Ekoper Acara 1 Ekoper Acara

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi pertanian di Indonesia belum memaksimalkan potensi sumber daya alam yang
dimiliki oleh setiap daerahnya masing-masing. Petani sebagai pelaku utama di dalam kegiatan pertanian
masih terus mengalami penjajahan secara ekonomi maupun mental. Kesejahteraan petani belum
mengalami banyak perubahan hingga zaman modern. Kesejahteraan yang kurang ini disebabkan oleh
pendapatan dan penerimaan petani yang masih kurang.
Pertanian di Indonesia masih menjadi sektor utama dan penyumbang devisa bagi negara. Kondisi
seperti inilah yang sebenarnya mampu berdampak positif bagi tersedianya lapangan kerja dari sektor
pertanian begitu besar. Terbukti jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani masih
tergolong tinggi. Mengelola lahan seperti sawah, perkebunan, dan subsistem lainnya serta mengusahakan
pertenakan atau perikanan menjadi pekerjaan seorang petani. Disisi lain tujuan pekerjaan mereka bukan
sekedar untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga masing-masing tetapi juga untuk diperjualbelikan
dan memenuhi kebutuhan pasar.
Potensi pertanian di Indonesia menjadi perekonomian negara yang stabil ditengah kondisi
perekonomian global yang mengalami kekacauan. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk
yang banyak merupakan potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Pada realita yang
ada Indonesia sampai saat ini belum mampu memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu
faktor yang menyebabkan kurang majunya pertanian di Indonesia adalah sebagian besar petani masih
bersifat tertutup atas inovasi dan belum mampu memanfaatkan berbagai terobosan teknologi baru di

bidang pertanian yang sebenarnya berdasarkan hasil penelitian dapat meningkatkan produktifitas
usahatani dan pendapatan petani. Peran pemerintah dalam membuat kebijakan sangat berpengaruh bagi
perkembangan pertanian. Kondisi yang terjadi saat ini, adanya beberapa kebijakan yang masih merugikan
dan belum memihak kepada kepentingan petani di Indonesia.
Perkembangan pertanian erat kaitannya dengan pola kehidupan yang dijalani oleh para petani
yang sebagian besar hidup di pedesaan. Kehidupan masyarakat pedesaan memang masih sangat
sederhana, baik dari segi sosial maupun dari segi budaya. Dengan mengandalkan pendapatan yang berasal
dari usahatani, mereka berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya, baik untuk konsumsi pangan, konsumsi
non pangan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
Usaha petani untuk mencukupi kebutuhan mereka, dilakukan dengan mengelola dan
mengusahakan lahan yang dimiliknya. Petani menggarap lahannya sendiri dan menikmati hasil tersebut
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Adapula petani penyakap yang dalam melaksanakan
kegiatan pertaniannya, mereka bekerjasama dengan petani lain yang hasilnya pun dibagi sesuai jasa yang
telah mereka lakukan. Bagi petani yang tidak memiliki lahan akan bekerja untuk mengelola lahan orang
lain, biasanya disebut dengan buruh tani.

Sebagian besar dari masyarakat desa berusaha mencukupi kebutuhan mereka dengan
mengandalkan alam di sekitarnya. Bagi petani yang memiliki lahan pertanian, mereka berusaha untuk
menggarap lahan yang dimiliki secara optimal. Mereka menanam tanaman pokok seperti padi, ubi kayu,
ubi jalar dan jagung dengan maksud agar hasil panennya dapat dikonsumsi oleh keluarga untuk

mencukupi kebutuhan konsumsi.
Berdasarkan uraian di atas sangat menarik untuk dipelajari dan ditelusuri secara mendalam
khususnya oleh mahasiswa. Mahasiswa dapat terjun langsung ke lapangan dalam melakukan penelitian,
khususnya mengenai karakteristik perekonomian pedesaan. Faktor sosial budaya dan pemanfaatan sumber
daya alam yang tersedia di desa oleh masyarakat yang dapat menunjang kegiatan perekonomian desa
tersebut. Dengan terjun langsung ke lapangan, mahasiswa dapat ikut merasakan dan menyelami pola
kehidupan masyarakat desa.
Atas dasar alasan yang telah tertera di atas, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tidar
melaksanakan praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Kondisi pertanian di Kabupaten Magelang memiliki potensi yang
sangat baik untuk dikembangkan. Komoditi tanaman yang diusahakan antara lain komoditi tanaman
hortikultura, tanaman pangan, tanaman obat dan tanaman sayuran. Mata pencaharian penduduk di
Kabupaten Magelang juga masih didominasi oleh petani atau penduduk yang mengusahakan lahan-lahan
pertanian.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik Desa Dawung di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang ?
2. Bagaimanakah karakteristik rumah tangga responden petani dengan luas lahan garapan kurang dari 0,5
ha, 0,5 – 1 ha dan diatas 1 ha yang ada di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang ?
3. Bagaimanakah pendapatan rumah tangga responden petani dengan luas lahan garapan kurang dari 0,5

ha, 0,5 – 1 ha dan diatas 1 ha yang ada di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang ?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
Adapun tujuan dan kegunaan praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan rumah tangga petani di pedesaan, serta mengetahui
secara nyata tentang karakteristik rumah tangga petani di pedesaan.
b. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah tangga petani
baik dari usaha tani maupun dari luar usaha tani.
c. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani

D. Kegunaan praktik Ekonomi Pertanian
Kegunaan atau manfaat dengan diadakannya praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah :

a. Bagi pemerintah Magelang, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dari
mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di
Kecamatan Tegalrejo.
b. Bagi fakultas Pertanian Universitas Tidar, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung
kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.
c. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian pada semester
II.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Pedesaan
Desa adalah suatu persekutuan hidup bersama yang mempunyai kesatuan
hukum organisasi, batas geografs tertentu. Desa diawali dari manusia yang hidup
bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar atau kecil dan bertempat
tinggal pada tempat tertentu. Segala perkembangannya yang mereka alami, dan
pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah
keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara
ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar
(Kusnaedi, 2005).
Menurut Kusnaedi (2005), berdasarkan mata pencaharian masyarakat dominan
di daerah pedesaan, di bagi menjadi 8 bagian yaitu Desa nelayan, Desa
persawahan, Desa perladangan, Desa perkebunan, Desa peternakan, Desa
kerajinan (Industri kecil), Desa industri besar, Desa jasa dan perdagangan. Pada
umumnya selain bertani masyarakat di pedesaan merangkap sebagai pedagang
untuk menambah penghasilan mereka. Hal ini menunjukkan keinginan masyarakat
pedesaan untuk maju dan memperbaiki keadaan dan kesejahteraan mereka.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan
lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan

lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.
Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun
terlihat adanya tukang kayu, tukang batu dan lain-lain. Akan tetapi inti pekerjaan
penduduk adalah pertanian (Sajogyo et al., 2002).
Angka Beban Tanggungan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
ekonomi di suatu daerah khususnya di bidang pertanian. Apabila ABT-nya dari
tahun ke tahun menurun artinya setiap tahun beban yang ditanggung (usia nonprodukti/tidak bekerja) semakin sedikit sehingga menyebabkan perkembangan
ekonomi khususnya bidang pertanian akan meningkat dengan cepeat. Dibanding
dengan ABT yang dari tahun ke tahun yang meningkat, maka perkembangan
ekonominya akan sangat lambat sehingga kemajuan desa tersebut akan terhambat
(Suryana et al., 2003).
Tingkat pendidikan pada suatu daerah dapat digunakan untuk menentukan maju
atau tidaknya pada daerah tersebut. Jika tingkat pendidikan pada daerah tersebut
tinggi maka daerah tersebut akan menjadi maju, dan sebaliknya jika tingkat
pendidikan pada daerah tersebut rendah maka daerah tersebut akan menjadi
mundur (Anonim a, 2009).
Salah satu karakter pedesaan adalah kurang dinamis, sulit melakukan perubahan
dan lebih bersifat defensif terhadap modernitas. Hal inilah yang menyebabkan
masyarakat desa biasanya lebih tertinggal dari masyarakat kota (Anonim b, 2010).


B. Pertanian dan Produktifitas Usahatani
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah
dengan ciri spesifk produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani.
Usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, konsumsi dan
kehidupan sosial petani, kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan
kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian petani dikenal secara baik oleh
masyarakat bersangkutan. Struktur sosial desa merupakan keadaan khusus bagi
daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah
kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur -unsur spesifk struktur
sosial-ekonomi dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono
et al., 2002).
Setiap masyarakat mempunyai pola penyembuhan penyakit / pengobatan
tertentu, baik yang bersifat ilmiah maupun tidak. Tolak ukur penyakit dan
perawatan tergantung pada perbedaan-perbedaan individual dan sosial, maka
pengukurannya juga sulit untuk dilaksanakan. Organisasi pemberian jasa-jasa
perawatan kesehatan pada suatu masyarakat sangat tergantung pada
perkembangan ilmu kedokteran pada khususnya (Maulana, 2004).
Pertanian merupakan basis Indonesia walaupun sumbangan nisbi dalam sektor
pertanian di ukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dan bentuk produk
domestic atau pndapatan nasional tahun demi tahun mengecil, hal ini bukanlah

berarti nilai dan pertambahannya dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat
kecuali peranan sektor pertanian ini dalam menyerap tenaga kerja terpenting.
Melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan pendapatan usahatani,
perbaikan distribusi serta kualitas konsumsi dan gizi masyarakat, akan tercapai
meningkatnya ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dengan
tingkat distribusi dan harga yang terjangkau oleh masyarakat sepanjang waktu
(Anonim c, 2010).
Lahan, terutama sawah masih merupakan aset utama bagi keluarga petani, baik
sebagai sumber maupun dalam memenuhi konsumsi pangan (beras) keluarga, oleh
sebab itu pemilik atas penguasa lahan sawah seringkali dijadikan ukuran tingkat
kesejateraan petani. Sistem sewa tanah lebih populer dibandingkan dengan sistem
sakap atau gadai, terutama disepanjang jalur pantai utara. Para penyewa harus
harus membayar uang sewa di awal musim tanam (Anonim d, 2010).

C. Pendapatan Penduduk Pedesaan
Pekerjaan di luar pertanian merupakan sumber tambahan pendapatan yang
cukup penting dan di sebagian besar desa-desa, pekerjaan itu merupakan sumber
yang memberikan lebih dari 50% dari total pendapatan. Golongan petani luas yang
mempunyai surplus pendapatan dari pertanian mampu menginvestasikan surplus
itu pada usaha-usaha padat modal tapi yang memberikan pendapatan relatif besar,

misalnya alat-alat pengolahan hasil pertanian, berdagang untuk mencukupi
keluarganya. Hal ini berarti bahwa petani luaslah yang lebih punya jangkauan

terhadap sumber non pertanian, yang pada gilirannya melahirkan proses akumulasi
modal dan investasi yang saling menunjang baik di bidang pertanian atau non
pertanian di antara golongan elit pedesaan (Hagul, 2002).
Pada umumnya keluarga petani mempunyai penghasilan yang tidak berwujud
uang, jauh lebih besar daripada keluarga dari yang bukan pertanian. Kenyataan
hampir semua keluarga petani mengkonsumsi hasil yang diproduksi di pertanian itu
(Bishop dan Toussaint, 2001).
Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari
pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani
sendiri dan dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri
adalah dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura,
perkebunan, ternak, dan perikanan. Pendapatan hasil berburuh tani adalah
pendapatan dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar usahatani
adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok
pendapatan secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu dari hasil
perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian,
dan lain-lain), dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga)

dari kegiatan berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, dan buruh di luar
pertanian lainnya (Sudana et al., 2002).
Sekitar empat perlima dari pendapatan penduduk desa diperoleh dari kegiatan
pertanian tanaman pokok yang mereka kerjakan di lahan yang mereka miliki
sementara pendapatan lainnya berasal dari pengumpulan makanan ternak,
tanaman obat, dan kayu. Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pertanian
lebih kurang sama dengan jumlah yang mereka gunakan untuk keperluan hidupnya
sehari-hari (Anonim e, 2010).
Pendapatan petani yang rendah terutama disebabkan karena hasil produksinya
yang rendah pula, karena luas garapan yang sempit dengan tingkat produktiftas
yang rendah, karena hanya diusahakan dengan teknologi sederhana memakai
peralatan dan sarana produksi lain yang sangat terbatas (Anonim f, 2010).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi
Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60% pengeluaran dikonsumsikan untuk
kebutuhan pangan, dimana padi-padian merupakan 23% dari total konsumsi rumah
tangga pedesaan dan 11% bagi rumah tangga perkotaan. Telah lebih jauh dengan
memisahkan kelompok pendapatan menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian
kelompok 40% penduduk berpendapatan terendah masih sangat menonjol, yaitu
30% dari total pengeluaran (Anwar et al., 2002).

Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran
cukup strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku
mereka. Tabungan sering digunakan sebagai “peredam” instabilitas pengeluaran,
terutama di masa paceklik. Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan
modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks ketahanan pangan, peran sebagai

stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi salah satu
pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan (Hardono, 2003).
Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Secara garis
besar alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan ke dalam dua kelompok
penggunaan yaitu konsumsi untuk makanan dan konsumsi untuk kelompok bukan
makanan (Fauzi, 2000).
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga
produksi) dari kapita atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi
digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi), misalkan
pembangunan rel kereta api atau suatu pabrik, pembukaan lahan atau seseorang
sekolah di universitas (Anonim g, 2010).
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman atau pembentukan
modal merupakan komponen ke dua yang menentukan tingkat penghasilan
agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli

barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dengan
demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran pembelanjaan untuk
membeli perlengkapan barang-barang modal atau perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Anonim h, 2010).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Penentuan desa praktikum secara purposive (sengaja) dipilih dari sejumlah desa yang ada dalam
kecamatan terpilih, yaitu Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Penentuan desa dilakukan dengan metode sensus, yaitu sebagian besar desa yang ada di Kecamatan
Tegalrejo sebanyak 40 desa dari 49 desa.
2. Sampel Responden
Dalam praktik ini penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu mewawancarai rumah
tangga petani untuk setiap desa. Rumah tangga petani yang dijadikan responden terdiri dari rumah tangga
petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bantuan
lembar kuisioner yang telah dipersiapkan. Dalam praktikum ini mengambil satu sampel kecamatan,
kemudian satu sampel desa, sampai akhirnya mengambil beberapa responden yang sesuai dengan tujuan
praktikum.
B. Data yang Dikumpulkan
Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara secara langsung dengan responden yang dipandu dengan lembar
kuisioner. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden atau
petani sampel, meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian.
Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu organisasi atau instansi terkait yang dapat berupa
data yang diperoleh dari kantor kepala desa. Data sekunder juga bisa disebut data monografi
desa/kelurahan yang meliputi keadaan alam, kependudukan, sarana dan prasarana, adat istiadat, serta
organisasi sosial ekonomi.
C. Metode Analisis Data
1. Tabulasi silang
Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif. Tabulasi silang menyajikan
hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Tabulasi silang ini digunakan untuk mengetahui
secara kuantitatif data yang diperoleh.
2. Angka rata-rata
Angka rata-rata adalah angka untuk mengetahui taksiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam
garis besar dari suatu karakteristik yang ada. Angka ini diperoleh dari pembagian jumlah semua data
angka yang diperoleh dengan jumlah populasi yang ada.
3. Analisis Persentase
Analisis Persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi dalam beberapa kelompok yang
dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dengan cara ini dapat diketahui kelompok yang paling banyak
jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase yang paling tinggi.
4. Analisis Usahatani
Analisis usahatani adalah analisis mengenai penerimaan, pendapatan, maupun biaya-biaya dari
usahatani. Besarnya pendapatan usahatani dapat ditentukan atau dapat dihitung dengan mengurangi
jumlah penerimaan usahatani dengan jumlah biaya usahatani yang dikeluarkan.
PdU = PrU – BE
Dimana,
PdU : Pendapatan usaha tani
PrU : Penerimaan usaha tani
BE : Biaya Eksplisit (biaya yang benar-benar dikeluarkan)

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Karakteristik Desa

1. Karakteristik Wilayah
Wilayah Desa Dawung terletak di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Luas desa ini
mencapai 175,532 hektar dengan 168,532 hektar diantaranya digunakan untuk pemukiman, persawahan
serta perkebunan. Jalanan di Desa Dawung ini masih berupa makadam. Adapun batas-batas Desa Dawung
ini adalah :
 Batas Barat : Desa Wonokerto, Kecamatan Selang
 Batas Utara : Desa Pirikan, Kecamatan Tegalrejo
 Batas Timur : Desa Klopo, Kecamatan Tegalrejo
 Batas Selatan : Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo
2. Penduduk
a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Tabel 4.1.2.1. Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
Jumlah Penduduk

Jumlah Rumah Tangga

2,596

746

Sumber : Data monografi Desa Dawung 2012

Dari jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga desa Dawung pada tahun 2012 sebanyak 2,596 jiwa
dengan jumlah kepala rumah tangganya sebanyak 746 Kepala Keluarga, sesuai dengan angka yang
tercantum di dalam data monografi desa. Data ini menunjukkan bahwa desa Dawung ini mempunyai
penduduk yang cukup padat.
b. Jumlah Penduduk Menurut Umur
Tabel 4.1.2.2. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
Kelompok Umur

Jumlah

%

0 – 10

439

17,16

11 – 20

471

18,41

21 – 30

441

17,24

31 – 40

447

17,47

41 – 50

354

13,83

51 – 60

214

8,36

61 – 70

135

5,27

71 - keatas

118

2,22

Jumlah

2,596

100

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari jumlah penduduk menurut umur di Desa Dawung dapat diketahui kelompok umur dengan jumlah
penduduk paling banyak di desa Dawung adalah pada kelompok umur 11 – 20 tahun, lalu urutan kedua
ialah kelompok umur 31 – 40 tahun. Sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur 71 tahun
keatas, ini dapat memperlihatkan bahwa Desa Dawung cukup produktif jika dilihat dari segi kelompok
umur.
c. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tabel 4.1.2.3. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
Jenjang Pendidikan

Jumlah

%

Usia 3 - 6 tahun yang belum masuk TK

61

2,47

Usia 3 - 6 tahun yang sedang TK

92

3,73

Usia 7 - 18 tahun yang tidak pernah
sekolah
Usia 7 - 18 tahun yang sedang sekolah

22

0,89

529

21,47

Usia 18 - 56 tahun tidak pernah sekolah

23

0,93

Usia 18 - 56 tahun pernah SD tapi tidak
tamat
Usia 12 - 56 tahun tidak tamat SLTP

