Laporan praktikum Biokimia . docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktikum
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri
atas unit-unit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup
banyak sekali proses atau perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas
yang terjadi dalam sel inilah yang menunjang fungsi organ-organ dalam
makhluk hidup itu dan dengan demikian juga merupakan penunjang
terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri. Fenomena kehidupan
yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan reproduksi serta hal-hal yang
berkaitan, merupakan ruang lingkup Biologi dan ilmu-ilmu yang relevan,
misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan .
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari proses kimia dalam
organisme hidup. Biokimia mengatur semua organisme hidup dan proses
hidup. Dengan mengontrol arus informasi melalui sinyal biokimia dan
aliran energi kimia melalui metabolisme, proses biokimia menimbulkan
fenomena yang tampaknya magis kehidupan. Sebagian besar berkaitan
biokimia dengan struktur dan fungsi komponen seluler seperti protein,
karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya meskipun
semakin proses, bukan molekul individu fokus utama.
Dengan mempelajari dan menerapkan dalam bentuk percobaan,

kita dapat mengetahui tentang reaksi-reaksi kimia penting yang terjadi
dalam sel. Hal ini berarti kita dapat memahami proses-proses penting yang
terjadi dalam tubuh. Dengan demikian diharapkan setelah melakukan
berbagai percobaan seperti, uji karbohidrat, lipid, protein, kadar vitamin C,
urinalisis, dan isolasi DNA, akan mengngatkan kita untuk selalu menjaga
diri dari gangguan luar yang akan mempengaruhi proses dalam sel-sel
tubuh kita.

1

B. Tujuan Praktikum Biokimia
1. Uji Kualitatif Karbohidrat
a. Mampu melakukan uji kualitatif karbohidrat pada suatu sampel
b. Mampu membedakan jenis karbohidrat berdasarkan uji khasnya
2. Pengujian Kadar Vitamin C
a. Mampu melakukan pengujian kadar vitamin C
b. Mengetahui kadar vitamin C pada berbagai buah
3. Uji Kualitatif Protein
a. Mampu melakukan berbagai uji kualitatif protein
b. Mampu mengenal reaksi-reaksi umum


asam amino penyusun

protein
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan protein
4. Urinalisis
a. Melakukan analisis fisik pada urin
b. Menguji ada atau tidaknya glukosa dan protein di dalam urin
c. Mengetahui pH urin
5. Pengujian Lipid
a. Mengetahui jenis pealrut terhadap sifat kelarutan lemak
b. Mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak
6. Isolasi DNA
a. Mengetahui prosedur isolasi DNA pada buah

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen
yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris
CH2O. Karbohidrat adalah polisakarida aldehida dan keton atau
turunannya. Salah satu perbedaan utama dari tipe-tipe karbohidrat dilihat
dari

ukurannya.

Monosakarida

adalah

satuan

karbohidrat

yang

tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat
yang lebih kecil.( Poedjiaji, Anna. 2006)

Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer,
trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer. Sedangkan monosakarida
yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa, galaktosa,
ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti
fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua
atau delapan satuan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida.
Karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas utama yaitu,
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida atau gula
sederhana terdiri dari aldehida polihidroksi tunggal atau unit keton.
Monosakarida yang paling melimpah di alam adalah senyawa enam
karbon gula D-glukosa, yang sering disebut sebagai dekstrosa.
Monosakarida memiliki lebih dari empat karbon yang cenderung
berbentuk siklik.( Priyadi, Ardi. 2015)
Oligosakarida terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang
digabaungkan dengan ikatan glikosidik. Oligosakarida yang paling banyak
adalah disakarida, dengan dua unti monosakarida. Polisakarida adalah
polimer gula yang mengandung lebih dari 20 atau lebih unit
monosakarida, dan beberapa memiliki ratusan atau ribuan unit.
Karbohidrat yang banyak dikenal diantaranya gula, pati, dan selulosa.


3

Kesemuanya merupakan komponen penting untuk melangsungkan
kehidupan sel, baik sel hewan dan tumbuhan. (Sukmawaty, 2015)
B. Vitamin C
Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu
kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh.
Kekurangan vitamin akan berakibat terganggunya kesehatan. Oleh karena
itu, diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idelanya bisa
diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan asupan vitamin per hari untuk
perawatan

kesehatan

ditentukan

oleh

RDA


(Recomended

Daily

Allowance).(Aina, 2010)
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin
ini juga dikenal dengn nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu
menangkal radikal bebas ekstraseluler. Beberapa karakteristiknya antara
lain, sangata mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buahbuahan seperti jeruk merupakan sumber utama vitamin ini.
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang penting dalam
perlindungan tubuh. Peran vitamin C antara lain adalah oksidasi
fenilalanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran
pencernaan, mengubah asam folat menjadi bentuk aktif asam folinat, dan
sintesa hormon-hormon steroid dari kolesterol. Penyakit atau gejala yang
tampak, yang disebabkan oleh hipoaskormia (defisiensi asam askorbat)
atau defisiensi vitamin C adalah skorbut (gusi berdarah), mudah terjadi
luka dan infeksi tubuh, hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak,
dan kulit mudah mengelupas.( Poedjiaji, Anna. 2006)

C. Protein
Protein berasal dari kata protos (bahasa Yunani) yang berarti "yang
paling utama". Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot
molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam

4

amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala
sulfur serta fosfor.( Poedjiaji, Anna. 2006)
Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat
keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon,
sumber energy, penyangga racun, pengatur pH, dan sebagai pembawa sifat
turunan dari generasi ke generasi. Protein berperan penting dalam struktur
dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.(Frederica, 2012)
Protein memiliki beragam fungsi di dalam tubuh, antara lain
menghasilkan energi, membangun sel dan jaringan baru, mengganti sel
dan jaringan yang rusak, menghasilkan materi pokok seperti enzim,
hormon, antibodi dan kromosom, menjaga kestabilan cairan tubuh, dan
berperan sebagai penyangga (buffer) pH. Disamping itu hemoglobin

dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh adalah salah
satu dari protein.(Kusnandar, 2010)
D. Urinalisis
Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamanya terjadi
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh akan
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Dan zat yang
dibutuhkan tubuh akan beredar kembali kedalam tubuh melalui pembulu
kapiler darah ginjal, masuk kedalam pembulu darah dan selanjutnya
beredar keseluruh tubuh.(Setiadi, 2007)
Sistem kemih (urinarysystem) terdiri dari sepasang ginjal dan
uretra, serta kandung kemih dan uretra. Ginjal berperan utama memelihara
keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur tekanan darah. Hasil
metabolisme (metabolit) dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk
kemih (urine), dialirkan melalui ureter, dan ditampung sementara dalam

5

kandung kemih (vesica urinaria), untuk selanjutnya dibuang keluar

melalui uretra.(Hartono, 1992)
Urinalisis adalah suatu metode analisa untuk mendapatkan bahanbahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung didalam urine, dan juga
untuk melihat adanya kelainan pada urine. Urine atau air seni adalah
cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
E. Lipid
Lipid berasal dari kata Yunani lipos yang berarti lemak. Lipid
adalah sekelompok besar senyawa alam yang tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksana, kloroform, dietil
ester, eter, alkohol panas, dan benzena. Sifat inilah yang membedakan
lipid dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul
hayati lainnya. Lipid dapat diekstraksi dari jaringan hewan maupun
tumbuhan dengan pelarut lemak atau non polar.(Kusnandar, 2010)
Lemak adalah salah satu kelompok lipid sederhana yang disintesis
dari asam lemak dan gliserol. Lemak tersusun oleh atom utama karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Dibandingkan dengan karbohidrat,
jumlah atom oksigennya lebih sedikit. Asam lemak penyusun lemak dapat
dikelompokkan menjadi asam lemak essensial dan asam lemak nonessensial.(Anonim 2, 2014)

Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam
beberapa golongan yaitu lipid sederhana, lipid majemuk, dan lipid turunan.
Lipid sederhana terbagi lagi menjadi lemak netral yaitu, monogliserida,
digliserida dan trigliserida (ester asam lemak dengan gliserol) dan ester
asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi (ester sterol, ester
nonsterol, dan ester vitamin A dan ester vitamin D). Lipid majemuk
terbagi menjadi fosfolipidadan lipoprotein. Lipid turunan terdiri dari asam

6

lemak dan sterol (kolesterol, ergosterol, hormon steroid, vitamin D, garam
empedu).( Anonim 1, 2010)
F. Isolasi DNA
Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak
molekul

nukleotida.

(deoxyribonucleic


Ada

acid)

dua

atau

jenis
asam

asam

nukleat

deoksiribonukleat

yaitu

DNA

dan

RNA

(ribonucleic acid) atau asam ribonukleat. Asam-asam nukleat terdapat
pada jaringan-jaringan tubuh sebagai nukleoprotein, yaitu gabungan antara
asan nukleat dengan protein. Untuk memperoleh asam nukleat dari
jaringan-jaringan tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi terhadap
nukleoprotein menggunakan larutan garam. (Poedjiaji, Anna. 2006)
Asam deoksiribonukleat adalah polimer yang terdiri atas molekulmolekul deoksiribonukleotida yang terikat satu dengan yang lain, sehingga
membentuk rantai polinukleotida yang panjang. Basa purin yang terdapat
pada DNA ialah adenin dan guanin. Sedangkan basa pirimidin yang
dimiliki nukleat ini adalah sitosin dan timin. Kemudian asam ribonukleat
adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul ribonukleotida.
DNA dapat mengalami denaturasi dan renaturasi. Selain itu DNA
dapat diisolasi. Isolasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan diantara
lain, preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA dari ekstrak sel dan presipitasi
DNA. Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan
tetapi pada setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang
berbeda, hal ini karena adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA.

7

BAB III
METODE

A. PRAKTIKUM 1: Uji Kualitatif Karbohidrat
1. Uji Benedict

Madu

Tepung

Gula

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Diberi 1 ml aquades
dengan pipet ukur

Diberi 1 ml aquades
dengan pipet ukur

Diberi 1 ml aquades
dengan pipet ukur

Diberi 5 tetes
benedict dengan pipet
tetes

Diberi 5 tetes
benedict dengan
pipet tetes

Diberi 5 tetes
benedict dengan
pipet tetes

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Oren pucat dengan
endapan

Hijau pucat dengan
sedikit endapan

Diatas oren jernih
dibawah endapan oren
pucat

8

2. Uji Selliwanof

Madu

Tepung

Gula

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Diberi 5 ml larutan
resorsinol (reagen
selliwanof)

Diberi 5 ml larutan
resorsinol (reagen
selliwanof)

Diberi 5 ml larutan
resorsinol (reagen
selliwanof)

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Merah pekat

Merah muda jernih

Merah muda jernih

9

3. Reaksi Iodium / Lugol
Madu

Tepung

Gula

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Diberi 2-3 tetes
larutan iodium/lugol
dengan pipet tetes

Diberi 2-3 tetes
larutan iodium/lugol
dengan pipet tetes

Diberi 2-3 tetes
larutan iodium/lugol
dengan pipet tetes

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Dipanaskan diatas
pembakar spiritus

