Studi Budaya dalam Hubungan Internasiona

TUGAS PENELITIAN KELOMPOK
STUDI-STUDI BUDAYA
BATIK GARUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: BATIK
RASYA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Studi-Studi
Budaya pada semester VI
Disusun oleh:
Nisrina Nuraathif

170210110086

Ratu Ayu

170210110149

Mahran G Affandi

170210120047

Santana Ilham


170210120055

Navajo Bima

170210120058

M Aldi Trisianly

170210120063

Naufal Satrio Aji

170210120069

Muhammad Hafiz

170210120080

Wildan Putra Utama


170210120084

M Iqbal Januari

170210120101

Putra Mikita Joshua

170210120135

DIKUMPULKAN TANGGAL 8 JUNI 2015

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
GENAP 2015

DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 8
BAB II ..................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 9
2.1 Globalisasi ..................................................................................................... 9
2.2 Budaya......................................................................................................... 10
BAB III.................................................................................................................. 14
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 14
3.1 Penelitian Kualitatif..................................................................................... 14
3.2 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 15
3.3 Teknik Analisis Data ................................................................................... 15
3.4 Validitas Data .............................................................................................. 16
3.5 Lokasi Penelitiandan Narasumber Penelitian.............................................. 17
BAB IV ................................................................................................................. 18
BATIK GARUTAN .............................................................................................. 18

4.1 Sejarah Batik Garutan ................................................................................. 18
4.2 Ciri Khas Batik Garutan .............................................................................. 19
BAB V ................................................................................................................... 21
ANALISIS............................................................................................................. 21
5.1 Batik Garutan sebagai Budaya .................................................................... 21
1

5.2 Batik Garutan dalam Globalisasi................................................................. 22
5.3 Kekurangan dan Kelebihan Batik Garutan.................................................. 23
5.4 Batik Garutan Go Internasional .................................................................. 25
5.5Batik Garutan: Identitas Garut yang bertahan, dan populer......................... 26
BAB VI ................................................................................................................. 28
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 28
6.1 Simpulan...................................................................................................... 28
6.2 Saran ............................................................................................................ 28
6.2.1 Saran Metodologis................................................................................ 28
6.2.2 Saran Praktis......................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34


2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi sadar tidak sadar merupakan proses yang sedang berlangsung
yang entah akan berakhir kapan. Anthony Giddens (1991) menyatakan bahwa
globalisasi adalah intesifikasi dari hubungan sosial yang cakupannya mendunia,
menghubungkan kelokalan satu dengan yang lain sehingga ada interaksi yang
terpengaruh dan memengaruhi sebagai hasil Globalisasi1
Batik sebagai contohnya adalah hasil cipta rasa manusia Indonesia yang
terpapar juga oleh globalisasi. Pemakaian Batik yang tadinya digunakan oleh
masyarakat Indonesia dan terkesan kaku, untuk kondisi tertentu , kini bisa
dijadikan alternatif berbusana (fashion). Tidak hanya digunakan sebagai pakaian
resmi, Aksen Batik kini menjadi motif yang bisa ada pada tas, sepatu, hingga
casing handphone. Ini menandakan bahwa ada penyesuaian penggunaan batik

seiring dengan perkembangan globalisasi.
Batik indentik dengan kebudayaan Indonesia. Secara umum, batik dapat
didefinisikan sebagai lukisan yang diaplikasikan pada kain. Motif batik sendiri

memiliki berbagai keberagaman. Setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik
yang beragam dan identik. Batik sendiri dikenal di Indonesia sejak zaman

1Anthony Giddens.

(1991). “The Consequences of Modernity”. Polity Press. Cambridge.

3

Kerajaan Majapahit yang kemudian dikenalkan pada kerajaan-kerajaan lain dan
diturunkan kepada raja-raja selanjutnya.2
Pada mulanya, hanya terdapat jenis batik yaitu batik tulis pada kain.
Kainnya dibuat dengan ditenun sendiri. Pembuatan batik tulis secara manual
membuat proses pengerjaannya berlangsung sangat lama. Satu helai kain batik
dapat dikerjakan selama dua minggu apabila cuaca mendukung dan dikerjakan
oleh pembatik profesional. Bahan pewarna pada batik menggunakan pewarna
alami yaitu pohon mengkudu, tinggi, soga nila, dan lainnya.
Batik tulis yang dikenal dan dugunakan masyarakat secara umum pada
abad ke-19. Semuanya masih berupa batik tulis. Seiring berkembangnya waktu
dan teknologi, mulai dikenal batik cap (batik cetak) pada tahun 1920M. Dengan

teknologi ini, pembuatan batik dapat dikerjakan secara cepat.
Hingga saat ini, batik semakin berkembang. Berbagai daerah di Indonesia
memiliki

batik

khasnya

masing-masing.

Jenis

pembuatan

batik

yang

digunakanpun semakin beragam seperti batik tulis, batik cetak maupun batik
printing. Batik yang mulanya hanya dikenal dan digunakan oleh kalangan


Keraton, kini sudah semakin memasyarakat. Siapapun dapat menggunakan baju
atau kain batik sebagai gaya hidup sehari-hari.
Secara umum, motif batik terdiri dari dua jenis yaitu motif geometris dan
nongeometris.3

Motif geometris merupakan batik yang bermotif garis-garis.

2 Muha, “Definisi Batik Secara Umum” diakses dari http://sanggarbatikkatura.com/definisi-batiksecara-umum-2 pada 8 Maret 2015
3 Ibid.

