Makalah tentang zina loyalitas pelanggan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
merupakan tugas pada mata kuliah Tafsir Ahkam Qodlo di Program Pasca Sarjana STAIN
Curup yang berjudul “ Hukum Zina “
.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan
pengarahan dari berbagai pihak . Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada Dr. Hasep Saputra MA. yang mengajar mata Kuliah
ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Amin.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
Makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak.


Muratara, 03 Maret 2017
Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah

…………………………………… 1


…………………………………………... 1

1.3 Tujuan ………………………………………………………........ 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Definisi Zina

……………………………………………. 3

2.2

Dasar-dasar dilarangnya Zina .

2.3


Macam-macam Zina dan Hukumannya

……………………………. 4
……………… 5

2.3.1 Macam-macam Zina Anggota Tubuh

……………..... 7

2.4

Syarat-syarat hukuman zina

………………………………. 9

2.5

Cara Pelaksanaan Hukuman

……………………………….12


2.6

Bunyi Q.S Al isra 32 dan Q.S An nur 2

BAB III
3.1

…………...13

KESIMPULAN

Kesimpulan

…………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…….. 16

ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini, banyak orang-orang yang potong kompas begitu saja. Mereka tidak
ingin bekerja keras dan berusaha untuk suatu kebutuhan hidupnya. Banyak yang beranggapan
bahwa “mencari yang haram saja susah setengah mati, apalagi yang halal”. Stetemen seperti
ini tentunya bukan cuma asal ada atau muncul begitu saja tetapi ini berdasarkan fakta
dilapangan yang kami anggap karena sulitnya lapangan kerja dengan kata lain sulitnya
ekonomi.
Syariat islam telah menyatakan bahwa suatu perbuatan dinyatakan sebagai kejahatan apabila
perbuatan tersebut menyimpang dengan syariat itu sendiri serta bersebrangan dengan normanorma yang berlaku di masyarkat. Meskipun perbuatan tersebut tidak mempunyai tujuan
untuk merusak atau mengganggu terwujudnya ketertiban sosial dan merugikan masyarakat,
telah ditentukan bahwa apabila seseorang melakukan suatu kejahatan maka ada ancaman
baginya suatu hukuman atas perbuatannya, hukuman tersebut diberikan agar orang akan
menahan diri untuk melakukan kejahatan, karena tanpa adanya sanksi suatu perintah atau
larangan tidak punya konsekuensi apa-apa.
Didalam al- Qur’an dan hadis dijelaskan bahwa setiap kesalahan memiliki sanksi yang
berbeda -beda, kesalahan-kesalahan tersebut terdiri dari zina, qadzaf, mencuri ,mabuk dan
lain sebagainya.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami berharap semoga dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca pada umumnya dan kami khususnya
serta, kami akan bersenanang hati dalam menerima kritik yang membangun guna
kesempurnaan di masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, kami akan mencoba menjelaskan mengenai apa
sebenarnya zina itu, dasar-dasarnya, macam-macam zina serta sanksi yang diberikan bagi
pelaku zina (pezina), syarat-syarat hukuman zina , pelaksanaan hukuman bagi para pezina,
bunyi surat Al isra ayat 32 dan surat an nur ayat 2 dan akan kami singgung sedikit hal yang
berkaitan dengan zina tersebut.

1

1.3 Tujuan Masalah
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai adalah
1.

Untuk mengetahui definisi Zina.


2.

Untuk mengetahui dasar-dasar dilarangnya zina.

3.

Untuk mengetahui macam-macam zina.

4.

Untuk mengetahui jenis-jenis hukuman bagi para pezina.

5.

Untuk mengetahui syarat-syarat hukuman zina

6.

Untuk mengetahui pelaksanaan hukuman bagi para pezina.


7.