40

1,62

437

17,74

Usia 18 - 56 tahun tidak tamat SLTA

170

6,90

Tamat SD/Sederajat

119

4,83

Tamat SMP/Sederajat

350

14,21

Tamat SMA/Sederajat

555

22,53

Tamat D-1/Sederajat

5

0,20

Tamat D-2/Sederajat

9

0,36

Tamat D-3/Sederajat

9

0,36

Tamat S-1/Sederajat

42

1,70

2,463

100

Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012

Dari jumlah penduduk menurut pendidikan Desa Dawung, terlihat jelas bahwa mayoritas penduduk
desa ini rata-rata mengenyam pendidikan hanya sampai jenjang SD. Meskipun ada yang melanjutkan ke
SLTP, SMA atau bahkan menempuh gelar diploma maupun sarjana, tetapi itupun kalau dijumlah hanya
sekitar 31,8 %, tidak sampai separuh dari jumlah total penduduk.
d. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 4.1.2.4. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012
Mata Pencaharian

Jumlah

%

Petani

372

34,00

Buruh Tani

140

12,80

Pegawai Negeri Sipil

21

1,92

Pengrajin Industri Rumah Tangga

14

1,28

Pedagang Keliling

21

1,92

Peternak

37

3,38

7

0,64

11

1,01

TNI

1

0,09

POLRI

2

0,18

Pensiunan PNS/TNI/POLRI

68

6,22

Pengusaha Kecil dan Menengah

46

4,20

Jasa Pengobatan Alternatif

2

0,18

Seniman/Artis

4

0,37

19

1,74

Montir
Pembantu Rumah Tangga

Karyawan Perusahaan Swasta

2

0,18

Kuli Bangunan

60

5,48

Tukang Kayu

14

1,28

Tukang Batu

66

6,03

Serabutan

187

17,09

Jumlah

2,463

100

Karyawan Perusahaan Pemerintah

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari jumlah penduduk menurut mata pencaharian penduduk Desa Dawung kebanyakan bekerja di
sektor pertanian baik sebagai petani penggarap lahan sendiri maupun sebagai buruh tani. Adapun sektor
lain yang menjadi penyumbang tenaga terbanyak selain sektor pertanian dari penduduk Desa Dawung
adalah pekerja serabutan yang menyumbang 187 orang dari total 2463 orang yang bekerja di Desa ini.
3. Tata Guna Lahan
a. Tata Guna Lahan Secara Umum
Tabel 4.1.3.1 Tabel tata Guna Lahan Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun
2012
Jenis Tata Guna Lahan
1. Tanah Sawah
a. Irigasi teknis

b. Tadah hujan
2. Tanah Kering
a. Tegal/ladang
b. Pemukiman
3. Tanah Perkebunan

a. Perorangan

Jumlah
119,516 ha
62,516 ha
57,000 ha
49,016 ha
21,875 ha
27,141 ha
21, 875 ha
21, 875 ha

4. Tanah Fasilitas Umum

a. Tanah bengkok kelurahan
b. Perkantoran pemerintah
c. Tempat pemakaman desa
d. Bangunan sekolah
e. Lapangan olahraga
f. Usaha perikanan
g. Tempat pembuangan sampah
Jumlah

83,024 ha
13,080 m2
7,000 m2
7,500 m2
100 m2
2000 m2
10 m2
273,434 ha

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari tata guna lahan Desa Dawung, terlihat bahwa areal lahan sebagian besar digunakan untuk sawah
yang terdiri dari sawah irigasi teknis dan pertanian tadah hujan. Adapun lahan lainnya digunakan sebagai

tanah kering berupa tegal dan pemukiman, tanah perkebunan yang hanya milik perorangan dan tanah
untuk fasilitas umum.
b. Luas Panen dan produksi Lahan Pertanian Umum
Tabel 4.1.3.2 Tabel Jenis Tanaman, Luas Panen dan Produksi Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Jenis Tanaman

Luas Lahan
(ha)
2

Produksi/tahun
(kw)
500

Rata-rata/ha
(kw/ha)
250

1.

Jagung

2.

Padi Sawah

25

10,000

400

3.

Cabe

2

1,000

500

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari jenis tanaman, luas panen dan produksi Desa Dawung terlihat jelas bahwa masyarakat paling
banyak menanam padi sebagai komoditi pertanian utamanya dan menghasilkan hingga mencapai 100 ton
per tahun. Selain padi, masyarakat Desa Dawung menanam jagung dan cabe sebagai komoditi lain dan
cukup menghasilkan.
c. Peternakan
Tabel 4.1.3.4 Tabel Jumlah Hewan Ternak di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
Tahun 2012
Jenis Ternak

Jumlah Pemilik

Perkiraan Jumlah Populasi

Sapi

12

18

Kerbau

8

8

Ayam Kampung

210

262

Bebek

20

200

Kambing

17

24

Kucing

20

25

Jumlah

288

537

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari jumlah hewan ternak terlihat bahwa kebanyakan penduduk di Desa Dawung adalah peternak
ayam dan bebek. Jenis ayam yang biasanya di ternakan di desa ini adalah ayam kampung.
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
a. Pasar, kios/toko/warungan dan bakul keliling
Tabel 4.1.4.1. Tabel Jumlah Sarana Perekonomian di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang Tahun 2012
Nama Sarana
Perekonomian

Jumlah

Jenis Produk yang
Diperdagangkan

Jumlah Tenaga
Kerja

Pasar Mingguan

1

35

260

Usaha Toko/Kios

2

1

2

Toko Kelontong

35

50

80

Usaha Perikanan

2

1

4

Pengolahan Kayu

1

1

4

Jumlah

41

88

350

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari jumlah sarana perekonomian diketahui bahwa di Desa Dawung terdapat beberapa macam jenis
sarana perekonomian yang dapat mendukung kegiatan perekekonomian di desa tersebut. Dengan jumlah
41 sarana perekonomian maka hal tersebut dapat menyuplai semua kebutuhan penduduk di Desa
Dawung.
b. Prasarana dan sarana Transportasi
Tabel 4.1.4.2. Tabel Sarana Perhubungan di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
Tahun 2012
Jenis Saranna Perhubungan
Jalan Desa Beraspal

