Pertemuan Kedua: Pada pertemuan kedua peneliti menyuruh siswa

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan
pada penelitian yaitu berupa data tentang pemahaman konsep matematis siswa
dalam belajar matematika dan tes hasil belajar matematika siswa. Data tentang
pemahaman konsep matematis siswa dalam belajar matematika diperoleh dari
nilai hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan LKS (Lembar Kerja
Siswa), hal ini berguna untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa
dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar matematika
siswa diperoleh dari hasil belajar selama penelitian, ini bertujuan untuk
mengetahui skor hasil belajar matematika yang diperoleh. Jumlah siswa pada
kelas eksperimen yaitu kelas VIII.3 berjumlah 32 siswa, sedangkan pada kelas
kontrol yaitu kelas VIII.2 berjumlah 32 siswa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dari tanggal 04
April sampai dengan 14 Mei 2017 dikelas VIII SMPN 17 Padang, pada kedua
kelas sampel yaitu VIII.3 sebagai kelas Eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai
kelas Kontrol yang dituju dari segi ranah kognitif dan efektif diperoleh data.
Rincian masing-masing deskripsi dan analisis data dari instrumen yang
digunakan pada penelitian diuraikan dibawah ini:


Pertemuan

Pertama:

Pada

pertemuan

pertama

peneliti

memperkenalkan diri dan menjelaskan sedikit pokok pembahasan yang akan

71

70

dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Akan tetapi pada pertemuan pertama
tidak berjalan dengan lancar karena ada kemalangan sehingga siswa lebih

cepat pulang.
Pertemuan Kedua: Pada pertemuan kedua peneliti menyuruh siswa
untuk membaca materi bangun ruang sisi datar tentang kubus. Setelah siswa
selesai membaca materi kubus peneliti membagikan LKS kepada setiap
siswa yang duduk perkelompok. Kemudian peneliti menyuruh siswa
menyelesaikan soal yang dipahami ± 15 menit. Selanjutnya peneliti
menjelaskan defenisi kubus, unsur-unsur kubus, dan jaring-jaring kubus
beseta contohnya. Dan sebelum bel berbunyi peneliti mengumpulkan
kembali LKS yang telah dibagikan kepada siswa. (2 JP)
Pertemuan Ketiga: Pada pertemuan ketiga peneliti melanjutkan
kembali materi kubus yang belum selesai sebelumnya. Dan membagikan
kembali LKS tentang materi Kubus. Peneliti menerangkan volume dan luas
permukaan kubus serta contoh-contoh soal. Selanjutnya siswa mengerjakan
LKS sampai selesai. (3 JP)
Pertemuan Keempat: Pada pertemuan keempat peneliti menyuruh
siswa untuk membaca materi bangun ruang sisi datar tentang balok. Setelah
siswa selesai membaca materi kubus peneliti membagikan LKS kepada
setiap siswa yang duduk perkelompok. Kemudian peneliti menyuruh siswa
menyelesaikan soal yang dipahami pada LKS sekitar


± 15 menit.

Selanjutnya peneliti menjelaskan defenisi balok, unsur-unsur balok, jaringjaring balok beserta contohnya,luas permukaan balok beserta volume balok.

71

Dan sebelum bel berbunyi peneliti mengumpulkan kembali LKS yang telah
dibagikan kepada siswa. (3 JP)
Pertemuan Kelima: Pada pertemuan kelima peneliti melanjutkan
materi selanjutnya yaitu prisma dan membagikan LKS tentang materi
prisma. Peneliti menerangkan defenisi, unsur-unsur dan jaring-jaring prisma
beserta contohnya. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS sekitar ± 15 menit
untuk sampai materi yang dipelajari saja. Sebelum bel berbunyi peneliti
menyuruh siswa untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah. (2 JP).
Pertemuan Keenam: Pada pertemuan keenam peneliti melanjutkan
kembali materi prisma yang belum selesai sebelumnya dan membagikan
kembali LKS tentang materi prisma. Peneliti menerangkan volume dan luas
permukaan prisma serta contoh-contoh soal. Selanjutnya siswa mengerjakan
LKS sampai selesai. Selanjtnya peneliti melanjutkan materi limas tentang
pengertian limas dan jenis-jenis limas.(2 JP).

Pertemuan Ketujuh: Pada pertemuan ketujuh peneliti melanjutkan
materi limas. Peneliti membagikan LKS materi limas kepada siswa. Peneliti
menerangkan volume dan luas permukaan limas serta contoh-contoh soal.
Selanjutnya siswa mengerjakan LKS sampai selesai. (2 JP)
Pertemuan Kedelapan: Pada pertemuan kedelapan peneliti
menyuruh siswa mengerjakan soal-soal latihan yang berhubungan dengan
bangun ruang sisi datar. Dan jika ada soal-soal yang tidak dipahami, siswa
diperbolehkan bertanya kepada peneliti. Dan pada pertemuan ini peneliti
memperlihatkan nilai LKS siswa selama materi bangun ruang sisi datar.