Warna bening

Bening dengan endapan
merah muda

Warna bening

B. PRAKTIKUM 2 : Pengujian Kadar Vitamin C

Betadine /Amilum Iodide

Betadine /Amilum Iodide

Diambil 1 ml dan dituang
kedalam tabung reaksi

Diambil 1 ml dan dituang
kedalam tabung reaksi

Diberi 80 tetes dari sampel
sari buah dengan pipet tetes

Diberi 19 tetes dari sampel
vitamin C dengan pipet tetes

Memiliki kadar 25 %

Memiliki kadar 105,3 %

10

Betadine /Amilum Iodide

Betadine /Amilum Iodide

Diambil 1 ml dan dituang
kedalam tabung reaksi

Diambil 1 ml dan dituang
kedalam tabung reaksi

Diberi 430 tetes dari sampel
jeruk dengan pipet tetes

Diberi 160 tetes dari sampel
tomat dengan pipet tetes

Memiliki kadar 4,7 %

Memiliki kadar 12,5 %

C. PRAKTIKUM 3 : Uji Kualitatif Protein
1. Uji Ninhidrin (uji warna)

Larutan putih telur
Diambil 1 ml dengan pipet
ukur dan dituang kedalam
tabung reaksi
Ditambahkan 1 ml Reagen
Ninhidrin dengan pipet ukur

Dipanaskan diatas bunsen
selama kurang lebih 3 menit

Ungu pekat dan mengeras

11

2. Uji Biuret
Larutan putih telur

Diambil 1 ml dengan pipet
ukur dan dituang kedalam
tabung reaksi
Ditambah 5 tetes NaOH
40 % dengan pipet tetes

Ditambah 5 tetes Reagen
Biuret dengan pipet tetes

Dipanaskan diatas bunsen
selama kurang lebih 3 menit

Endapan coklat dan larutan
berwarna coklat
3. Pengendapan dengan pemanasan

Larutan putih telur

Larutan putih telur

Larutan putih telur

Dipanaskan diatas
bunsen

Ditambah 0,5 tetes
asam asetat 10%
dengan pipet tetes

Ditambah 0,5 ml
NaOH 10% dengan
pipet ukur

Endapan putih
menggumpal

Dipanaskan diatas
bunsen

Dipanaskan diatas
bunsen

Endapan putih menggumpal

12

Warna kuning

4. Pengendapan dengan etanol
Larutan putih telur

Diambil 1 ml dengan pipet
ukur dan dituang kedalam
tabung reaksi
Ditambah 2 spatula
kristal NaCl

Ditambah 20 tetes etanol
96 % dengan pipet tetes

Larutan putih gading dengan
garis-garis putih seperti DNA

D. PRAKTIKUM 4 : Urinalisis
1. Analisis Fisik
a. Warna
Penyebab

: kuning gading
: pigmen urin normal

b. Pengukuran pH
Urin kuning gading
Dicelupkan indicator
universal pada urin

Urin memiliki pH 6

13

2. Analisis Kimia
a. Pengujian glukosa
Urin kuning gading
Diambil 8 tetes dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml larutan
benedict dengan pipet ukur
Dipanaskan diatas bunsen
yang menyala

Larutan berwarna biru agak hijau

b. Pengujian protein
Urin kuning gading

Diambil 1 ml dengan pipet
ukur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 5 tetes NaOH
40 % dengan pipet tetes
Ditambahkan 5 tetes Reagen
Biuret dengan pipet tetes
Dipanaskan diatas bunsen yang menyala

Larutan berwarna kuning kecoklatan
E. PRAKTIKUM 5 : Pengujian Lipid
14

1. Uji Kelarutan
a. Pada pelarut kloroform

Larutan kloroform

Larutan kloroform

Diambil 2 ml dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi

Diambil 2 ml dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi

Diberi 3 tetes minyak baru
dengan pipet tetes

Diberi 3 tetes minyak bekas
dengan pipet tetes

Larut dalam 37 detik

Larut dalam 50 detik

b. Pada pelarut etanol
Larutan etanol

Larutan etanol

Diambil 2 ml dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi

Diambil 2 ml dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi

Diberi 3 tetes minyak baru
dengan pipet tetes

Diberi 3 tetes minyak bekas
dengan pipet tetes

Menggumpal didasar air

Menggumpal didasar air

c. Pada pelarut aquades
Larutan aquades

15

Larutan aquades

Diambil 2 ml dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi

Diambil 2 ml dengan pipet
tetes ke dalam tabung reaksi

Diberi 3 tetes minyak baru
dengan pipet tetes

Diberi 3 tetes minyak bekas
dengan pipet tetes

Mengambang di atas
permukaan air dan sukar larut

Mengambang di atas
permukaan air dan sukar larut

2. Uji Ketidak jenuhan
Minyak baru

Minyak bekas

Mentega

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 ml
dengan pipet ukur

Diambil 1 spatula
penuh

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Dimasukkan dalam
tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml
kloroform dengan
pipet ukur

Ditambahkan 1 ml
kloroform dengan
pipet ukur

Ditambahkan 1 ml
kloroform dengan
pipet ukur

Ditambahkan 3 tetes
larutan iodium dengan
pipet tetes

Ditambahkan 3 tetes
larutan iodium dengan
pipet tetes

Ditambahkan 3 tetes
larutan iodium dengan
pipet tetes

merah muda jernih

oren kusam/warna teh

merah muda pucat

F. PRAKTIKUM 6 : Isolasi DNA
Pisang

Apel
16

Dikupas dan dipotong jadi
ukuran kecil

Dikupas dan dipotong jadi
ukuran kecil

Ditimbang sampai
beratnya 100 gr

Ditimbang sampai
beratnya 100 gr

Dihaluskan dengan
mortar

Dihaluskan dengan
mortar

Dilarutkan dalam 100 ml
aquades dan diaduk hingga
homogen

Dilarutkan dalam 100 ml
aquades dan diaduk hingga
homogen

Diambil 4 ml dengan
pipet ukur

Diambil 4 ml dengan
pipet ukur

Dimasukkan kedalam
tabung reaksi

Dimasukkan kedalam
tabung reaksi

Ditambahkan 4 ml dari
60 ml larutan deterjen
dengan pipet ukur

Ditambahkan 4 ml dari
60 ml larutan deterjen
dengan pipet ukur

Ditambahkan 1 spatula garam
dapur kedalam tabung reaksi
dan diaduk hingga homogen