Jumlah atau Unit atau Km
1,75 Km

Kendaraan Umum ke Ibukota Kecamatan

2 unit

Kendaraan Umum ke Ibukota Kabupaten/Kota

4 unit

Kendaraan Umum ke Ibukota Provinsi

4 unit

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari sarana perhubungan, diketahui bahwa sarana jalan di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang ini sudah memadai, namun memadai jika takarannya adalah jumlah.Kemudian
kendaraan pun juga sudah dapat dikatakan menunjang sarana dan prasarana di Desa Dawung ini.
c. Pendidikan dan Kesehatan
Tabel 4.1.4.3 Tabel Sarana Kesehatan di Desa Dawung,Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
Tahun 2012
Jenis Sarana Kesehatan

Jumlah

Bidan

1 orang

Dukun Pengobatan Alternatif

2 orang

Jumlah

3 orang

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari sarana kesehatan diketahui bahwa di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo ini masih dikatakan
sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari sarana kesehatan yang ada di desa ini hanya terdapat satu orang
bidan dan dua orang dukun pengobatan alternatif, sarana kesehatan lain seperti Puskesams hanya dapat
ditemukan di Kecamatan.

d. Penyediaan Sarana dan Produksi Pertanian
Di Desa ini belum dapat ditemukan kios-kios SAPROTAN, bahkan menurut informasi kios SAPROTAN
ini hanya bisa ditemui di Ibukota Kabupaten.
e. Sarana Lain
Tabel 4.1.4.4. Tabel Sarana-sarana penunjang lain-lain di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
Jenis Sarana

Jumlah

Masjid

7 Buah

Langgar/Surau/Mushola

4 Buah

Meja Pingpong

2 Buah

Lapangan Voli

1 Buah

Sumber : Data Monografi Desa Dawung 2012
Dari sarana-sarana penunjang lain dapat dilihat bahwa sarana pendukung di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang ini sudah dikatakan memenuhi dilihat dari jumlah sarana yang mereka
miliki. Hanya beberapa sarana yang perlu ditambahkan.

f. Karakteristik Rumah Tangga Responden
1. Identitas Responden
a. Jumlah Anggota Rumah Tangga
Tabel 4.2.1.1. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Petani di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Keterangan

Jumlah

Rata-rata

1.

Suami

18

1

2.

Istri

22

1

3.

Anak

44

3

Jumlah

84

5

Sumber : Data Primer
Dari jumlah anggota rumah tangga responden dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga
responden petani di Desa Dawung ada 84 orang. Dengan rincian jumlah suami 18 orang, istri 22 orang,
anak laki-laki dan anak perempuan sejumlah 44 orang.
b. Umur Suami (KK) dan Umur istri
Tabel 4.2.1.2. Umur Suami dan Umur Istri Responden Petani di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Interval Umur (th)

Jumlah

Suami

Istri

1.

21 – 30

2

3

2.

31 – 40

2

4

3.

41 – 50

5

4

4.

51 – 60

5

5

5.

61 – 70

1

3

6.

71 – 80

2

1

7.

81 >

1

0

Jumlah

18

20

Sumber : Data Primer
Dari umur suami dan umur istri responden keluarga petani di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang diketahui bahwasuami yang berusia antara 21-30 tahun sebanyak 2 orang, suami
yang berusia antara 31-40 tahun sebanyak 2 orang, suami yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 5
orang, suami yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 5 orang, suami yang berusia antara 61-70 tahun
sebanyak 1 orang dan suami yang berusia lebih dari 80 tahun ada 1 orang. Istri responden petani di Desa
Dawung yang berusia antara 21-30 tahun ada 3 orang , yang berusia 31-40 tahun sebanyak 5 orang,yang
berusia antara 41-50 tahun sebanyak 4 orang , yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 5 orang, yang
berusia antara 61-70 tahun sebanyak 4 orang, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun ada 1 orang.
c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri
Tabel 4.2.1.3. Pendidikan Suami (KK) dan Istri Responden di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2008/2009
No

Pendidikan (th)

Jumlah Responden Petani
Suami

Istri

1.

4–6

8

8

2.

7–9

5

7

3.

10 – 12

5

3

4.

12 >

0

0

18

18

Jumlah
Sumber : Data Primer

Dari pendidikan suami (KK) dan istri responden keluarga petani di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang dapat diketahui bahwa rata-rata suami hanya berpendidikan 4-6 tahun
sebanyak 8 orang, yang berpendidikan antara 7-9 tahun sebanyak 5 orang, berpendidikan antara 10-12
tahun sebanyak 5 orang. Istri responden petani yang berpendidikan 4-6 tahun sebanyak 8 orang, yang
berpendidikan 7-9 tahun sebanyak 7 orang, sedangkan yang berpendidikan 10-12 tahun sebanyak 3 orang.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan suami dari rumah tangga petani antara 7-9
tahun yaitu lulusan SMP/SLTP. Sebagian besar pendidikan istri responden petani adalah 4-6 tahun,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagian besar istri petani adalah sampai tamatan SD.

d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan
Tabel 4.2.1.4. Jenis Pekerjaan Responden Petani yang Menghasilkan di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Jenis Pekerjaan

Suami

Istri

1.

Usahatani Lahan Sendiri

17

19

2.

Usahatani Lahan Menyakap

1

0

Jumlah

18

19

Sumber : Data Primer
Dari jenis pekerjaan responden keluarga petani di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang, dapat diketahui bahwa banyaknya suami yang bekerja di usaha lahan sendiri sebanyak 17
orang, sedangkan istri sebanyak 19 orang. Suami yang yang bekerja pada usaha tani lahan menyakap
sebanyak 1 orang. Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden baik suami maupun
istri di Desa Dawung bekerja pada usaha tani lahan sendiri.
2. Penguasaan Aset Rumah Tangga
a. Luas pekarangan dan luas bangunan
Tabel 4.2.2.1 Luas pekarangan dan luas bangunan di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang Tahun 2012
No

Aset Rumah Tangga

1.

Luas Pekarangan

2.

Luas Bangunan

Jumlah
3,229 m2
2,120.5 m2

Jumlah
Sumber : Data Primer
Dari luas pekarangan dan luas bangunan dapat diketahui bahwa di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang dari 20 responden didapatkan data bahwa luas pekarangan 3,229 m 2 dan
luas bangunan 2,120.5 m2 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Desa Dawung, kebanyakan memiliki
pekarangan yang luas.
b. Pemilikan alat elektronik, komunikasi dan transportasi
Tabel 4.2.2.3. Pemilikan alat elektronik kamar utama, ruang tamu, kursi tamu dan lemari di Desa
Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Macam Kepemilikan

Jumlah

1.

Radio

9

2.

TV

19

3.

VCD

6

4.

