TUGAS PENGEMBANGAN TERNAK NON RUMINANSIA

TUGAS
PENGEMBANGAN TERNAK NON RUMINANSIA
PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BIJI ASAM
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS)-NTT

JOHANIS LY
NIM. 127050100031002

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM DOKTOR ILMU TERNAK
MINAT ILMU NUTRISI NON RUMINANSIA
MALANG MARET, 2013
0

A. PENDAHULUAN
Latar belakang
Kegiatan beternak babi telah menjadi bagian budaya masyarakat di Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), karena telah berlangsung dari generasi ke generasi dan babi
merupakan kebutuhan adat dibeberapa daerah di wilayah ini. Akan tetapi, kegiatan tersebut
dilakukan seadanya sehingga produktivitas ternak babi di wilayah ini rendah. Indikatornya

antara lain: waktu untuk mencapai berat badan (70-80kg) adalah 1 5 – 3 tahun dari yang
seharusnya 5 – 8 bulan; umur kawin pertama pada umur 1 – 1.5 tahun dengan jumlah anak
perkelahiran 1 – 4 ekor (Johns et al., 2009; Ly et al., 2010).
Faktor dominan adalah rendahnya kualitas dan ketidakcukupan pakan yang
diberikan. Johns et al (2009) melaporkan bahwa pakan yang biasa digunakan peternak
adalah sisa rumah tangga/restauran, kangkung, ubi kayu, bonggol pisang dan kulit buah
pisang, secara tunggal ataupun dicampur tanpa memperhitungkan jumlah dan kualitas.
Umumnya peternak menyebutkan pakan komersil “mahal” karena harus mengeluarkan
biaya kontan. Pakan jenis bijian potensil yang cukup tersedia dan terdiuji kelayakannya
belum umum digunakan terutama masyarakat “tidak mau repot”, karena umumnya biji-bijian
seperti biji asam, harus diolah beberapa kali sebelum digunakan.
Biji asam adalah satu jenis pakan asal bijian lokal dengan potensi nutrisi tinggi
(protein kasar 14-20%), cukup tersedia, dikenal umum, bukan makanan utama masyarakat
NTT dan telah diuji kelayakannya. Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) biji asam
telah digunakan masyarakat secara terbatas sebagai pakan babi, yakni limbah fabrik asam
kawak yang berdiri sejak 2008 dengan kapasitas produksi sebanyak 2000-3000 ton biji
asam /tahun. Beberapa kendala penggunaan biji asam antara lain adalah: pengolahan yang
sulit, rasa sepat jika tidak dikuliti, diproduksi selama 2 bulan pertahun, belum ada perhatian
dan kebijakan pemerintah dalam budidaya dan pengembangan tanaman asam.
Dengan kapasitas produksi limbah dan potensi nutrisi tinggi di satu pihak, dan

pemanfaat terbatas oleh masyarakat di lain pihak, maka sangat diperlukan industri
pengolahan agar potensi tersebut termanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, biji
asam dapat menjadi bahan pakan yang bernilai eknomis dan dimanfaatkan secara
maksimal oleh masyarakat.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan tulisan ini adalah untuk meninjau prospek dan langkah-langkah pengembangan
industri pengolahan biji asam di Kabupaten TTS- NTT. Diharapakan akan bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan Pemerintah dan semua pihak yang berkepentingan dalam
pengembangan industri pakan.

1

B. PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAH BIJI ASAM DI TTS-NTT
Visi, Tujuan dan Manfaat dari Pengembangan industri Pengolahan biji asam dimaksud
adalah sebagai berikut:
Visi:

: 10 tahun yang akan datang NTT memiliki sebuah fabrik pengolahan biji asam
berkapasitas 3000ton/thn yang bekelanjutan


Tujuan

: Menyediakan pakan babi berkualitas, teruji, tersedia (available) dan
berkelanjutan (sustainable)

Manfaat : meningkatkan nilai manfaat & ekonomi serta memudahkan penggunaan biji
asam.