Untuk mengetahui bunyi Q.S Al Isra ayat 32 dan Q.S An Nur ayat 2.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Definisi Zina

Pengertian zina (‫ ) الزنا‬adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan
perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang perzinaan sebagai dosa besar yang
dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat. Berzina dapat diibaratkan
seperti memakai barang yang bukan menjadi hak miliknya.
Para ulama mengartikan zina dengan susunan kalimat yang berbeda-beda namun isinya sama
yaitu :
‫َال ع َِن ال ّش ْبهَ ِة ُم ْشتَ ِه ّي‬

ٍ ‫ج ُم َحر ٍّم بِ َع ْينِ ِه خ‬
ٍ ْ‫اِ ْيلَ ُج ال ّذ َك ِر بِفَر‬
“Zina ialah memasukkan alat kamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan (dalam
persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya bukan karena subhat dan perempuan itu
mendatangkan syahwat”.
Menurut Ibnu Rusyd dalam bukunya BIDAYATU’L MUJTAHID, Zina adalah setiap
pesetubuhan yang terjadi bukan karena pernikahan yang sah, bukan karena semu nikah, dan
bukan pula karena pemilikan ( terhadap hamba).
Perbuatan zina sangat dicela oleh agama dan dilaknat oleh Allah. Pelaku perzinaan dikenakan
sanksi hukuman berat berupa rajam.
Mengenai larangan berzina, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 32
yang artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, itu (zina) sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan
yang buruk”.
Yang dimaksud perbuatan mendekati zina yang dilarang adalah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukan zina. Mendekati sesuatu yang dapat merangsang
nafsu sehingga mendorong diri kepada perbuatan zina juga termasuk perbuatan mendekati
zina.

Begitu pula dengan perbuatan yang berpotensi mendorong nafsu seperti menonton aurat dan

mengkhayalkannya adalah mendekati perzinaan. Menurut Al-Ghazali, perbuatan keji (dosa
besar) yang tampak adalah zina, sedangkan dosa besar yang tersembunyi adalah mencium,
menyentuh kulit, dan memandang dengan syahwat.

3

2.2

Dasar-dasar dilarangnya Zina

Ayat-ayat Al-Qur’an dibawah ini merupakan hukum yang menyatakan secara tegas bahwa
islam mengharamkan zina.
1. Qur’an Surat An Nur (ayat 2)
ْ ِ‫ال ّزانِيَةُ َوال ّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك ّل َوا ِحِ ٍد ِم ْنهُ َمِِا ِمائَةَ َج ْلِ َد ٍة َو َل تَأْ ُخ‬
ّ ِ‫اِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُِِونَ ب‬
ّ ‫ِذ ُك ْم بِ ِه َمِِا َر ْأفَِةٌ فِي ِدي ِن‬
‫الِ َو ْاليَِِوْ ِم ْال ِخِ ِر‬
َ‫َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
Artinya :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari

keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang beriman.”
2. Qur’an Surat An-nisa’ ayat 15
‫ت َحتّى يَت ََوفّاه ُّن‬
ِ ‫َو اللّتي يَأْتينَ ْالفا ِح َشةَ ِم ْن نِسائِ ُك ْم فَا ْستَ ْش ِهدُوا َعلَ ْي ِه ّن أَرْ بَ َعةً ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن َش ِهدُوا فَأ َ ْم ِس ُكوه ُّن فِي ْالبُيُو‬
ُ ْ‫ْال َمو‬
‫ت أَوْ يَجْ َع َل اُ لَه ُّن َسبيل‬
“Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina), hendaklah ada empat
orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila para saksi itu telah
memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya.”
3. Qur’an Surat Al-isra’ ayat 32

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk.’’
4. Qur’an Surat An-nuur ayat 4

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-nuur :4)

4

5. Qur’an Surat Al-ahzab ayat 32

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya[1214] dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Al-azhab :32)

6. Qur’an Surat An-nur ayat 25

“Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan
tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu
menurut hakikat yang sebenarnya).” (An-nuur:25)

