Kerja sama di bidang politik

Kerja sama di bidang politik
Tahun 2014 hubungan diplomatik Republik Indonesia-Republik Korea menginjak
usia yang ke-41. Hubungan diplomatik kedua negara dibuka pada tahun 1973,
sementara hubungan konsuler dibuka 7 tahun sebelumnya yakni pada 1966.
Kedua negara terus berupaya meningkatkan hubungan dan kerja sama baik
bilateral, regional maupun multilateral. Hubungan dan kerja sama bilateral
memasuki babak baru-kemitraan strategis pada 2006 dengan ditandatanganinya
"Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and
Cooperation between Republic of Indonesia and the Republic of Korea".
Meningkatnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut antara lain didukung
oleh sifat komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang dimiliki masingmasing disamping proses kemajuan ekonomi dan politik kedua negara yang sangat
baik yang membuka peluang kerja sama di berbagai sektor semakin terbuka lebar.
Bagi Indonesia, Republik Korea menawarkan peluang yang baik sebagai sumber
modal/investasi, teknologi dan produk-produk teknologi. ROK menjadi alternatif
sumber teknologi khususnya di bidang heavy industry, IT dan telekomunikasi. Di
lain pihak, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup "robust" dalam
dekade terakhir menawarkan peluang pasar yang sangat besar, sumber
alam/mineral, dan tenaga kerja. Menlu Yun Byung-se saat kunjungannya ke
Jakarta, 9 Oktober 2014, memandang Indonesia sebagai mitra yang sangat penting
bagi ROK seperti halnya RRT dan Jepang. Disampaikan bahwa ROK-RI akan
berupaya keras untuk meningkatkan kerjasama multilateral, bilateral, dan

regional.
Kedua negara berkepentingan terhadap perdamaian, stabilitas, keamanan
kawasan Asia sebagai prasyarat keberlanjutan proses pembangunan nasional
masing-masing. Selain itu juga saling dukung di berbagai forum-forum baik
regional maupun internasional seperti pencalonan-pencalonan pada organisasi
internasional.
Kedekatan hubungan dan kerjasama kedua negara dapat dilihat misalnya dari
intensitas saling kunjung "high dignitaries". Sejumlah kunjungan penting dari
Indonesia ke Korea Selatan misalnya kunjungan Presiden RI ke Busan dalam rangka
Commemorative Summit ASEAN-ROK ke-25 dan Pertemuan Bilateral, 10-12
Desember 2014, kunjungan Presiden RI ke-6 Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan
menerima penghargaan The "The Grand Order of Mugunghwa" yang merupakan
penghargaan tertinggi ROK dari Presiden Park Geun-hye pada 19 November 2014,
kunjungan Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden RI pada 26 s/d 30 Agustus 2015,
kunjungan Ibu Megawati Sukarnoputri Presiden RI ke-5 pada 14-18 October 2015,

kunjungan Ketua MPR RI Dr. Zulkifli Hasan pada 22-24 October 2015 dan
kunjungan Wakil Ketua Sementara KPK Bapak Johan Budi pada 8-11 November
2015.
Sebaliknya, dari Korea Selatan ke Indonesia diantaranya adalah kunjungan Speaker

Chung Ui-hwa ke Jakarta pada 22 Desember 2014, kunjungan Deputy Prime
Minister H.E. Hwang Woo-yea during the Commemoration of the 60th Anniversary
of the Asian African Conference and the 10th Anniversary of the New AsianAfrican Strategic Partnership (NAASP), AA Summit and Ministerial Meeting, April
2015, dan Kunjungan Kerja Vice Chairperson Presidential Committee for
Unification Preparation H.E. Chung, Chong-Wook ke Jakarta pada 12 -14 Oktober
2015.
Pada pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden Park Geun-hye
pada 11 Desember 2014, kedua Pemimpin sepakat antara lain:
- Untuk menghidupkan kembali Joint Commission Meeting (JCM) pada tingkat
Menlu kedua negara dan pertemuan akan dilaksanakan pada tahun 2015. Dengan
adanya mekanisme JCM ini maka lebih mudah bagi kedua negara untuk
memantau perkembangan kerjasama kedua negara dan menindaklanjuti
kesepakatan yang disetujui pada tingkat Leader.
- Untuk meningkatkan kerjasama industri pertahanan, transfer pengetahuan dan
teknologi terkait dengan pembangunan bersama kapal selam dan pesawat tempur
yang telah berjalan saat ini.
- ROK menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi dalam pembangunan
Kesatuan Penjaga Pantai dan galangan kapal di Indonesia.
- Kedua Pemimpin menyambut baik penandatanganan Persetujuan Pembentukan
Komite Bersama di bidang e-Government dan reformasi birokrasi.

