kemiskinan kajjian konsep kese (10)
Nama : Devi Yuliantikasari
NIM
: 15080694049
Kelas : S1AK15A
Pertumbuhan, Kesenjangan, dan Kemiskinan
Hubungan antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan ekonomi yang
pada mulanya menaik pada tingkat kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat
pertumbuhan tertentu selanjutnya kembali menurun. Pemikiran tentang mekanisme yang
terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer yang berasal dari sektor tenaga kerja
dengan produktivitas rendah ke sektor yang mempunyai produktivitas tinggi. Dengan adanya
kesenjangan antar sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga
kerja yang bekerja pada masing-masing sektor. Versi dinamis dari Kuznet Hypothesis,
menyebutkan bahwa kecepatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun memberikan
indikasi naiknya tingkat kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of
income. Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering berasosiasi dengan
kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara antara lain: Kemiskinan dari gambaran
kekurangan materi dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Kemisiskinan dari kebutuhan sosial mencangkup keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan dari gambaran
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
A. Indikator kesenjangan
Indokator kesenjangan dapat diukur dengan koefisien gini Nilai koefisien gini berada
pada 0-1. Anka 0 menunjukan kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang
sama dari pendapatan). Angka 1 menunjukan ketidak merataan yang sempurna dalam
pembagian pendapatan. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin
jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidak merataan
distribusi pendapatan. Ketimpangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini
berkisar antara 0,71-1,0. Ketimpangan dikatakan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,50,7. Ketimpangan dikatakan sedang dengan nilai koefisien gini antara 0,36-0,49.
Ketimpangan dikatakan rendah dengan nilai koefisien gini antara 0,2-0,35.
Selain alat ukur diatas, cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama
oleh Bank Dunia adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga grup
yaitu 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan
menengah, dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk.
B. Indikator Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang
dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan
bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori
per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi
pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. BPS menggunakan
2 macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan
pendekatan Head Count Index.
Faktor Penyebab Kemiskinan
1. Laju pertumbuhan penduduk
2. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Pengangguran.
3. Distribusi pendapatan dan pembangunan.
4. Tingkat pendidikan yang rendah
5. Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Faktor Penyebab Kemisikinan di Indonesia
1.
Tingkat pendidikan yang rendah
2.
Produktivitas tenaga kerja rendah
3.
Tingkat upah yang rendah
4.
Distribusi pendapatan yang tidak seimbang
5.
Kesempatan kerja yang sedikit
6.
Kwalitas sumber daya manusia masih rendah
7.
Penggunaan teknologi masih kurang
8.
Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah
9.
Kultur/budaya (tradisi)
10.
Politik yang belum stabil
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Jadi
pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat adalah penekanan
pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri
mereka sendiri. Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia (people
centered development) melandasi wawasan pengelolaan sumber daya lokal, yang merupakan
mekanisme perencanaan yang menekankan pada teknologi pembelajaran sosial dan strategi
perumusan program. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya. Dengan demikian keberdayaan masyarakat
terletak pada proses pengambilan keputusan sendiri untuk mengembangkan pilihan-pilihan
adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan sosial.
NIM
: 15080694049
Kelas : S1AK15A
Pertumbuhan, Kesenjangan, dan Kemiskinan
Hubungan antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan ekonomi yang
pada mulanya menaik pada tingkat kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat
pertumbuhan tertentu selanjutnya kembali menurun. Pemikiran tentang mekanisme yang
terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer yang berasal dari sektor tenaga kerja
dengan produktivitas rendah ke sektor yang mempunyai produktivitas tinggi. Dengan adanya
kesenjangan antar sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga
kerja yang bekerja pada masing-masing sektor. Versi dinamis dari Kuznet Hypothesis,
menyebutkan bahwa kecepatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun memberikan
indikasi naiknya tingkat kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of
income. Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering berasosiasi dengan
kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara antara lain: Kemiskinan dari gambaran
kekurangan materi dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Kemisiskinan dari kebutuhan sosial mencangkup keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan dari gambaran
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
A. Indikator kesenjangan
Indokator kesenjangan dapat diukur dengan koefisien gini Nilai koefisien gini berada
pada 0-1. Anka 0 menunjukan kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang
sama dari pendapatan). Angka 1 menunjukan ketidak merataan yang sempurna dalam
pembagian pendapatan. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin
jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidak merataan
distribusi pendapatan. Ketimpangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini
berkisar antara 0,71-1,0. Ketimpangan dikatakan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,50,7. Ketimpangan dikatakan sedang dengan nilai koefisien gini antara 0,36-0,49.
Ketimpangan dikatakan rendah dengan nilai koefisien gini antara 0,2-0,35.
Selain alat ukur diatas, cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama
oleh Bank Dunia adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga grup
yaitu 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan
menengah, dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk.
B. Indikator Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang
dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan
bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori
per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi
pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. BPS menggunakan
2 macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan
pendekatan Head Count Index.
Faktor Penyebab Kemiskinan
1. Laju pertumbuhan penduduk
2. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Pengangguran.
3. Distribusi pendapatan dan pembangunan.
4. Tingkat pendidikan yang rendah
5. Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Faktor Penyebab Kemisikinan di Indonesia
1.
Tingkat pendidikan yang rendah
2.
Produktivitas tenaga kerja rendah
3.
Tingkat upah yang rendah
4.
Distribusi pendapatan yang tidak seimbang
5.
Kesempatan kerja yang sedikit
6.
Kwalitas sumber daya manusia masih rendah
7.
Penggunaan teknologi masih kurang
8.
Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah
9.
Kultur/budaya (tradisi)
10.
Politik yang belum stabil
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Jadi
pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat adalah penekanan
pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri
mereka sendiri. Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia (people
centered development) melandasi wawasan pengelolaan sumber daya lokal, yang merupakan
mekanisme perencanaan yang menekankan pada teknologi pembelajaran sosial dan strategi
perumusan program. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya. Dengan demikian keberdayaan masyarakat
terletak pada proses pengambilan keputusan sendiri untuk mengembangkan pilihan-pilihan
adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan sosial.