4

Sedangkan batik non geometris batik yang memiliki gambar-gambar seperti
tumbuhan, binatang, dan makhluk hidup lainnya.
Sebagai kebanggaan dan warisan budaya Indonesia, UNESCO sebagai
organisasi internasional dibawah PBB yang menangani bidang pendidikan ,
pengetahuan dan kebudayaan menetapkan Batik Indonesia sebagai warisan
budaya dunia pada 2 Oktober 2009. Maka dari itu, pemerintah Indonesia
menetapkan setiap tanggal 2 Oktober sebagai hari batik Nasional seperti yang

tercantum pada Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 4 .
Batik garutan menjadi cerminan dari kehidupan sosial budaya, falsafah
hidup serta adat istiadat orang sunda. yang diresapi dari budaya yang mendarah
daging di nusantara serta sekaligus kearifan lokal yang menawan, batik garutan
sudah menjadi ciri khas budaya garut dan memiliki berbagai macam motif kain
batiknya, dan menariknya lagi karya-karya hasil batik garutan sangat indah serta
menarik. Pada era globalisasi ini, bisa di pertanyakan karya budaya manakah yang
bisa bertahan dan menyebar keseluruh dunia? dalam hal ini Indonesia memiliki
batik garutan.5
Asal mula Batik Garut ini berasal dari warisan nenek moyang, yang
berlangsung hingga saat ini secara turun temurun. Dan telah berkembang cukup
lama dari masa pra-kemerdekaan hingga saat ini, pada tahun 1995 Batik Garut
semakin populer dengan sebuatan Batik tulis Garutan yang dimana mengalami
masa kejayaan yaitu pada tahun 1967 hingga 1985. Namun karena keterbatasan
4Presiden RI, “Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009” diakses dari

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/16823/Kp0332009.pdfpada 15 Maret 2015
5 Anonymous, Batik Garutan : Helaian Kain Indah Cermin Falsafah Orang Sunda,
http://www.indonesia.travel/id/destination/603/candi-cangkuang/article/363/batik-garutan-helaiankain-indah-cermin-falsafah-orang-sunda di akses pada tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM


5

bahan kain dan modal yang semakin menurun dan strategi pemasaran yang kurang
efektif, maka para penerus generasi dari Batik Garut mengalami penurunan yang
cukup drastis, dikarenakan juga adanya pesaing yang mulai bermunculan pada
saat itu yang memakai teknologi yang cukup canggih dibandingkan cara
pembuatan Batik Garutan ini.6
Batik pada saat ini semakin menjadi favorit masyarakat Indonesia dalam
berpakaian. Penggunaan Batik pun sudah lama merambah pasar Internasional atau
ekspor, di balik berangkatnya batik ke dunia internasional ada beberapa orang
yang membawanya salah satunya adalah Iwan Tirta dia adalah seorang desainer
Era Soekamto, perusahaanya bernama Iwan Tirta Private Collection yang barubaru ini telah membaya batik ke dunia internasional bekerja sama dengan KBRI di
7

Madrid-Spanyol yang diadakan di Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo,

Batik Garutan hinggga saat ini sudah terkenal di luar negeri, contohnya selain
karya ini diminati oleh masyarakat sendiri, Batik Garutan sudah memasuki ke luar
negeri seperti ke Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam dan Jepang. 8 Setelah
melihat


fenomena

mengglobalnya

Batik,

khususnya

Batik

Garutan,

kami

berpendapat bahwa hal ini menarik untuk diteliti karena selain batik merupakan

6 Anonim, Bagaimana Sejarah Batik garut?,
http://www.batikgarutku.com/berita/berita/2012/ 05/ 21/ Bagaimana-Sejarah-Batik-Garut?, di akses
pada tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM
7 Anonim, Para Desainer yang Membuat Batik Go Internasional,
http://www.indokabana.com/batik/para-desainer-yang-membuat-batik-go-internasional/ di akses
pada tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM
8

Nul Zainulmukhtar, Batik Garut Siap Go Internasional,
http://m.inilah.com/news/detail/1911032/batik-tulis-garutan-siap-go-internasional di akses pada
tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM

6

budaya Indonesia, batik sebagai budaya Indonesia juga menjadi soft power
Indonesia, sekaligus identitas.
1.2 Rumusan Masalah
Dari paparan sebelumnya, kami menemukan beberapa pertanyaan yang
menjadi rumusan masalah kami dalam makalah ini yaitu:
“Bagaimana Batik Garutan bertahan dalam arus globalisasi?”

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah fenomena Batik Garutan dapat menjadi karya
yang mengglobal dan dapat menjadi karua budaya yang diakui oleh internasional
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini berusaha menyusun pengetahuan mengenai kearifan lokal
Indonesia yaitu batik garutan. Penilitian ini berusaha mengisi gap pengetahuan
studi mengenai budaya yang ada di Indonesia serta kaitannya dengan teori yang
ada pada kajian Studi Budaya dalam Hubungan Internasional. Penelitian ini juga
menambah bukti dalam mengukuhkan teori yang ada pada kajian Studi Budaya
dalam Hubungan Internasional.

7

1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis berusaha menginspirasi pihak-pihak pemangku
kebijakan untuk lebih hirau terhadap kearifan lokal Indonesia. Penelitian ini juga
berusaha memberikan rekomendasi untuk melestarikan kearifan lokal Indonesia.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Globalisasi
Globalisasi merupakan suatu fenomena dalam peradaban manusia yang
terus bergerak dalam dinamika masyarakat global. Kehadiran teknologi informasi
dan teknologi komunikasi memberi sebuah celah yang akhirnya mempercepat dan
mempermudah terjadinya proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek

penting kehidupan.

Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan

permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi sendiri berasal dari kata global. Kamus Bahasa Inggris
Longman Dictionary of Contemporary English , mengartikan global dengan
concerning the whole earth . Maksudnya sesuatu yang berkaitan dengan dunia

internasional atau seluruh alam jagad raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini
dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan, atau bahkan sikap yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan yang lebih luas. Kata globalisasi diambil dari kata
“globalize” yang mengacu pada kemunculan jaringan sistem sosial dan ekonomi
berskala internasional.9 Sedangkan dalam KBBI, Globalisasi diartikan sebagai
proses masuknya ke ruang lingkup dunia.10
Menurut Thomas Larsson, globalisasididefinisikan sebagai sebuah proses
penyusutan dunia, jarak yang semakin pendek, hal-hal bergerak lebih dekat. Hal
9

Online Etymology Dictionary. Globalization. Diakses melalui
http://www.etymonline.com/index.php?allo wed_in_frame=0&search=globalizat ion&searchmode=
none>[7 Juni 2015]
10 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Globalisasi. Diakses melalui
http://kbbi.web.id/globalisasi >[7 Juni 2015]

9

ini berkenaan dengan meningkatnya kemudahan seseorang dari satu sisi dunia
berinteraksi dengan seseorang di sisi dunia lain dengan saling menguntungkan.
Dalam buku The Race to the Top: The Real Story of Globalization, ia menulis:
"is the process of world shrinka ge, of dista nces getting shorter, things moving
closer. It perta ins to the increa sing ea se with which somebody on one side of the
world ca n intera ct, to mutua l benefit, with somebody on the other side of the
world "11 .