HP

24

5.

Sepeda

18

6.

Sepeda Motor

26

Jumlah

102

Sumber : Data Primer
Dari pemilikan alat elektronik, komunikasi dan transportasi dapat diketahui bahwa di Desa Dawung,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang dari tiap responden tidaklah sama. Jumlah keseluruhan
kepemilikan yang ada yaitu 102 buah.
c. Bahan bakar masak dan penerangan rumah
Tabel 4.2.2.4 Macam bahan bakar masak dan penerangan rumah di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Jenis Bahan Bakar dan Kepemilikan

Jumlah

1.

Kayu Bakar

16

2.

Minyak Tanah

0

3.

Gas

20

4.

Listrik

20

Jumlah

56

Sumber : Data Primer
Dari macam bahan bakar masak dan penerangan rumah dapat diketahui bahwa di Desa Dawung,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang dari 20 responden diketahui menggunakan bahan bakar kayu,
minyak tanah dan gas sebanyak 36 dan semuanya sudah menggunakan listrik sebagai penerangannya.
d. Pemilikan kamar mandi, WC, dan kondisinya
Tabel 4.2.2.5 Pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
No

Pemilikan

Jumlah

Kondisi

1.

Kamar Mandi

20

Baik

2.

WC

20

Baik

Sumber : Data Primer
Dari pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya diketahui bahwa di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang masyarakatnya sudah memiliki kamar mandi dan WC sendiri dengan
kondisi yang baik.
e. Pemilikan alat transportasi
Tabel 4.2.2.6 Pemilikan alat transportasi di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang
Tahun 2012
N

Alat Transportasi

Jumlah

o
1.

Sepeda

18

2.

Sepeda Motor

26

3.

Mobil

0

Jumlah

44

Sumber : Data Primer
Dari pemilikan alat transportasi dapat diketahui bahwa di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang pada 20 responden memiliki alat transportasi berupa sepeda, sepeda motor, dan
mobil sebanyak 18, 26 dengan jumlah 44 unit.
3. Akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan
a. Akses Terhadap Pendidikan
Tabel 4.2.3.1. Akses terhadap Pendidikan Rumah Tangga Petani di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang Tahun 2012
Tingkat Pendidikan

Jumlah

%

SD/Sederajat

15

55,55

SMP/Sederajat

3

11,11

SMA/SMK/MA/Sederajat

9

33,33

Perguruan Tinggi

0

0

Jumlah

27

100

Sumber : Data Primer
Pada data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa akses terhadap pendidikan sudah cukup bagus
yaitu masing-masing untuk SD, SMP dan SMAsekitar 55.55%, 11.11% dan 33.33%. Selain menunjukan
bahwa warga desa telah mendapatkan akses terhadap pendidikan data ini juga menunjukan bahwa
keadaan ekonomi petani Desa Dawung Kecamatan Tegalrejo kabupaten Magelang sudah cukup baik
sehingga dapat bersekolah dan membiayai sekolah anaknya hingga ke bangku SMA.
4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga
Tabel 4.2.4.1. Pola pangan Penduduk Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun
2012
Pola Pangan

Jumlah

%

Nasi Sepanjang Tahun

20

100

Tidak Nasi Sepanjang Tahun

0

0

20

100

Sumber : Data Primer
Tabel 4.2.4..2. Frekuensi makan Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012

Frekuensi Makan

Jumlah Keluarga

%

3 Kali Sehari

15

85

Kurang dari 3 Kali Sehari

5

15

Jumlah

20

100

Sumber : Data Primer
Pola pangan keluaraga petani di Desa Dawung Kecamatan Tegalrejo kabupaten Magelang seluruhnya
adalah nasi sepanjang tahun dan frekuensi makannya hampir seluruhnya mengkonsumsi makanan 3 kali
dalam sehari. Hal ini dikarenakan seluruh keluarga petani menanam padi di sawah garapan mereka
sehingga untuk mendapatkan gabah yang selanjutnya akan diproses dalam bentuk nasi dan dikonsumsi
oleh keluarga petani tersebut termasuk mudah. Selain itu mengkonsumsi nasi 3 kali sehari juga
merupakan kebiasaan dari seluruh warga desa tersebut, bukan hanya petani. Namun ada pula yang
mengkonsumsi makanan kurang dari 3 kali sehari hal tersebut disebabkan karena lahan yang dikelola
luasnya tidak cukup untuk berproduksi agar dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari.
B. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga
1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri
Tabel 4.3.1.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sawah pada 20 responden di Desa
Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012
Penerimaan

Biaya

Pendapatan

Jumlah

Rata-rata

Jumlah

Rata-rata

Jumlah

Rata-rata

95.750.000

4.787.500

90.045.153

4.502.258

5.704.847

285.242

Sumber: Data Primer
Dari penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani sawah responden rumah tangga petani di Desa
Dawung, rata-rata penerimaan hasil usaha tani per tahun dengan sistem pengusahaan sawah berupa padi
adalah Rp. 95,750,000 dan biaya yang harus dikeluarkan Rp. 90,045,153 sedangkan pendapatan usaha
tani sebesar Rp. 5,704,847. Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa pengusahaan sawah di Desa
Dawung masih belum memberikan hasil yang cukup baikl, hal ini ditunjukkan dengan pendapatan yang
diterima hanya sekitar 6 % dari penerimaan petani.
2. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden
Tabel 4.3.4.1. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani dari dalam dan Luar Pertanian di Desa Dawung,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012
Keterangan

Jumlah (Rp)

Rata-rata (Rp)

Usaha Pertanian

1.082.278.173

54.113.909

Sumber : Data Primer
Dari total pendapatan rumah tangga petani dari dalam dan luar pertanian pada 20 responden di Desa
Dawung pendapatan rumah tangga petani dari usaha pertanian rata-rata per KK/tahun sebesar
Rp.54.113.909 Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa para petani masih menggantungkan hidupnya
di sektor usaha pertanian.

3. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi
4. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga

Tabel 4.3.5.1. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Dawung, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012
No.

Strategi Bertahan Hidup

Jumlah

1.

Aktif bekerja di luar sektor pertanian:

10

2.

Merantau : Bekerja di perkotaan

8

3.

Dagang : Bakul warungan

5

4.

Buruh dan lain-lain

8

5.

Memanfaatkan bantuan pemerintah

10

6.

Memanfaatkan bantuan pihak lain

13

7.

Menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan saat
itu

15

8.
9.
10.
11.
12.

Menghemat produk/tanaman sendiri
Memanfaatkan pekarangan
Berhutang kepada

18
11
3
4

Tidak menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih
tinggi
Menunggu kiriman keluarga yang dirantau

Sumber : Data Primer
Dari strategi bertahan hidup 20 responden di Desa Dawung strategi yang dilakukan untuk bertahan hidup
dalam pemenuhan konsumsi sebagian besar menjadi bakul sebanyak 5 responden. Dan dalam strategi
pertahanan hidup pada umumnya menyesuaikan pendapatan dengan konsumsi rumah tangga dan
menghemat barang.

BAB V
PEMBAHASAN
Desa Dawung merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang yang memiliki luas wilayah kurang lebih 175.532 ha. Sebagian besar warga di desa ini
berprofesi sebagai petani, khususnya pemilik penggarap. Hal itu dapat dilihat dari kepemilikan lahan
pertanian yang terbentang luas mengelilingi desa tersebut. Pertanian sebagai sumber utama pendapatan
bagi para warga di wilayah ini. Jumlah penduduk Desa Dawung pada tahun 2012 yaitu 5293 orang yang
terbagi dalam 2463 KK. Menurut jenis kelamin penduduk perbandingan antara jumlah penduduk pria dan
wanita di Desa Dawung lebih banyak penduduk pria. Jumlah penduduk pria yaitu sejumlah 866
sedangkan penduduk wanitanya sejumlah 840 orang.
Penguasaan aset rumah tangga sebagian besar responden menggunakan batubata dan bambu sebagai
kerangka dan dinding rumahnya dengan atap yang sudah bergenting dan lantai ubin. Pada responden
sebagian besar sudah memiliki TV sebagai sarana hiburan. Banyak dijumpai alat transportasi yang biasa
digunakan responden adalah sepeda, dan sepeda motor karena mudah untuk dikendarai dan lebih efektif
dalam menjangkau daerah yang jauh, selain itu adanya angkutan umum memudahkan responden yang
tidak memiliki alat transportasi sendiri dalam bepergian apabila harus menjangkau daerah yang jauh.
Hampir seluruh responden memilih puskesmas sebagai pelayanan kesehatan karena selain jaraknya yang
dekat dan mudah dijangkau, biayanya juga lebih murah bahkan ada juga yang bebas biaya untuk warga
yang benar-benar tidak mampu dengan memiliki bukti kartu sehat yang harus dibawa saat berobat. Pola
makanan pokok pada semua responden adalah nasi sepanjang tahun, yaitu dengan pola makan nasi dua
kali sehari.
Rata-rata responden pada di Desa Dawung mempunyai lahan usahatani berupa sawah dan pekarangan
dengan luas lahan yang cukup besar mencapai lebih dari seratus ubin setiap kepala keluarga. Berkaitan
dengan hal tersebut maka diperlukan biaya yang relatif besar baik untuk pembibitan, kebutuhan pupuk
dan untuk pemakaian tenaga kerja luar guna membantu mengolah tanah, walaupun pada umumnya
diutamakan tenaga kerja keluaga dan pemeliharaan tanaman dengan baik agar diperoleh hasil yang
optimal dalam mencukupi kebutuhan, baik untuk konsumsi pangan maupun non pangan.
Penduduk Desa Dawung pada tahun 2012 pada umumnya adalah lulusan SD, yaitu sejumlah 607 orang.
Di Desa Dawung hanya terdapat 1 TK dan 3 SD ,1 SLTP dan 1 SLTA . Hal ini menyebabkan masyarakat
Desa Dawung mempunyai tingkat pendidikan yang masih tergolong sedang. Hal tersebut dapat diketahui
dari jumlah lulusan SLTP hanya berjumlah 170 orang dan SLTA berjumlah 119 orang, yang sangat jauh
jumlahnya bila dibandingkan dengan lulusan SD yang jumlahnya mencapai 607 orang. Hanya beberapa
saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan jumlah lulusan perguruan tinggi
berjumlah 42 orang. Mereka yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah
mereka yang berasal dari keluarga yang mampu untuk membiayai biaya sekolah keluar desanya yang
membutuhkan biaya yang mahal. Dari keluarga petani hanya perangkat desa yang mempunyai lahan
sangat luas seperti Pak Lurah yang dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang perkuliahan.
Sistem vegetasi tanaman semusim yang ada adalah padi dan kedelai. Pada musim tanam I para petani
secara serentak menanam padi, biasanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Pada musim tanam I biasanya
benih padi dibeli dari toko saprodi. Padi yang cenderung ditanam adalah varietas IR 64. Pada musim
tanam II petani masih sama yaitu menanam padi. Benih yang ditanam tidak berasal dari kios tetapi
diambil dari hasil panen pada musim tanam I. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya produksi dan
memaksimalkan benih padi karena gabah dari dua atau tiga panen musim tanam sebelumnya masih baik

untuk dijadikan benih padi. Sadangkan pada masa tanam III petani menanami sawahnya dengan kedelai,
yang pada umumnya bervarietas rawung.
Total pendapatan pada responden di Desa Dawung sebagian besar diperoleh dari usaha pertanian dan di
luar usaha pertanian. Pada usaha pertanian diperoleh dari usaha tani sawah, pekarangan, dan ternak
sendiri. Pada usaha tani sawah sebagian hasil panennya digunakan untuk konsumsi keluarga dan sebagian
lagi dijual untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lain. Sedangkan untuk usaha tani ternak sendiri dan
pekarangan hasilnya digunakan untuk pemenuhan konsumsi keluarga. Di luar usaha pertanian usaha yang
dilakukan adalah usaha dagang dan warung kecil.
Penerimaan dari usaha tani sebesar Rp.99.268.587dengan biaya Rp. 54.113.909 dan pendapatan
Rp.70.447.948