2.3 Macam-macam Zina dan Hukumannya
Zina dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1.

Zina mukhshon ‫ص ٌن‬
َ ْ‫ِزنا َ ُمح‬

Zina mukhshon yaitu zina yang dilakukan orang yang pernah terikat tali ikatan perkawinan,
artinya yang dilakukan baik suami, isteri, duda atau janda. Hukuman (had) bagi pelaku zina
mukhshon, yaitu dirajam atau dilempari batu sampai ia mati. Sebagaimana sabda Nabi :
‫صلّى ا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم َر َج َم ما َ ِع ّزا َو َر َج َم ا ْم َرأَةً ِم ْن ُجهَ ْينَةَ َو َر َج َم يَهُوْ ِديّي ِْن‬
َ ِ‫اَ ّن َرسُوْ َل ا‬
( ‫َوا ْم َرأَة َ ِمن عَا ِم ٍر ِمنَ ْالَ ْز ِد )اجر جه مسلم واترمذي‬
“ Sesungguhnya Rasulullah saw. merajam seseorang yang bernama Ma’iz dan merajam
seorang perempuan dari kabilah Juhainah serta merajam pula dua orang Yahudi dan seorang
perempuan dari kabilah Amir dari suku Azd” ( H.R. Muslim dan Tirmidzi )
Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku berzina,”Apakah
engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu menjawab,’Ya’. Kemudian Nabi
bersabda lagi,’Bawalah orang ini dan rajamlah'.” (HR Bukhori Muslim)

5

2.

Zina ghairu mukhshon ‫ص ٌن‬
َ ْ‫ِزنَا َغ ْي ُر ُمح‬

Zina ghairu mukhson yaitu zina yang dilakukan orang yang belum pernah menikah. Had
(hukuman) bagi pelaku zina ghairu Mukhson di jilid atau di cambuk sebanyak 100 kali dan
dibuang ke daerah lain selama 1 tahun. Hal ini berdasarkan firman Allah:

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera ( Q.S. an-Nur (24) : 2 )

Rasulullah SAW bersabda :

ُ ‫ض َي اُ َع ْنهُ قَا َل َس ِمع‬
‫صلّى اُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم يَأْ ُم ُر فِ ْي َم ْن زَ نَى‬
َ ‫ى‬
ّ ِ‫ْت النّب‬
ِ ‫ع َْن َز ْي ِدب ِْن خَ ا لِ ٍد َر‬
( ‫ْب عَا ٍم ) رواه البخا رى‬
َ ‫ْري‬
َ ْ‫َولَ ْم يُح‬
ِ ‫ص ْن َج ْل َد ِمائَ ٍة َوتَع‬
“ Zaid bin Kholid ra. Berkata : “ Saya telah mendengar Rasulullah SAW. memerintahkan
supaya orang yang zina ghoiru mukhsan didera seratus kali dan dibuang satu tahun “ ( H.R.
Bukhori )

“Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman kepada
orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang (diasingkan) satu tahun dan
pukulan seratus kali.” (HR. Bukhori).
·
Selain itu, perempuan-perempuan yang dirogol atau diperkosa oleh lelaki yang
melakukan perzinaan dan telah didukung dengan bukti –bukti yang diperlukan oleh hakim
dan tidak menimbulkan sebarang keraguan dipihak hakim bahwa perempuan itu dirogol dan
diperkosa, maka dalam kasus ini perempuan itu tidak boleh dijatuhkan dan dikenakan
hukuman hudud,dan ia tidak berdosa dengan sebab perzinaan itu.
·
Sedangkan lelaki yang merogol atau memperkosa perempuan melakukan perzinaan
dan telah ditetapkan kesalahannya dengan bukti – bukti dan keterangan yang dikehendaki
oleh hakim tanpa menimbulkan keraguan dipihak hakim, maka hakim hendaklah
menjatuhkan hukuman hudud atas lelaki yang merogol perempuan itu, yaitu wajib dijatuhkan
dan dikenakan atas lelaki itu hukuman rejam dan sebat.
Dalam PASAL 91, Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina, maka wajib baginya had
qadzaf dengan delapan syarat.

6

Tiga syarat terdapat pada pihak penuduh yaitu:
1.

Dia sudah baligh

2.

Berakal sehat

3.

Bukan orang tua bagi pihak tertuduh.

Adapun lima syarat terdapat pada pihak tertuduh yaitu:
1.

Dia orang Islam

2.

Sudah baligh

3.

Berakal sehat

4.

Merdeka

5.

Selalu memelihara diri dari perbuatan zina.

Orang yang menuduh seseorang berzina tanpa ada bukti didera dengan:
1.

Kalau orang merdeka didera 80 kali.

2.

Kalau hamba (budak) didera separonya yaitu 40 kali.