Ditambahkan 1 spatula garam
dapur kedalam tabung reaksi
dan diaduk hingga homogen

Disaring sebanyak 2 kali
dengan kertas saring

Disaring sebanyak 2 kali
dengan kertas saring

Ditambahkan 5 ml etanol
96 % dengan pipet ukur

Ditambahkan 5 ml etanol
96 % dengan pipet ukur
17

Dihomogenkan dengan

Dihomogenkan dengan

Dihomogenkan dengan
vortex

Dihomogenkan dengan
vortex

DNA menyatu berbentuk
gumpalan berwarna putih

DNA terpecah jadi butiran
kecil berwarna kuning

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

18

A. Uji Kualitatif Karbohidrat
Pada uji kualitatif karbohidrat ini ada lima macam metode
pengujiannya. Namun dalam praktikum ini praktikan menggunakan 3
macam metode yaitu, metode dengan uji benedict, uji selliwanof dan uji
lugol atau dengan larutan iodium.
1. Uji Benedict
Sampel
Gula

Reagen benedict
5 tetes

Warna
Oren jernih diatas dan oren

Madu
Tepung

5 tetes
5 tetes

pekat dibawah dengan endapan
Oren pekat dengan endapan
Hijau pucat dengan endapan

Uji benedict ini merupakan uji yang dilakukan untuk membedakan
gula pereduksi berdasarkan reduksi ion kupri dalam suasana alkalis.
Glukosa, laktosa, fruktosa, dan maltosa mempunyai gugus OH bebas yang
reaktif, sedangkan sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif
karena keduanya sudah saling terikat. Oleh karena itu, berdasarkan teori,
laktosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa merupakan gula pereduksi
sedangkan sukrosa merupakan gula non pereduksi.
Dari hasil pengamatan uji benedict yang dilakukan, dinyatakan
bahwa sampel madu termasuk fruktosa, sampel tepung termasuk dalam
amilum dan gula termasuk dari glukosa. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam teori, uji benedict ini memiliki indikator warna, hasil reaksi yang
akan dinyatakan positif memiliki kandungan karbohidrat bila memiliki
warna hijau, kuning, jingga atau merah.
Dari pengamatan terbukti bahwa madu, gula dan tepung dapat
bereaksi positif terhadap uji benedict. Hal tersebut ditandai dengan adanya
endapan berwarna oren pekat dan larutan berubah warna menjadi oren
jernih diatas dan oren jernih dibawah pada sampel gula. Pada sampel madu

19

larutan berubah warna menjadi oren pekat dengan endapan. Sedangkan
pada sampel tepung, berwarna hijau pucat dengan endapan.
Hal ini dikarenakan pati (amilum) merupakan polisakarida yang
tersusun oleh glukosa. Jadi hasil dari praktikum ini semua sampel dapat
bereaksi positif dengan uji benedict. Hal ini ditandai dengan adanya
endapan berwarna merah bata setelah dipanaskan.
2. Uji Selliwanof
Sampel
Gula
Madu
Tepung

Reagen selliwanof
5 ml
5 ml
5 ml

Warna
Merah muda jernih
Merah tua
Merah muda jernih

Pada percobaan uji selliwanof yang bertujuan untuk uji spesifik
karbohidrat golongan ketosa (karbohidrat yang mengandung gugus keton).
Dalam uji selliwanof ini indikator warna yang akan dinyatakan bereaksi
positif dengan uji selliwanof yaitu ditandai adanya warna merah ceri atau
merah marun setelah dipanaskan. Dalam teori, dijelaskan bahwa yang
dapat bereaksi positif dengan uji selliwanof ini adalah sampel fruktosa dan
sukrosa.
Dari hasil pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa sampel gula
dan tepung bereaksi negatif terhadap uji selliwanof. Hal ini ditandai tidak
adanya perubahan warna setelah larutan dipanaskan, warnanya tetap merah
muda jernih dari awal percobaan. Karena kedua sampel ini tidak
mempunyai gugus keton. Sedangkan pada sampel madu yang merupakan
fruktosa menunjukkan bahwa madu dapat bereaksi positif terhadap uji
selliwanof. Hal ini ditandai dengan perubahan warna menjadi merah pekat
setelah dipanaskan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fruktosa dan sukrosa
merupakan gula ketosa atau merupakan gula yang mempunyai gugus
keton.
3. Reaksi iodium / lugol

20

Sampel
Gula
Madu
Tepung

Larutan iodium/lugol
2-3 tetes
2-3 tetes
2-3 tetes

Warna
Warna bening
Warna bening
Bening dan endapan
merah muda

Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati
dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan
memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan
dengan uji benedict. Pada dasarnya monosakarida atau disakarida akan
bereaksi positif terhadap iodium dengan tidak terdapat perubahan warna.
Untuk sampel pati akan berubah menjadi biru, warna coklat pada sampel
glikogen dan warna merah pada sampel dekstrin.
Dari hasil pengamatan, pencampuran gula dan larutan iodium
setelah dipanaskan tidak berubah hanya berwarna bening atau jernih. Pada
sampel madu yang dicampurkan dengan larutan iodium memiliki hasil
yang sama dengan sampel gula. Sedangkan pada pati atau tepung yang
dicampur atau diberi larutan iodium setelah dipanaskan berwarna bening
dan memiliki sedikit endapan bintik merah muda. Dalam hal ini hasil
pengamatan tidak sama dengan teori, hal ini disebabkan kemungkinan
karena adanya kesalahan pada larutan iodiumnya.

