BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN A. Nomor Topik : 01 B. Judul : Dasar – Dasar Perpajakan C. JamMinggu : 4 jam D. Tujuan : Memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar mahasiswa mengetahui pengertian- pengertian, konsep –konsep dasar, dasar hukum tentang Perpaja

BAB I
DASAR-DASAR PERPAJAKAN

A. Nomor Topik

: 01

B. Judul

: Dasar – Dasar Perpajakan

C. Jam/Minggu

: 4 jam

D. Tujuan

: Memberikan pemahaman kepada mahasiswa
agar

mahasiswa


mengetahui

pengertian-

pengertian, konsep –konsep dasar, dasar hukum
tentang Perpajakan yang berlaku di Indonesia
E. Deskripsi

: Dosen memberikan penjelasan tentang sejarah
perpajakan, definisi pajak,retrebusi, sumbangan,
dasar

hukum

pajak,

teori

dan


sistem

pemungutan pajak.
F. Manfaat/Kegunaan

: Mahasiswa

dapat

perkembangan

memahami

perpajakan,

sejarah
pengertian-

pengertian dasar perpajakan, dasar hukum

pajak, teori dan sistem pemungutan pajak di
Indonesia.
G. Uraian materi
1. Sejarah Perkembangan Perpajakan Indonesia
Sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia dapat dibedakan dalam dua periode,
yaitu:
a. Sejarah sebelum tahun 1983 (sebelum berlaku UU Pajak Nasional)
Sebelum berlaku undang-undang pajak nasional pajak belum merupakan
pungutan tapi merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada pengusaha/raja
dalam memelihara kepentingan negara seperti; menjaga keamanan, membuat
sarana umum dan membiayai pegawai kerajaan. Sedangkan setorannya dapat
dilakukan dengan penyetoran uang tunai (orang kaya) dan dengan tenaga (untuk
orang miskin)
b. Sejarah setelah tahun 1983 (setelah berlaku UU Pajak Nasional)
1. Undang-undang Pajak tahun 1983

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

2


Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
a) UU No. 6 Tahun 1983 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
b) UU No. 7 Tahun 1983 ( Pajak Penghasilan)
c) UU No. 8 Tahun 1983 (PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah)
d) UU No. 12 Tahun 1985 ( Pajak Bumi dan Bangunan)
e) UU No. 13 Tahuan 1985 ( Bea materai)
2. Undang-undang Pajak tahun 1994
a) UU No. 9 Tahun 1994 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
b) UU No. 10 Tahun 1994 ( Pajak Penghasilan)
c) UU No. 11 Tahun 1994 (PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah)
d) UU No. 12 Tahun 1994 (Pajak Bumi dan Bangunan )
e) UU No. 13 Tahuan 1985 ( Bea materai)
3. Undang-undang Pajak tahun 2000
a) UU No. 16 Tahun 2000 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
b) UU No. 17 Tahun 2000 ( Pajak Penghasilan)
c) UU No. 18 Tahun 2000 (PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah)
d) UU No. 19 Tahun 2000 (Pajak Bumi dan Bangunan)
e) UU

No.


20

Tahun

2000

(Bea

Perolehan

Hak

atas

Tanah

bangunan/BPHTB)
f) UU No. 13 Tahuan 1985 ( Bea materai)
4. Undang-undang Pajak setelah tahun 2000

a) UU No. 28 Tahun 2007 (Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan)
b) UU No. 36 Tahun 2008 ( Pajak Penghasilan)
c) UU No. 42 Tahun 2009 (PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah)
d) UU No. 28 Tahun 2009 (Pajak dan Retribusi Daerah)

2. Definisi Pajak, Retrebusi dan Sumbangan
a. Definisi Pajak
Menurut UU No. 28 Tahun 2007 (Pasal 1)
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

3

Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pendapat Para Ahli :

Iuran rakyat ke kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontrafrestasi) secara langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi
tersebut mengandung beberapa pengertian, yaitu :
1) Iuran rakyat kepada kas negara
a) yang berhak memungut adalah negara
b) iuran berupa uang
2) Berdasarkan undang-undang
a) pemungutan

berdasarkan

undang-undang

dan

peraturan

yang


mengikatnya
b) pemungutan dapat dipaksakan
3) Tanpa jasa timbal secara langsung
Tidak dapat secara langsung dinikmati/ditunjukkan imbalan pembayaran
pajak dari masyarakat ke negara.
4) Digunakan untuk membiayai RT negara
Iuran digunakan untuk membiayai rumah tangga negara atau pembangunan
yang bersifat untuk masyarakat luas.

b. Definisi Retrebusi
Iuran yang mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi
(manfaatnya dirasakan secara langsung) seperti pembayaran uang kuliah, karcis
hiburan, karcis parkir dan lain-lain.
c. Sumbangan
Iuran yang diberikan seseorang dengan kontraprestasi dinikmati oleh kelompok
tertentu, seperti sumbangan bencana alam (gempa, banjir, kekeringan dan lainlain)
3. Dasar Hukum Pajak
a. Kedudukan Hukum Pajak (Prof. Rochmart Soemitro, SH)
Hukum pajak mempunyai kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut :


Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

4

Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
1) Hukum Perdata (mengatur hubungan antara individu dengan individu
lainnya)
2) Hukum Publik (mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyat)
seperti :
a) Hukum Tata Negara
b) Hukum Tata Usaha
c) Hukum Pajak
d) Hukum Pidana
b. Fungsi Pajak
1) Fungsi Budgetair
Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial ekonomi, seperti dikenakan tarif yang tinggi terhadap

minuman keras.