72

Data hasil pemahaman konsep matematis siswa pada kelas sampel
diperolah setelah diberikan tes pada pokok bahasan. Data nilai tes pada kelas
sampel dapat dilihat pada lampiran XVII. Kesimpulan hasil perhitungan
tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Hasil Perhitungan Pemahaman Konsep
No
Interval Nilai

Frekuensi
Eksperimen
Kontrol
1
45 - 52
2
4
2
53 - 60
3
5
3
61 - 68
3
5
4
69 - 76
5
6
5

77 - 84
8
4
6
85 - 92
5
8
7
92 - 100
6
32
32
N
Nilai Max
99
95
Nilai Min
48
45
Persentase Ketuntasan

Tuntas (59%)
Tuntas (37%)
Tidak Tuntas (41%)
Tidak Tuntas (63%)
76,90
70,53
x
S
14,07
14,26
Sumber : Ronald E. Walpole (Pengantar Statistika Edisi Ketiga). 1995
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tes pemahaman
konsep matematis siswa kelas ekserimen yang terdiri dari 32 siswa yaitu 76.90
lebih tinggi dibanding nilai rata-rata tes pemahaman konsep matematis kelas
kontrol yang juga terdiri dari 32 siswa yaitu 70.53. Standar deviasi kelas
eksperimen yaitu 14.07 lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol yang
standar deviasinya yaitu 14.26
Hal ini berarti bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas
eksperimen memiliki keragaman yang lebih kecil dari pemahaman konsep
siswa kelas kontrol. Nilai maksimum hasil tes pemahaman konsep yang


73

diperoleh kelas eksperimen adalah 99 dan kelas kontrol 95, sedangkan nilai
minimum kelas eksperimen 48 dan kelas kontrol yaitu 45.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di
SMPN 17 Padang yaitu 78 untuk kelas VIII tahun ajaran 2016/2017, dari hasil
tes pemahaman konsep matematis siswa pada

kelas eksperimen diketahui

bahwa 18 siswa mendapat nilai diatas KKM, sedangkan pada kelas kontrol 12
orang, sehingga persentase masing-masing kelas ekspermen dan kontrol
berturut-turut adalah 59% dan 37%. Hal ini berarti terdapat perbedaan
pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol yaitu tes pemahaman
konsep kelas eksperimen meningkat dibandingkan pemahaman konsep
matematis kelas kontrol.
Data pemahaman konsep matematis siswa melalui rubrik analitik,
indikator pemahaman konsep matematis siswa yang disajikan dalam bentuk
rata-rata tes pemahaman konsep tiap indikator. Hasil tes pemahaman konsep

matematis siswa yang terdapat pada lampiran XVII. Pada tabel 4.2 berikut
dapat dilihat rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dari hasil tes.

1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 4.2
Nilai Rata-Rata Siswa Setiap Indikator
Pemahaman Konsep pada Kelas Sampel
Indikator Pemahaman Konsep
Nilai Rata-Rata
Eksperimen
Kontrol
89,06
82,81
Menyajikan konsep ke dalam bentuk repsentasi
matematis.

88,08
72,29
Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat
tertentu sesuai dengan konsep.
66,27
60,80
Menyajikan ulang sebuh konsep.
71,48
60,93
Mengklasifikiasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah.
79,21
75,15
Mengembangkan syarat cukup dari suatu
konsep.

74

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata nilai tes akhir pada setiap
indikator menyatakan ulang sebuah konsep kelas eksperimen 14,5 dan kelas

kontrolnya 13,25 dari skor maksimum 16 dan memiliki persentase di kelas
eksperimen 89,06% dan kelas kontrol 82,81%. Mengklasifikasikan objek
menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya pada kelas eksperimen
14,59 dan kelas kontrol 12,68 dari skor maksimum 16 dan memiliki persentase
di kelas eksperimen 88,08% dan kelas kontrol 79,29%. Menyajikan konsep
dalam bentuk representasi matematika kelas eksperimen 15,90 dan kelas
kontrol 14,59 dari skor maksimum 24 dan memiliki persentase di kelas
eksperimeen 66,27% dan kelas kontrol 60,80% pada kelas eksperimen
dibanding kontrol yaitu kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Sedangkan indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan
masalahan pada kelas eksperimen 17,15 dan kelas kontrol 14,59 dari skor
maksimum 24 dan memiliki persentase di kelas eksperimen 71,48% dan kelas
kontrol 60,93% kedua kelas mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya
terdapat pada lampiran XVIII.
Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya nilai
rata-rata siswa setiap indikator pemahaman konsep di kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini berarti pemahaman konsep
matematis siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran Concept
Mapping