B. Pengujian Kadar Vitamin C
Sampel

UC 1000
Jeruk

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Kadar

tetesan

tetesan

tetesan

tetesan

(%)

(1)
25 tetes
500tete

(2)
10tetes
561tete

(3)
20 tetes
570tete

(4)
19tetes
430tete

108%
3,8%

21

Tomat

s
160tete

s
180tete

s
150tete

s
160tete

16,25

Sari buah

s
90 tetes

s
120tete

s
65tetes

s
80tetes

%
22,5%

s

Kadar vitamin C

jumlah tetesan betadine
= jumlah tetesan sampel x 100%

Kadar rata-rata

=

UC 1000

4 x 20
= 25+10+20+19 x 100%
=

jumlah tetesan betadine X 4
x 100%
jumlah tetesan sampel( 1−4 )

80
74 x 100% = 108%

4 x 20
= 500+561+ 570+430 x 100%

Jeruk

=

80
2.061 x 100% = 3,8%

4 x 20
= 160+180+150+160 x 100%

Tomat

=
Sari buah

80
650 x 100% = 12,3%

4 x 20
= 90+120+65+ 80 x 100%
=

80
355 x 100% = 22,5%

Pengujian vitamin C ini dilakukan untuk mengetahui kandungan
vitamin C pada berbagai larutan diantaranya menggunakan sampel larutan
vitamin C, jeruk, tomat, dan minuman sari buah. Dalam pengujian ini
menggunakan betadine atau larutan amilum iodide sebagai indikator
keberadaan vitamin C. Pada kemasan betadine mengandung povidone
iodine 10 % yang setara dengan iodine 1 %. Iodine inilah yang sebenarnya
menjadi indikator, karena reaksi anatar asam askorbat dalam vitamin C
dan iodin akan menghilangkan warna dari iodine.
Setelah dilakukan pengujian, terlihat dalam hasil pengamatan satu
kelas urutan vitamin C pada sampel dari yang paling tinggi kadarnya ke

22

yang paling rendah adalah larutan vitamin C (UC 100), sari buah, tomat
dan jeruk. Dalam percobaan ini larutan vitamin C lebih cepat berubah
warna dengan 19 tetes betadine atau amilum iodide, kemudian pada
sampel sari buah dapat berubah warna dengan 80 tetes, pada sampel tomat
berubah saat diberi 160 tetes dan pada sampel jeruk agak sukar berubah
hingga diberi 430 tetes hanya dapat berubah menjadi hijau pucat.
Sebelum melakukan percobaan ini, sampel jeruk dan tomat harus
dihaluskan terlebih dahulu. Diperkirakan kurang halus maka agak sukar
berubah saat di uji pada larutan betadine. Perbedaan jumlah tetesan pada
tiap sampel untuk menetralkan larutan amilum iodide ini dapat disebabkan
karena faktor antara lain, kebersihan masing-masing tabung reaksi,
perbedaan cara penetesan larutan kedalam tabung reaksi dan perbedaan
suhu.
C. Uji Kualitatif Protein
Uji
Ninhidrin
Biuret
Pengendapan dengan

Hasil
Larutan berwarna ungu pekat dan mengeras
Larutan berwarna coklat dan endapan coklat
Sampel telur dan asam asetat terdapat endapan,

pemanasan
Pengendapan dengan

sedangkan NaOH tidak ada endapan
Larutan warna putih gading dengan garis-garis

etanol

putih (seperti DNA)

1. Uji Ninhidrin
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui asam amino bebas yang
terkandung dalam sampel. Pada pengujian ini menggunakan bahan larutan
putih telur yang akan diberi 1 ml reagen ninhidrin. Asam amino yang
mengandung gugus amina dan karboksil bebas bereaksi dengan ninhidrin
membentuk produk berwarna. Dalam reaksi ini, gugus amina pertama
melekat pada karbon alfa rantai asam kemudian atom nitrogen dari gugus
amina bereaksi dengan ninhidrin menghasilkan warna biru keunguan.

23

Asam amino yang mempunyai perlekatan gugus sekunder juga
bereaksi dengan ninhidrin menghasilkan warna dari kuning sampai ungu.
Protein yang mengandung gugus amina bebas pada karbon alfa akan
bereaksi dengan ninhidrin akan menghasilkan senyawa berwarna biruviolet. Pada pengujian ini hasil dari larutan putih telur yang diberi satu ml
Reagen Ninhidrin adalah adanya perubahan warna menjadi ungu pekat dan
mengeras. Perubahan warna tersebut dinyatakan sebagai indikator bahwa
larutan telur putih benar bereaksi positif pada uji kualitatif protein.
2. Uji Biuret
Uji biuret merupakan suatu uji untuk mengetahui ada atau tidaknya
ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai
untuk menunjukkan adanya senyawa protein. Indikasi adanya protein
dapat diketahui apabila larutan berubah warna menjadi ungu. Pada
praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah larutan putih telur, yang
akan ditambahkan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret.
Dari hasil pengamatan yang didapat, larutan putih telur setelah
penambahan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret dan dilakukan
pemanasan menghasilkan larutan yang berubah menjadi coklat dan
memiliki endapan. Hal ini dinyatakan kurang berhasil untuk membuktikan
teori yang menyatakan ada atau tidaknya ikatan peptide dalam larutan
tersebut. Karena seharusnya banyaknya asam amino yang terikat pada
ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Dipeptida membentuk
warna biru, tripeptida membentuk warna ungu, tetrapeptida serta peptida
kompleks dapat membentuk warna merah.

