, dimana lini bisnis ini menyumbangkan 68%
dari total pendapatan PT Tiga Pilar Sejahtera. Pada tahun 2011 dan 2012, terjadi
peningkatan yang sangat signifikan terhadap penjualan pada lini bisnis beras PT
Tiga Pilar Sejahtera, hal tersebut dikarenakan PT Tiga Pilar Sejahtera melakukan
akuisisi terhadap beberapa pabrik beras sehingga mampu memproduksi beras
sendiri. Selain itu, juga mulai terlihat adanya sumber pendapatan baru dari lini
agribisnis. Hal tersebut juga disebabkan karena adanya akuisisi perusahaan
perkebunan sawit pada tahun 2012 sehingga pada tahun 2013, mulai terlihat adanya
tambahan pendapatan untuk lini agribisnis.
Dari sisi pendapatan non operasional, tidak ada tren tertentu mengenai
peningkatan atau penurunan atas pendapatan non operasional, hal ini disebabkan
karena golongan pendapatan ini bukan core business dari PT Tiga Pilar Sejahtera.
Secara umum, jenis pendapatan biasanya merupakan hasil dari keuntungan dari kurs
mata uang asing.

5

Metode pengakuan pendapatan yang diterapkan
Metode pengakuan pendapatan antar setiap perusahaan dapat berbeda-beda,
sesuai dengan kebijakan dari perusahaan tersebut. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera,

penjualan dari sebuah perusahaan akan diakui sebagai pendapatan jika terjadi
penyerahan barang kepada pelanggan. Jika perusahaan menerima penjualan yang
dibayar di muka, maka pendapatan tersebut baru akan diakui ketika penyerahan
barang kepada pelanggan telah dilakukan.
Karena kebijakan atas pengakuan pendapatan dengan penyerahan barang,
maka dari informasi yang kami himpun, tidak ada informasi mengenai retur
penjualan dari perusahaan. Hal ini sesuai dengan karakter bisnis dari PT Tiga Pilar
Sejahtera Food yang bergerak di bidang makanan dan beras, karena sistem retur
akan mengkibatkan inefisiensi pada perusahaan. Selain itu, perusahaan juga
menerapkan kebijakan FOB Destination. FOB Destination adalah kebijakan dimana
biaya pengangkutan atas suatu barang yang dijual merupakan tanggung jawab
penjual. Hal ini dapat dilihat dari komponen biaya pengangkutan dari PT Tiga Pilar
Sejahtera terdapat pada selling expenses di laporan keuangan.
Analisa akuntansi atas pendapatan perusahaan
PT Tiga Pilar Sejahtera Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak
pada consumer goods, setelah kami melakukan analisa terhadap metode pengakuan
pendapatan serta jenis pendapatan yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera ini,
kami menemukan sebuah asumsi dimana perusahaan ini melakukan “Creative
Accounting”, yaitu suatu tindakan memanipulasi pengakuan pendapatannya sehingga
sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, yaitu

1. Tidak terdapat retur penjualan
Pada catatan atas laporan keuangan bagian penjualan, tidak tercatat sepeserpun
nilai dari retur penjualan, hal ini menunjukkan dalam pengakuan pendapatan PT
Tiga Pilar Sejahtera tidak mungkin melakukan consignment sales, right return
sales, dan channel stuffing yang biasanya menyebabkan ada nilai retur penjualan,
dimana cara penjualan tersebut dapat memudahkan perusahaan seolah olah bisa
meningkatkan pendapatan perusahaan dengan mudahnya.
2. Jenis barangnya yang sulit untuk dipindahkan
Seperti yang kita ketahui bahwa jenis produk yang dari PT Tiga Pilar Sejahtera
merupakan barang yang sulit dipindahkan dari gudang ke lokasi konsumen /
distributor dan toko retail. Hal tersebut dikarenakan produk dari PT Tiga Pilar
Sejahtera yang berupa minyak, beras, dan juga mie merupakan jenis produk yang
cukup sulit untuk dipindahkan karena masalah ketahanan dan bentuknya. Karena
kondisi tersebut, PT Tiga Pilar Sejahtera juga tidak bisa dengan mudah
melakukan income smoothing (meningkatkan Penjualan secara paksa melalui

6

penitipan atau membiarkan konsumennya mengambil barang dahulu, jika tidak
laku baru kembalikan / retur).

