RESUME MATERI AKUNTANSI PAJAK UNTUK UTS

AKUNTANSI
PERPAJAKAN
MATERI UNTUK UTS
DAMAR SASI ELSZA PUSPITA
S1 AKUNTANSI ‘14

PERBEDAAN AKUNTANSI FISKAL DAN
KOMERSIAL
• akuntansi komersial adalah seni mencatat, mengklasifikasi dan
mengikhtisarkan transaksi-transaksi kejadian yang sekurangkurangnya atau sebagian bersifat keuangan dengan cara
menginterpretasikan hasil-hasilnya. Akuntansi komersial
menghasilkan Laporan keuangan komersial.
• Akuntansi pajak adalah pelaksanaan proses akuntansi dengan
menerapkan prinsip-prinsip perpajakan sesuai dengan aturan formal
dan materil perpajakan. Akuntansi Pajak menghasilkan Laporan
Keuangan fiskal.

INGAT

Dalam pajak TIDAK ADA ISTILAH AKUNTANSI, tetapi PEMBUKUAN
DAN PENCATATAN

MENGAPA????????

Akuntansi sangat kompleks dan luas, sedangkan pencatatan dan pembukuan dalam
istilah pajak merupakan bagian dari Akuntansi. Dalam prakteknya, ketentuan
pembukuan tidak harus mengikuti prinsip akuntansi karena dirasa banyak wajib pajak
yang tidak mampu melaksanakannya

Dilakukan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya

PEMBUKUAN

Menggunakan huruf latin angka arab dalam satuan mata uang Rp atau
dollar (seizin Menkeu)
Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yg menjadi dasar
pembukuan/pencatatan diimpan selama 10 thn

Pembukuan (Pasal 29 UU 28/2007) adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,

yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut
ADA WP YANG TIDAK WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN

WP yang melakukan
pekerjaan Bebas

PENCATATAN

• Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau
yang dikenai pajak yang bersifat final. (Pasal 28 ayat (9) UU No. 28/2007)

KETERBATASAN LAP
KEU FISKAL
• Lap. Keu. Bersifat historis
• Proses penyusunan lap. Keu.

tdk luput dari penggunaan
estimasi dan berbagai
pertimbangan
• Lebih mengutamakan hal yg
material (tanpa mengurangi
kelengkapan materi)
• Lap. Keu. Terutama
menekankan makna ekonomis
• Terdapat alternatif metode
akuntansi yg digunakan variasi
pengukuran sbr ekonomis dan
tk. Kesuksesan antar WP
• Informasi kualitatif

PERAN PEMBUKUAN
DALAM PERPAJAKAN
• untuk menghitung dan mengetahui besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak,
• Sebagai bukti kepatuhan WP dalam
mengimplementasikan Ketentuan Perpajakan.

• Merencanakan strategi perpajakan bagi
perusahaan
• Menganalisa serta memprediksi potensi pajak
yang akan ditanggung perusahaan di waktu
mendatang
• Meimplementasikan perlakuan akuntansi atas
peristiwa aktivitas perpajakan serta
menyajikan didalam laporan keuangan fiskal
maupun laporan keuangan komersial.
• Mendokumentasikan dan mengarsipkan
perpajakan dengan sangat baik serta
dijadikan bahan pemeriksaan/penilaian
kembali dan evaluasi

PEMBUKUAN
• Pembukuan terdiri dari
catatan harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan
pembelian

• Diselenggarakan dengan
prinsip taat asas dan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas.
• WP (OP/Badan) dengan
peredaran bruto >4,8 M
wajib melakukan
pembukuan

PENCATATAN
• Dasar pencatatan adalah
peredaran atau penerimaan
bruto
• Penghitungan Pajak terutang
dilakukan dengan mengalikan
norma perhitungan
penghasilan (Pasal 14 UU PPh)
• Pencatatan wajib dilakukan
oleh WPOP yang melakukan
kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dengan

peredaran tidak lebih dari 4,8
M setahun (PMK 197 tahun
2013)