(Peta

Konsep)

pembelajaran konvensional.

lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

strategi

75

B. Analisis Data
Untuk memperoleh kesimpulan tentang data hasil pemahaman konsep
matematis siswa yang dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji statistik
untuk hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
variansi terhadap hasil belajar matematika kelas sampel.
1. Uji Normalitas Tes
Uji normalitas hasil belajar matematika kelas sampel dilakukan dengan
menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2001: 466), bertujuan untuk melihat
apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan perhitungan
pada kedua kelas sampel diperoleh hasil yang terlihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.3
Perbandingan L0 dan Ltabel
Kelas

L0

Ltabel

1

Eksperimen

0.0734

2

Kontrol

0.0852

No

0.1566

Kesimpulan
L0 < Ltabel

Keterangan
Data Norrmal

0.1566

L0 < Ltabel

Data Norrmal

Kriteria penarikan kesimpulan untuk uji normalitas adalah sampel
berdistribusi normal jika L0 < Ltabel. Data di atas menunjukkan bahwa L0 <
Ltabel baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Ini berarti kelas
sampel berasal populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran IXX. Setelah dilakukan uji normalitas tes akhir dan
dinyatakan data berdistribusi normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji
homogenitas tes akhir.

76

Selain itu untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak,
penulis juga melakukan uji normalitas dengan softwere SPSS. Untuk lebih
jelasnya uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Test Of Normality Sampel
KELAS
KONTROL
EKSPERIMEN

Nilai

Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Sig.
.101
32
.125
32

.200*
.200*

Shapiro-Wilk
Statistic
df
.948
.958

32
32

Sig.
.125
.238

Sumber: Output SPSS for windows versi. 20
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahawa signifikan kelas eksperimen
dan kontrol lebih besar dari 0.05. Pada uji Kolmogorov- Smirnov nilai
signifikan masing-masing kelas adalah 0.200 dan 0.200 pada uji coba ShapiroWilk adalah 0.125 dan 0.238 yang keduanya lebih besar dari 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan
dengan menggunakan uji F. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
2

2

2

2

H0: σ1 = σ1
H1: σ1 ≠ σ1
Hipotesis yang diajukan:
H0: kedua kelas sampel mempunyai variansi yang homogen.
H1: kedua kelas sampel tidak mempunyai variansi yang homogen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 diterima.
Jika Fhitung < Ftabel maka H1 ditolak.

77

Berdasarkan data hasil perhitungan maka harga Fhitung adalah:
2

F=

S1
2

S2
198.2168

F = 203.6100 = 0.97351
α = 0.05
Maka, F 1

(2α ; v ; v )
1 2

= F(0.025 ;32 ;32) = 1.84

Nilai Ftabel pada tarif α = 0.05 dengan derajat kebebasan

(df)

= (32 ;32) adalah 1.84 maka Fhitung(0.973) < Ftabel (1.84). Jika Fhitung < Ftabel
maka H0 diterima. Dengan demikian kedua kelas sampel memiliki variansi
yang homogen. Perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada lampiran XXI. Selain
menggunakan perhitungan dengan statistik juga bisa menggunakan bantuan
softwere SPSS hasil uji normalitas pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Output Uji Homogenitas Variansi Sampel
Levene Statistic

df1
.002

df2
1

Sig.
62

.969

Sumber: Output SPSS for windows versi. 20
Keputusan pada

kolom Test Of Homogeneity Of Variances dapat

dilihat nilai probabilitasnya 0.969 lebih besar daro 0.05, maka H0 diterima
sehingga dapat disimpulkan sampel mempunyai variansi yang sama.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah pemahaman konsep
matematis siswa kelas eksperimen lebih meningkat daripada kelas kontrol
dengan menggunakan uji-t. Dengan α = 0.05 dan dk = 62 maka diperoleh thitung

78

= 1.799 sedangkan ttabel = 1.645 dengan taraf kepercayaan 95% . Karena thitung
> ttabel maka hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
daripada pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol.

C. Pembahasan
Proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen sesuai
dengan tahap-tahap penerapan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta
Konsep) sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan strategi pembelajaran
konvensional.