Melalui dua fakta tersebut maka dapat disimpulkan accounting risk ataupun
distorsi akuntansi yang mungkin terjadi pada pengakuan pendapatan dari PT TPS ini
sangat kecil

Resiko Kolektibilitas
Dalam melakukan penjualan atas produknya, PT Tiga Pilar Sejahtera Food
menerima pendapatan melalui dua sumber, yaitu pendapatan melalui kas dan juga
dalam bentuk piutang. Dari sisi resiko, pendapatan melalui piutang memiliki resiko
tersendiri, yaitu adanya resiko gagal bayar dari pembeli terhadap PT Tiga Pilar
Sejahtera. Umumnya untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan melakukan
pencadangan terhadap piutang usaha.
Namun, dari catatan atas laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera, kami
tidak menemukan bahwa perusahaan melakukan pencadangan terhadap laporan
keuangan. Menurut hasil analisis kami, hal tersebut disebabkan karena karakteristik
perusahaan. Biasanya perusahaan yang memiliki resiko kolektibilitas tinggi adalah
perusahaan yang bergerak dibidang pendanaan atau perbankan, sedangkan PT Tiga
Pilar Sejahtera adalah perusahaan yang berada dalam industri makanan. Perusahaan
yang berada dalam industri makanan cenderung memiliki resiko kolektibilitas yang
lebih rendah karena perputaran barang terjadi dengan cepat.


Selain dari karakteristik industri, receivable turnover rate dari sebuah
perusahaan juga menunjukan tingkat kolektibilitas perusahaan. Perusahaan yang
memiliki receivable turnover rate tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut
memiliki konsumen yang mampu melunasi piutang nya dalam waktu singkat. Dalam
hal ini, PT Tiga Pilar memiliki accounts receivable turnover yang cukup rendah.
Dapat terlihat bahwa sejak tahun 2011 hingga 2015, accounts receivable turnover
dari PT Tiga Pilar Sejahtera terus menurun. Hal ini menandakan bahwa kemampuan
pada pembelinya untuk membayar hutang secara cepat terus berkurang. Dari hal ini,
kami menarik kesimpulan bahwa pengelolaan piutang dari PT Tiga Pilar Sejahtera
kurang baik karena dengan accounts receivable turnover yang terus menurun setiap
tahunnya, PT Tiga Pilar Sejahtera tidak melakukan pencadangan terhadap piutang,
padahal dengan turnover yang terus menurun mengindikasikan bahwa resiko
kolektibilitas perusahaan semakin meningkat.

7

Inventory Turnover

Inventory turnover adalah sebuah rasio yang menunjukkan perputaran dari
persediaan sebuah perusahaan dalam satu periode. Secara general, inventory

turnover digunakan untuk melihat seberapa cepat sebuah perusahaan mampu
menjual persediaannya dan menempatkan kembali persediaan yang baru. Inventory
turnover juga dapat digunakan untuk melihat seberapa efisien perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya dengan membandingkan rasio ini dengan rasio
perusahaan lainnya dalam satu indurstri.

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food, rasio pada inventory turnover selama
tahun 2011 hingga tahun 2015 terbatas dari 3.3 hingga 4.6. Inventory turnover
tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan rasio 4.58, yang dikarenakan pada tahun
tersebut, terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada penjualan TPS Food, yaitu
peningkatan penjualan sebesar 56%. Namun, sejak tahun 2013, rasio inventory
turnover TPS Food terus menurun. Penyebab penurunan tersebut adalah karena
jumlah persediaan TPS Food cukup didominasi oleh bahan-bahan yang bukan
barang siap dijual, namun didominasi oleh bahan baku, bibit, suku cadang, dan
lainnya yang menyebabkan perputaran persediaan TPS Food semakin menurun.
Penurunan pada inventory turnover ini juga mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi
TPS Food dalam mengelola persediaannya semakin menurun.

Dengan melakukan uji perbandingan dengan perusahaan-perusahaan lain
dalam satu industri, kami mengambil 5 rasio dari perusahaan lain yang berada dalam
industri yang sama dengan TPS Food. Data ke-5 perusahaan ini juga memberikan
gambaran singkat mengenai rata-rata inventory turnover dari industri terkait, yaitu
industri makanan dan minuman.
8

Dari hasil perbandingan dengan data industri, dapat terlihat bahwa rata-rata
inventory turnover dari industri berkisar pada range 5 hingga 6. Secara keseluruhan,
TPS Food memiliki inventory turnover yang berada dibawah rata-rata industri.
Menurut hasil analisis kami, hal tersebut disebabkan karena komposisi dari jumlah
persediaan TPS Food yang tidak seluruhnya terdiri dari barang siap jual. Berbeda
dengan perusahaan lainnya yang berfokus dalam produk makanan sehingga
perputaran persediaan dapat terjadi dengan cepat. Namun, karena lini bisnis TPS
Food tidak terbatas pada makanan saja, namun juga agribisnis dan beras, maka
perputaran persediaan perusahaan tidak akan setinggi perusahaan lain yang terfokus.