- Presiden RI mendukung penuh upaya menciptakan perdamaian dan stabilitas
pada tingkat kawasan dan global, termasuk di Semenanjung Korea.
Sebagai tindak lanjut kesepakat Pemimpin kedua negara, kedua negara
selanjutnya telah menyepakati untuk melaksanakan Joint Commission Meeting
(JCM) ke-2 di Seoul pada 18 Desember 2015.
Hubungan dan kerjasama yang erat juga terlihat di berbagai forum global, regional
yang menjadi kepentingan bersama.

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BIDANG EKONOMI
Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam
bidang ekonomi meliputi :
1.

Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi dan pariwisata di Tokyo
Jepang, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor ke Jepang dan meningkatkan

penanaman modal serta arus wisata Jepang ke negara-negara ASEAN.
2. Menyediakan Cadangan Keamanan Pangan ASEAN, terutama beras, untuk keperluan
darudat. Cadangan pangan tiap-tiap negara adalah:



Indonesia : 12.000 ton



Malaysia : 6.000 ton



Filipina : 12.000 ton



Muangthai : 15.000 ton



Singapura : 5.000

3. Menyelenggarakan pembangunan proyek-proyek industri ASEAN, antara lain:



proyek pabrik pupuk urea ammonia di Aceh, Indonesia (ASEAN Aceh Fertilizer
Project).



proyek pabrik urea di Malaysia (ASEAN Urea Project).



proyek industri tembaga di Filipina (ASEAN Copper Fabrication Project).



proyek pabrik vaksin di Singapura (ASEAN Vaccine Project).



proyek abu soda di Muangthai (Rock Salt Soda Ash Project).


Sedangkan dalam bidang sosial budaya:

1.

Meningkatkan kerja sama menanggulangi perkembangan jumlah penduduk di wilayah
ASEAN.

2. Meningkatkan kerja sama pencegahan dan penyalahgunaan narkotika.
3.

Memperkenalkan negara-negara anggota melalui sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya.

4. Mengadakan pekan film dan Festival Film.
5. Menyelenggarakan program pertukaran acara radio dan televisi antar anggota.
6. Menyelenggarakan Festival Lagu.
7. Menyelenggarakan Festival Seni.
8. Menyelenggarakan Program Pertukaran artis radio/televisi.


KONFERENSI TINGKAT TINGGI (KTT) ASEAN
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah konferensi puncak antara pemimpinpemimpin negara anggota ASEAN yang diselenggarakan setiap tahunnya sejak KTT ke-7
tahun 2001. Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 11 kali KTT resmi dan 4 KTT tidak
resmi :
KTT ke-1 di Bali, Indonesia, tanggal 23-24 Februari 1976
KTT ke-2 di Kuala Lumpur, Malaysia, tanggal 4-5 Agustus 1977
KTT ke-3 di Manila, Filipina, tanggal 14-15 Desember 1987
KTT ke-4 di Singapura, tanggal 27-29 Januari 1992
KTT ke-5 di Bangkok, Thailand. Tanggal 14-15 Desember 1995
KTT ke-6 di Hanoi, Vietnam, tanggal 15-16 Desember 1998
KTT ke-7 di Bandar Seri Begawan-Brunei Darussalam tanggal 5-6 November 2001
KTT ke-8 di Phnom Penh, Kamboja, tanggal 4-5 November 2002
KTT ke-9 di Bali, Indonesia, tanggal 7-8 Oktober 2003
KTT ke-10 di Vientiane, Laos, tanggal 29-30 November 2004
KTT ke-11 di Kuala Lumpur, Malaysia, tanggal 12-14 Desember 2005
KTT ke-12 di Cebu, Filipina, tanggal 11-14 Januari 2007
KTT ke-13 di Singapura, tanggal 18-22 November 2007
KTT Tidak Resmi ke-1 di Jakarta, Indonesia, tanggal 30 November 1996

KTT Tidak Resmi ke-2 di Kuala Lumpur, Malaysia, tanggal 14-16 Desember 1997

KTT Tidak Resmi ke-3 di Manila, Filipina, tanggal 27-28 November 1999
KTT Tidak Resmi ke-4 di Singapura, tanggal 22-25 November 2000

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
KTT ke-1
Deklarasi Kerukunan ASEAN; Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC);
serta Persetujuan Pembentukan Sekretariat ASEAN.
KTT ke-2
Pencetusan Bali Concord 1.
KTT ke-3
1. Mengesahkan kembali prinsip – prinsip dasar ASEAN.
2. Solidaritas kerjasama ASEAN dalam segala bidang.
3. Melibatkan masyarakat di negara – negara anggota ASEAN dengan memperbesar peranan
swasta dalam kerjasama ASEAN.
4. Usaha bersama dalam menjaga keamanan stabilitas & pertumbuhan kawasan ASEAN.
KTT ke-4
1. ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan
koordinasi.
2.


Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama
(Common Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN.
KTT ke-5
Membicarakan upaya memasukan Kamboja, Laos, Vietnam menjadi anggota serta
memperkuat identitas ASEAN.

KTT ke-6
Pemimpin ASEAN menetapkan Statement of Bold Measures yang juga berisikan komitmen
mereka terhadap AFTA dan kesepakatan untuk mempercepat pemberlakuan AFTA dari tahun
2003 menjadi tahun 2002 bagi enam negara penandatangan skema CEPT, yaitu Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
KTT ke-7
1. Mengeluarkan deklarasi HIV/AIDS.
2. Mengeluarkan deklarasi Terorisme, karena menyangkut serangan terorisme pada gedung
WTC di Amerika.
KTT ke-8
1. Pengeluaran deklarasi Terorisme, bagaimana cara – cara untuk pencegahan.
2. Pengesahan ASEAN Tourism Agreement.
KTT ke-9
Pencetusan Bali Concord II yang akan dideklarasikan itu berisi tiga konsep komunitas ASEAN

yang terdiri dari tiga pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASC), Komunitas Ekonomi
ASEAN (AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASSC).
KTT ke-10
Program Aksi Vientiane (Vientiane Action Program) yang diluluskan dalam konferensi
tersebut menekankan perlunya mempersempit kesenjangan perkembangan antara 10
negara anggota ASEAN, memperluas hubungan kerja sama dengan para mitra untuk
membangun sebuah masyarakat ASEAN yang terbuka terhadap dunia luar dan penuh
vitalitas pada tahun 2020.

KTT ke-11
Perjanjian perdagangan jasa demi kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Korea
Selatan, memorandum of understanding (MoU) pendirian ASEAN-Korea Center, dan

dokumen hasil KTT Asia Timur yang diberi label Deklarasi Singapura atas Perubahan Iklim,
Energi, dan Lingkungan Hidup.
KTT ke-12
Membahas masalah-masalah mengenai keamanan kawasan, perundingan Organisasi
Perdagangan Dunia ( WTO ), keamanan energi Asia Tenggara, pencegahan dan pengendalian
penyakit AIDS serta masalah nuklir Semenanjung Korea.
KTT ke-13

Penandatanganan beberapa kesepakatan,antara lain seperti perjanjian perdagangan dalam
kerangka kerjasama ekonomi dan penandatangan kerjasama ASEAN dengan Korea Center,
menyepakati ASEAN Center.

LAMBANG ASEAN DAN MAKNANYA
Lambang ASEAN mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya anggota
ASEAN.Untuk mengetahui lebih jauh makna lambang tersebut dapat disimak penjelasan
berikut ini.
1. Ikatan sepuluh untai padi menggambarkan sepuluh anggota ASEAN,yaitu :
a) Indonesia
b) Thailand
c) Singapura
d) Filipina
e) Malaysia
f) Brunei Darussalam
g) Vietnam
h) Laos
i) Myanmar/Burma
j) Kamboja
2.
3.
4.
5.
6.

Lingkaran menggambarkan persatuan ASEAN
Warna biru menggambarkan perdamaian dan persahabatan
Warna dasar merah menggambarkan keberanian dan kedinamisan
Warna putih menggambarkan kesucian
Warna kuning menggambarkan kemakmuran

KERJA SAMA ASEAN DALAM BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN
Kerjasama ini ditujukan untuk menciptakan keamanan, stabilitas dan perdamaian
khususnya di kawasan dan umumnya di dunia. Kerjasama dalam bidang politik dan
keamanan dilakukan menggunakan instrumen politik seperti Kawasan Damai, Bebas Dan
Netral (Zone Of Peace, Freedom And Neutrality/ ZOPFAN), Traktat Persahabatan dan
Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation /TAC in Southeast Asia), dan Kawasan Bebas
Senjata Nuklir Di Asia Tenggara (Treaty on Southeast Asia

Nuclear Weapon-Free

Zone/SEANWFZ).
Selain ketiga instrumen politik tersebut, terdapat pula forum kerjasama dalam bidang
politik dan keamanan yang disebut ASEAN Regional Forum (ARF). Beberapa kerjasama politik
dan keamanan :

Traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana (Treaty on Mutual Legal
Assistance in Criminal Matters/MLAT);
Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme (ASEAN Convention on Counter
Terrorism/ACCT);
Pertemuan para Menteri Pertahanan (Defence Ministers Meeting/ADMM) yang
bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan melalui dialog
serta kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan;
Penyelesaian sengketa Laut China Selatan;
Kerjasama Pemberantasan kejahatan lintas negara yang mencakup pemberantasan
terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang, penyelundupan dan
perdagangan senjata ringan dan manusia, bajak laut, kejahatan internet dan
kejahatan ekonomi internasional;
Kerjasama di bidang hukum; bidang imigrasi dan kekonsuleran; serta kelembagaan
antar parlemen;