3. Pengendapan dengan pemanasan
Pada percobaan ini ada tiga tahap dalam proses pengendapan
protein dengan pemanasan. tahap pertama, pemanasan sampel putih telur
tanpa ada campuran bahan lain pada tabung pertama, tahap yang kedua

24

pemanasan sampel putih telur dan penambahan asam asetat 10%pada
tabung kedua. Dan tahap terakhir tetap dengan sampel putih telur namun
kali ini dengan penambahan NaOH10 % dalam tabung ketiga.
Hasil yang diperoleh dari data tersebut, pada tabung reaksi pertama
yang berisi sampel putih telur saja, setelah dipanaskan akan mengalami
perubahan bentuk larutan, dari yang cair menjadi endapan putih agak
mengental, ibarat seperti telur digoreng. Kemudian pada tabung kedua
yang berisi sampel putih telur dengan tambahan asam asetat ini
menghasilkan endapan berwarna putih. Sedangkan dalam tabung reaksi
yang ketiga yang berisi sampel putih telur dengan tambahan NaOH ini
mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan tanpa ada
endapan.
4. Pengendapan dengan Etanol
Penambahan pelarut nonpolar terutama etanol kedalam larutan
protein, dapat menurunkan kelarutan protein dalam air sehingga terjadi
pengendapan. Efek ini menunjukkan bahwa kelarutan protein pada pH dan
kekuatan ionik tetap merupakan fungsi dari konstanta dielektrik air, maka
penambahan etanol kedalam larutan protein menaikkan gaya tarik-menarik
antara muatan berlawanan dan menurunkan derajat ionisasi gugus R
protein.

Akibatnya

molekul

protein

cenderung

beragregasi

dan

mengendap.
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan putih telur yang diberi
2 sendok kristal NaCl dan 20 tetes etanol. Setelah diamati warna larutan
tidak jauh berbeda sejak awal, namun terbentuknya endapan berupa garisgaris putih yang mengambang pada larutan. Bentuk pengendapan pada
putih telur dengan penambahan etanol ini hampir menyerupai bentuk DNA
saat melakukan isolasi DNA. Adanya pengendapan pada putih telur ini,
membuktikan dengan penambahan alkohol menyebabkan protein semakin
banyak tang mengendap. Ini deisebabkan karena molekul protein kalah

25

bersaing dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga
molekul protein akan mengendap.
D. Urinalisis
Sampel
Urin ke-1

Warna urin
Kuning gading

pH urin
6

Uji gula
Warna biru (-)

Uji protein
Kuning
kecoklatan

Urin ke-2

Kuning gading

6

Warna biru (-)

(-)
Kuning
kecoklatan

Urin ke-3

Kuning gading

6

Warna biru (-)

(-)
Kuning
kecoklatan

Urin ke-4

Kuning gading

6

(-)
Biru agak hijau Kuning
(+)

kecoklatan
(-)

Hasil ekskresi dari organ ginjal adalah urin. Urine atau air seni
adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Pada
praktikum ini dilakukan uji fisik dan uji kimia terhadap urin tiap praktikan
yang mewakili kelompoknya.
Pada pengamatan uji fisik urin, dilakukan analisis warna dan
kandungan pH yang terkandung dalam urin. Dari hasil pengamatan warna
seluruh urin ( 4 sampel urin) memiliki warna kuning gading. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa urin normal berwarna kuning-bening sampai kuning
tua. Zat warna pada urin dihasilkan oleh urochom dan urobilin yang
disekresikan oleh kantung empedu. Dan pada tiap kelompok urin
dinyatakan normal dengan pH 6.

26

Pada pengamatan uji kimia, dilakukan 2 tahap pengujian yaitu
pengujian glukosa dan pengujian protein. Pada pengujian glukosa
dilakukan dengan uji benedict. Pada urin ke-4 warna yang dihasilkan
setelah dilakukan uji benedict adalah warna biru agak hijau, sedangkan
urin pertama sampai urin ke-3 memiliki kesamaan warna urin yaitu biru
yang dapat diartikan bahwa tidak mengalami perubahan.
Dari hasil pengamatan tersebut urin ke-4 dinyatakan mengandung
glukosa dengan presentase sekitar 0,5 %, namun kandngan glukosa dengan
presentase tersebut masih dalam batasan normal, artinya belum
mengindikasikan adanya kelainan yang parah pada organ-organ yang
berperan dalam proses pembentukan urin. Sedangkan pada urin yang tidak
berubah warna dinyatakan negatif mengandung glukosa. Indikator urin
yang mengandung glukosa setelah dipanaskan akan menghasilkan warna
antara hijau sampai merah bata.
Pada pengujian protein dilakukan dengan uji biuret, yaitu dengan
cara penambahan 5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret pada 1 ml
masing-masing sampel urin. Dari hasil pengamatan, dapat dinyatakan
bahwa hasil akhir dari warna urin keseluruhan adalah kuning kecoklatan.
Hal ini dinyatakan bereaksi negatif atau sampel urin keseluruhan dalam
keadaan bebas dari kandungan protein. Karena indikator adanya
kandungan protein dalam urin ditandai dengan adanya perubahan warna
urin menjadi ungu setelah dipanaskan. Jadi hasil keseluruhan, urin
dinyatakan sehat, karena tidak mengandung glukosa dan protein.
E. Pengujian Lipid
1. Uji kelarutan
No
Pelarut
1. Kloroform
2.

Etanol

3.