Adapun

langkah-langkah

yang

dilakukan

pada

tahap

pelaksanaan penelitian adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), kisi-kisi soal, soal tes akhir. Berdasarkan hasil pengamatan penulis
ketika pertama kali penelitian untuk menerapkan straategi pembelajaran
Concept Mapping (Peta Konsep) penulis merasa kesulitan untuk memulainya
karena siswa kurang paham dan tidak mengerti cara belajar dengan
pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep).
Pada pertemuan pertama penulis mencoba menjelaskan kegunaan
strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) serta tata cara
pelaksanaanya dan membagikan LKS kepada semua siswa dan menyusruh
siswa

duduk

secara

berkelompok.

Setiap

kelompok

memperhatikan

permasalahan yang terdapat pada LKS. Selanjutnya penulis mengajukan

79

beberapa pertanyaan agar siswa memperhatikan dan menyelesaikan soal-soal
yang terdapat pada LKS.
Pada pertemuan kedua dan pertemuan selanjutnya siswa kelihatannya
merasa senang dengan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep)
karena pada sudah ada siswa yang bisa membuat jawaban LKS tentang soal
membuat peta konsep. Berikut salah satu peta konsep yang dibuat oleh siswa:

Dalam strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) siswa
diberikan satu masalah atau topik atau bab sebagai bahan evaluasi dan memilih
konsep-konsep utamanya. Sehingga semua siswa akan menuliskan konsepkonsep dan menghubungkannya dengan garis vertikal maupun horizontal.
Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam
memberdayakan dan membimbing siswa untuk menemukan jawaban yang
benar. Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, terlihat kelas
eksperimen lebih bersemangat dibandingkan dengan kelas kontrol. Sebagian
besar siswa memberikan perhatian penuh ketika guru menjelaskan materi
pelajaran dan bertanggung jawab terhadap kemampuannya dalam mengerjakan
tugas yang diberikan guru.

80

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas eksperimen
terlihat bahwa secara keseluruhan sebagian besar siswa sudah mampu
memenuhi indikator pemahaman konsep yang sesuai dengan materi yang
sedang diajarkan. Tetapi pada kelas kontrol secara umum siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru saja dan mencatat. Akan tetapi ketika
mengerjakan contoh-contoh soal banyak siswa yang tidak bisa.
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis, maka hasil yang
diperoleh adalah rata-rata tes pemahaman konsep matematis siswa kelas
eksperimen adalah 76.90 dan rata-rata tes pemahaman konsep matematis siswa
untuk kelas kontrol adalah 70.53. sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran matematika yang
diberikan dengan menggunakan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta
Konsep) lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional.
Jadi, tes pemahaman konsep yang dilakukan di kelas eksperimen
memperoleh hasil yang baik dari sebelumnya dengan ketuntasan 59% dengan
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 orang dan yang tidak tuntas sebanyak
13 orang. Sedangkan untuk kelas kontrol memperoleh hasil yang kurang baik
dari dari pada kelas eksperimen dengan ketuntasan 37% dengan jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 12 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 20 orang.
Hal ini terjadi karena pada kelas kontrol pembelajaran berlangsung
dengan strategi konvensional yaitu proses yang klasik yang biasa dilakukan di
dalam kelas. Dan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika dengan alasan kurang paham, tidak mengerti serta ada yang

81

mencontek latihan temannya ketika guru menyuruh mengerjakan latihan soalsoal. Strategi

pembelajaran

Concept

Mapping (Peta Konsep) dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengetahui konsep-konsep
utam dalam materi pembelajaran. Suasana seperti itu dapat meningkatkan
penguasaan pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi pelajaran.
Pemahaman konsep yang baik akan menunjang kesuksesan siswa dalam
menghadapi ujian. Berdasarkan hasil penelitian pada aspek kognitif dan aspek
afektif yang dilakukan pada kedua kelas sampel, dapat dilihat bahwa
pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan
strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
D. Keterbatan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan penulis, antara lain:
1. Dari segi waktu pembentukan kelompok.
Hal ini terjadi karena pada saat siswa disuruh pembentukan kelompok
sebagain besar masih bermain-main, banyak senda gurau, pindah-pindah
tempat duduk dan ada beberapa kelompok yang tidak suka dengan
kelompoknya dan akhirnya dilakukan penukaran anggota kelompok seta
mempersiapkan peralatan untuk keperluan dalam proses pembelajaran.
2. Ada beberapa siswa yang tidak serius dan tidak suka mengerjakan LKS
yang diberikan.

82

3. Dalam presentase di depan kelas, siswa yang tampil ke depan kurang
percaya diri dan kurang berani menjelaskannya.
4. Pada penelitian ini strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep)
digunakan untuk membimbing siswa agar lebih muudah memahami konsepkonsep materi pelajaran dengan mudah namun pada penelitian ini penulis
belum mencapai hal tersebut secara optimal sehingga perlu adanya
peningkatan dalam pelaksanaanya.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65