TUGAS AKHIR KOMPREHENSIF pedoman mesin
TUGAS AKHIR KOMPREHENSIF
1. Bentuklah kelompok dengan anggota 3 orang. Buatlah sebuah artikel dengan metode
studi kepustakaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tema: “ Komunikasi Bisnis dalam Perusahaan Pada Abad 21”
b. Bahan referensi yang digunakan dari:
1) Referensi buku komunikasi bisnis
2) Jurnal yang terkait dengan tema minimal 4 jurnal (minimal
ada 1 jurnal
internasional dalam 4 jurnal tersebut)
c. Sistematika penulisan naskah, terdiri atas: Judul, Nama Penulis, Abstrak,
Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, dan Daftar
Acuan.
d. Judul harus bersifat informatifdan mencerminkan isi artikel, tidak terlalu pendek dan
tidak terlalu panjang (kira-kira 5 s/d 14 kata), memuat variabel atau konsep yang
dicakup dalam artikel, serta tidak ada singkatan.
e. Abstrak terdiri antara 150-250 kata dan 3-5 kata kunci (key words). Abstrak
disajikan dalam bahasa Indonesia (jika naskah ditulis dalam bahasa inggris)
atau bahasa Inggris (jika naskah ditulis dalam bahasa Indonesia) serta memuat
latar belakang/konteks penelitian, masalah atau tujuan penelitian, prosedur
penelitian, ringkasan hasil penelitian, dan simpulan.
f. Format penulisan:
1) Font times new roman 12 spasi 1.5, Rata kanan kiri (justify)
2) Kertas A4
3) Jumlah halaman minimal 10 halaman dan maksimal 15 halaman (sudah termasuk
cover dan daftar pustaka)
g. Sitasi/kutipan acuan sumber ditulis dengan nama penulis da tahunnya, misalnya:
1) Satu sumber kutipan, beberapa penulis: (Kotler, 2007). Jika nomor halaman
dicantumkan: (Kotler, 2007: 25)
2) Beberapa sumber kutipan, beberapa penulis: (Amstrng, 2007: Kotler & Kehler),
2007)
h. Setiap naskah harus memuat daftar pustaka yang ditulis aplhabetis sesuai anama akhir
penulisnya (tanpa gelar akademik) baik untuk penulis asing maupun penulis
Indonesia.
Contoh:
Bennet, Roger amd Barkensjo, Anna. 2005. “Relationship Quality, Relationship
Marketing, and Clint Perception of The Levels of Service Quality of Charitable
Organizations.” International Journal of Services Marketing. Vol. 15, Iss. 6/7, pp
480-495.
Zeithml, V. A and Bitner, M. J. 2003. Service Marketing: Integrating Customer Focus
Across The Firm. Maindenhead: McGraw-Hill International.
“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan yang ada hubungannya dengan masalah yang diperolah. (Nazir 1988:111)
PERAN KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA DALAM ERA GIDITAL
Oleh: Eka Lestari Bawanti
Abstrak
Komunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam dunia bisnis khususnya mereka
yang berkecimpung di dunia bisnis berskala internasional untuk mencapai kesuksesan di tengah
semakin kompetitifnya pasar di era globalisasi seperti sekarang ini. Untuk itu, suatu perusahaan
perlu mengembangkan strategi serta keterampilan dalam komunikasi bisnis. Tak jarang para
manajer yang bekerja pada perusahaan internasional cenderung untuk mengabaikan hambatan
tak kasat mata akibat adanya perbedaan budaya dalam komunikasi bisnis. Budaya sebagai salah
satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi juga berperan menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan hambatan-hambatan komunikasi terutama dalam komunikasi bisnis lintas
budaya. Memahami perbedaan budaya adalah salah satu kerterampilan penting bagi sebuah
organisasi atau perusahaan untuk berkembang dalam rangka memiliki keuntungan kompetitif
dalam dunia bisnis berskala internasional. Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012)
budaya berdampak pada berbagai aspek dalam komunikasi bisnis internasional, diantaranya
berdampak pada kebijakan perdagangan bebas, lokalisasi dan standarisasi strategi keputusan,
periklanan, efektivitas merek, hubungan bisnis, manajemen bisnis internasional, pemasaran
internasional, negosiasi internasional, serta perilaku konsumen. Di era digital ini perkembangan
teknologi terjadi sebuah evolusi pada teknologi media, sebut saja new media atau orang juga
sering menyebutnya media online atau orang lebih akrab lagi menyebutnya dengan istilah
internet, media ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga. Media ini juga disebut-sebut
sebagai media yang sampai saat ini belum ada yang menandingi pertumbuhan jumlah
penggunanya. Di negara maju, new media mengalahkan berbagai media yang sebelumnya telah
dijadikan sumber referensi dalam mendapatkan sebuah informasi.
Kata kunci: komunikasi bisnis, antar budaya, era digital
Pendahuluan
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris ‚communication‛),secara etimologis
atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai
komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon
dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Aktifitas
komunikasi dalam instansi pemerintah senantiasa disertai dengan adanya tujuan – tujuan
diantaranya adalah keberhasilan dalam tugas karyawan dalam keberhasilan pengelolaan instansi
tersebut sesuai dengan visi dan misi yang telah di tetapkan, dengan metode komunikasi
Organisasi. Metode komunikasi organisasi adalah korelasi antara ilmu komunikasi dengan
organisasi yang terfokus pada manusiamanusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi
yang berfokus pada teknik, media, proses dan faktor-faktor yang menjadi penghambat proses
komunikasi organisasi.
Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012), yang dimaksud dengan komunikasi
bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis diantara konsumen atau antara konsumen yang
berbeda budaya dengan pemasar paling tidak pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa,
agama, norma-norma sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup. Komunikasi bisnis lintas
budaya menuntut organisasi atau perusahaan untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan
budaya. Menghormati hak terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar,
para pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak terhadap budaya
masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam pemasaran lintas budaya maka mereka
harus menghormati nilai-nilai serta hak yang dimiliki oleh konsumen.
Budaya dan Perbedaan Budaya
a. Pengertian Budaya
Berikut adalah beberapa pengertian tentang budaya menurut para ahli :
Edward T. Hall, mendefinisikan budaya sebagai dasar dari proses komunikasi yang
menciptakan iklim bagi studi komunikasi antar budaya dalam ranah komunikasi bukan
ranah antropologi.
