ANALISIS PERHITUNGAN PRODUK DOMMESTIK BR

ANALISIS PERHITUNGAN PRODUK DOMMESTIK
BRUTO (PDB) DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PRODUKSI DAN PENGELUARAN
MATA KULIAH
PENGANTAR EKONOMI

Dosen Pembimbing :
Yosi Aulia Rahman M.

Disusun Oleh :
Ulfatun Nikmah (7211416010/2016)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

ANALISIS PERHITUNGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PRODUKSI DAN
PENGELUARAN

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh

masyarakat di wilayah tertentu dalam waktu satu tahun, termasuk barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri. Di Indonesia ada dua pendekatan yang
digunakan untuk menghitung PDB yaitu pendekatan produksi dan pengeluaran.
1. Pendekatan Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai tambah (value
added). Oleh karena itu, dalam perhitungan pendekatan produksi, hanya mencakup
perhitungan nilai tambah di setiap lahan produksi. Dengan pendekatan produksi,
pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua
sektor produksi selama satu periode tertentu. Nilai tambah yang dimaksud adalah selisih
antara nilai produksi (nilai output) dan nilai biaya antara (nilai input), yang terdiri atas
bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi.
`

Berdasarkan ISIC (International Standard Industrial Classification) perekonomian

Indonesia dibagi ke dalam sebelas sektor. Sektor-sektor tersebut kemudian disederhanakan
lagi menjadi sembilan sektor, yaitu:
1. pertanian, peternakan, kehutananan, dan perikanan.
2. pertambangan dan penggalian.
3. industri manufaktur.

4. listrik, gas, dan air bersih.
5. Bangunan.
6. perdagangan, hotel dan restoran.
7. pengangkutan dan komunikasi.
8. keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
9. jasa-jasa.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : Y = (Q1 × P1) + (Q2 × P2) + (Q3 × P3) + … + (Qn × Pn)

2. Pendekatan pengeluaran
Berdasarkan pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara
menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku ekonomi (konsumen, produsen, dan
pemerintah) dalam suatu negara. Dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C).
2. Pengeluaran konsumsi pemerintah (G).
3. Investasi domestik bruto (I).
4. Ekspor neto atau nilai ekspor dikurangi impor (X–M).
Maka pendapatan nasional dapat dihitung dengan menggunakan rumus : PN = C + G + I
+ (X–M)
Analisis Perhitungan Produk Domestik Bruto (Pendekatan Produksi)

Tabel PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dan harga konstan (dalam trilliun
rupiah)

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

17.

Keterangan
Pertanian, kehutanan, dan perikanan
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Pengadaan listrik dan gas
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan
daur ulang
Konstruksi
Perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan
sepeda motor
Transportasi dan pergudangan
Penyedia akomodasi makan dan minum
Informasi dan komunikasi
Jasa keuangan dan asuransi
Real estat
Jasa perusahaan
Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib

Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
Jasa lainnya

Harga Berlaku
Tri-II
Tri-III
2016
2016
442,5
463,8
210,7
223,2
631,7
640,1
36,2
37,7

Harga Konstan
Tri-II

Tri-III
2016
2016
322,3
337,4
186,4
190,2
507
511,2
25,2
24,7

2,2
321,6

2,2
336,7

1,9
226,5


1,9
236,4

409
153,3
89,6
111,2
128,3
87
52

417,4
171,2
91,1
114,9
133,2
88
53,5


315
91,8
69,9
114,5
93,9
69,8
39,5

319,4
96,7
70,8
117,4
96,3
70,2
40,1

120,9
105,7
32,9
52,2


121
104
33,4
53,8

78
73,2
25,3
38,7

79,4
72,2
25,7
39,4

Nilai tambah bruto atas harga dasar
Pajak dikurangi subsidi
Produk domestik bruto


2 987,0
97,8
3 084,8

3 085,2
131,6
3 216,8

2 278,9
74,6
2 353,5

2 329,4
99,3
2 428,7

Diagram :
Harga Berlaku

Harga Konstan


700
640,1
600
511,2
500 463,8
417,4
400
337,4

336,7

319,4

300
236,4

223,2
190,2

200

171,2
96,7 91,1
70,8

100
37,7
24,7

133,2
117,4
114,9
96,3 88
70,2

53,5
40,1

121
104
79,4 72,2

2,2
1,9

33,4
25,7

53,8
39,4

16

17

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Keterangan :
1. Pertanian,
kehutanan,
dan
perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Pengadaan listrik dan gas
5. Pengadaan
air,
pengelolaan
sampah, limbah, dan daur ulang
6. Konstruksi
7. Perdagangan besar dan eceran
reparasi mobil dan sepeda motor
8. Transportasi dan pergudangan
9. Penyedia akomodasi makan dan
minum
10. Informasi dan komunikasi
11. Jasa keuangan dan asuransi
12. Real estat
13. Jasa perusahaan

14. Administrasi
pemerintahan,
pertahanan, dan jaminan sosial
wajib
15. Jasa pendidikan
16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
17. Jasa lainnya