2.3.1 Macam-macam Zina Anggota Tubuh
Hadisnya yang berbunyi:
ُ ‫َح ّدثَنَا اِ ْس َح‬
‫ِرةَ ع َْن النّبِ ّي‬
َ ِ‫ح ع َْن اَبِي ه َُر ْي‬
َ ‫ق بْنُ َم ْنصُوْ ٍر أَ ْخبَ َرنَا أَبُو ِه َش ٍام ال َم ْخ ُزوْ ِم ّي َح ّد ثَنَا ُوهَيْبُ َح ّد ثَنَِِا ُس ِهَ ْي ُل اِبْنُ اَبِي‬
ٍ ِ‫ص ِال‬
ٌ ‫الزنَِا ُمِ ْد ِر‬
‫ِان ِزنَاهُ َمِِا‬
َ ِِ‫ك َذل‬
َ ِ‫صلّي اُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم قَا َل ُكت‬
َ
ِ َ‫ب َعلَي اِ ْب ِن أ َد َم ن‬
ِ َِ‫ِان ِزنَاهَ َمِِا النّظَِ ُر َوالُ ُذن‬
ِ َِ‫ك لَ َم َحالَِةَ فَ ْال َع ْين‬
ِ َ‫ص ْيبُهُ ِمن‬
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ّ
ّ
ّ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
َ
َ
ُ ‫ُص ِ ّد‬
ُ ‫ا ِل ْستِ َما‬
ُِ‫ك الفِِرْ ُج َويُكذبُِه‬
َ ِ ِ ‫ق ذل‬
َ ‫ِوى َويَتَ َمنى َوي‬
َ ِ‫ع َوالل َسانُ ِزنَاهُ الكل ُم َواليَ ُد ِزنَاهَا البَطشُ َوال ّرجْ ُل ِزنَاهَا الخطِِا َوالقلبُ يَ ْه‬
(‫) اخرجه مسلم فى كتاب القدر باب قدر على ابن ادم حظه من الزنا وغيره‬
Artinya:
“Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra. Bahwa Nabi SAW bersabda: “telah
diterapkan bagi anak-anak Adam yang pasti terkena, kedua mata zinanya adalah melihat,
kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berkata-kata, tangan zinanya
adalah menyentuh, kaki zinanya adalah berjalan, hati zinanya adalah keinginan (hasrat) dan
yang membenarkan dan mendustakannya adalah kemaluan. (HR. Muslim dalam kitab Qadr
bab ketentuan batas-batas ziina dan lainnya bagi anak-anak Adam).”

7

Adapun penjelasan dari Hadits Nabi tersebut sebagai berikut :
1.
Zina dengan kedua mata yaitu: memandang wanita yang tidak halal, misalnya
memandang wanita yang bukan muhrimnya.
Rasulullah SAW bersabda:
ْ ّ‫ِزنَا ْال َع ْينَي ِِْن الن‬
‫ظ ُر‬
“Zina kedua mata ialah memandang wanita yang bukan muhrim.” (H.R. Ibnu Sa’ad,
Thabrani, dan Abu Nu’Aim dari Alqamah bin Huwarits)

Adapun Rasulullah SAW bersabda:
ْ ‫ِن‬
‫ت ِمنَ ال َكبَا ئِر‬
ِ ‫َظ ُر الَجْ نَبِيّا‬
“Memandang wanita ajnabiyyat (bukan muhrim) termasuk dosa-dosa besar”

Keterangan: Kata Ajnabiyyat, artinya wanita yang halal dinikahi. Termasuk dosa besar, yakni
jika dalam pandangan tersebut menimbulkan nafsu dan kecenderungan hati kepadanya, tetapi
jika tidak, tidak termasuk dosa besar.
2.
Zina kedua kaki : Yaitu barjalan ketempat maksiat. Seperti berjalan ke tempat-tempat
yang di larang oleh agama.