Aquades

Sampel
a. minyak baru
b. minyak bekas
a. minyak baru
b. minyak bekas
a. minyak baru

Hasil pengamatan
Larut dalam 37 detik
Larut dalam 50 detik
Menggumpal dibawah
Menggumpal dibawah
Mengambang dipermukaan
air dan agak sukar larut

27

b. minyak bekas

Mengambang

dipermukaan

air dan agak larut

Pada percobaan lipid kali ini dilakukan digunakan dua macam uji,
yaitu uji kelarutan dan uji ketidakjenuhan. Pada uji kelarutan, sampel yang
digunakan adalah minyak bekas dan minyak baru dengan tiga bahan
pelarut yaitu, kloroform, etanol, dan aquades. Prinsip uji kelarutan itu
sendiri berdasarkan “like disolve like” larutan polar akan larut dengan
pelarut polar dan sebaliknya larutan non polar akan larut dengan pelarut
non polar. Jika larutan nonpolar dengan pelarut semi polar maka akan larut
sebagian.
Pada uji kelarutan ini hasil yang didapat, untuk pelarutan dengan
kloroform, pada sampel minyak baru, lemak dinyatakan larutan selama 37
detik. Sedangkan pada sampel minyak bekas, lemak dinyatakan larut
selama 50 detik. Hal ini membuktikan bahwa minyak baru lebih mudah
larut dibandingkan minyak bekas pada pelarut kloroform.
Kemudian untuk pelarutan dengan etanol, hasil akhir pada sampel
minyak baru maupun minyak bekas ditandai dengan menggumpalnya
tetesan minyak berbentuk butir-butir air di bawah permukaan. Hal ini
membuktikan bahwa minyak baru maupun minyak bekas tidak mau
bercampur atau tidak dapat larut dalam pelarut etanol.
Sedangkan untuk pelarutan dengan aquades, sampel minyak baru
dan minyak bekas tidak bercampur secara homogen sehingga terbentuk 2
fase, yaitu tetesan minyak berada di lapisan atas dan aquades berada
dilapisan bawah. Hal ini menunjukkan bahwa minyak baru dan minyak
bekas tidak dapat larut dalam pelarut aquades, dikarenakan minyak
bersifat non polar sedangkan aquades bersifat polar.

2. Uji Ketidakjenuhan

28

Sampel
Minyak baru
Minyak bekas
Mentega

Warna
Merah muda jernih
Oren kusam seperti teh
Merah muda pekat

Hasil pengamatan
Tidak jenuh
Agak jenuh
Jenuh

Pada uji ketidakjenuhan, sampel yang digunakan adalah minyak
baru, minyak bekas dan mentega. Dengan pelarut kloroform dan
penambahan larutan iodium. Pada uji ini prinsip yang digunakan adalah
menentukan jumlah iod hannus yang bereaksi dengan minyak. Makin
banyak ikatan rangkap makin banyak pula iod hannus yang bereaksi.
Minyak dan iod hanus menghasilkan warna kecoklatan.
Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa hasil akhir pada sampel
minyak baru adanya perubahan warna menjadi merah muda jernih, pada
sampel minyak bekas adanya perubahan warna menjadi oren kusam atau
seperti warna teh, sedangkan pada sampel mentega adanya perubahan
warna menjadi merah muda pekat. Dalam hal ini larutan iodium
membantu mengadisi minyak atau mampu memutus iktan rangkap pada
minyak. Pada dasarnya minyak kelapa dan margarin memiliki sifat tidak
jenuh karena keduanya berasal dari lemak nabati.
F. Isolasi DNA
Sampel
Pisang

Hasil
DNA terlihat berupa benang-benang putih yang

Apel

mengumpal dan mengambang pada larutan
DNA tidak begitu terlihat karena berupa butirbutiran kecil yang telah menyebar

Isolasi DNA pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam sumber DNA yang dapat diperoleh dari hewan maupun
tumbuhan. Namun dalam praktikum kali ini sampel yang akan digunakan
yaitu, buah pisang dan buah apel. Dengan cara penghalusan buah pisang
dan buah apel dengan lumpang alu dan kemudian diambil sarinya. Isolasi
DNA ini dibantu dengan penambahan larutan detergen, garam dapur dan 5

29

ml etanol 96%. Isolasi DNA adalah upaya untuk mengeluarkan DNA dari
sel dengan merusak dinding dan membran sel dan juga membran inti.
Cara yang dapat digunakan untuk merusak membran-membran
tersebut sangat beraneka ragam, misalnya dengan pemblenderan atau
penggerusan dengan mortal dan pistil (seperti yang dilakukan dalam
praktikum ini), selain itu sel dapat pula dirusak dengan menggunakan
senyawa-senyawa kimia. Karena dalam praktikum ini isolasi DNA
dilakukan dengan cara penggerusan, maka hasil pengamatan dari
praktikum ini adalah DNA yang berupa benang-benang halus.
Hasil akhir dari pengisolasian DNA dari sumber buah pisang dan
apel ini dapat menunjukkan perbedaan yang nyata berbentuk benangbenang halus berwarna sesuai dengan warna asal buah tersebut. Pada
sampel buah pisang terlihat jelas adanya benang-benang halus yang saling
berdekatan dan berada di tengah larutan. Sedangkan pada sampel apel,
praktikan mengalami kesulitan dalam menganalisis bentuk DNA pada
apel. Hasil yang terlihat hanya berupa butir-butiran kecil pada larutan
warna oren (warna asal sampel apel).
Kesulitan dalam menentukan atau menganalisa DNA pada sampel
buah tersebut dapat disebabkan dari pembuatan sumber DNAnya. Dalam
suatu teori menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan sumber DNA
untuk isolasi DNA hendaknya jangan terlalu encer karena semakin encer
sumber DNA, DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Terlihat jelas
dalam praktikum ini terjadi pada sampel apel yang DNAnya hanya
terpresipitasi sedikit.
Dalam proses isolasi DNA ini, detergen mengandung sodium
dodesil sulfat (SDS) yang dapat menyebabkan hilangnya moleku lipid
pada membran sel sehingga struktur membran akan rusak dan melisiskan
atau menghancurkan isi sel. Kemudian penggunaan garam dapur dalam
isolasi DNA ini bertujuan untuk memekatkan DNA. Hal ini dapat terjadi
karena ion Na+ yang didukung oleh garam mampu membentuk ikatan

30

dengan fosfat, pada saat itulah DNA akan berkumpul. Sedangkan
penambahan alkohol pada permukaan larutan bertujuan untuk melakukan
presipitasi sehingga DNA yang telah terkumpul mampu terpisah dari
larutan dan terbentuklah lapisan-lapisan yang dapat diidentifikasi unsur
penyusunnya.