9

B. Analisa Beban (Expenses)
Jenis-jenis beban perusahaan
Secara garis besar, seluruh beban dari PT Tiga Pilar Sejahtera terdiri dari 2
jenis beban, yaitu beban yang berasal dari kegiatan operasional dan beban dari
kegiatan non operasional.
Beban yang berasal dari kegiatan operasional adalah beban-beban yang
terjadi selama kegiatan operasional berlangsung. Beban operasional dari PT Tiga
Pilar Sejahtera Food secara umum terdiri dari beban atas penjualan dan beban umum
dan administrasi. Pada beban penjualan pada lampiran 1, dapat dilihat bahwa
komponen terbesar pada beban penjualan PT Tiga Pilar Sejahtera Food berasal dari
beban promosi dan beban pengangkutan dengan presentase masing-masing beban
terhadap total beban penjualan adalah sebesar 41% dan 38%. Selain itu, juga
terdapat beban gaji karyawan dengan rata-rata komposisi sebesar 9% dari total
beban penjualan. Selain beban penjualan, beban operasional lain pada PT Tiga Pilar
Food Sejahtera yaitu beban gaji dengan komposisi beban sebesar 58% dari total
beban umum dan administrasi.
Klasifikasi atas beban
Selain beban operasional, PT Tiga Pilar Sejahtera juga memiliki beban non
operasional. Secara umum, beban non operasional dari PT Tiga Pilar Sejahtera dapat
berupa management fee dan kerugian dari selisih nilai kurs. Seperti hal nya pada sisi
pendapatan, beban non operasional pada sisi beban adalah jenis beban yang juga
tidak memiliki tren tertentu seperti hal nya pada beban operasional. Hal tersebut juga
disebabkan karena beban tersebut merupakan beban-beban yang tidak memiliki
hubungan dengan kegiatan operasional bisnis.

Beban dari PT Tiga Pilar Sejahtera juga dapat diklasifikasikan sebagai
recurring dan non recurring. Dalam hal ini beban yang termasuk dalam klasifikasi
recurring adalah beban penjualan, umum, dan administrasi serta management fee.
Dengan mengambil rata-rata dari total beban PT TPS Food Sejahtera selama lima
tahun terakhir dapat dilihat bahwa PT TPS Food Sejahtera memiliki komposisi pada
recurring sebesar 99% dan non recurring hanya sebesar 1% saja.

10

Metode pengakuan beban yang diterapkan
Seperti halnya pada pengakuan pendapatan, metode pengakuan beban dari
perusahaan juga akan menyesuaikan dengan kebijakan pada pengakuan pendapatan.
Karena PT Tiga Pilar Sejahtera menerapkan kebijakan pengakuan pendapatan saat
penyerahan barang dilakukan, maka pada pengakuan beban, beban dari perusahaan
baru akan diakui pada saat terjadinya beban tersebut.
Jika perusahaan memiliki beban dibayar dimuka, maka perusahaan akan
mengakui pendapatan tersebut hanya ketika beban tersebut sudah benar-benar
terjadi.
Analisa akuntansi atas beban perusahaan
Seperti yang kita ketahui bahwa pada pengakuan pendapatan dari PT Tiga
Pilar Sejahtera, tidak memiliki kemungkinan yang tinggi untuk menyebabkan
distorsi akuntansi ataupun bentuk pengaturan laba lainnya
Namun, berdasarkan data laba 5 tahun terakhir, bisa kita lihat bahwa seolaholah seperti ada income smoothing yang dilakukan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera,
sehingga terlihat pendapatannya selalu meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu
ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk menguji apakah ada kemungkinan
PT Tiga Pilar Sejahtera melakukan income smoothing.
Salah satu kemungkinan untuk dilakukannya “Creative Accounting” adalah
pada pengakuan estimasi depresiasi setiap tahunnya, dimana setiap tahunnya nilai
PPE selalu meningkat
2015
Property, Plant and Equipment
Depresiasi