KAS/SETARA KAS
• KAS

• Uang tunai yg paling likuid sehingga akun ini ditempatkan pada urutan yg
teratas pada akiva lancar.
• contoh= uang kertas/logam ; giro di bank.
• Setara Kas adalah Investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendekdan
yang dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko
perubahan nilai yang sangat signifikan

• BANK : saldo perusahaan di bank yg dpt dipakai untuk kepentingan
perusahaan.
• KAS KECIL digunakan utk membayar pengeluaran2 yg jumlahnya relatif
kecil.
• Terdapat 2 metode pengelolaan kas kecil, yaitu :
1. Metode Imprest

2. Metode Fluktuasi.

• Perlakuan akuntansi perpajakan atas kas/bank tidak diatur tersendiri di UU
Perpajakan yg berlaku.
• Penyajian akun “KAS DAN BANK” di neraca komersial atau fiskal dicantumkan
sebesar nilai nominal.

Tidak termasuk dlm Kas & Bank adalah
persediaan perangko & materai, giro di bank LN,
cek mundur, cek kosong, kas bon/uang muka,
deposito

BUNGA DEPOSITO
• Berdasarkan PP No 131 Tahun 2000 dan KMK No 51/KMK.04/2001,
penghasilan dalam bentuk bunga yang didapat dari
deposito/tabungan, diskonto SBI, dan jasa giro dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat 2 Undang-undangPPh. Pengenaan pajak atas
penghasilan tersebut adalah:
• 20 persen dari jumlah bruto dan bersifat final apabila
penerima penghasilan adalah WPDN dan BUT

• 20 persen dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan P3B dan
bersifat final apabila penerima penghasilan adalah WPLN

• Pada tanggal 11 september 2011 perusahaan mendepositokan
uangnya sebesar 5.000.000 untuk 3 bulan dengan tingkat bunga 6%.
Bagaimana pencatatan transaksi penerimaan deposito tersebut?
Bank

120.000

PPh Pasal 4 (2) 30.000
Pendapatan bunga 150.000







PT Apollo memiliki

dana kas kecil dengan
sistem imprest untuk
membiayai kebutuhan
sehari2nya.
Perusahaan
mengeluarkan uang
tunai sebesar
3.500.000 untuk
membuat kas kecil
pada tanggal 1 juli
2012.
Transaksi yang
berhubungan dengan
kas kecil adlah sbb

Jul 1
3-16
Jul

18 Jul


18 jul
27 Jul

31 jul

Kas kecil
Kas
No entry

3.500.000

Tinta printer dan alat tulis
Bensin,tol,parkir
Materai
Biaya pengiriman barang
Perlengkapan toko
Upah pekerja
Kas
Kas

Kas kecil
Kas kecil
Kas (4.800.000-50.000)
Pengiriman barang
Bensin dan parkir
Upah pekerja
Kas
Kas kecil
Kas (875.000-800.000)

475.000
625.000
300.000
240.000
560.000
1.200.000
50.000
4.750.000
1.500.000
400.000
2.100.000
75.000

3.500.000

3.400.000
50.000
4.750.000

4.000.000
75.000

INVESTASI JANGKA
PENDEK
• Kriterianya ada 3 syarat :







• Memiliki pasaran dan dpt diperjual belikan dengan
segera,
• Dimaksudkan utk dijual dlm jangka waktu dekat bila
dibutuhkan dan utk kegiatan operasional perush,
• Tdk dimaksudkan utk menguasai perush. lain
Dlm Perpajakan tidak diatur secara khusus kriteria
tersebut.
Penilaian investasi jk. Pendek dlm perpajakan didasarkan
pada nilai perolehannya dan bukan berdasarkan harga
pasar.
Bila tdp Surat Berharga dlm mata uang asing  dijabarkan
dlm mata uang Rupiah dan kurs yg dipakai = nilai kurs
tetap (historis) atau kurs pada tgl neraca yg dilakukan WP
secara taat azas
Atas keuntungan transaksi penjualan saham = OBJEK
PPh.