Globalisasijuga dapat didefinisikan sebagai intensifikasi hubungan sosial
secara mendunia sehingga menghubungkan antara kejadian yang terjadi di lokasi
yang satu dengan yang lain serta menyebabkan terjadinya perubahan pada
keduanya. Seperti yang didefinisikan oleh Anthony Giddens:
“Globa liza tion ca n thus be defined a s the intensifica tion of worldwide socia l
rela tions which link dista nt loca lities in such a wa y tha t loca l ha p penings a re
sha ped by events occurring ma ny miles a wa y a nd vice versa .”12 .

2.2 Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah,
di dalam bahasa Inggris, kebudayaan (culture) berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah

atau

mengerjakan.

Budaya merupakan

suatu

cara

hidup

yang

berkembang, yang dimiliki oleh seseorang atau oleh sekelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur-unsur
yang

rumit,

termasuk

sistem

agama

dan

politik,

adat

istiadat, bahasa,

11 Larsson,

Thomas. The Race to the Top: The Real Story of Globalization. (Cato Institute, 2001).
Halaman 11
12 Giddens, Anthony. Runaway World: How Globalization is Reshaping Our Lives.
(Taylor&Francis, 2003). Halaman 2

10

perkakas,pakaian, bangunan, dan karya seni.13 Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh dan memiliki sifat yang kompleks, abstrak, dan luas. Terdapat banyak
aspek–aspek

yang

terkandung

dalam

budaya

yang

menentukan

perilaku

komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.
Menurut Raymond William, kebudayaan (culture)
dari dua atau tiga kata yang paling kompleks
inggris.

merupakan salah satu

penggunaannya dalam bahasa

Pada awalnya kata budaya dalam bahasa inggris “culture”dengan

pengertiannya dengan kata “kultivasi” yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi dan
upacara–upacara
merupakan
pengetahuan,

religius.14 Menurut

keseluruhan

yang

kepercayaan,

Edward

kompleks,

kesenian,

Burnett
yang

moral,

di

hukum,

Tylor,

kebudayaan

dalamnya

terkandung

adat

istiadat,

dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang
terdapat di dalam kehidupan masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. .15
Sedangkan budaya menurut Kluckhohn dan Kelly adalah semua rancangan
hidup

dan

tercipta

secara

historis

baik

yang

eksplisin

maupun

yang

13 Mulyana,

Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. Komunika si Anta rbuda ya :Pa ndua n Berkomunika si
denga n Ora ng-Ora ng Berbeda Buda ya . (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006). Halaman 25
14 Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. Teori-Teori Kebuda ya a n. (Yogya ka rta ,2005)
15 Tylor, E.B. Primitive culture: resea rches into the development of myth ology, philosophy,
religion, a rt, a nd custom.( New York: Gordon Press, 1974).

11

implisit,rasional dan pada suatu waktu dapat menjadi pedoman yang potensial
untuk perilaku manusia.16
Wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Wujud Ideal (Gagasan) : wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan
yang terbentukdari kumpulan ide – ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan, yang sifatnya abstrak.
2. Aktivitas

Tindakan

:wujud

kebudayaaan

sebagai suatu tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat tersebut.
3. Artefak (Karya) :merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan dan semua karya manusia dalam masyarakat.
Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Berdasar dari wujudnya maka muncullah komponen kebudayaan yang
terdiri dari beberapa elemen yaitu kebudayaan material, kebudayaan non-material,
lembaga sosial, sisterm kepercayaan, estetika, dan bahasa. Didalam kebudayaan
terdapat juga nilai kesenian yang mengacu pada keindahan atau estetika yang
muncul dari ekspresi manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata

16 Kroeber,

A. L. and C. Kluckhohn.Culture: A Critica l Review of Concepts a nd
Definitions. (Cambridge, MA: Peabody Museum, 1952)

12

maupun telinga. Selain itu juga dalam budaya terdapat nilai kepercayaan sehingga
mempengaruhi pemikiran atau pemahaman mengenai budaya yang dimiliki.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintergrasi dengan kebudayan
oleh karena itu juga agama juga sering mempengaruhi kesenian budaya yang
dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu.

13

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Penelitian Kualitatif
Penelitian dengan metode kualitatif kerap digunakan dalam menjelaskan suatu
fenomena terutama suatu fenomena sosial secara mendalam. Jenis penelitian ini
lebih mengandalkan kualitas data dibandingkan dengan kuantitas data.
Penelitian ini mengangkat fenomena batik Garutan dalam arus globalisasi.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif yang secara spesifik kualitatif deskripsi
untuk mengkaji fenomena batik Garutan dalam arus globalisasi ini. Dalam
penelitiannya, peneliti mengandalkan interpretasi logis. Robert E. Stake dalam
Qualitative Research: Studying How Things Work mengutarakan bahwa penelitian

yang kualitatif berarti penelitian yang didasarkan atas dalamnya pemahaman serta
interpretasi manusia (Stake, 2010: 11). Sehingga menurut Stake, peneliti adalah
unsur yang paling penting dalam suatu penelitian fenomena sosial.
Selanjutnya Stake memisahkan tipe interpretasi dalam metode kualitatif
menjadi

dua,

yaitu

mikrointerpetasi

dan

makrointerpretasi.

Penelitian

ini

menggunakan tipe mikrointerpretasi yang memeberikan interpretasi atas apa yang
dilakukan orang yang mengalami secara nyata dan langsung objek kajian. Stake
juga membagi tipe deskripsi penelitian kualitatif menjadi dua yaitu deskripsi
kriteria

dan

deskripsi

pengalaman.