2

C. PEMBAHASAN
I. POTENSI BIJI ASAM DI NTT
Beberapa potensi biji asam yang diandalkan dalam mendukung pengembangan
industri pengolahan biji asam di NTT dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni Faktor- faktor
utama dan Faktor-faktor pendukung.
1. Faktor-faktor Utama
Yang dapat dianggap sebagai Faktor Utama dalam Pengembangan Industri Pengolahan
biji asam di NTT dan TTS adalah:
a. Penyebaran pohon asam
Dalam NTT Dalam Angka (2010) terlihat bahwa tanaman asam tersebar pada hampir

80% pulau di NTT dimana pulau Timor dan Flores yang terbanyak. Di daratan Timor,
dilihat dari produks biji asam dapat diduga bahwa Kabupaten TTS memiliki populasi
tanaman asam terbanyak. Hal ini menjadi potensi besar bagi pengembangan industri
pengolahan biji asam.
b. Biji asam sebagai komoditi unggulan kehutanan non kayu NTT.
Menurut klasifikasi produk unggulan kehutanan terlihat bahwa biji asam termasuk
golongan komoditi unggulan non kayu karena memberikan kontribusi yang cukup bagi
ekonomi NTT. Ini memberi harapan bahwa tanaman asam akan mendapat perhatian
pada waktu yang akan datang sehingga ketersediaan stok biji asam untuk industri
terjamin.
c. Potensi biji asam:
Potensi biji asam dapat ditampilkan dalam beberapa indikator.
c1. Produksi biji asam per tahun NTT dan TTS
Litbang Pertanian RI (2011) melaporkan bahwa produksi biji asam di NTT adalah
3000 ton/tahun dan Kabupaten TTS memproduksi sebesar 2700 ton/tahun atau
kurang lebih 80% dari total produksi biji asam di NTT. Ini menggambarkan potensi
nyata ketersediaan biji asam bagi pengembangan sebuah industri.
c2. Limbah asam kawak TTS : 2000-3000/ tahun.
Sejak tahun 2008 telah berdiri sebuah fabrik pengolahan asam menjadi asam
kawak dengan total produksi limbah biji asam sebesar 2000-3000 ton/tahun.

Limbah ini belum termanfaatkan walapun telah menimbulkan motivasi masyarakat
menggunakan biji asam dalam jumlah terbatas sebagai pakan babi. Sisa biji asam
yang tak termanfaatkan dibuang sebagai limbah. Limbah tersebut sangat potensil
sebagai stok dasar yang selalu tersedia bagi indusrti pengolahan biji asam.
3

c3. Kandungan nutrisi biji asam
Litbang Pertanian RI (2011) melaporkan bahwa baiji asam memiliki komposisi
kandungan nutrisi yang memadai yakni: protein 20%; lemak 5,5% dan karbohidrat
59%; selain

albuminoid, globatanin dan vitamin B yang tidak disebutkan

jumlahnya. Lebih detail Pugalenthi et al (2004) melaporkan bahwa selain
mengandung protein tinggi, biji asam juga memiliki kandaungan asam amino yang
seimbang; lysine yang menjadi asam amino pembatas, ternyata tinggi dalam bini
asam, yakni 6.5 g/100 g protein kasar (Tabel 1; terlampir). Akan tetapi, biji asam
juga mengandung antinutrisi pada kulit bijinya-antara lain tannin- yang dapat hilang
setelah kulit dilepaskan dari bijinya. Hal ini menggambarkan bahwa biji asam harus
diolah terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak, sangat potensil sebagai

pakan dan nilai nutrisinya dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi
pengolahan yang tepat.
c4. Penggunaan biji asam dalam ransum babi
Dari hasil penelitian terbukti bahwa biji asam dapat digunakan sebagai pakan babi.
Ly dan Likadja (1997) melaporkan bahwa biji asam dapat digunakan sebanyak
40% dalam ransum babi umur pertumbuhan yang tersusun dari ampas kelapa 20%
+tepung ikan 10%+dedak padi 30%, dengan rataan pertambahan berat badan
sebesar 400g/ekor/hari. Ini menunjukkan bahwa biji asam telah layak sebagai
pakan dan nilai manfaatkan akan lebih baik jika ada teknologi pengolahan yang
tepat.
2. Faktor-faktor Pendukung
a. Letak dan Potensi geografis TTS
Kabupaten TTS merupakan Kabupaten di daratan Timor yang berbatasan langsung
dengan 2 daerah pengahasil biji asam lainnya, yakni: Kabupaten Kupang di barat dan
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di utara dan Kabupaten Belu dan Negara Timor
Leste di timur. Letak ini sangat strategis dalam pemasukan stok biji asam dan
pemasaran tepung biji asam. Kabupaten TTS memiliki lahan kritis seluas 29.000 Ha
yang potensil untuk penanaman pohon asam untuk menjaga ketersediaan biji asam.
b. Keberadaan fabrik asam kawak di TTS
Produksi limbah asam kawak sebanyak 2000-3000 ton/tahun akan menjadi modal

dasar dan jaminan pasokan stok biji asam bagi industri pengolahan biji asam
didaerah ini. Diyakini bahwa stok biji asam akan tetap tersedia sepanjang fabrik asam
kawak beroperasi, sehingga menjadi jaminan bagi keberlangsungan industri
pengolahan biji asam di TTS.
c. Renstra Kementrian Kehutanan 2010 – 2014
4