BAB V
PENUTUP

31

A. Kesimpulan
1. Uji kualitatif karbohidrat dilakukan dengan tiga metode diantaranya
yaitu, uji benedict, uji selliwanof dan dengan reaksi iodium atau lugol.
Dari hasil pengamatan uji benedict yang dilakukan, dinyatakan bahwa
sampel madu termasuk fruktosa, sampel tepung termasuk dalam
amilum dan gula termasuk dari glukosa. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam uji benedict, uji selliwanof dan reaksi iodium dengan berbagai
indikator warna yang sesuai dengan kriteria masing-masing uji.
2. Pengujian vitamin C ini dilakukan untuk mengetahui kandungan
vitamin C pada berbagai larutan diantaranya menggunakan sampel
larutan vitamin C, jeruk, tomat, dan minuman sari buah. Dalam
pengujian ini menggunakan betadine atau larutan amilum iodide
sebagai indikator keberadaan vitamin C. Dari pengujian tersebut dapat
diketahui bahwa kadar vitamin C yang tertinggi dari semua sampel
adalah larutan vitamin C (UC 100).
3. Uji kualitatif protein dapat dilakukan dengan uji ninhidrin, uji biuret,
pengendapan dengan pemanasan dan pengendapan dengan etanol. Dari
hasil pengamatan yang didapat, larutan putih telur setelah penambahan
5 tetes NaOH 40 % dan 5 tetes Reagen Biuret dan dilakukan
pemanasan menghasilkan larutan yang berubah menjadi coklat dan
memiliki endapan. Hal ini dinyatakan kurang berhasil untuk
membuktikan teori yang menyatakan ada atau tidaknya ikatan peptide
dalam larutan tersebut. Karena seharusnya banyaknya asam amino
yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini.
Dipeptida membentuk warna biru, tripeptida membentuk warna ungu,
tetrapeptida serta peptida kompleks dapat membentuk warna merah.
4. Urinalisis dilakukan dengan dua metode yaitu, dilakukan analisa fisik
dan analisa kimia. Dalam analisa fisik, data yang diperoleh
menunjukkan hasil dari semua sampel urin memiliki warna kuning
gading yang berarti pigmen urin normal dan memiliki pH masingmasing 6. Kemudian dalam analisa kimia, data yang diperoleh dari
semua sampel adalah negatif mengandung glokosa dan protein,

32

meskipun pada sampel ke-4 berubah warna jadi biru agak hijau, namun
masih dikatakan batasan normal. Indikator dalam pengujian glukosa
ialah hijau hingga merah bata, sedangkan indkator pengujian protein
ialah berwarna ungu jika dipanaskan.
5. Pada

pengujian

lipid

dilakukan

pengujian

kelarutan

dan

ketidakjenuhan. Pelarut yang digunakan adalah kloroform, aquades
dan etanol. Pengujian dilakukan menggunakan sampel minyak baru,
minyak bekas dan mentega. Prinsip uji kelarutan itu sendiri
berdasarkan “like disolve like” larutan polar akan larut dengan pelarut
polar dan sebaliknya larutan non polar akan larut dengan pelarut non
polar. Jika larutan nonpolar dengan pelarut semi polar maka akan larut
sebagian.
6. Dalam proses isolasi DNA ini, detergen mengandung sodium dodesil
sulfat (SDS) yang dapat menyebabkan hilangnya moleku lipid pada
membran sel sehingga struktur membran akan rusak dan melisiskan
atau menghancurkan isi sel. Kemudian penggunaan garam dapur
dalam isolasi DNA ini bertujuan untuk memekatkan DNA. Hal ini
dapat terjadi karena ion Na+ yang didukung oleh garam mampu
membentuk ikatan dengan fosfat, pada saat itulah DNA akan
berkumpul. Sedangkan penambahan alkohol pada permukaan larutan
bertujuan untuk melakukan presipitasi sehingga DNA yang telah
terkumpul mampu terpisah dari larutan dan terbentuklah lapisanlapisan yang dapat diidentifikasi unsur penyusunnya.

DAFTAR PUSTAKA

33

Aina, Mia & Suprayogi, D. 2010. UJI KUALITATIF VITAMIN C PADA
BERBAGAI

MAKANAN

DAN

PENGARUHNYA

TERHADAP

PEMANASAN, hal: 7.
Anonim 1. 2010. Urinalisis. http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis1.html. Diakses pada tanggal 17 November 2016
Anonim

2.

2014.

Laporan

Biokimia

Uji

Daya

Larut

Lemak.

http://radenajengaprilia.blogspot.co.id/2014/04/laporan-biokimia-daya-larutlemak-uji.html. Diakses pada tanggal 17 November 2016
Frederica, Debrina. 2012. Biokimia Protein. http://bio-protein. blogspot.co.id/.
Diakses pada tanggal 17 November 2016
Hartono, Histologi Veteriner. Jakarta: UI Press, 1992
Kusnandar, Dr. Ir. Feri, Msc. 2010. Kimia Pangan : Komponen Makro. PT. Dian
Rakyat. Jakarta
Poedjiaji, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta
Priyadi, Ardi. 2015. Jurnal Uji Kualitatif Karbohidrat. Universitas Pendidikan
Indonesia
Rochmah, S. N., Widayati, S., & P, M. A. 2009. BIOLOGI SMA/MA Kelas XI.
Jakarta.
Setiadi. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2007
Sukmawaty, E. K. A. 2015. PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Universitas
Islam Negeri Alauddin. Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN

34

Gontor Putri 1, 23 November 2016
Dibuat oleh:

Disetujui oleh :

Praktikan

Dosen pengampu

Hasna Hanifah Ahmad Rifa’i

Dian Yuni Pratiwi, S.Si, M.Si

35