P. Joint dan M. Warner (1996) mendefinisikan budaya sebagai sebuah pola yang
diterima dari berbagai asumsi tentang bagaimana sebuah kumpulan orang seharusnya
berpikir, bertindak, dan rasakan sebagaimana yang mereka lakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Geert Hofstede (1997) menyatakan bahwa terdapat dua macam budaya, yaitu budaya
organisasi dan budaya bangsa yang memiliki perbedaan dalam tataran nilai serta praktis.
Nilai diperoleh dari pengalaman kehidupan seperti keluarga dan sekolah di awal kehidupan
seseorang. Ssedangkan praktis diperoleh dari pengalaman sosial misalnya bekerja. Dalam
tingkatan organisasi, perbedaan budaya tampil sebagian besar dalam tataran praktis
dibandingkan dengan nilai (He dan Liu, 2010 : 5)
b. Perbedaan Budaya
Untuk memahami perbedaan budaya, berikut diulas secara singkat mengenai budaya konteks
tinggi dan budaya konteks rendah, konsep wajah, serta dimensi-dimensi budaya (Jandt, 2009 :
399-401).
1. Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah
Satu konsep yang sangat berguna untuk memahami perbedaan budaya dalam komunikasi
bisnis adalah dengan konsep yang dikenalkan oleh Edward T. Hall (1976) yang
membedakan budaya konteks rendah dengan budaya konteks tinggi. Budaya dengan
makna lebih kecil ditentukan oleh konteks karena sebagian besar pesan di-encode dalam
bahasa sendiri dinamakan konteks rendah. Dalam budaya konteks rendah pesan-pesan
verbal dinilai tinggi serta memiliki spesifikasi yang tinggi serta rinci.
Sementara itu, budaya dengan lebih sedikit dikatakan atau ditulis karena banyaknya
makan dalam sebuah lingkungan atau telah dibagikan oleh orang dinamakan dengan
konteks tinggi. Dalam budaya konteks tinggi, sangat sedikit pesan-pesan yang dikode
secara eksplisit. Budaya konteks tinggi lebih sensitif terhadap pesan-pesan nonverbal dan
lebih seperti menyajikan sebuah konteks dan latar belakang. Dalam budaya konteks
tinggi, orang membawa lebih dekat dengan pentingnya konteks yang dibagi. Pesan bisa
jadi hilang dalam budaya konteks rendah. (Baca : Komunikasi Nonverbal)
2. Konsep wajah
Terkait dengan konsep budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah adalah konsep
wajah. Wajah dapat dipahami dalam dua cara. Pertama, wajah merujuk pada rasa percaya
diri terhadap orang lain dalam hal karakter moral. Dan kedua, wajah merujuk pada
prestise atau reputasi seseorang yang dicapai dalam hidup. Dalam budaya konteks tinggi
seperti China, komunikasi terjalin secara tidak langsung atau implisit dan lebih seperti
menggunakan perantara karena harmoni sosial dan pengelolaan wajah adalah krusial.
Komunikasi yang dilakukan melalui perantara dapat mengeliminasi terjadinya
konfrontasi tatap muka dan mengurangi resiko kehilangan muka. Terdapat lebih dari
negosiasi wajah dan kesamaan wajah atau pengelolaan wajah lainnya. Dalam konteks
budaya rendah seperti Amerika Serikat, terdapat lebih dari negosiasi wajah secara
langsung dan lebih mengelola wajah sendiri.
3. Dimensi-dimensi Budaya
Dimensi lintas budaya telah menjadi salah satu faktor penting untuk memahami berbagai
macam lingkungan ekomoni dan bisnis. Geert Hofstede (1980) mempublikasikan hasil
studinya mengenai berbagai macam dimensi budaya yaitu individualisme, maskulinitas,
kekuatan jarak, dan penghindaran ketidakpastian. Konsep ini telah diterapkan ke berbagai
macam bidang seperti psikologi lintas budaya, manajemen internasional dan
bisnis, komunikasi lintas budaya, dan lain-lain.
4. Individualisme dan Kolektivisme
Dimensi ini merujuk pada bagaimana individu memandang atau mendefinisikan dirinya
sendiri dan hubungannya dengan orang lain dari strukturnya longgar hingga yang
terintegrasi dengan kuat. Dalam budaya individualis, minat individu berada di atas minat
kolompok. Budaya individualis menekankan pada arahan diri dan pencapaian diri,
misalnya adalah Negara Kanada.
Sedangkan, dalam budaya kolektif, minat kelompok berada di atas minat individu.
Budaya kolektif menekankan pada kesetiaan pada kelompok dan konformitas, misalnya
adalah Indonesia. Dimensi individualisme dan kolektivisme adalah dimensi budaya yang
umumnya digunakan sebagai landasan teori dalam berbagai penelitian komunikasi lintas
budaya dalam bidang komunikasi, psikologi, dan antropologi (Baca : Etnografi
Komunikasi).
5. Maskulinitas dan Feminitas
Hofstede memberikan label sebagai budaya maskulin untuk menggambarkan perbedaan
maksimal antara pria dan wanita. Budaya yang menempatkan nilai tinggi pada maskulin
memberlakukan tekanan pada keasertifitas (Baca : Komunikasi Asertif), kompetisi, dan
sukses materi, misalnya adalah Negara Jepang. Sedangkan label budaya feminin merujuk
pada adanya tumpang tindih peran sosial yang dialami oleh wanita. Budaya yang
menempatkan nilai tinggi terhadap feminin memberlakukan tekanan pada kualitas hidup,
hubungan interpersonal, dan lebih memperhatikan kelemahan, misalnya adalah Negara
Norwegia. (Baca : Komunikasi Gender– Teori Feminisme Menurut Para Ahli)
6.Kekuatan Jarak
Kekuatan jarak mengindikasikan tingkat dimana kekuatan didistribusikan secara
seimbang dalam sebuah masyarakat dan derajat penerimaan masyarakat terhadap
distribusi tersebut. Budaya dengan kekuatan jarak yang tinggi dan pengaruh
terkonsentrasi pada beberapa orang dibandingkan dengan seluruh polpulasi. Negara
dengan kekuatan jarak yang tinggi cenderung otoriter dan berkomunikasi dengan
interaksi yang terbatas dan penguatan perbedaan diantara orang-orang. Negara dengan
kekuatan jarak tinggi misalnya Malaysia, sedangkan Negara dengan kekuatan jarak
rendah misalnya Israel.