Renstra

Kementrian

Kehutanan

2010



2014

tentang


pengelolaan

dan

pengembangan komoditi kehutanan menunjukkan bentuk kebijakan pemerintah
dalam mendukung pengembangan industri walaupun tidak spesifik tentang industri biji
asam.
d. Permen Kehutanan No 28 tahun 2006 Tentang Prencanaan Kehutan
Permen Kehutanan No 28 tahun 2006 Bab II Psl 3 butir 2 c, menyebutkan bahwa
Tujuan perencaaan kehutanan adalah tercapainya penggunaan Sumberdaya Hutan
(SDH) secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. Ini menjadi jaminan
bahwa sebagai sektor unggulan, tanaman asam akan dijaga kelestariannya agar
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
e. Kebijakan Pempus dan Pemda Propinsi dan Kabupaten se NTT tentang
pemenafaatan potensi lokal
Sejak 2008 Pemerintah Propinsi NTT mengemban misi “memberdayakan dan
memanfaatkan potensi lokal bagi kesejahteraan rakyat”. Misi ini dijadikan misi seluruh
Pemda Kabupaten/Kota se NTT. Misi ini menjadi jaminan bagi pengembangan industri
pengolahan biji asam sebagai salah satu komoditi lokal yang potensil.

D. STRATEGI PENGEMBANGAN
Mencermati potensi dan kendala pemanfaatan biji asam maka diperlukan strategi
yang dapat diterapkan agar potensi biji asam dapat dimanfaatkan secara maksimal.
1. Optimalisasi Pemanfaatan limbah biji asam kawak di TTS
Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan potensi limbah fabrik asam kawak TTS &
merubah persepsi masyarakat. Manfaatnya adalah diharapkan timbul keyakinan
masyarakat bahwa biji asam bergizi, bermanfaat dan aman dimakan setelah diolah
dengan benar
2. Pemetaan Potensi produksi biji asam di NTT
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi & pola produksi biji asam di NTT.
Manfaatnya adalah diharapkan adanya peta potensi dan produksi biji asam di wilayah
NTT.
3. Pengembangan industri pengolahan biji asam di TTS
Tujuan strategi ini mengelola dan memanfaatkan potensi biji asam limbah fabrik asam
kawak dan hasil panen masyarakat. Manfaat yang dihanapkan adalah biji asam
bernilaiguna dan limbah karena pengolahan biji asam berkurang.

5

E. LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL

1. Optimalisasi Pemanfaatan limbah biji asam kawak di TTS
Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 1 tahun yang dilakukan dalam 2 tahap.
Tahap 1 (Tahun 1): Undana melakukan:
1.1. Membangun kemitraan dengan Pengelola Fabrik asam Kawak TTS untuk
penggunaan limah asam kawak
1.2. Analisis kandungan biji asam limbah asam kawak NTT
Untuk mendapat kepastian tentang potensi nutrisi dan kandungan antinutris dari
limbah biji asam di NTT maka perlu dilakukan analisis kandung nutrisi lengkap,
meliputi: proksimat, analisis asam amino dan antinutrisi. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kandungan nutrisi, memastikan keberadaan antinutrisi sehingga dapat
menentukan proses pengolahan yang tepat untuk menghilangkan antinutrisi dalam
biji asam. Perguruan tinggi perlu dilibatkan dalam kegiatan ini.
1.3. Upaya eliminasi anti nutrisi dalam biji asam
Eliminasi antinutrisi sangat penting agar produk olahan biji asam aman dimakan.
Metoda eliminasi tergantung dari jenis dan kandung antinutrisi dalam daging biji
asam. Kalau antinutrisi hanya berada pada kulit biji saja maka eliminasi antinutrisi
tidak perlu dilakukan dan tepung biji asam hasil olahan aman dimakan.
1.4. Trial feeding penggunaan biji asam pada ternak babi.
Trial feeding akan menggunakan babi karena tujuan pengolahan ini adalah sebagai
pakan babi. Feeding trial akan dilakukan beberapa kali pada berbagai kondisi, umur