3. Zina dengan kedua tangan: Yaitu bertindak dengan tangannnya dengan cara kekerasan
tanpa alasan yang dibolehkan.
Maka Rasulullah SAW bersabda:
ْ ّ‫طشُ َو ِزنَا ال َع ْينَي ِْن الن‬
ْ َ‫ِزنَا ال ّرجْ لَي ِْن ال َم ْش ُي َو ِزنَا ْاليَ َد ْي ِن ْالب‬
‫ظ ُر‬
“ Zina kedua kaki adalah berjalan, dan zina kedua tangan adalah bertindak dengan kasar,
serta zina kedua mata ialah memandang kepada yang tidak halal”

4.
Zina kedua telinga, ialah mendengar sesuatu yang membuka ‘aib seseorang/
mendengarkan yang tidak baik (menguping).
5. Zina lisan, ialah sesuatu yang membuka ‘aib seseorang, beerkata-kata yang kasar, dan
berkata-kata yang tidak benar (menuduh) seseorang berzina.
8

6.
Zina dengan hidung, ialah mencium yang bukan muhrim, atau mencium parfum
seseorang yang bukan muhrim apabila Ia bersyahwat.
7. Zina dengan faraj, ialah memasukkan kemaluan laki-laki kedalam kemaluan perempuan
yang tidak halal disetubuhi/yang bukan muhrim.
Maka Rasulullah SAW bersabda :
ً‫اح َدةُ تُحْ بِطُ َع َم َل َس ْب ِع ْينَ َسنَة‬
ِ ‫َز ْنيَةٌ َو‬
“Melakukan zina satu kali akan menghapuskan amal selama tujuh puluh tahun.”.

2.4 Syarat-syarat hukuman zina
Hukuman buat orang yang berzina adalah rajam, yaitu hukuman mati dengan cara dilempari
batu. Namun walaupun demikian, perlu diketahui bahwa rajam bukan satu-satunya hukuman.
Selain rajam, juga ada hukuman cambuk 100 kali buat pezina. Bahkan hukum cambuk malah
didasari langsung dengan ayat Al-Quran (QS. An-Nuur : 2). Sedangkan dasar masyru'iyah
rajam kita dapati pada hadits Nabi :
ْ َ‫َلى ا ْم َرأَ ِة هَ َذا فَإ ِ ِن ا ْعتَ َرف‬
‫ت فَارْ ُج ْمهَا‬
َ ‫َوا ْغ ُد يَا أُنَيْس ع‬
Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina maka rajamlah
Rasulullah SAW bersabda :
‫اِ ْد َرؤُوا ال ُحدُو َد باِل ُشبُهَا‬
“Hindarilah hukum hudud dengan masih adanya syubuhat.”
Ada beberapa syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud
lainnya, antara lain :

1.

Wilayah Hukum Resmi

Hukum rajam dan hukum-hukum syariah lainnya harus diberlakukan secara resmi terlebih
dahulu sebuah wilayah hukum yang resmi menjalankan hukum Islam. Di dalam wilayah
hukum itu harus ada masyarakat yang memeluk hukum syariah, sadar, paham, mengerti dan
tahu persis segala ketentuan dan jenis hukuman yang berlaku. Ditambahkan lagi mereka
setuju dan ridha atas keberlakuan hukum itu.

9

2.

Adanya Mahkamah Syar'iyah

Pelaksanaan hukum rajam itu hanya boleh dijalankan oleh perangkat mahkamah syar'iyah
yang resmi dan sah. Mahkamah ini hanya boleh dipimpin oleh qadhi yang ahli di bidang
syariah Islam. Qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara sah dan resmi oleh negara, bukan
sekedar pemimpin non formal.

3.

Peristiwa Terjadi di Dalam Wilayah Hukum

Kasus zina dan kasus-kasus jarimah lainnya hanya bisa diproses hukumnya bila kejadiannya
terjadi di dalam wilayah hukum yang sudah menerapkan syariah Islam. Sebagai ilustrasi, bila
ada orang Saudi berzina di Indonesia, tidak bisa diproses hukumnya di wilayah hukum
Kerajaan Saudi Arabia. Dan sebaliknya, meski berkebangsaan Indonesia (orang Indonesia),
tetapi kalau berzina di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia, harus dijatuhi hukum rajam.

4.

Terpenuhi Semua Syarat Bagi Pelaku Zina

Tidak semua pelaku zina bisa dijatuhi hukum rajam. Setidaknya-tidaknya dia harus seorang
muhshan yang memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu beragama Islam, usianya sudah
mencapai usia baligh, sehat akalnya alias berakal, berstatus orang merdeka dan bukan budak,
iffah dan sudah menikah (tazwij). Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka hukum
rajam batal demi hukum, tidak bisa dilaksanakan, malah hukumnya terlarang berdasarkan
syariat Islam.

5.