Penelitian

ini

menggunakan

deskripsi

pengalaman yaitu deskripsi yang dilakukan atas pendapat dan pandangan orang
yang secara nyata dan langsung berpengalaman dalam menjelaskan bagaimana
fenomena yang diteliti bekerja.
14

Penelitian fenomena batik Garutan dalam arus globalisasi ini selanjutnya
menggunakan metode kualitatif mikrointerpretasi deskripsi pengalaman, yaitu
dengan mengobservasi dan mewawancarai pengrajin batik Garutan yang memiliki
pengetahuan

lengkap

dan mengalami secara langsung perkembangan batik

Garutan sejak masa awal pembuatannya hingga kini
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan hal paling penting dalam setiap jenis penelitian. Tahapan
pengumpulan dan pencarian data menjadi salah satu tahapan yang menentukan
kualitas penelitian. Menurut Stake, data dapat dikumpulkan dengan observasi,
wawancara, Stake membagi teknik pengumpulan data ke dalam lima jenis.
Berdasarkan jenis pengumpulan data menurut Stake, penelitian ini menggunakan
jenis wawancara dan pengamatan catatan.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara langsung yaitu
wawancara yang dilakukan dengan tatap muka. Pengamatan catatan yang
dilakukan

dalam

penelitian

ini

adalah

dengan

mengamati

perkembangan

fenomena batik Garutan melalui berbagai sumber seperti surat kabar, berita
elektronik, jurnal, buku, dan dokumen terkait.
3.3 Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan sudah terkumpul, diperlukan tahapan lanjut
untuk menghasilkan kajian penelitian secara utuh. Data-data perlu dianalisis lebih
lanjut

untuk

dapat

digunakan.

Stake

menggunakan

tiga

tahapan

dalam

menganalisis data.

15

Tahap pertama adalah tahap pengumpulan, pemilahan, dan penyusunan data.
Data yang telah dikumpulkan dipilah dan disusun untuk mencari data mana yang
paling dekat dengan fokus penelitian. Tahap kedua adalah analisisis data. Data
yang telah dipilah dan disusun perlu dipelajari dan dianilis setiap bagian dari data
secara berulang-ulang. Tahap ketiga adalah interpretasi data. Peneliti kemudian
menginterpretasikan data yang telah dianalisis serta mencari interpretasi lain
contohnya dengan mengikuti cara interpretasi peneliti lain dalam mengenai
bagaimana cara kerja dari sesuatu. Interpretasi ini dapat disajikan dalam bentuk
tulisan, laporan, data berupa angka, dan lain sebagainya yang kemudian di
deskripsikan melalui kata-kata, tabel, maupun laporan.
3.4 Validitas Data
Suatu penelitian yang baik memerlukan validasi atas data yang telah didapat.
Data yang telah dikumpulkan dan diinterpretasikan perlu dibuktikan kesesuaian
dan kebenarannya. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data dengan
memperhatikan kembali segala data yang didapat, membandingkannya dengan
data lainnya, serta memastikan kembali berbagai sumber yang digunakan seperti
narasumber, surat kabar, jurnal, maupun berita elektronik
Triangulasi ini dilakukan sebagai tahapan konfirmasi dan validasi data,
triangulasi juga kerap digunakan untuk mendiferensiasi data. Keabsahan data
merupakan suatu hal yang penting dilakukan dalam penelitian sehingga didapat
pembuktian data dari berbagai interpretasi yang telah ada atau dengan kata lain
pembuktian data dari berbagai data lain yang telah ada.

16

3.5 Lokasi Penelitiandan Narasumber Penelitian
Adapun lokasi untuk penelitian ini adalah:
1. Perpustakaan FISIP UNPAD, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21,
Jatinangor.
2. Perpustakaan FIB UNPAD, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21,
Jatinangor.
3. Rasya Batik, Jl. Otto Iskandar Dinata, komplek PLN No. 1 Paseban,
Tarogong, Garut.
Narasumber untuk penelitian ini adalahIbu Ina pengrajin batik garutan dari usaha
kerajinan batik Rasya Batik

17

BAB IV
BATIK GARUTAN
4.1 Sejarah Batik Garutan
Sejarah Batik Garut bermula pada warisan nenek moyang, yang dimana
hal ini berlangsung secara turun temurun dan juga batik garutan ini telah
berkembang cukup lama sebelum masa kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945
batik garutan semakin terkenal dengan identic dengan sebutan “batik tulis
garutan” yang dimana batik garutan ini mulai Berjaya antara tahun 1967 hingga
1985. Namun batik garutan mengalami penuruan dikarenakan keterbatasan bahan
serta lemahnya strategi pemasaran yang diterapkan, hal ini juga mempengaruhi
kepada para penerus generasi dari Batik Garut menjadi menurun, serta faktor
lainya adalah karena adanya persaingan dari produsen batik di kota-kota lain yang
menggunakan teknik pembuatan batik yang lebih modern seperti mesin printing.
Namun yang menarik bagi batik garutan adalah, batik garutan ini tidak ada
perubahan yang besar antara produk batik yang dahulu hingga sekarang, dalam
interview dengan pemilik toko Abaz Batik di Jl.otista Garut, ia mengatakan
bahwa batik garutan memiliki cirikhas yang turun temurun yaitu batik garutan
memiliki motif batik burung merak, bulu ayam dan memiliki warna putih gading,
batik garutan terkenal dengan warna-warna yang cerah dalam setiap pembuatan
batiknya.
Kembali membahas tentang Batik, batik adalah sebuah kata yang
mempunya arti “menulis titik” yang diambil dari gabungan kata “Amba dan Titik”
yang bermula dari bahasa Jawa. Pada jaman dahulu, batik ini hanya dilukis melali
daun lontE SWNGn motif yang lebih dominan mengambarkan binatan atau
18

tumbuhan, corak batik sendiri memiliki filosofi berdasarkan daerahnya, maka dari
itu setiap daerah memiliki motif batik yang berbeda-beda.
4.2 Ciri Khas Batik Garutan
Ciri

Khas

Batik

Garutan

adalah

pada

motifnya

yang

umumnya

menghadirkan ragam hias datar, dan bentuk-bentuk geometrik. Bentuk-bentuk
geometrik ini mengarah secara diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat.
Terdapat juga motif-motif yang mengambil pola bentuk-bentuk flora dan fauna.
Menurut