babi dan konsentrasi/level pemberian alam ransum. Tujuan utamanya adalah untuk
memastikan level pemberian yang tepat dan melihat kemungkinan apakah tepung
biji asam dapat dijadikan pakan tunggal.
Undana bersama Diperindag
2.1. Mengembangkan home industri pengolahan biji asam
Setelah mendapat kepastian tentang hasil analisis laboratorium, maka untuk
memeberikan motivasi kepada masyarakat dan pemerintah atau pihak-pihak yang
berminat maka perlu dirintis suatu home industri skala rumah tangga. Kegiatan ini
dapat dijadikan menjadi contoh bagi semua pihak yang berkepentingan.
2.2. Menjalin kemitraan dengan sponsor untuk dukungan dana
Dalam kegiatan ini dilakukan pendekatan secara persuasif dan institusional kepada
mitra seperti koperasi, bank dan sponsor lainnya untuk terlibat atau mendukung ide

6

pengembangan industri pengolahan biji asam di NTT. Mitra dapat membentuk
kelompok sebagai pengembang.
- Sosialisasi produk home industri olahan biji asam
- Analisis persepsi dan penerimaan Pemda & masyarakat
Tahun ke 2.
2. Pemetaan Potensi produksi biji asam di NTT
Undana, Din Kehutanan / Pertanian melakukan :
- Survey potensi produksi biji asam di wilayah NTT;
Kegiatan ini melibatkan seluruh Pemda dengan tujuan untuk mengetahui tentang
potensi biji asam secara nyata di wilayah NTT.
- Survey pola produksi dan panen asam di wilayah NTT
Kegiatan ini dilakukan untuk melihat pola produksi biji asam, yakni: musim dan lama
produksi serta masa panen yang tepat sehingga kegitan industri dapat diatur.
- Membuat peta potensi dan pola produksi dan panen asam di wilayah NTT.
Kegiatan ini melibatkan Biro Statistik untuk membuat peta dan melakukan koreksi
terhadap data-data produksi sebelumnya di setiap kabupaten/kota di NTT.
3. Pengembangan industri pengolahan biji asam di TTS
Pada tahun ke 3, Undana, Diperindag dan Din. Kehutanan/Pertanian melakukan
desiminasi hasil kegitan tahun 1 dan 2 kepada pihak-pihak berikut:
3.1. Pemda & DPRD Kabupaten TTS
3.2. Pengusaha dan Pengelola fabrik asam kawak di - Kab TTS dan NTT
3.3. Pemda & DPRD Propinsi NTT
3.4. LSM, Asosiasi, peternak, Tokoh masyarakat di TTS dan Kupang
Dengan tujuan untuk meyakinkan dan mendapat dukungan dari semua pihak pengambil
kebijakan, pelaku usaha dan stekholder.
Perumusa hasil Desiminasi tersebut menjadi Dokumen bagi kegiatan selanjutya.
Tahun 4 - 5
4.1. Pemda NTT, TTS dan Undana melakukan Pembentukan Tim Pembuatan Proposal
Pembangunan Industri pengolahan biji asam & Pengajuan anggaran.
Komposisi Tim terdidi dari Undana, Diperindag, BPS, Din Kehutanan, Pertanian, BLH,
DPU dll. yang dianggap terkait. Tujuannya adalah agar Proposal lebih konprehensif.
7