7. Penghindaran Ketidakpastian
Penghindaran ketidakpastian adalah tingkat dimana orang dalam suatu budaya merasa
terancam oleh situasi yang tidak dikenal dan diketahui dan merasa membutuhkan aturan
yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam dunia bisnis, hal ini membuat orang
membutuhkan kerja keras karena aturan, presisi, dan puntualitas dinilai. Negara dengan
tingkat penghindaran ketidakpastian tinggi misalnya Yunani dan Negara dengan tingkat
penghindaran ketidakpastian rendah misalnya Singapura.
8. Orientasi Jangka Panjang dan Orientasi Jangka Pendek
Hofstede berpendapat bahwa dimensi-dimensi budaya dapat digambarkan sebagai
pentingnya hubungan dengan masa depan dibandingkan dengan masa lalu dan masa kini.
Orientasi jangka panjang merujuk pada individu-individu yang berdedikasi, termotivasi,
bertanggung jawab, dan berpendidikan dengan sebuah rasa komitmen dan kesetiaan
terhadap identitas organisasi.
Pada orientasi jangka panjang, konsisten dengan penghematan, ketekunan pada hasil, dan
keinginan untuk berada pada sisi sub-ordinat bagi sebuah tujuan. Sedangkan dalam
orientasi jangka pendek, konsisten dengan pemborosan dan ketekunan pada hasil yang
cepat. Negara dengan tingkat orientasi jangka panjang yang tinggi misalnya Tiongkok.
Sedangkan, Negara dengan tingkat orientasi jangka pendek misalnya Inggris Raya.
Hambatan-hambatan Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Menurut R. Delecta Jenifer dan Dr. G.P. Raman (2015), terdapat beberapa hambatan
dalam komunikasi bisnis lintas budaya yaitu sebagai berikut :
A. Kesalahpahaman
Kesalahpahaman adalah hambatan komunikasi bisnis lintas budaya terbesar. Kesalahpahaman
dapat terjadi di antara orang-orang dengan latar belakang budaya dengan beragam kepercayaan
dan nilai-nilai yang dianut masing-masing. Adanya perbedaan budaya dapat menimbulkan
kecemasan serta ketidakpastian untuk mengakhiri kesalahpahaman yang terjadi.
Kesalahpahaman yang terus berkembang dapat menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian
dalam berbagai aspek. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
B. Norma-norma dan Peranan
Norma dapat diartikan sebagai berbagai aturan untuk menentukan apakah suatu perilaku dapat
diterima dan sesuai dengan budaya. Masing-masing budaya memiliki seperangkat norma dan
memiliki seperangkat perilaku yang sesuai atau dapat diterima. Mereka yang bekerja dalam
lingkungan multikultur selalu gagal untuk memahami berbagai norma dari budaya lain. Hal ini
tentunya dapat mengganggu proses komunikasi serta menimbulkan rasa cemas.
C. Kepercayaan dan Nilai-nilai
Kepercayaan serta nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing orang sangatlah berbeda
tergantung latar belakang budaya. Kepercayaan serta nilai-nilai lintas budaya yang berlaku
hendaknya diketahui oleh masing-masing orang agar terjalin komunikasi yang efektif.
D. Stereotyping
Sterotipe merupakan penilaian tentang seseorang. Infromasi yang kurang valid tentang
seseorang dapat menimbulkan kesalahan pemilihan dalam komunikasi bisnis lintas budaya.
Stereotipe budaya yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya rasa cemas. Stereotipe
adalah faktor utama terjadinya perbedaan pendapat tentang budaya orang lain sehingga
menimbulkan miskomunikasi.
E. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan penilaian tentang budaya sendiri atau kelompok perilaku
sebagai patokan untuk melawan kelompok yang lain. Etnosentrime dapat meningkatkan tingkat
kecemasan.
Cara Mengatasi Hambatan-hambatan Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sebagaimana komunikasi antar budaya, maka untuk mengatasi berbagai hambatan dalam
komunikasi bisnis lintas budaya salah satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi
komunikasi lintas budaya dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai berbagai
tujuan dengan tetap menghormati nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan yang dimiliki oleh
orang lain atau pihak lain. Sebuah organisasi bisnis hendaknya mengembangkan kompetensi
lintas budaya sebagai cara mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi bisnis lintas
budaya.
Kompetensi Komunikasi Lintas Budaya
Menurut R. Delecta Jenifer dan Dr. G.P. Raman (2015), yang dimaksud dengan
kompetensi lintas budaya adalah kemampuan untuk berpartisipasi dalam sebuah kumpulan
kegiatan inti yang terjadi dalam kode umum komunikasi. Kemampuan ini dikombinasi dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kompetensi lintas budaya yang berhasil ditopang oleh 3
(tiga) pilar yaitu :
Sensitivitas lintas budaya – aspek kasih sayang komunikasi lintas budaya dapat
diidentifikasi sebagai sensivitas antar budaya yang berkembang dalam rangka menimbulkan
kemampuan individu untuk menghargai perbedaan budaya yang ada. Sehingga individu
dapat mengembangkan konsep diri, netralitas, dan kepemilikan diri.
Kesadaran lintas budaya – merupakan aspek kognitif komunikasi lintas budaya.
Kesadaran antar budaya menghasilkan kesadaran budaya dan kesadaran diri.
Kemampuan lintas budaya.
Kompetensi lintas budaya dapat dikembangkan melalui beberapa cara yaitu :
Pelatihan pengetahuan lintas budaya – karyawan perlu untuk menyadari dan mengakui
keberadaan perbedaan diantara budaya yang ada dalam hal nilai-nilai, kepercayan, persepsi,
dan interpretasi. Karyawan hendaknya diberikan dasar-dasar pelatihan lintas budaya yang
dapat membuat mereka sadar terhadap lintas budaya dalam dunia kerja atau bisnis.
Pelatihan bahasa – hambatan bahasa adalah masalah terbesar dalam kelompok yang
bersifat multi-kultural. Pelatihan bahasa hendaknya diberikan kepada mereka yang memiliki
kesempatan untuk melakukan kontak dengan orang asing (Baca : Bahasa sebagai Alat
Komunikasi)
Penegakan kebijakan yang saling menguntungkan – sebuah organisasi hendaknya
tetap bertahan pada keuntungan yang sama bagi semua budaya dalam dunia kerja atau
bisnis. Karyawan hendaknya mendapatkan keuntungan yang sama seperti karyawan lainnya
yang memiliki budaya yang berbeda sehingga tercipta situasi yang saling menguntungkan.
Pembahasan
Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang terjadi karena adanya
perbedaan latar belakang budaya dalam diri individu. Komunikasi antar budaya dalam
pembahasan kali ini berhubungan dengan dunia bisnis dimana setiap perusahaan terdiri atas
individu-individu yang berbeda budayanya baik dari peran dan status, nilai-nilai sosial, gaya
komunikasi dan bentuk kebudayaan lainnya.