Djoemena

(1990:51)

motif

batikGarut

bersifat

naturalistik

danmenggambarkan flora dan fauna dari alamsekitarnya. Selain itu, motif batik
Garut

punmendapat

pengaruh

dari motif batik

Solo,Yogyakarta,

Cirebon,

Pekalongan, danbahkan pengaruh Cina(Rizali, Jusuf, & Atik, 2003).
Pengaruh-pengaruhtersebut kemudian diolah sesuai dengangaya dan selera
(masyarakat) Garut.Pengaruh ragam hias atau motif batik Solo-Yogya ialah motif
kawung, parang, danliman. Sedangkan pengaruh Cirebon tampakpada motif
Arjuna Menekung dan padamotif Kraton Galuh. Pada kedua motif tersebut
terdapat motif wadasan yangmerupakan ciri khas batik Cirebon.Sedangkan
pengaruh Indramayu tampakpada motif Merak Ngibing dan pengaruhCina tampak
pada motif banji dan angkin.Pengaruh batik Pekalongan pada batikGarut bukan
pada motif tetapi pada warnaseperti tampak pada motif Terang Bulan.Berbeda
dengan batik Solo atau Yogyakarta yang syarat dengan makna filosofis, motif
batik

Garut

tidaklah

mengandung

maknaatau

perlambang

tertentu

(Djoemena,1990: 57). Penamaan pada motif batikGarut lebih ditekankan pada
segi visual,misalnya Lereng Surutu. Dinamai demikiankarena coraknya mirip

19

bentuk cerutu.Penamaan pada motif pun seringkali tergantung pada pemakai atau
pemesan

corak

tertentu,

misalnya

sajacorak

Lereng

Camat.

Dinamai

demikiankarena corak tersebut dikenakan oleh isteriseorang camat. Demikian juga
halnyadengan motif Lereng Dokter,

dinamaidemikian karena motif tersebut

dibuatuntuk pertama kalinya atas pesanan isteriseorang dokter. Sedangkan motif
Drintindiilhami oleh keberadaan Kebun Binatangyang terletak di Kota Bandung.
Kata Drintinitu sendiri berasal dari bahasa Belanda ‘dieren tuin’ yang berarti
kebun binatang(Rizali, Jusuf, & Atik, 2003).
Salah satu daerah pembatikan di Jawa Barat yang memiliki ciri khas dalam
hal motif danwarna adalah Garut. Batik Garut memilikiwarna yang khas yaitu
warna gumading (putih gading),biru tua, merah tua, hijau tua, coklatkekuningan
dan ungu tua. Batik Garut punmengenal warna sogan (coklat), tetapiwarna sogan
pada batik Garut sama denganwarna sogan pada batik di Solo atauYogyakarta.
Perbedaan warnasogan pada batik Garut ialah warna coklat mudakekuningan dan
warna tersebut menjadi cirikhas yang kuat dari batik Garut(Rizali, Jusuf, & Atik,
2003).

20

BAB V
ANALISIS
5.1 Batik Garutan sebagai Budaya
Sebagai hasil dari kreasi pemikiran manusia, Batik bukanlah sekedar
produk semata malaikan memiliki makna didalamnya. Melalui Motif Batik, tidak
sebagai objek pakaian saja, merupakan hasil dari cara berpikir dan kehidupan
masyarakat Garut.
Yang

membedakan

Batik

Garutan

dengan Batik lain adalah penggunaan warnawarna cerah beserta motifnya yang berasal dari
makhluk
tulang

hidup

kebanyakan.

(gumading)

,

warna

Warna-warna
merah

muda

(kayas), ungu muda (gandaria) dan Kasumba

Gambar 5.1. Merak Ngibing
S umber: FB Batik Rasya

merupakan sajak sunda yang mewakili warna-warna
dasar

yang

digunakan

parahyangan

dalam batik

dikarenakan

khas

warna

tanah

lembutnya.

Bebungaan, Tanaman, dan Burung merupakan ciri
khas dari batik Garutan. Salah satu motif yang sangat
mencirikan

Batik

Garut

adalah

Merak

Ngibing

(Gambar 5.1) yang mana warna warna tersebut
dikombinasikan
Gambar 5.2Bulu Hayam
S umber: FB Batik Rasya

dengan

motif

burung

merak.

Kemudian ada pula Bulu Hayam (Gambar 5.2) yang

21

khas dengan lengkungan- lengkungannya.
Cipta dari batik Garutan ini mengandung pesan dari leluhur akan
kesabaran dan rasa mencintai sebuah kehidupan; tanamannya, bebungaannya,
serta hewan-hewannya.

Walaupun sulit menemui pengrajin batik garutan

pendahulu, namun pesan ini setidaknya sampai pada para pengrajin batik saat ini.
5.2 Batik Garutan dalam Globalisasi
Memang tidak seperti di Jawa Tengah atau Yogyakarta di mana terdapat
sentra batik ataupun kampung batik yang berada di Garut, Garut sendiri belum
sampai tahap tersebut. Masih sedikitnya pengrajin Batik Garutan agaknya
menghambat proses produksi kain ketahap produksi besar-besaran.
Batik bukanlah sekedar pakaian, batik adalah seni. Globalisasi ini tentunya
dapat berdampak positif terhadap Batik sebagai budaya masyarakat Garut, dan
seni dari Garut. Proses pengerjaan batik tulis misalnya, memerlukan waktu
minimal satu bulan untuk pengerjaan motif terhadap satu sisi dari kain. Berbeda
dengan batik Cap yang dapat menghasilkan motif dengan lebih cepat. Hal ini yang
kemudian membuat Batik memiliki cerita di dalamnya dikarenakan pengrajin
batik tidak dengan mudah membuatnya.
Dalam era Globalisasi ini tentunya dengan pasar bebas semakin banyak
saingan bagi Batik Garutan, terlebih dari Tiongkok. Sebuah kendala yang dialami
para pengrajin batik adalah masuknya impor kain ataupun baju batik printing yang
berasal dari Tiongkok. Harga kain yang jauh lebih murah dibandingkan batik asli
seakan menghilangkan cerita, keindahan, dari sebuah Batik.