Tim

tersebut bertanggungjawab untuk Pembuatan Proposal Pembangunan Industri

pengolahan biji asam dan survey dan AMDAL lokasi industri
4.2. Workshop : Pemantapan Proposal & Pengumpulan dukungan untuk Perda tanam
asam di lahan kritis.
Tim pembuat Proposal selanjutya melakukan Workshop untuk penyempurnaan
Proposal dan mendapat dukungan dari pihak terkait. Dalam Workshop tersebut
diwacanakan Usulan ke Pemda untuk membuat Perda Tanam Asam di lahan-lahan
kritis untuk dukungan produksi biji asam.
4.3. Pembentukan Tim Pengelola & Pengurusan ijin lokasi Pembangunan Industri
pengolahan biji asam
Hasil yang penting dari workshop adalah Pembentuk Pengelola dan Penetapan Lokasi
Industri. Tim Pengelola selanjutnya bertanggungjawab untuk langkah selanjutnya.
4.4. Pengajuan, pembahasan & penetapan anggaran Pembangunan Industri
pengolahan biji asam di DPR II, I
Setelah Proposal dianggap lengkap, maka Pemda TTS mengajukan Proposal tersbut
ke DPRD II TTS kemudia diusulkan ke Pemda NTT untuk selajutnya diajukan ke DPRD
I NTT untuk penetapan anggaran.
4.5. Usulan dan pembuatan Perda Tanam asam pada lahan kritis milik masyarakat di
kabupaten2
Bersamaan dengan kegiatan tersebut, Pemda NTT juga membuat Perda tentang
Penanaman asam di lahan-lahan kritis di seluruh kabupaten dan kota se NTT.
Tahun ke 6
5.1. Pengajuan Proposal Pengembangan Industri pengolahan biji asam ke
Pemerintah Pusat
Setelah mendapat persetujuan anggaran dari DPRD I, maka Pemda NTT mengajukan
Proposal Pengebangan Industri Pengolahan Biji Asam ke Pemerintah Pusat.
5.2. Persiapan sumber daya manusia (SDM).
Sambil menanti penetapan anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemda NTT dan TTS, Tim
Pembuat Proposal melakukan persiapan SDM meliputi:
1. Seleksi tenaga Teknisi, administrasi dll.
2. Pelatihan dan magang Tim Pengelola dan SDM hasil seleksi.
Tahun ke 7
Diharapkan pada tahun ke 7 pembangunan Pusat Industri Pengolahan Biji Asam
TTS terealisasi. Pengelola, Diperindag, PU, BLH dan Undana bertanggungjawab.
8

Tahun 8.
Diharapkan pada tahun ke 8 Industri mulai memproduksi tepung biji asam perdana
dengan kemampuan produksi 50%. Undana, Diperindag bertanggungjawab dalam evaluasi
produk; BLH melakukan pengawasan terhadap limbah industri. Pemda dan DPRD I dan II,
bertanggungjawab dalam pengawasan terhadap Pengelola. Dinas Koperasi bertanggung
dalam pemasaran hasil industri. Sejak tahun tersebut Home industri pengolahan biji asam
mulai melakukan improvisasi produk dengan beralih dari pengolahan biji asam untuk pakan
menjadi penyedia pangan dalam bentuk penganan dll. sehingga kegiatan home industri
tidak mati. Diperindag dan Koperasi bertanggungjawab dalam hal ini.
Tahun 9.
Pada tahun ke 9 diharapkan industri telah mamiliki kapasitas produksi 75%. Pihakpihak yang terlibat tetap menjalankan tanggungjawabnya sesuai SOP yang dibuat.
Tahun 10.
Pada tahun ke 10 diharapkan industri pengolahan telah mencapai potensi maksimal
produksinya yakni 3000/tahun, semua limbah fabrik asam kawak TTS termanfaatkan
seluruhnya ditambah dengan hasilmpanen rakyat.

9

Road Map dan Pembagian Tanggungjawab
N
o
1

Potensi

Kendala

Pohon asam tumbuh di 80% pulau di
NTT

Tersebar di pulau-pulau
belum terskplorasi baik

5

Biji
asam:
komoditi
unggulan
kehutanan non kayu NTT
Prod. biji asam: NTT 3000; Limbah
asam kawak TTS: 2000 – 3000 ton/th
Nutrisi biji asam tinggi, teruji pada
babi s/d 40% dlm ransum
Letak TTS strategis

6

Keberadaan Fabrik asam kawak TTS

belum dioptimalkan

7

Renstra Kementrian Kehutanan RI
2010 - 2014

implementasi belum ada

8

Permen
Kemen
Kehutanan
Perencanaan Kehutanan
Kebijkan Pemda. : Pemanfaatan
pakan lokal

implementasi belum ada

2
3
4

9

:

belum digunakan secara
optimal
terindikasi mengandung
anti nutrisi
kurang diperhatikan

Strategi
2. Pemetaan Potensi
produksi biji asam di
NTT

Langkah Operasional
Survey potensi, pola dan buat
peta produksi asam di NTT
menjalin kemitraan dengan mitra