Kesaksian 4 Orang Atau Pengakuan Sendiri

Untuk bisa diproses di dalam mahkamah syar'iyah, kasus zina itu harus diajukan ke meja
hijau. Hanya ada dua pintu, yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri sendiri pelaku zina.
Bila lewat kesaksian, syaratnya para saksi itu harus minimal berjumlah 4 orang, apabila saksi
itu kurang dari empat maka persaksian tersebut tidak dapat diterima. Hal ini apabila
pembuktian nya itu hanya berupa saksi semata-mata dab tidak ada bukti-bukti yang lain.
Dasarnya adalah sebagai berikut:
a.

Surah An-Nisa’ ayat 15 “perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi
diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya”

10

b.
Surah An-Nur ayat 4 ; “dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik”
c.
Surah An-Nur ayat 13 “mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan
empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksisaksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta”
Adapun syarat –syarat Umum saksi yakni:
1. Baligh
2. Berakal
3. Kuat ingatan
4. Dapat Berbicara
5. Dapat Melihat ( melihat secara langsung kejadian tersebut)
6. Adil
7. Islam
Semuanya melihat langsung peristiwa masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan
perempuan yang berzina, secara langsung dan bukan dengan rekaman, di waktu yang
bersamaan.

Dengan pengakuan
Pengakuan dapat digunakan sebagai alat bukti untuk jarimah zina, dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Pengakuan harus dinyatakan sebanyak empat kali, dengan mengiaskan kepada empat
orang saksi.
2. Pengakuan harus terperinci dan menjelaskan tentang hakikat perbuatan, sehingga dapat
menghilangkan syubhat (ketidak jelasan) dalam perbuatan zina tersebut
3. Pengakuan harus sah atau benar.
4. Pengakuan harus dinyatakan dalam sidang pengadilan.

11

Seseorang dikatakan telah melakukan zina apabila memenuhi unsur- unsur sebagai berikut:
a.

Pelakunya sudah baligh dan berakal

b.

Perbuatan zina tersebut dilakukan atas kemauan sendiri

c.
Pelakunya mengetahui bahwa zina adalah haram dan Terbukti secara syar'i bahwa ia
benar-benar melakukan zina.
Maka jika di simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan Rasulullah SAW
tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau pernah menolak wanita yang
menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran masih banyak syarat yang tidak terpenuhi.

2.5

Cara Pelaksanaan Hukuman

Hukuman rajam adalah hukuman mati dengan jalan dilempari dengan batu atau sejenisnya.
Pelaksanaan hukuman zina Apabila jarimah zina sudah bisa dibuktikan dan tidak ada syubhat
maka hakim harus memutuskannya dengan menjatuhkan hukuman had, yaitu rajam bagi
muhshan dan dera seratus kali di tambah pengasingan selama satu tahun bagi pezina ghairu
muhshon.
Yangmelaksanakanhukuman.
Para fuqaha telah sepakat bahwa pelaksanaan hukuman had harus dilaksanakan oleh imam
atau wakilnya ( pejabat yang ditunjukknya).
CaraPelaksanaanHukumanRajam
Apabila orang yang akan dirajam itu laki-laki, hukuman dilaksanakan dengan berdiri tanpa
dimasukkan ke dalam lubang dan tanpa dipegang atau di ikat. Apabila melarikan diri dan
pembuktiannya dengan pengakuan maka ia tidak perlu di kejar dan hukuman dihentikan.
Akan tetapi , apabila pembuktiannya dengan saksi maka ia harus dikejar dan selanjutnya
hukuman rejam diteruskan sampai ia mati. Apabila orang yang dirajam itu wanita, menurut
imam abu hanifah dan Imam Syafi’i, ia boleh dipendam sampai batas dada, karena cara
demikian itu lebih menutupi auratnya.
b.

Cara pelaksanaan Hukuman Dera (jilid) dilaksanakan dengan menggunakan
cambuk, dengan pukulan yang sedang sebanyak 100 kali cambukan. Di syaratkan
cambuk tersebut harus kering, tidak boleh basah, karena bisa menimbulkan luka.
Di samping itu juga disyaratkan cambuk tersebut ekornya tidak boleh lebih dari
satu. Apabila ekor cambuk lebih dari satu ekor, jumlah pukulan dihitung sesuai
dengan banyaknya ekor cambuk tersebut.