Berikut merupakan pentingnya komunikasi antar budaya dalam bisnis:
1.
Menyatukan Perbedaan Budaya pada Setiap Perusahaan
Komunikasi antar budaya memiliki peranan yang penting dalam dunia bisnis salah satunya
adalah untuk menyatukan perbedaan budaya pada setiap perusahaan. Komunikasi tersebut
berfungsi sebagai pengetahuan seseorang dalam sebuah perusahaan untuk menghadapi
budaya yang ada pada perusahaan lain. Setiap perusahaan memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda.
2.
Meningkatkan Komunikasi Lintas Budaya
Suatu perusahaan memiliki banyak karyawan yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Oleh karena itu, komunikasi antar budaya menjadi penting untuk meningkatkan
komunikasi antar budaya dalam diri seseorang maupun perusahaan tersebut.
3.
Meningkatkan Kerjasama dalam Tim
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa setiap perusahaan memiliki karyawan yang
berbeda latar belakang budayanya. Tujuan utama dalam sebuah perusahaan adalah untuk
mencapai kesuksesan bersama. Oleh karena itu, latar belakang karyawan yang multi budaya
ini sering menimbulkan permasalahan seperti kesalahpahaman pada saat bertugas.
Komunikasi antar budaya menjadi solusi untuk memahami masing-masing karakter budaya
karyawan tersebut demi menciptakan kerjasama yang baik dalam tim dan untuk mewujudkan
kesuksesan bersama.
4.
Sebagai Proses Negosiasi
Bisnis tidak hanya dilakukan di dunia domestik saja, tetapi bisnis yang maju telah mencapai
seluruh dunia. Komunikasi antar budaya menjadi kunci utama untuk berbisnis di luar negeri.
Selain itu, komunikasi antar budaya juga dilakukan di dalam dunia domestik sebagai proses
negosiasi dengan perusahaan lain yang ingin menjalin kerjasama. Dengan komunikasi antar
budaya tersebut perusahaan lain dapat menilai kapabilitas perusahaan yang mengajukan
kerjasama tersebut.
5.
Menjalin Keharmonisan Antar Perusahaan
Dunia bisnis tentu berhubungan dengan perusahaan-perusahaan besar termasuk perusahaan
domestik dan luar negeri. Komunikasi antar budaya menjadi alternatif perusahaan untuk
menjalin keharmonisan atau hubungan baik dengan perusahaan lain. Perbedaan budaya yang
ada dalam sebuah perusahaan harus dipahami dengan baik melalui komunikasi antar budaya
mulai dari peran dan status, nilai-nilai sosial, norma, dan gaya komunikasi. Hal ini menjadi
penting untuk menjalin keharmonisan dalam kerjasama dengan perusahaan lain.
6.
Membuka Peluang Kerjasama dengan Perusahaan Asing
Perusahaan di negara ini telah memasuki pemasaran global, dimana perusahaan tidak hanya
bekerja sama dengan perusahaan tanah air saja tetapi sudah menjalin kerjasama dengan
perusahaan bonafit yang ada di luar negeri. Fungsi dari komunikasi antar budaya adalah
memberikan pemahaman kepada sebuah perusahaan tentang kebudayaan-kebuadayaan dari
perusahaan asing, sehingga perusahaan tersebut dapat membuka peluang kerjasama dengan
perusahaan asing lainnya.
7.
Untuk Mengambil Keputusan
Seorang pemimpin memiliki wewenang untuk membuat peraturan-peraturan dalam sebuah
perusahaan. Seorang pemimpin wajib mengetahui kebudayaan yang ada dalam
perusahaannya karena orang-orang yang berada dalam perusahaan tersebut memiliki latar
belakang budaya yang berbeda-beda. Cara yang tepat untuk memahami budaya tersebut
adalah menggunakan komunikasi antar budaya.
Komunikasi antar budaya tidak hanya memahami kebudayaan seperti ras, agama, dan
kebudayaan lainnya yang sakral tetapi kebudayaan di sini juga menyangkut kebudayaan
berupa peranan, status, nilai sosial, dan lain sebagainya. Hal ini memudahkan seorang
pemimpin untuk mengambil sebuah keputusan dalam perusahaan.
8.
Mengetahui Karakter Seseorang
Komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis sangat penting untuk mengetahui karakter
seseorang. Misalnya, ketika seseorang bawahan yang ingin bertemu dengan atasan biasanya
menggunakan pakaian yang rapih, mimik muka tersenyum, berbicara sopan, dan tata karma
lainnya. Hal ini sudah menjadi budaya dalam dunia bisnis. Ketika ada orang yang melanggar
aturan tersebut terkesan tidak sopan bahkan bisa berdampak buruk pada nilai-nilai sosial.
9.
Mencegah Etnosentrisme
Budaya berkaitan dengan etnosentrisme. Etnosentrisme adalah suatu pandangan dari individu
tentang individu lain yang beranggapan bahwa kebudayaannya lebih baik dibandingkan
dengan kebudayaan individu lain. Orang yang etnosentrisme biasanya tidak memiliki
wawasan yang luas akan budaya dan dalam dirinya tidak ada rasa toleransi atau saling
menghargai. Komunikasi antar budaya yang berfungsi sebagai pengetahuan ini dapat
mencegah timbulnya etnosetrisme dalam diri seseorang dalam sebuah perusahaan.
10.
Kinerja Kerja Perusahaan
Kebudayaan yang beragama dalam sebuah perusahaan dinilai kreatif karena setiap sumber
daya manusia dapat berinovasi dengan pola pikir yang berbeda-beda. Komunikasi antar
budaya menjadi penting untuk kinerja kerja di perusahaan mulai dari tahap produksi,
distribusi, dan keuangan. Budaya seperti kejujuran, disiplin, mudah beradaptasi, dan budaya
lainnya inilah yang memberikan kesuksesan dalam dunia bisnis.
Kesimpulan
Dengan mempelajari komunikasi bisnis lintas budaya, kita dapat mengetahui serta
memahami berbagai pengertian tentang budaya serta perbedaan budaya, komunikasi bisnis lintas
budaya, hambatan-hambatan dalam komunikasi bisnis lintas budaya dan cara mengatasinya.