22

Namun bagi para pengrajin batik

hal tersebut tidak akan begitu

mengganggu. Dikarenakan mereka percaya bahwa bagi orang yang sangat
mencintai batik Garutan, mereka tidak akan mau membeli batik yang tereduksi
nilai- nilainya tersebut.
Berbicara tentang nilai, seperti yang dibahas pada bagian sebelumnya,
Batik bernilai tinggi dikarenakan upaya membuatnya pun tidak mudah karena
memakan waktu lama. Tidak ada kesempurnaan dalam sebuah Batik, apabila
dilihat baik-baik motif batik tulis tidak sempurna layaknya manusia masih
terdapat kesalahan-kesalahan kecil namun kesalahan itulah yang membuat batik
itu indah.
Globalisasi ini merupakan peluang bagi Batik Garutan untuk memasarkan
dan mengedukasi masyarakat tentang keagungan Batik Garutan. Motif yang khas
beserta warnanya menjadi daya tarik dari Batik Garutan.

Sehingga bila

persaingan terjadi Batik garutan tetap mendapatkan tempat di pasar hasil
Globalisasi.
5.3 Kekurangan dan Kelebihan Batik Garutan
Kekayaan akan ragam budaya Indonesia menghasilkan berbagai jenis batik
yang unik di tiap-tiap wilayahnya. Batik Garutan memiliki keunikan-keunikan
tersendiri apabila dibandingkan dengan batik lainnya yang ada di Indonesia.
Sebagai contoh, Batik Keraton yang merupakan akar dari batik Indonesia condong
memiliki warna-warna yang gelap, sedangkan pada Batik Garutan, warna-warna
cerah muncul cukup dominan pada motif batiknya.

23

Industri Batik Garutan yang ada di Kota Garut umumnya berupa industri
rumahan, dimana industri-industri tersebut telah ada secara turun menurun dari
para leluhur pengrajin Batik Garutan. Hal ini yang menjadi salah satu kelebihan
Batik Garutan dimana pada musim liburan, industri rumahan Batik Garutan
banyak diburu para wisatawan domestik maupun internasional untuk menjadikan
Batik Garutan sebagai oleh-oleh khas Garut.
Teknik pembuatan Batik Garutan terkenal memiliki kualitas yang tinggi.
Proses pembuatan Batik Garutan yang dilakukan secara turun menurun sejak
mengalami masa kejayaan antara tahun 60 sampai pertengahan 80-an menjadi
nilai lebih bagi Batik Garutan itu sendiri. (Shiddiq, www.indowarta.com)
Proses pembuatan Batik Garutan memerlukan waktu cukup lama yaitu
dengan penggodokan kain katun dan pengetelan kain katun selama satu bulan.
Kain tersebut direndam dengan minyak kacang (minyak su’uk) dan air merang,
Kain tersebut selanjutnya diinjak-injak sebelum akhirnya dijemur. Apabila sudah
kering, proses tersebut dilakukan selama berulang-ulang selama dua minggu. Dua
minggu setelahnya, kain diembunkan tanpan terkena sengatan sinar matahari.
Maka, total waktu yang diperlukan untuk membuat Batik Garutan yaitu 40 hari.
Hal ini pula yang menjadi kelebihan Batik Garutan dimana Batik Garutan
memiliki warna yang mengkilap, tidak mudah luntur dan dapat bertahan hingga
lebih dari 100 tahun.
Batik Garutan dapat dijual dengan mencapai 3.5 juta dengan kualitas yang
baik. Proses pembuatan batik secara tradisional dan membutuhkan ketelatenan

24

dalam pengerjannya membuat harga batik yang ditawarkan sebanding dengan
pengerjaan batik yang dilakukan.
Namun populeritas Batik Garutan itu sendiri masih kalah pamor apabila
dibandingkan dengan Batik Trusmi Cirebonan, Batik Garutan masih memiliki
keterbatasan modal untuk pemasarannya.
5.4 Batik Garutan Go Internasional
Bagi pecinta kain batik, kain batik adalah kain indah dengan warna kas
dan ragam coraknya. Tak terkecuali kain batik produksi Garut, Jawa Barat yang
dikenal dengan

sebutan

batik

tulis garutan yang telah menembus pasar

internasional.Dengan citranya sebagai produk budaya otentik, Batik Garutan
merupakan sebuah produk budaya yang berkelas.
Berdasarkan penelitian kami, Ibu Ina, batik garutan ini sudah go
international, diantaranya adalah ke Malaysia, Singapura, hingga ke negeri

adidaya Amerika Serikat.
Tiket pergi Batik Garutan menuju Singapura dan Malaysia adalah bersama
teman budayanya, yaitu angklung. Di Singapura dan Malaysia, Batik Garutan
dipamerkan bersama – sama dengan pameran angklung dan juga pementasannya.
Hal ini memnunjukkan bahwa kentalnya budaya Jawa Barat telah menjadi sebuah
budaya yang populer dan mampu menembus batas Negara.
Lain halnya dengan keberadaannya di Amerika, Batik Garutan mampu
menembus negara besar tersebut dari undangan komunitas Muslim di sana.
Bahkan hingga saat makalah ini ditulis pun, Batik Garutan masih merupakan salah

25

satu komoditas yang dijual di pasar Amerika, terutama bagi para Muslim
Amerika.
5.5 Batik Garutan: Identitas Garut yang bertahan, dan populer
Dengan diekspornya Batik Garutan ini, oleh Batik Rasya, ke Negara
seperti Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat maka hal ini menjadi indikator
bahwa Batik Garutan mendapatkan tempatnya di dunia.

Dalam menyikapi

tantangan globalisasi, narasumber yakin bahwa Batik Garutan dapat bertahan.
Karena saat ini, Batik Garutan juga menyesuaikan diri dengan tren yang ada.
Meskipun

begitu,

dimaksudkan

narasumber

untuk

tetap

yakin

bahwa langkah tersebut tidak

mengurangi atau menggeser nilai dari Batik

Garutan,

melainkan cara untuk mempopulerkannya.
Terkait dengan maraknya batik printing impor, narasumber menegaskan
bahwa produk tersebut bukanlah batik, melainkan motif batik. Batik asli
merupakan batik yang diproses dengan menggunakan malam sebagai salah satu
bahan bakunya. Produk impor yang kebanyakan dari Tiongkok tersebut saat ini
merusak pasar dari batik lokal karena harganya yang terlampau jauh dengan batik
asli. Cara membedakan antara batik printing dengan batik asli dapat dicek dengan
mencari ada atau tidaknya cacat dalam pembuatan motif. Batik asli setidaknya
memiliki sedikit cacat karena dibuat dengan tangan atau handmade.
Karena ketika kita berbicara tentang arus globalisasi, dunia yang seolah
tidak ada pembatasnya akan meningkatkan resiko untuk gulung tikar, namun
sekaligus meningkatkan peluang yang lebih besar untuk memasyarakatkan Batik
garutan.