12

2.6

Bunyi Q.S Al Isra 32 dan Q.S An Nur 2

Ø Al isra 32

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

Ø An Nur (ayat 2)

Artinya :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang beriman.”

Pertanyaan kami:
Ø Setelah kami membuat makalah ini, kami mempunyai sebuah pertanyaan yaitu: Apakah
setelah seseorang dirazam, dosa orang yang melakukan zina sudah diampuni?
Kami bertanya-tanya sendiri dan bertanya kepada orang lain, dan akhirnya kami
mendapatkan sebuah jawaban yang kami temukan di internet:

Apakah Rajam Menjadi Syarat Diterimanya Taubat?
Maka kalau rajam ini dijadikan syarat diterimanya taubat, rasanya agak berlebihan. Agak
kurang tepat kalau dikatakan bahwa dilaksanakannya hukuman ini menjadi syarat
diampuninya dosa. Masalahnya meski yang berzina rela dirajam, belum tentu hukum
rajamnya bisa diterapkan. Lantas apakah pelaku zina itu jadi tidak bisa diterima taubatnya,
cuma gara-gara secara prosedur tidak dimungkinkan pelaksanaan hukuman rajam?
Jawabannya tentu tidak. Urusan ampunan itu tidak ada kaitannya langsung dengan
pelaksanaan hukum rajam. Urusan ampunan itu ditentukan dari apakah pelakunya bertaubat
atau tidak.
13

Jadi walaupun seorang pezina dijatuhi hukum rajam, tetapi bila di dalam dirinya sendiri dia
tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni. Sebaliknya, meski tidak diterapkan hukum rajam
dengan berbagai problematikanya, asalkan seorang pezina sudah bertaubat, tentu Allah SWT.
Maha Pengampun. Kita tidak bilang pasti diterima taubatnya, namun kita tahu Allah SWT.
Maha Penerima taubat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Zina (‫ ) الزنا‬adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan
perkawinan yang sah menurut agama. Karena dalam pandangan tersebut akan menimbulkan
nafsu dan kecendrungan hati kepadanya, maka akan termasuk dosa besar.
2.
zina.

Didalam al-qur’an Allah SWT banyak berfirman dan menjelaskan tentang larangan

3.

Zina itu dibagi 2, yaitu zina mukhshon dan zina ghairu mukhshon.

4.

Macam-macam zina anggota tubuh :

Zina dengan kedua mata, zina dengan kedua kaki, zina dengan kedua tangan, zina dengan
kedua telinga, zina dengan lisan, zina dengan hidung, dan zina dengan faraj.
5.
Seseorang yang melakukan zina Mukhson, wajib dikenakan hukuman had (rajam) Yaitu
dilempar dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati, sedangkan yang bukan muhsan
harus di cambuk sebanyak seratus kali cambukan.
6.
Syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud lainnya adalah
Wilayah Hukum Resmi, adanya mahkamah syar'iyah, peristiwa terjadi di dalam wilayah
hokum, terpenuhi semua syarat bagi pelaku zina, kesaksian 4 orang atau pengakuan sendiri
7.
Faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita ini, serta pengaruh
kemajuan teknologi.
8.
Menurut kelompok kami faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita
ini, serta pengaruh kemajuan teknologi. Dan menurut kami cara mencegah zina yang paling
utama adalah menyegrakan menikah bagi yang sudah mampu, serta dengan mengembangkan
syariat islam di negeri ini.
9.
Menurut kelompok kami razam bukanlah syarat diterimanya taubat, melainkan
berdasarkan pelakunya sendiri. Apakah pelakunya bersungguh-sungguh bertaubat atau tidak?

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kitab Bidayatul Mujtahid
2. Al Quran Karim dan Terjemahan Kemenag RI
3. Fiqhus Sunnah
4. samsulariefin123455.blogspot.com/
5. Tafsir Ali Ashshobuni

16

JUDUL MAKALAH

HUKUM Z I N A
MATA KULIAH : TAFSIR AKHKAM QODLO

DI SUSUN OLEH:
1. M. Zaenul Ma’arif S. Pd. I
2. M.Ali Ghufron S. Pd.I

PASCA SARJANA STAIN CURUP
Tahun Akademik 2016/2017