4. Teori Pemungutan Pajak
a. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak rakyatnya. Oleh
karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai premi
asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan.
b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan. Semakin
tinggi kepentingan seseorang kepada negara maka semakin tinggi pajak yang
harus dibayar.
c. Teori Gaya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya artinya pajak harus
dibayar dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul
dapat digunakan dua pendekatan, yaitu :
1) Unsur Obyektif dengan melihat penghasilan yang dimiliki seseorang

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

5


Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
2) Unsur Subyektif dengan melihat besarnya kebutuhan material yang harus
dipenuhi.
Keterangan

Tuan Putu

Tuan Made

Penghasilan

5.000.000,00

5.000.000,00

Status

K/3

TK

Secara obyektif (berdasarkan penghasilan) pajak yang harus dibayar adalah
sama (besarnya penghasilan X tarif). Secara subyektif (besarnya kebutuhan)
Tuan Putu membayar pajak lebih kecil karena kebutuhan material yang harus
dipenuhi lebih besar.
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai
suatu kewajiban.
e. Teori Azas Daya Beli
Memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk
rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan.

5. Tata Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel Pajak
1. Stelsel Nyata (Riel stelsel)
Pemungutan pajak didasarkan atas obyek (penghasilan nyata) sehingga
pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Kebaikan : pajak yang dikenakan lebih realistis
Kelemahan : perhitungan pajak dilakukan pada akhir periode
2. Stelsel Anggapan (Fictive stelsel)
Pemungutan pajak berdasarkan anggapan yang diatur dengan undangundang Penghasilan dalam suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya
pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

6

Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
Kebaikan : pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus
menunggu akhir periode.
Kelemahan : pajak yang harus dibayar tidak berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran
Perhitungan pajak pada awal tahun berdasarkan stelsel anggapan dan
perhitungan

pajak

pada

akhir

tahun

berdasarkan

keadaan

yang

sesungguhnya.
b. Azas Pemungutan Pajak
1. Azas Domisili (Azas tempat tinggal)/ WP Dalam Negeri
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilannya berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri.
2. Azas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal WP.
3. Azas Kebangsaan /WP Luar Negeri
Pajak dikenakan kepada setiap orang yang bukan berkembangsaan
Indonesia yang tinggal di Indonesia.

c. Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP, ciricirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b) WP bersifat pasif
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak
(SKP) oleh fiskus.
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada WP untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang, ciri-cirinya:

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

7

Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak
b) WP bersifat aktif mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor
dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang.
c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada pihak ketiga
(bukan fiskus bukan WP) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang.
6. Tarif Pajak
a. Tarif Sebanding (Proporsional)
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang sebanding dengan besarnya nilai
yang dikenai pajak.
b. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap, seperti tarif bea materai untuk cek
dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp. 3.000,00
c. Tarif Progresif
Tarif berupa persentase yang semakin tinggi bila jumlah yang dikenai pajak
semakin tinggi pula. Tarif progresif dapat dibedakan menjadi :
-

Tarif progresif – progresif

-

Tarif progresif – tetap

-

Tarif progresif – degresif

Contoh : Tarif pajak Penghasilan Pasal 17 (UU No. 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan)
Penghasilan Perorangan

Tarif

Penghasilan Badan

Tahun

0

sampai 50 juta

5%

Tarif Tetap : 28 %

2009

‘> 50 sampai 250 juta

15%

Tarif Tetap : 25 %

‘> 250 sampai 500 juta

25%

Aturan Tambahan Pasal 31 E

Di atas 500 juta

30%

2010

.

d. Tarif Degresif

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II

8

Politeknik Negeri Bali – Jurusan Akuntansi
Tarif berupa persentase yang semakin kecil bila jumlah yang dikenai semakin
besar.
H. Rangkuman
Sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia dibagi dua periode yaitu :
periode sebelum berlaku UU Pajak Nasional (sebelum tahun 1983) dan setelah
berlaku UU Pajak nasional (setelah tahun 1983). Pajak merupakan iuran rakyat ke
kas negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal
secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Retrebusi merupakan iuran yang mempunyai hubungan langsung dengan
kembalinya prestasi (manfaat secara langsung) dan sumbangan merupakan iuran
yang diberikan seseorang dengan kontraprestasi dinikmati oleh kelompok tertentu.
Sistem pemungutan pajak ada tiga jenis, yaitu Official Assessment System, Self
Assessment System dan With Holding System. Sedangkan jenis tarif terdiri dari : tarif
sebanding (proporsional), tarif tetap, tarif progresif dan tarif degresif.

I. Kepustakaan
Undang-Undang Perpajakan
Mardiasmo, 2011 , Perpajakan , Edisi Revisi, Andi Yogyakarta

Tim KBK-Hukum Pajak/MKK-26005/SMT II