Sarana

seperti pemasaran

di media

online

pun

menjadi cara

memopulerkan Batik Garutan. Batik Garutan Rasya memiliki media sosial seperti

26

Facebook untuk berinteraksi dengan pelanggannya. Karena selain beradaptasi

untuk memopulerkan Batik secara pembuatannya, maka diperlukan juga teknik
pemasaran yang modern yaitu dengan media sosial.
Dengan strategi pemasaran yang modern didukung dengan sentra produksi
yang menyesuaikan dengan permintaan pasar, juga jaringan dan komunitas
diaspora Indonesia di luar negeri, Batik Garutan

menjadi identitas masyarakat

Garut yang mampu bertahan dalam arus globalisasi dan beradaptasi bersamanya.

27

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Batik Garutan yang pada awalnya merupakan kain yang memiliki nilai
sakral yaitu sebagai samping pada kerajaan, dewasa ini mengalami transformasi
ke berbagai bentuk seperti kemeja, tas, dan lain-lain.
Tuntutan di zaman globalisasi membuat batik garutan beradaptasi agar
tetap eksis dan tidak terkikis seiring perkembangan zaman. Berbagai motif dan
warna membuat batik garutan dapat tetap eksis bahkan telah menjamah pasar
internasional. Penggunaan website dan media sosial menjadi cara bagi pengrajin
batik untuk menyalurkan karyanya ke luar negeri.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Metodologis
Batik
penelitian

ini

garutan harus dapat dijaga kelestarianya dengan diadakannya
penulis mengharapkan agar batik

garutan dapat bertahan

keberadaannya dan diharapkan peneliti lain dapat melengkapi kajian mengenai
bagaimana batik garutan bertahan dalam proses globalisasi, diharapkan peneliti
lain juga dapat mengkaji fenomena batik garutan dalam arus globalisasi dengan
memunculkan

perspektif atau

pandangan

lain.

Penelitian

lebih lanjut dan

perspektif lain akan sangat membantu membuka pengetahuan dan memberikan
kesadaran akan identitas budaya lokal dan

agar tidak terkikis oleh arus

globalisasi.

28

6.2.2 Saran Praktis
Batik

Garutan harus lebih dapat menonjolkan ciri khasnya, untuk

memperkenalkan batik garutan agar dapat dikenal oleh banyak kalangan, batik
garutan dapat dipromosikan baik di dalam negeri dan di luar negeri. Batik garutan
perlu dipublikasi atau disosialisasikanbaik melalui iklan di televisi, radio, atau
media sosial lainnya.Kita haris dapat memanfaatkan arus globalisasi sebagai alat
perpanjangan

tangan

dan

penunjang

dari

budaya

lokal,

jangan

sampai

memudarkan nilai budaya lokal dari suatu negara.

29

LAMPIRAN

1. Narasumber

: Bapak Muslim (Pemilik Batik Garutan Abbaz)

Apa yang membedakan Batik Garutan dengan yang lain?
Pada dasarnya prosesnya sama, yang membedakan adalah Batik Garutan
memiliki warna dasar seperti gading dan juga motif yang berbeda. Motifnya
cerah, contohnya Merak Ngibing. Batik Garutan ditulis depan-belakang,
membutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikannya

Apa saja jenis-jenis dari Batik Garutan?
Ada batik tulis, batik semi-tulis, dan batik cap. Batik tulis semuanya benar-benar
ditulis. Batik semi-tulis merupakan perpaduan antara batik tulis dan batik cap.
Sedangkan batik cap semuanya dicap dengan cetakan.

Seberapa banyak pengrajin Batik Garutan?
Untuk Batik Garutan tidak banyak. Berbeda halnya jika kita pergi ke Jogja,
Pekalongan, atau Solo, disana satu pengusaha punya sampai 50 orang pegawai.
Sedangkan di Garut satu kabupaten hanya punya 100 orang pegawai. Kita pun
terkendala dengan SDM karena kalo batik itu kental dengan tradisi. Filosofinya
bisa berupa kesabaran dan ketekunan. Padahal kita sendiri sudah pernah
mengadakan pelatihan batik tetapi yang berkelanjutan menekuni batik tidak
sampai 10 persennya.

Apakah ada paguyuban batik di Garut?
Ada tapi tidak aktif, lokasinya masih disekitar Otto Iskandardinata

Kemana para pengrajin batik garutan menjual produknya?
Pasar utamanya ada di Jakarta. Untuk batik tulis sendiri tergolong mahal, satu
kain batik tulis garutan harganya diatas 1 juta rupiah.

Apakah batik tersebut dijual secara online?
Sedang membangun web, karena tidak bisa dpungkiri bahwa pasar ada di
internet

Ada berapa banyak motif Batik Garutan?
Lebih dari tiga ratus. Setiap daerah pasti punya motif masing-masing. Batik
Garutan banyak menggunakan motif lereng yang melambangkan perjuangan,

30

karena dalam pembuatan motif lereng bagi pembatik sangat sulit. Di daerah lain
seperti Jawa pesisir misalnya, kebanyakan motifnya laut.

Adakah turis asing yang tertarik kepada batik garutan?
Di Batik Abbaz sendiri pernah dikunjungi oleh turis dari Belanda. Karena
Belanda ciri khas warnanya oranye, maka dia membeli warna tersebut. Saat
diajak untuk melihat proses pembuatannya dia sendiri tidak menyangka akan
sesulit itu.