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan III
pemasukan paling banyak berada pada sektor industri pengolahan. Hal ini menandakan bahwa
sektor perusahaan manufaktur dan isndustri di Indonesia menjadi penyumbang ekonomi
terbesar di Indonesia. Disusul sektor pertanian pada posisi kedua dan perdagangan pada posisi
ketiga. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian di Indonesia mengalami penurunan.
Padahal indonesia merupakan negara agraris. Tetapi justru pertanian berada pada posisi kedua
dibawah industri. Salah satu faktor penyebabnya juga dikarenakan banyaknya pembangunan
industri di Indonesia. Contohnya saja di daerah Jepara, di Jepara sendiri ada banyak
pembangunan industri dan perekrutan tenaga kerja secara besar-besaran. Hal ini
mempengaruhi output PDB pada sektor industri bertambah.
Analisis laju pertumbuhan berdasarkan tabel diatas :
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan

Pertanian, kehutanan, dan perikanan
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Pengadaan listrik dan gas
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan
daur ulang
6.
Konstruksi
7.
Perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan
sepeda motor
8.
Transportasi dan pergudangan
9.
Penyedia akomodasi makan dan minum
10. Informasi dan komunikasi
11. Jasa keuangan dan asuransi
12. Real estat
13. Jasa perusahaan
14. Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan
sosial wajib
15. Jasa pendidikan
16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
17. Jasa lainnya
Nilai tambah bruto atas harga dasar
Pajak dikurangi subsidi
Produk domestik bruto

Harga
Konstan

Prosent Harga
ase
Berlaku

Prose
ntase

21,3
12,5
8,4
1,5

4,81%
5,93%
1,33%
4,14%

15,1
3,8
4,2
-0,5

4,69%
2,04%
0,83%
-1,98%

0
15,1

0,00%
4,70%

0
9,9

0,00%
4,37%

8,4
17,9
1,5
3,7
4,9
1
1,5

2,05%
11,68%
1,67%
3,33%
3,82%
1,15%
2,88%

4,4
4,9
0,9
2,9
2,4
0,4
0,6

1,40%
5,34%
1,29%
2,53%
2,56%
0,57%
1,52%

0,1
-1,7
0,5
1,6
98,2
33,8
132

0,08%
-1,61%
1,52%
3,07%
3,29%
34,56%
4,28%

1,4
-1
0,4
0,7
50,5
24,7
75,2

1,79%
-1,37%
1,58%
1,81%
2,22%
33,11%
3,20%

Diagram laju pertumbuhan
14,00
12,00

11,68

10,00
8,00
6,00

5,93

5,34

4,81
4,69

4,70
4,37

4,14

4,00

2,05
1,40

2,04

2,00

1,33
0,83
0,00
1
-2,00

2

3

3,82
3,33
2,53 2,56

4

0,00
5

6

7

1,67
1,29
8

9

1,15
0,57
10

3,07

2,88

11

-1,98

12

1,58
1,52 1,81

1,52 1,79

13

0,08
14

15
-1,37
-1,61

16

17

-4,00
Harga Berlaku

Harga Konstan

Keterangan :
1 Pertanian,
kehutanan,
dan
perikanan
2 Pertambangan dan penggalian
3 Industri pengolahan
4 Pengadaan listrik dan gas
5 Pengadaan
air,
pengelolaan
sampah, limbah, dan daur ulang
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
reparasi mobil dan sepeda motor
8 Transportasi dan pergudangan

9
10
11
12
13
14

15
16
17

Penyedia akomodasi makan dan
minum
Informasi dan komunikasi
Jasa keuangan dan asuransi
Real estat
Jasa perusahaan
Administrasi
pemerintahan,
pertahanan, dan jaminan sosial
wajib
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
Jasa lainnya

Dari diagram diatas dapat dilihat jelas perbedaan antara harga berlaku dan harga
konstan. Harga berlaku terlihat memiliki kenaikan yang jauh lebih besar dari pada harga
konstan. Hal ini karena pada harga berlaku rumus P x Q tidak sepenuhnya berlaku karena P
cenderung mengalami ketidakstabilan yang dapat dipengaruhi oleh adanya inflasi. Maka dari
itu perhitungan Y berdasarkan harga berlaku harus ditelaah lagi apakah suatu perekonomian
itu dalam masa stabil atau tidak? Apakah P tersebut telah mengalami infasi atau tidak?
Sedangkan pada harga konstan P cenderung tetap dan inflasi tidak dapat berpengaruh pada P.