1. Bentuklah kelompok dengan anggota 3 orang. Buatlah sebuah artikel dengan metode
studi kepustakaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tema: “ Komunikasi Bisnis dalam Perusahaan Pada Abad 21”
b. Bahan referensi yang digunakan dari:
1) Referensi buku komunikasi bisnis
2) Jurnal yang terkait dengan tema minimal 4 jurnal (minimal
ada 1 jurnal
internasional dalam 4 jurnal tersebut)
c. Sistematika penulisan naskah, terdiri atas: Judul, Nama Penulis, Abstrak,
Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, dan Daftar
Acuan.
d. Judul harus bersifat informatifdan mencerminkan isi artikel, tidak terlalu pendek dan
tidak terlalu panjang (kira-kira 5 s/d 14 kata), memuat variabel atau konsep yang
dicakup dalam artikel, serta tidak ada singkatan.
e. Abstrak terdiri antara 150-250 kata dan 3-5 kata kunci (key words). Abstrak
disajikan dalam bahasa Indonesia (jika naskah ditulis dalam bahasa inggris)
atau bahasa Inggris (jika naskah ditulis dalam bahasa Indonesia) serta memuat
latar belakang/konteks penelitian, masalah atau tujuan penelitian, prosedur
penelitian, ringkasan hasil penelitian, dan simpulan.
f. Format penulisan:
1) Font times new roman 12 spasi 1.5, Rata kanan kiri (justify)
2) Kertas A4
3) Jumlah halaman minimal 10 halaman dan maksimal 15 halaman (sudah termasuk
cover dan daftar pustaka)
g. Sitasi/kutipan acuan sumber ditulis dengan nama penulis da tahunnya, misalnya:
1) Satu sumber kutipan, beberapa penulis: (Kotler, 2007). Jika nomor halaman
dicantumkan: (Kotler, 2007: 25)
2) Beberapa sumber kutipan, beberapa penulis: (Amstrng, 2007: Kotler & Kehler),
2007)
h. Setiap naskah harus memuat daftar pustaka yang ditulis aplhabetis sesuai anama akhir
penulisnya (tanpa gelar akademik) baik untuk penulis asing maupun penulis
Indonesia.
Contoh:
Bennet, Roger amd Barkensjo, Anna. 2005. “Relationship Quality, Relationship
Marketing, and Clint Perception of The Levels of Service Quality of Charitable
Organizations.” International Journal of Services Marketing. Vol. 15, Iss. 6/7, pp
480-495.
Zeithml, V. A and Bitner, M. J. 2003. Service Marketing: Integrating Customer Focus
Across The Firm. Maindenhead: McGraw-Hill International.
“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan yang ada hubungannya dengan masalah yang diperolah. (Nazir 1988:111)
PERAN KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA DALAM ERA GIDITAL
Oleh: Eka Lestari Bawanti
Abstrak
Komunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam dunia bisnis khususnya mereka
yang berkecimpung di dunia bisnis berskala internasional untuk mencapai kesuksesan di tengah
semakin kompetitifnya pasar di era globalisasi seperti sekarang ini. Untuk itu, suatu perusahaan
perlu mengembangkan strategi serta keterampilan dalam komunikasi bisnis. Tak jarang para
manajer yang bekerja pada perusahaan internasional cenderung untuk mengabaikan hambatan
tak kasat mata akibat adanya perbedaan budaya dalam komunikasi bisnis. Budaya sebagai salah
satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi juga berperan menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan hambatan-hambatan komunikasi terutama dalam komunikasi bisnis lintas
budaya. Memahami perbedaan budaya adalah salah satu kerterampilan penting bagi sebuah
organisasi atau perusahaan untuk berkembang dalam rangka memiliki keuntungan kompetitif
dalam dunia bisnis berskala internasional. Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012)
budaya berdampak pada berbagai aspek dalam komunikasi bisnis internasional, diantaranya
berdampak pada kebijakan perdagangan bebas, lokalisasi dan standarisasi strategi keputusan,
periklanan, efektivitas merek, hubungan bisnis, manajemen bisnis internasional, pemasaran
internasional, negosiasi internasional, serta perilaku konsumen. Di era digital ini perkembangan
teknologi terjadi sebuah evolusi pada teknologi media, sebut saja new media atau orang juga
sering menyebutnya media online atau orang lebih akrab lagi menyebutnya dengan istilah
internet, media ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga. Media ini juga disebut-sebut
sebagai media yang sampai saat ini belum ada yang menandingi pertumbuhan jumlah
penggunanya. Di negara maju, new media mengalahkan berbagai media yang sebelumnya telah
dijadikan sumber referensi dalam mendapatkan sebuah informasi.
Kata kunci: komunikasi bisnis, antar budaya, era digital
Pendahuluan
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris ‚communication‛),secara etimologis
atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai
komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon
dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Aktifitas
komunikasi dalam instansi pemerintah senantiasa disertai dengan adanya tujuan – tujuan
diantaranya adalah keberhasilan dalam tugas karyawan dalam keberhasilan pengelolaan instansi
tersebut sesuai dengan visi dan misi yang telah di tetapkan, dengan metode komunikasi
Organisasi. Metode komunikasi organisasi adalah korelasi antara ilmu komunikasi dengan
organisasi yang terfokus pada manusiamanusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi
yang berfokus pada teknik, media, proses dan faktor-faktor yang menjadi penghambat proses
komunikasi organisasi.
Menurut Tian Guang dan Dan Trotter (2012), yang dimaksud dengan komunikasi
bisnis lintas budaya adalah komunikasi bisnis diantara konsumen atau antara konsumen yang
berbeda budaya dengan pemasar paling tidak pada salah satu aspek dasar budaya seperti bahasa,
agama, norma-norma sosial, nilai-nilai, pendidikan, dan gaya hidup. Komunikasi bisnis lintas
budaya menuntut organisasi atau perusahaan untuk lebih sensitif terhadap adanya perbedaan
budaya. Menghormati hak terhadap budaya oleh konsumen dalam berbagai budaya dan pasar,
para pemasar hendaknya memahami bahwa konsumen mereka memiliki hak terhadap budaya
masing-masing. Jika seorang pemasar ingin sukses dalam pemasaran lintas budaya maka mereka
harus menghormati nilai-nilai serta hak yang dimiliki oleh konsumen.
Budaya dan Perbedaan Budaya
a. Pengertian Budaya
Berikut adalah beberapa pengertian tentang budaya menurut para ahli :
Edward T. Hall, mendefinisikan budaya sebagai dasar dari proses komunikasi yang
menciptakan iklim bagi studi komunikasi antar budaya dalam ranah komunikasi bukan
ranah antropologi.