2.290.408
10.145
0,00442

2014
1.785.691
7.228
0,004047

2013
1.443.553
5.020
0,003477

2012
1.233.721
3.354
0,002718

2011
933.668
6.198
0,00663

Namun terlihat juga seperti pada tabel diatas bahwa nilai depresiasinya pun
ikut meningkat, tidak terjadi perubahan cara ataupun perbandingan yang berbeda
signifikan. Hal tersebut membuktikan bahwa memang pengkuan pada depresiasi
sudah dilakukan secara benar.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dari beban adalah, kontributor
terbesar dari nilai beban itu sendiri, dalam hal ini yaitu beban gaji dan promosi,
namun sama halnya seperti depresiasi, nilai dari gaji dan promosi selalu meningkat
pesat sesuai dengan kenaikkan Penjualan, tidak ada angka yang bisa dibilang salah
estimasi ataupun pengakuan.
Secara keseluruhan nilai dari beban meningkat bersama-sama sehingga
menyebabkan nilai laba tidak naik secara signifikan namun stabil. Kesimpulannya
adalah bisa dibilang kemungkinan dari accounting risk ataupun distorsi akuntansi
yang terjadi pada Laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera sangat kecil.
11

Accounts Payable Turnover
Accounts payable turnover adalah salah satu alat pengukur likuiditas jangka
pendek yang digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan suatu perusahaan
dalam melunasi hutang kepada supplier. Semakin tinggi accounts payable turnover
dari sebuah perusahaan, maka menunjukkan bahwa semakin singkat waktu yang
dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk melunasi hutang dagangnya.

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food, terlihat bahwa selama lima tahun terakhir,
accounts payable turnover rate dari TPS Food cenderung semakin menurun. Hal ini
mengindikasikan bahwa TPS Food mengambil strategi untuk memperpanjang waktu
yang dibutuhkan untuk pelunasan piutang. Hal tersebut menurut hasil analisis kami
adalah strategi yang baik, yaitu dengan memperpanjang waktu pelunasan hutang,
namun memperpendek waktu pelunasan piutang. Strategi tersebut bermanfaat untuk
menjaga perputaran kas dari perusahaan agar lebih lancar.

Selain melakukan analisa secara komparatif dari perusahaan, kami juga
melakukan perbandingan terhadap accounts payable turnover dari TPS Food dengan
perusahaan-perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Melalui
perbandingan terhadap ke-5 perusahaan lainnya, kami melihat tren yang berbedabeda dari setiap perusahaan. Selain TPS Food, hanya PT Indofood CBP Sukses
Makmur dan PT Indofood Sukses Makmur yang melakukan strategi yang sama,
namun, perusahaan-perusahaan lain mengalami peningkatan pada accounts payable
turnover.

Dari hasil perbandingan industri, terlihat bahwa TPS Food memiliki
accounts payable turnover rate yang lebih tinggi dari rata-rata industri. Dari rate
industri tersebut terlihat bahwa rate berkisar hanya hingga 9.7, namun TPS Food
mampu mencapai accounts payable turnover hingga 35 pada tahun 2011. Menurut
12

hasil analisis kami, tingginya kemampuan TPS Food dalam membayar hutang secara
cepat yang terlihat dari tingginya accounts payable turnover TPS Food jika
dibandingkan dengan data industri disebabkan karena TPS Food menggunakan
pinjaman bank jangka pendek untuk melakukan pelunasan terhadap hutang
dagangnya. Perusahaan biasanya akan melakukan pinjaman jangka pendek untuk
melunasi hutang dagang jika pihak supplier mampu memberikan potongan harga
yang lebih menguntungkan.

13

BAB III
KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa pada aspek pendapatan dan beban dari PT Tiga Pilar Food
Sejahtera dari sisi operasional perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT
Tiga Pilar Sejahtera memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan perusahaannya.
Hal ini terlihat dari peningkatan secara terus menerus pada penjualan PT Tiga Pilar
Sejahtera melalui 3 lini bisnisnya, yaitu lini bisnis makanan, beras, dan palm oil. Salah
satu lini bisnis yang memberikan kontribusi yang paling signifikan adalah lini bisnis
beras dari PT Tiga Pilar Sejahtera.
Meskipun pendapatan tersebut terus meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan dari
beban operasional dari PT Tiga Pilar Sejahtera juga terus meningkat sehingga kenaikan
laba dari perusahaan juga tidak mengalami perubahan yang signifikan. Namun,
walaupun begitu, PT Tiga Pilar Sejahtera hampir selalu mengalami peningkatan atas
kinerja dari laba usaha.
Selain itu, menurut hasil analisis kelompok kami, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki
kemungkinan yang cukup kecil dalam melakukan distorsi akuntansi, baik dari sisi
pengakuan pendapatan maupun juga dari sisi pengakuan beban. Namun, jika melihat
dari sisi kemampuan kolektibilitas nya, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki resiko
kolektibilitas yang cukup tinggi
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera secara operasional
memiliki kinerja yang sangat baik dan memiliki resiko akuntansi yang relatif kecil.
Selain itu, kinerja dari laba dari PT Tiga Pilar Sejahtera ini pun masih dapat terus
ditingkatkan.