Bisa kita cermati bahwa penyumbang peningkatan PDB tertinggi adalah pada sektor
transportasi dan pergudangan dengan tingkat kenaikan sebesar 5,34%. Hal ini mengindikasikan
bahwa laju transportasi barang sedang mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini juga
dipengaruhi dengan adanya Hari Raya Idul Adha yang menyebabkan meningkatnya
transportasi dan kebutuhan akan hewan qurban. Kemudian disusul sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan 4,69 %. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencapai posisi
peningkatan kedua setelah transportasi dan pergudangan juga masih dipengaruhi dengan
adanya Hari Raya Idul Adha. Posisi ketiga adalah konstruksi 4,37%, jasa keuangan dan
asuransi 2,56%, informasi dan komunikasi 2,53%, pertambangan dan penggalian 2,04%, jasa
lainnya 1,81%, administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 1,79%, jasa
kesehatan dan kegiatan sosial 1,58%, jasa perusahaan 1,52%, perdagangan besar dan eceran
reparasi mobil dan sepeda motor 1,40%, penyedia akomodasi makan dan minum 1,29%,
industri pengolahan 0,83%, dan real estat 0,57%.
Sementara itu, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang tidak
mengalami pertumbuhan PDB. Sedangkan pada sektor jasa pendidikan dan pengadaan listrik
dan gas justru mengalami penurunan sejumlah 1,37% dan 1,98 %. Hal ini mengindikasikan
bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Terutama dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah yang terfokus pada sektor pembangunan dan infrastruktur dari pada pendidikan.
Sehingga mengakibatkan sektor konstruksi mengalami kenaikin tertinggi nomor tiga setelah
pertanian. Dan menyebabkan sektor pendidikan mengalami penurunan. Sementara itu
penurunan sektor pengadaan listrik dan gas mengindikasikan bahwa sektor ini belum
mencakup banyak aspek dan menyeluruh. Kelangkaan juga menjadi salah satu aspek
penyebabnya.

Analisis Perhitungan Produk Domestik Bruto (Pendekatan Pengeluaran)
Tabel PDB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku dan harga konstan (dalam trilliun
rupiah)

Harga Berlaku

Harga Konstan 2010

Komponen
Triw II-2016

Triw III-2016

Triw II-2016

Triw III-2016

(2)

(3)

(4)

(5)

1 706,3

1 779,5

1 263,7

1 307,7

35,1

37,0

25,8

26,8

291,0

288,5

187,6

187,2

1 001,6

1 028,9

748,7

767,7

86,8

94,6

56,1

60,9

6. Ekspor Barang dan Jasa

584,4

570,7

493,4

475,2

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa

575,1

544,0

458,7

435,2

-45,3

-38,4

36,9

38,4

3 084,8

3 216,8

2 353,5

2 428,7

(1)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
5. Perubahan Inventori

Diskrepansi Statistik1
Produk Domestik Bruto (PDB)

Diagram :
2.000
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
Pengeluaran
konsumsi RT

Pengeluaran
konsumsi
LNPRT

Pengeluaran
konsumsi
pemerintah

Pembentukan
modal tetap
bruto

Harga Berlaku

Perubahan
inventori

Harga Konstan

Ekspor Barang Impor barang
dan jasa
dan jasa

Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyumbang ekonomi terbesar adalah
pada sektor konsumsi rumah tangga. Hal ini memang sesuai dengan negara Indonesia yang
memang memiliki jumlah kepadatan penduduk cukup tinggi. Disusul dengan investasi, ekspor
impor, konsumsi pemerintah, inventori, dan terakhir konsumsi LNPRT

Analisis laju pertumbuhan berdasarkan tabel diatas :
No.

Harga
Konstan

Keterangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengeluaran konsumsi RT
Pengeluaran konsumsi LNPRT
Pengeluaran konsumsi pemerintah
Pembentukan modal tetap bruto
Perubahan inventori
Ekspor Barang dan jasa
Impor barang dan jasa

Prosentase

73
2
-3
27
8
-14
-31

4%
5%
-1%
3%
9%
-2%
-5%

Harga
Berlaku
44
1
-0,4
19
4,8
-18,2
-23,5

Prosentase
3,48%
3,88%
-0,21%
2,54%
8,56%
-3,69%
-5,12%

Diagram laju pertumbuhan
10
9
8,56

8
6
4

5
4
3,48

3,88
3
2,54

2
0
-2

-0,21
-1
Pembentukan
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
modal tetap
konsumsi RT konsumsi LNPRT
konsumsi
bruto
pemerintah

Perubahan
inventori

-4

Ekspor Barang
dan jasa
-2

Impor barang
dan jasa

-3,69
-5,12
-5

-6
-8

Harga Berlaku

Harga Konstan

Dari diagram diatas dapat kita cermati bahwa pendukung pertumbuhan PDB yang
paling utama adalah pada sektor perubahan inventori dengan pertumbuhan sebesar 8,56%.
Disusul pengeluaran konsumsi LNPRT sebesar 3,88%, pengeluaran konsumsi RT 3,48%, dan
pembentukan modal tetap bruto 2,54%.

Kemudian pada sektor pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami penurunan
sebesar 0,21%. Begitu juga dengan ekspor dan impor yang mengalami penurunan sebesar
3,69% dan 5,12%.
Sehingga hal ini berimbas pada kenaikan PDB yang semula sejumlah 2353,5 trilliun
menjadi 2428,7 trilliun dengan kenaikan 75,2 trilliun dan prosentase kenaikan sebesar 3,2%.