P. Joint dan M. Warner (1996) mendefinisikan budaya sebagai sebuah pola yang
diterima dari berbagai asumsi tentang bagaimana sebuah kumpulan orang seharusnya
berpikir, bertindak, dan rasakan sebagaimana yang mereka lakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Geert Hofstede (1997) menyatakan bahwa terdapat dua macam budaya, yaitu budaya
organisasi dan budaya bangsa yang memiliki perbedaan dalam tataran nilai serta praktis.
Nilai diperoleh dari pengalaman kehidupan seperti keluarga dan sekolah di awal kehidupan
seseorang. Ssedangkan praktis diperoleh dari pengalaman sosial misalnya bekerja. Dalam
tingkatan organisasi, perbedaan budaya tampil sebagian besar dalam tataran praktis
dibandingkan dengan nilai (He dan Liu, 2010 : 5)
b. Perbedaan Budaya
Untuk memahami perbedaan budaya, berikut diulas secara singkat mengenai budaya konteks
tinggi dan budaya konteks rendah, konsep wajah, serta dimensi-dimensi budaya (Jandt, 2009 :
399-401).
1. Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah
Satu konsep yang sangat berguna untuk memahami perbedaan budaya dalam komunikasi
bisnis adalah dengan konsep yang dikenalkan oleh Edward T. Hall (1976) yang
membedakan budaya konteks rendah dengan budaya konteks tinggi. Budaya dengan
makna lebih kecil ditentukan oleh konteks karena sebagian besar pesan di-encode dalam
bahasa sendiri dinamakan konteks rendah. Dalam budaya konteks rendah pesan-pesan
verbal dinilai tinggi serta memiliki spesifikasi yang tinggi serta rinci.
Sementara itu, budaya dengan lebih sedikit dikatakan atau ditulis karena banyaknya
makan dalam sebuah lingkungan atau telah dibagikan oleh orang dinamakan dengan
konteks tinggi. Dalam budaya konteks tinggi, sangat sedikit pesan-pesan yang dikode
secara eksplisit. Budaya konteks tinggi lebih sensitif terhadap pesan-pesan nonverbal dan
lebih seperti menyajikan sebuah konteks dan latar belakang. Dalam budaya konteks
tinggi, orang membawa lebih dekat dengan pentingnya konteks yang dibagi. Pesan bisa
jadi hilang dalam budaya konteks rendah. (Baca : Komunikasi Nonverbal)
2. Konsep wajah
Terkait dengan konsep budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah adalah konsep
wajah. Wajah dapat dipahami dalam dua cara. Pertama, wajah merujuk pada rasa percaya
diri terhadap orang lain dalam hal karakter moral. Dan kedua, wajah merujuk pada
prestise atau reputasi seseorang yang dicapai dalam hidup. Dalam budaya konteks tinggi
seperti China, komunikasi terjalin secara tidak langsung atau implisit dan lebih seperti
menggunakan perantara karena harmoni sosial dan pengelolaan wajah adalah krusial.
Komunikasi yang dilakukan melalui perantara dapat mengeliminasi terjadinya
konfrontasi tatap muka dan mengurangi resiko kehilangan muka. Terdapat lebih dari
negosiasi wajah dan kesamaan wajah atau pengelolaan wajah lainnya. Dalam konteks
budaya rendah seperti Amerika Serikat, terdapat lebih dari negosiasi wajah secara
langsung dan lebih mengelola wajah sendiri.
3. Dimensi-dimensi Budaya
Dimensi lintas budaya telah menjadi salah satu faktor penting untuk memahami berbagai
macam lingkungan ekomoni dan bisnis. Geert Hofstede (1980) mempublikasikan hasil
studinya mengenai berbagai macam dimensi budaya yaitu individualisme, maskulinitas,
kekuatan jarak, dan penghindaran ketidakpastian. Konsep ini telah diterapkan ke berbagai
macam bidang seperti psikologi lintas budaya, manajemen internasional dan
bisnis, komunikasi lintas budaya, dan lain-lain.
4. Individualisme dan Kolektivisme
Dimensi ini merujuk pada bagaimana individu memandang atau mendefinisikan dirinya
sendiri dan hubungannya dengan orang lain dari strukturnya longgar hingga yang
terintegrasi dengan kuat. Dalam budaya individualis, minat individu berada di atas minat
kolompok. Budaya individualis menekankan pada arahan diri dan pencapaian diri,
misalnya adalah Negara Kanada.
Sedangkan, dalam budaya kolektif, minat kelompok berada di atas minat individu.
Budaya kolektif menekankan pada kesetiaan pada kelompok dan konformitas, misalnya
adalah Indonesia. Dimensi individualisme dan kolektivisme adalah dimensi budaya yang
umumnya digunakan sebagai landasan teori dalam berbagai penelitian komunikasi lintas
budaya dalam bidang komunikasi, psikologi, dan antropologi (Baca : Etnografi
Komunikasi).
5. Maskulinitas dan Feminitas
Hofstede memberikan label sebagai budaya maskulin untuk menggambarkan perbedaan
maksimal antara pria dan wanita. Budaya yang menempatkan nilai tinggi pada maskulin
memberlakukan tekanan pada keasertifitas (Baca : Komunikasi Asertif), kompetisi, dan
sukses materi, misalnya adalah Negara Jepang. Sedangkan label budaya feminin merujuk
pada adanya tumpang tindih peran sosial yang dialami oleh wanita. Budaya yang
menempatkan nilai tinggi terhadap feminin memberlakukan tekanan pada kualitas hidup,
hubungan interpersonal, dan lebih memperhatikan kelemahan, misalnya adalah Negara
Norwegia. (Baca : Komunikasi Gender– Teori Feminisme Menurut Para Ahli)
6.Kekuatan Jarak
Kekuatan jarak mengindikasikan tingkat dimana kekuatan didistribusikan secara
seimbang dalam sebuah masyarakat dan derajat penerimaan masyarakat terhadap
distribusi tersebut. Budaya dengan kekuatan jarak yang tinggi dan pengaruh
terkonsentrasi pada beberapa orang dibandingkan dengan seluruh polpulasi. Negara
dengan kekuatan jarak yang tinggi cenderung otoriter dan berkomunikasi dengan
interaksi yang terbatas dan penguatan perbedaan diantara orang-orang. Negara dengan
kekuatan jarak tinggi misalnya Malaysia, sedangkan Negara dengan kekuatan jarak
rendah misalnya Israel.