Waktu
Pelaksanaan
Tahun 2
Tahun 1

Analisis nutrisi dan Feeding trial
1. Optimalisasi
pemanfaatan biji asam

3. Pengembangan
Industri Pengolahan biji
asam di TTS

implementasi
belum
menyentuh asam

10

Penganggung
jawab
Undana,
Kehutanan/
+
Pertanian
Undana
+
Diperindag
Undana

Eliminasi
anti
nutrisi
di
laboratorium
membangun
kemitraan
dg
pengelola fabrik asam kawak TTS
membangun home industri

Tahun 1

Undana

Tahun 1

Undana

Desiminasi Tahun 1 & 2 ke pihak
terkait

Tahun 3

Pembentukan
Tim
Pembuat
Proposal dan AMDAL
Workshop: Proposal + wacanan
tanam asam di lahan kristis
Pembentukan
Tim
Pengelola
Industri
Pengajuan anggaran ke DPRD II
dan I
Usulan Perda Tanam asam di
lahan kritis di NTT
Pengajuan
proposal
ke
Pemerintah Pusat
Perisapan SDM
Pembangunan Pusat Industri
pengolahan Biji Asam di TTS

Tahun 4 - 5

Produksi perdana tepung
asam (1/2 kapasitas)

Tahun 8

biji

Tahun 4 - 5
Tahun 5

Undana
+
Diperindag
Undana,
Kehutanan/
+
Pertanian
Pemda NTT, TTS,
Undana
Tim Proposal

Tahun 5

Pemda NTT, TTS,
Undana
Tim Pengelola

Tahun 5

Pemda NTT,

Tahun 6

Tim Pengelola

Tahun 6
Tahun 7

Tim Pengelola
Pengelola,
Diperindag, PU,
BLH, Undana
Pengelola,
Diperindag,
Undana, BLH
Pengelola,
Diperindag,
Undana, BLH
SDA

Produksi kedua ¾ kapasitas

tahun 9

Produks full capacity

Tahun 10

Lampiran 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi dan anti nutrisi Tepung biji asam
Air
PK
Lemak
SK tercerna (DF)
Abu
BETN

% BK
India (1)
7.24 + 1.12
14.0 + 1.16
7.84 + 0.64
14.75 + 2.16
4.58 + 0.42
58.83

GE (kcal/100g BK)

122.41 – 151.18

Fraksi protein
Albumin

% BK
2.6 +
0.18
2.4 +
0.35
0.6 +
0.15
1.3 +
0.12

Nutrisi

Globulin
Polamin
Glutelin

Asam amino
Asam aspartat
Asam glutamat
Alanin
Valin
Glisin
Arginin
Serin
Cystin
Methionin
Threonin
Fenilalani
Tirosin
Isoleusin

B (2)
13
20
5,5
-2.4
59

% PK
37.68

---

34.74

--

% PK
12.14
13.75
3.7
6.1 (score 127.29)
5.8
6.3
3.6
1.9
2.12
3.10 (score 91.18)
3.8 (score 107.52)
3.10
4.34 (score
155.00)

---

---------------

11

Leusin
Histidin
Lysin
Triptofan
Prolin

8.7 (score 131.82)
3.2 (score 168.42)
6.5 (score 112.07)
Tidak diukur
1.12

------

Asal lemak
Asam Laurat (C12:0
Asam
Myristat
(C14:0)
Asam
Palmitat
(C16:0)
Asam
Stearat
(C18:0)
Asam Oleat (C18:1)
Asam
Lenoleat
(C18:2)
Asam
Linolenat
(C18:3)
Asam
Bahenat
(C22:0)

%
tidak ada
tidak ada

----

14.67

--

5.27

--

23.67
49.19

---

2.23

--

5.03

--

Mineral
Na
K
Ca
Mg
P
Fe
Cu
Zn
Mn
Antinutrisi (*)
Total fenol bebas
Tannin
L-Dopa

mg/100g
28.83 + 1.34
1315.28 +5.74
248.56 + 1.3
285.14 + 2.82
369.47 + 2.14
7.14 + 0.92
0.59 + 0.16
6.94 0.51
0.81 + 0.12
%
2.71 + 0.08
7.1 + 0.31
2.64 + 0.84

--------------

Keterangan: (1): Pugalenthi, et al (2004)
(2)
: BalitBang. Pertanian, Kementerian Pertanian RI (2011)
(*)
Pada kulit biji (biji asam tak terkuliti)