14

Lampiran :
Lampiran 1 : Ikhtisar Laporan Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. 2011 – 2015

15

Lampiran 2 :
Beban dari kegiatan operasional

Beban dari kegiatan non operasional

16

Lampiran 3 : Perbandingan rasio perusahaan lain

17

18

Referensi
http://www.investopedia.com/terms/i/inventoryturnover.asp (diakses 9 oktober 2016)
http://www.investopedia.com/terms/r/receivableturnoverratio.asp (diakses 9 oktober
2016)
Indofood.2016.”Laporan Keuangan Indofood2015”.Diambil dari
http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 8 Oktober 2016)
Indofood.2015.”Laporan Keuangan Indofood2014”.Diambil dari
http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 8 Oktober 2016)
Indofood.2014.”Laporan Keuangan Indofood2013”.Diambil dari
http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 8 Oktober 2016)
MayoraIndah.2015.”Mayora Indah Tbk_Audited Financial Statements 2014”.Diambil
dari http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporankeuangan-tahunan/ (diakses 8 Oktober 2016)
MayoraIndah.2014.”Mayora Indah Tbk_Audited Financial Statements 2013”.Diambil
dari http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporankeuangan-tahunan/ (diakses 8 Oktober 2016)
MayoraIndah.2013.”Mayora Indah Tbk_Audited Financial Statements 2012”.Diambil
dari http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporankeuangan-tahunan/ (diakses 8 Oktober 2016)
NipponIndosari.2016.”LaporanKeuangan2015”.Diambil dari
http://www.sariroti.com/content/hubungan-investor-1/ (diakses 8 Oktober 2016)
NipponIndosari.2015.”LaporanKeuangan2014”.Diambil dari
http://www.sariroti.com/content/hubungan-investor-1/ (diakses 8 Oktober 2016)
NipponIndosari.2014.”LaporanKeuangan2013”.Diambil dari
http://www.sariroti.com/content/hubungan-investor-1/ (diakses 26 September
2016)
NipponIndosari.2013.”LaporanKeuangan2012”.Diambil dari
http://www.sariroti.com/content/hubungan-investor-1/ (diakses 8 Oktober 2016)
Indofood.2015.”FinancialStatement2014”.Diambil dari
http://www.indofood.com/uploads/statement/Financial%20Statement_Full%20N
otes_FY14%20Billingual%20INDF.pdf (diakses 8 Oktober 2016)
Indofood.2014.”FinancialStatement2013.Diambil dari
http://www.indofood.com/uploads/statement/Financial%20Statement_Full%20N
otes_4Q13%20Billingual%20INDF.pdf (diakses 8 Oktober 2016)
Indofood.2014.”FinancialStatement2013.Diambil dari
http://www.indofood.com/uploads/statement/Indofood%20Sukses%20Makmur
%20Tbk_Billingual_31_Des%202015%20Released.pdf (diakses 8 Oktober
2016)

19

DeltaDjakarta.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari
http://www.deltajkt.co.id/web/images/Report/ANNUAL_REPORT_2014_PT_D
ELTA_DJAKARTA_Tbk.pdf (diakses 8 Oktober 2016)
IndofoodCBP.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari
http://www.indofoodcbp.com/uploads/annual/ICBP_2014_website.pdf (diakses
8 Oktober 2016)
Indofood Sukses Makmur.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari
http://www.indofood.com/uploads/annual/ISM_2014_website.pdf (diakses 8
Oktober 2016)
MayoraIndahTbk.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari
http://www.mayoraindah.co.id/wpcontent/uploads/2013/08/AR_MYOR_2014.pdf (diakses 8 Oktober 2016)
MayoraIndahTbk.2013.”AnnualReport2012”.Diambil dari
http://www.mayoraindah.co.id/wpcontent/uploads/2013/08/AR_MYOR_2012.pdf (diakses 8 Oktober 2016)
Ultrajaya.2015.”AnnualReportUltrajaya2014”.Diambil dari
http://www.ultrajaya.co.id/investorrelation/annual%20report/ (diakses 8 Oktober
2016)
Ultrajaya.2013.”AnnualReportUltrajaya2012”.Diambil dari
http://www.ultrajaya.co.id/investorrelation/annual%20report/ (diakses 8 Oktober
2016)

20