7. Penghindaran Ketidakpastian
Penghindaran ketidakpastian adalah tingkat dimana orang dalam suatu budaya merasa
terancam oleh situasi yang tidak dikenal dan diketahui dan merasa membutuhkan aturan
yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam dunia bisnis, hal ini membuat orang
membutuhkan kerja keras karena aturan, presisi, dan puntualitas dinilai. Negara dengan
tingkat penghindaran ketidakpastian tinggi misalnya Yunani dan Negara dengan tingkat
penghindaran ketidakpastian rendah misalnya Singapura.
8. Orientasi Jangka Panjang dan Orientasi Jangka Pendek
Hofstede berpendapat bahwa dimensi-dimensi budaya dapat digambarkan sebagai
pentingnya hubungan dengan masa depan dibandingkan dengan masa lalu dan masa kini.
Orientasi jangka panjang merujuk pada individu-individu yang berdedikasi, termotivasi,
bertanggung jawab, dan berpendidikan dengan sebuah rasa komitmen dan kesetiaan
terhadap identitas organisasi.
Pada orientasi jangka panjang, konsisten dengan penghematan, ketekunan pada hasil, dan
keinginan untuk berada pada sisi sub-ordinat bagi sebuah tujuan. Sedangkan dalam
orientasi jangka pendek, konsisten dengan pemborosan dan ketekunan pada hasil yang
cepat. Negara dengan tingkat orientasi jangka panjang yang tinggi misalnya Tiongkok.
Sedangkan, Negara dengan tingkat orientasi jangka pendek misalnya Inggris Raya.
Hambatan-hambatan Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Menurut R. Delecta Jenifer dan Dr. G.P. Raman (2015), terdapat beberapa hambatan
dalam komunikasi bisnis lintas budaya yaitu sebagai berikut :
A. Kesalahpahaman
Kesalahpahaman adalah hambatan komunikasi bisnis lintas budaya terbesar. Kesalahpahaman
dapat terjadi di antara orang-orang dengan latar belakang budaya dengan beragam kepercayaan
dan nilai-nilai yang dianut masing-masing. Adanya perbedaan budaya dapat menimbulkan
kecemasan serta ketidakpastian untuk mengakhiri kesalahpahaman yang terjadi.
Kesalahpahaman yang terus berkembang dapat menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian
dalam berbagai aspek. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
B. Norma-norma dan Peranan
Norma dapat diartikan sebagai berbagai aturan untuk menentukan apakah suatu perilaku dapat
diterima dan sesuai dengan budaya. Masing-masing budaya memiliki seperangkat norma dan
memiliki seperangkat perilaku yang sesuai atau dapat diterima. Mereka yang bekerja dalam
lingkungan multikultur selalu gagal untuk memahami berbagai norma dari budaya lain. Hal ini
tentunya dapat mengganggu proses komunikasi serta menimbulkan rasa cemas.
C. Kepercayaan dan Nilai-nilai
Kepercayaan serta nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing orang sangatlah berbeda
tergantung latar belakang budaya. Kepercayaan serta nilai-nilai lintas budaya yang berlaku
hendaknya diketahui oleh masing-masing orang agar terjalin komunikasi yang efektif.
D. Stereotyping
Sterotipe merupakan penilaian tentang seseorang. Infromasi yang kurang valid tentang
seseorang dapat menimbulkan kesalahan pemilihan dalam komunikasi bisnis lintas budaya.
Stereotipe budaya yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya rasa cemas. Stereotipe
adalah faktor utama terjadinya perbedaan pendapat tentang budaya orang lain sehingga
menimbulkan miskomunikasi.
E. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan penilaian tentang budaya sendiri atau kelompok perilaku
sebagai patokan untuk melawan kelompok yang lain. Etnosentrime dapat meningkatkan tingkat
kecemasan.
Cara Mengatasi Hambatan-hambatan Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sebagaimana komunikasi antar budaya, maka untuk mengatasi berbagai hambatan dalam
komunikasi bisnis lintas budaya salah satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi
komunikasi lintas budaya dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai berbagai
tujuan dengan tetap menghormati nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan yang dimiliki oleh
orang lain atau pihak lain. Sebuah organisasi bisnis hendaknya mengembangkan kompetensi
lintas budaya sebagai cara mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi bisnis lintas
budaya.
Kompetensi Komunikasi Lintas Budaya
Menurut R. Delecta Jenifer dan Dr. G.P. Raman (2015), yang dimaksud dengan
kompetensi lintas budaya adalah kemampuan untuk berpartisipasi dalam sebuah kumpulan
kegiatan inti yang terjadi dalam kode umum komunikasi. Kemampuan ini dikombinasi dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kompetensi lintas budaya yang berhasil ditopang oleh 3
(tiga) pilar yaitu :
Sensitivitas lintas budaya – aspek kasih sayang komunikasi lintas budaya dapat
diidentifikasi sebagai sensivitas antar budaya yang berkembang dalam rangka menimbulkan
kemampuan individu untuk menghargai perbedaan budaya yang ada. Sehingga individu
dapat mengembangkan konsep diri, netralitas, dan kepemilikan diri.
Kesadaran lintas budaya – merupakan aspek kognitif komunikasi lintas budaya.
Kesadaran antar budaya menghasilkan kesadaran budaya dan kesadaran diri.
Kemampuan lintas budaya.
Kompetensi lintas budaya dapat dikembangkan melalui beberapa cara yaitu :
Pelatihan pengetahuan lintas budaya – karyawan perlu untuk menyadari dan mengakui
keberadaan perbedaan diantara budaya yang ada dalam hal nilai-nilai, kepercayan, persepsi,
dan interpretasi. Karyawan hendaknya diberikan dasar-dasar pelatihan lintas budaya yang
dapat membuat mereka sadar terhadap lintas budaya dalam dunia kerja atau bisnis.
Pelatihan bahasa – hambatan bahasa adalah masalah terbesar dalam kelompok yang
bersifat multi-kultural. Pelatihan bahasa hendaknya diberikan kepada mereka yang memiliki
kesempatan untuk melakukan kontak dengan orang asing (Baca : Bahasa sebagai Alat
Komunikasi)
Penegakan kebijakan yang saling menguntungkan – sebuah organisasi hendaknya
tetap bertahan pada keuntungan yang sama bagi semua budaya dalam dunia kerja atau
bisnis. Karyawan hendaknya mendapatkan keuntungan yang sama seperti karyawan lainnya
yang memiliki budaya yang berbeda sehingga tercipta situasi yang saling menguntungkan.