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil praktikum Ekonomi Pertanian yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 maret-12 april
2015 di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
a. Karakteristik Wilayah Desa Dawung terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 175,532ha/m di
atas permukaan laut .
b. Karakteristik penduduk di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang:
1) Jumlah penduduk Desa Dawung tahun 2012 adalah 2596 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 746 KK.
2) Jumlah penduduk menurut umur paling banyak di atas 22 tahun.
3) Tingkat pendidikan rata-rata orang tua penduduk Desa Dawung Sebagian besar tingkat SD ada 607
orang, sedangkan untuk SMP ada 170, SMA/SMK ada 119 orang dan Perguruan Tinggi 65 orang.
4) Sebagian besar penduduk Desa Dawung bermata pencaharian sebagai petani pemilik. Adapun mata
pencaharian lain yaitu buruh tani, buruh bangunan, dagang, dsb.
c. Karakteristik tata guna lahan di Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang secara
umumdgunakan untuk persawahan dengan komoditas utama padi dan kedelai. Tanaman keras di Desa
Dawung berupa kelapa dan Kebanyakan para petani beternak ayam kampung.
d. Karakteristik Kegiatan sosial ekonomi pedesaan hanya terdapat sedikit warung dan kondisi prasarana
dan sarana transportasi cukup memadai. Sarana kesehatan sangat kurang, sarana saprodi juga belum
ditemukan, sedangkan untuk sarana penunjang lain dapat dikatakan sudah memnuhi.
2. Karakteristik Rumah Tangga Responden Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

a. Jumlah anggota rumah tangga responden ada 96 orang, dengan rata-rata umur suami 41-50 dan umur
istri dari 31-40 dan 51-60. Pendidikan suami kebanyakan 9 tahun sedangkan istri 6 tahun dan jenis usaha
yang menghasilkan yaitu usaha tani lahan sendiri.
b. Penguasaan lahan di Desa Dawung termasuk luas dengan luas pekarangan 24.378,4 m 2 dan luas
bangunan 2.055.5 m2. Keadaan bangunan rumah penduduk hampir seluruhnya adalah berdinding tembok
dan beratap genting.
c. Seluruh penduduk di Desa Dawung sudah menggunakan penerangan listrik. Sedangkan untuk
penggunaan bahan bakar, sebagian besar penduduk masih banyak yang menggunakan kayu dan sebagian
kecil menggunakan minyak tanah.
d. Kepemilikan kamar mandi dan WC sudah cukup baik dan untuk kepemilikan a;at transportasi masih
didominasi oleh sepeda dan sebagian sudah ada yang memiliki sepeda motor.
e. Akses terhadap pendidikan sudah cukup bagus dan merata, akses terhadap kesehatan masih terbatas
pada puskesmas yang biayanya murah dan letaknya dekat, sedangkan untuk pola pangan pokok berupa
nasi sepanjang tahun dengan frekuensi makan 3 kali sehari.
3. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani di Desa Dawung, Kecamata tegalrejo, Kabupaten
Magelang.
a. Besar penerimaan usaha tani sawah Rp. 99.268.948 dan pendapatan Rp. 70.447.948.
b. Strategi Bertahan hidup rumah tangga responden diantaranya dengan penyesuaian konsumsi dengan
pendapatan, hemat barang, memanfaatkan bantuan pemerintah, memanfaatkan linkungan/ pekarangan dan
menuggu kiriman keluarga yang merantau.
B. SARAN
1. Perlu adanya pengarahan tentang pentingnya faktor pendidikan agar kualitas Sumber Daya Manusia
penduduk dapat meningkat pada masa yang akan datang.
Perlu adanya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga para penduduk di Desa Dawung
tidak perlu pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Perlu mengoptimalkan pembinaan dan penyuluhan pertanian, karena petani di Desa Dawung menganggap
penyuluhan yang dilakukan kurang efektif dan efisien.
Pemerintah perlu membangun sarana, prasarana, dan fasilitas sosial terutama fasilitas kesehatan social
yang lebih baik. Selain itu diperlukan perbaikan sarana transportasi terutama perbaikan jalan.
Perlu adanya penambahan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus komunikasi.
Perlu adanya peningkatan fasilitas jaringan listrik karena dirasa listrik di Desa Dawung masih kurang
maksimal penyalurannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Pendapatan Penduduk Pedesaan. http://www.polexdetail.com.
Diakses tanggal 26 November 2010.
_______ b. 2010. Karakteristik Masyarakat Pedesaan. http://www.bagais.go.id.
Diakses tanggal 26 November 2010.
_______ c. 2010. Produktivitas Usahatani. http://www.Bainfokom-online.org. Diakses
tanggal 26 November 2010.
_______ d. 2010. Klasifkasi Lahan Pertanian. http://www.e-dukasi.net/.com. Diambil
tanggal 26 November 2010.
_______ e. 2010. Menanggulangi Kemiskinan Desa. www.ekonomirakyat.org. Diakses
tanggal 26 November 2010.
_______ f. 2010. Teknologi Sarana Produksi. http://emperordeva.wordpress.com/.
Diakses tanggal 26 November 2010.
_______ g. 2010. Investasi dalam Teori Ekonomi. http://id.wikipedia.org. Diakses
tanggal 26 November 2010.
_______ h. 2010. Investasi Masyarakat Desa. http://idi.wikipedia.org/. Diakses
tanggal 26 November 2010.

Anwar, M. A, dkk. 2002. Prospek Ekonomi Indonesia dalam Jangka Pendek. PT
Gramedia. Jakarta
Bishop, C. dan Toussaint, W. D. 2001. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.
Mutiara. Jakarta.
Fauzi, N. 2000. Petani dan Penguasa. Pustaka Pelajar Ofset. Yogyakarta.
Hagul, P. 2002. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Rajawali
Pers. Jakarta.
Hardono, G. S. 2003. Simulasi dampak perubahan faktor-faktor ekonomi terhadap
ketahanan pangan rumah tangga pertanian. Jurnal Agro Ekonomi, XXI (I) : 1-25.
Kusnaedi. 2005. Membangun Desa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Maulana, M. 2004. Peranan lahan, intensitas pertanaman dan produktivitas sebagai
sumber pertumbuhan padi sawah di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, XXII (I) : 74-95.
Mustafa, H. 2000. Teknik Sampling. Unpar Press. Bandung.
Sajogyo dan P. Sajogyo. 2002. Sosiologi Pedesaan I. UGM Press. Yogyakarta.
Sudana, W. et al. 2002. Karakterisik rumah tangga tani di Lima Agroekosistem
Wilayah Pengembangan SUT di Jawa Timur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, V (II) : 83-96.
Suharsimi. 2000. Referensi Penelitian Kualitatif. PT Gramedia. Jakarta.
Suryana, A. et al. 2003. Isu Strategi dan Alternatif Kebijaksanaan Pembangunan
Pertanian Memasuki REPELITA VII. Analisis Kebijaksanaan : Pembangun