Apa masalah utama dari Batik Garutan?
Meskipun tahun 2009 udah diakui oleh UNESCO, yang disayangkan adalah
adanya batik dari luar. Karena mereka bisa menjual batik tersebut dengan lebih
murah, dan orang awam akan cenderung membeli yang lebih murah. Bukannya
kita menyalahkan, karena pada dasarnya kitapun harus bersaing. Tetapi adanya
batik luar printing cukup merugikan, karena kita saja untuk membuat motifnya
sudah sulit, sedangkan mereka hanya mencetak saja. Bagi orang yang memang
memahami batik, mereka tidak akan mau apabila menggunakan batik yang
printing. Indonesia sendiri mengimpor batik dari luar negeri setiap tahun dengan
nilai sekitar 300 miliar

Apakah diluar negeri ada yang produksi batik pula?
Di Malaysia ada, tetapi kita masih satu rumpun. Jadi masih sama saja dari kita
asalnya.

2. Narasumber

: Ibu Inna (Manager Produksi Batik Garutan Rasya)

Bagaimana batik garutan berkembang?
Karena dahulu sudah ada Batik di Tasik, oleh karena itu dikembangkan batik di
Garut. Untuk Garut dahulu masalahnya faktor cuaca ya ng dingin, karena batik
cocoknya di tempat yang tidak terlalu dingin. Tetapi sekarang garut cuacanya
sudah panas.

Batik apa aja yang dijual di Rasya?
Kain, baju, dan macam-macam barang jadi.

31

Dijual kemana produk batik rasya?
Di Malaysia, Singapura dan AS. Singapur dan Malay ada permintaan ikut
pameran juga dari adanya pesanan. Di AS ada undangan mengikuti pameran dari
Komunitas Muslim di AS. Namun ada kendala di ongkos kirim.

Pembelinya siapa?
Orang Indonesia atau orang Amerika Muslim. Dari ikut pameran biasanya akan
ada yang pesan. Rasya juga membuat seragam bagi beberapa Bank di Indonesia.

Ada niat untuk dijual ke luar?
Saat ini masih di Indonesia

Adakah sesepuh yang paham Batik Garutan asli?
Sekarang sudah tidak ada. Tetapi motif tetap pake motif jaman dulu, karena ciri
khas dari Garut.

Apakah yakin batik garutan bisa bertahan dari globalisasi?
Yakin, karena kita menyesuaikan dengan tren saat ini. Jika tren sekarang warna
biru maka buat warna biru, kita bikin canting sendiri yang baru untuk motif-motif
yang digandrungi khususnya anak muda

Bisakah batik bersaing di dunia internasional?
Bisa karena saat ini sudah masuk

Apakah dengan seperti itu akan menggeser atau mengurangi nilai dari
batik?
Tidak karena justru batik jadi dipopulerkan

Jual lewat mana produk rasya?
Awalnya mulut ke mulut, lalu ada juga Facebook

Gimana tanggapannya terhadap batik printing?
Itu bukan batik, tetapi motif batik. Karena itu dari China. Itu menjadi salah satu
perusak pasar batik. Tetapi untuk yang udah tau batik pasti gapake yang itu.
Kebanyakan produk batik yang harganya murah berasal dari China, harganya
bisa sampai 30 ribu sudah jadi baju. Kalo yang udah tau batik, kita pakai malam,
bukan cap atau mesin.

32

Bagaimana membedakan batik printing dengan yang biasa?
Terlihat dari ada atau tidaknya cacat. Karena batik tulis dibuat manual pasti ada
sedikit kesalahan manusia, karena handmade.

33

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, Batik Garutan : Helaian Kain Indah Cermin Falsafah Orang Sunda,
http://www.indonesia.travel/id/destination/603/candicangkuang/article/363/batik-garutan-helaian-kain-indah-cermin-falsafahorang- sunda di akses pada tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM
Anonymous,
Bagaimana
Sejarah
Batik
garut?,
http://www.batikgarutku.com/berita/berita/2012/05/21/BagaimanaSejarahBatik-Garut?, di akses pada tanggal 8 Maret 2015, pukul
10:23 PM
Anonymous, Para Desainer yang Membuat Batik Go Internasional,
http://www.indokabana.com/batik/para-desainer-yang-membuat-batik-gointernasional/ di akses pada tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM
Djomena, Nian. 1990. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Jambatan.
Giddens, Anthony (1991): The Consequences of Modernity. Polity Press.
Cambridge.
Giddens, Anthony. 2003. Runaway World: How Globalization is Reshaping Our
Lives. Taylor&Francis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Globalisasi. Diakses melalui
http://kbbi.web.id/globalisasi > [7 Juni 2015]
Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn. 1952. Culture: A Critical Review of Concepts
and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum.
Larsson, Thomas. 2001. The Race to the Top: The Real Story of Globalization .
Cato Institute.
Muha,
“Definisi
Batik
Secara
Umum”
diakses
darihttp://sanggarbatikkatura.com/definisi-batik-secaraumum-2 pada
8 Maret 2015
Muha

“Motif
Batik
Secara
Umum”
diakses
http://sanggarbatikkatura.com/motif- batik-secara-umum pada 8
2015

dari
Maret

Mulyana,
Deddy
dan
Rakhmat,
Jalaluddin. 2006.
Komunikasi
Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda
Budaya . Bandung:Remaja Rosdakarya.
Nul
Zainulmukhtar,
Batik
Garut
Siap
Go
Internasional,
http://m.inilah.com/news/detail/1911032/batik-tulis-garutan-siap-gointernasional di akses pada tanggal 8 Maret 2015, pukul 10:23 PM
Online

Etymology
Dictionary.
Globalization.
Diakses
melalui
http://www.etymonline.com/index.php?allowed_in_frame=0&search=glob
alization&searchmode=none >[7 Juni 2015]

Presiden RI, “Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009”
diakses dari http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/16823/Kp0332009.pdf pada
15 Maret 2015

34

Shiddiq, Muarif K. “Perajin Batik Garutan Banyak Diburu Pembeli” diakses dari
http://indowarta.com/perajin-batik-garutan-banyak-diburupembeli/1637/pada 6 Mei 2015
Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. 2005.Teori-Teori Kebudayaan.
Yogyakarta.
Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of
mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon
Press.
https://www.academia.edu/3799385/BATIK_GARUT_KAJIAN_BENTUK_DAN
_WARNA

35