Pembahasan
Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang terjadi karena adanya
perbedaan latar belakang budaya dalam diri individu. Komunikasi antar budaya dalam
pembahasan kali ini berhubungan dengan dunia bisnis dimana setiap perusahaan terdiri atas
individu-individu yang berbeda budayanya baik dari peran dan status, nilai-nilai sosial, gaya
komunikasi dan bentuk kebudayaan lainnya.
Berikut merupakan pentingnya komunikasi antar budaya dalam bisnis:
1.
Menyatukan Perbedaan Budaya pada Setiap Perusahaan
Komunikasi antar budaya memiliki peranan yang penting dalam dunia bisnis salah satunya
adalah untuk menyatukan perbedaan budaya pada setiap perusahaan. Komunikasi tersebut
berfungsi sebagai pengetahuan seseorang dalam sebuah perusahaan untuk menghadapi
budaya yang ada pada perusahaan lain. Setiap perusahaan memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda.
2.
Meningkatkan Komunikasi Lintas Budaya
Suatu perusahaan memiliki banyak karyawan yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Oleh karena itu, komunikasi antar budaya menjadi penting untuk meningkatkan
komunikasi antar budaya dalam diri seseorang maupun perusahaan tersebut.
3.
Meningkatkan Kerjasama dalam Tim
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa setiap perusahaan memiliki karyawan yang
berbeda latar belakang budayanya. Tujuan utama dalam sebuah perusahaan adalah untuk
mencapai kesuksesan bersama. Oleh karena itu, latar belakang karyawan yang multi budaya
ini sering menimbulkan permasalahan seperti kesalahpahaman pada saat bertugas.
Komunikasi antar budaya menjadi solusi untuk memahami masing-masing karakter budaya
karyawan tersebut demi menciptakan kerjasama yang baik dalam tim dan untuk mewujudkan
kesuksesan bersama.
4.
Sebagai Proses Negosiasi
Bisnis tidak hanya dilakukan di dunia domestik saja, tetapi bisnis yang maju telah mencapai
seluruh dunia. Komunikasi antar budaya menjadi kunci utama untuk berbisnis di luar negeri.
Selain itu, komunikasi antar budaya juga dilakukan di dalam dunia domestik sebagai proses
negosiasi dengan perusahaan lain yang ingin menjalin kerjasama. Dengan komunikasi antar
budaya tersebut perusahaan lain dapat menilai kapabilitas perusahaan yang mengajukan
kerjasama tersebut.
5.
Menjalin Keharmonisan Antar Perusahaan
Dunia bisnis tentu berhubungan dengan perusahaan-perusahaan besar termasuk perusahaan
domestik dan luar negeri. Komunikasi antar budaya menjadi alternatif perusahaan untuk
menjalin keharmonisan atau hubungan baik dengan perusahaan lain. Perbedaan budaya yang
ada dalam sebuah perusahaan harus dipahami dengan baik melalui komunikasi antar budaya
mulai dari peran dan status, nilai-nilai sosial, norma, dan gaya komunikasi. Hal ini menjadi
penting untuk menjalin keharmonisan dalam kerjasama dengan perusahaan lain.
6.
Membuka Peluang Kerjasama dengan Perusahaan Asing
Perusahaan di negara ini telah memasuki pemasaran global, dimana perusahaan tidak hanya
bekerja sama dengan perusahaan tanah air saja tetapi sudah menjalin kerjasama dengan
perusahaan bonafit yang ada di luar negeri. Fungsi dari komunikasi antar budaya adalah
memberikan pemahaman kepada sebuah perusahaan tentang kebudayaan-kebuadayaan dari
perusahaan asing, sehingga perusahaan tersebut dapat membuka peluang kerjasama dengan
perusahaan asing lainnya.
7.
Untuk Mengambil Keputusan
Seorang pemimpin memiliki wewenang untuk membuat peraturan-peraturan dalam sebuah
perusahaan. Seorang pemimpin wajib mengetahui kebudayaan yang ada dalam
perusahaannya karena orang-orang yang berada dalam perusahaan tersebut memiliki latar
belakang budaya yang berbeda-beda. Cara yang tepat untuk memahami budaya tersebut
adalah menggunakan komunikasi antar budaya.
Komunikasi antar budaya tidak hanya memahami kebudayaan seperti ras, agama, dan
kebudayaan lainnya yang sakral tetapi kebudayaan di sini juga menyangkut kebudayaan
berupa peranan, status, nilai sosial, dan lain sebagainya. Hal ini memudahkan seorang
pemimpin untuk mengambil sebuah keputusan dalam perusahaan.
8.
Mengetahui Karakter Seseorang
Komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis sangat penting untuk mengetahui karakter
seseorang. Misalnya, ketika seseorang bawahan yang ingin bertemu dengan atasan biasanya
menggunakan pakaian yang rapih, mimik muka tersenyum, berbicara sopan, dan tata karma
lainnya. Hal ini sudah menjadi budaya dalam dunia bisnis. Ketika ada orang yang melanggar
aturan tersebut terkesan tidak sopan bahkan bisa berdampak buruk pada nilai-nilai sosial.
9.
Mencegah Etnosentrisme
Budaya berkaitan dengan etnosentrisme. Etnosentrisme adalah suatu pandangan dari individu
tentang individu lain yang beranggapan bahwa kebudayaannya lebih baik dibandingkan
dengan kebudayaan individu lain. Orang yang etnosentrisme biasanya tidak memiliki
wawasan yang luas akan budaya dan dalam dirinya tidak ada rasa toleransi atau saling
menghargai. Komunikasi antar budaya yang berfungsi sebagai pengetahuan ini dapat
mencegah timbulnya etnosetrisme dalam diri seseorang dalam sebuah perusahaan.
10.
Kinerja Kerja Perusahaan
Kebudayaan yang beragama dalam sebuah perusahaan dinilai kreatif karena setiap sumber
daya manusia dapat berinovasi dengan pola pikir yang berbeda-beda. Komunikasi antar
budaya menjadi penting untuk kinerja kerja di perusahaan mulai dari tahap produksi,
distribusi, dan keuangan. Budaya seperti kejujuran, disiplin, mudah beradaptasi, dan budaya
lainnya inilah yang memberikan kesuksesan dalam dunia bisnis.
Kesimpulan
Dengan mempelajari komunikasi bisnis lintas budaya, kita dapat mengetahui serta
memahami berbagai pengertian tentang budaya serta perbedaan budaya, komunikasi bisnis lintas
budaya, hambatan-hambatan dalam komunikasi bisnis lintas budaya dan cara mengatasinya.