• Macam-macam Investasi Jangka Pendek

Penyajian Investasi Jangka
Pendek dalam neraca
• Trading : menurut IAI dalam SAK ETAP (2009: 46-47) investasi
utang yang dikelompokkan dalam kelompok trading diukur
sebesar nilai wajarnya dalm neraca
• HTM : apabila entitas memiliki investasi utang HTM dan berniat
memiliki hingga jatuh tempo, maka investasi dalam efek utang
tersebut harus di klasifikasikan dalam kelompok investasi dalam
utang dan disajikan dalam neraca sebesar biaya perolehan
setelah amortisasi premi atau diskonto. Premi/diskonto
diamortisasi dengan effective-interest method, kecuali straight
line method menunjukkan hasil yang sama
• AFS : menurut Kieso, Weygand dan Warfield (2007: 842-845,
848-850) inestasi dalam bentuk utang maupun ekuitas yang
termasuk dalam kategori AFS dilaporkan sebesar fair value
dalam neraca

KASUS
Pada 1 maret 2012, PT A membeli 325 lembar obligasi dari PT B dengan nilai nominal
2.400/lembar+biaya broker 2.600. obligasi tsb berjangka waktu 4 thn dgn tingkat
bunga 9%, bunga dibyarakan semiannually tiap1 maret dan 1 sept
1 maret Investasi
Biaya broker
Utang PPh 23
Kas/bank
1 sept

Dec 31

Jatuh
tempo

780.000
2.600

Kas
Beban PPh 4(2)
Penghasilan bunga

26.325
5.625

Piutang bunga
Kas
Beban PPh 4(2)
Penghasilan bunga

11.700
17.775
5.625

Kas

Invetasi

780.000

52
782.548

35.100

35.100
780.000

PIUTANG
• Hak perusahaan kpd pihak
lain yg akan diterima dlm
bentuk kas.
• Berdasarkan sumber
terjadinya, piutang ada 2
macam :
1. PIUTANG USAHA
2. PIUTANG LAIN-LAIN
• Utk kep. Pajak, sebaiknya bisa
disajikan saldo piutang kpd
pihak-2 yg ada hub. Istimewa.
Mengapa ? Utk penghindaran
praktek transfer pricing.
• Utk kep. Pajak, pembukuan
piutang harus memiliki daftar
piutang dan utang

HUBUNGAN
ISTIMEWA
• Mrp. Saldo tagihan dari
transaksi yg dilakukan dg
pihak-2 yg memiliki hubungan
istimewa dg perusahaan.
• Sesuai ketentuan pasal 18 UU
PPh ada 2 macam hubungan
istimewa :
(1) perorangan ;
(2) badan.
• Penyajian piutang dalam
hubungan istimewa tidak
diharuskan dalam akuntansi
komersial dan tidak lazim.
• Utk kep.tk kep. Perpajakan 
transaksi yg dilakukan oleh
WP dg pihak yg memiliki hub.
Istimewa harus diperhitungkan
dgn harga wajar.

• Mengapa perusahaan harus
menyajikan terpisah antara piutang
usaha kepada pihak yang
memunyai hub istimewa dengan
piutang usaha ke pihak ke-3 di
dalam laporan keuangan?
• Adanya hubungan istimewa
dikhawatirkan terjadinya praktek
transfer pricing, sehingga apabila
terjadi utang-piutang antara pihakpihak yang memiliki hubungan
istimewa, piutang harus di sajikan
dalam akun rekening tersendiri dan
transaksi di perhitungkan
berdasarkan harga wajar
• Untuk mempermudah fiskus dalam
mengetahui WP melakukan
penghindaran pembayaran
perpajakan melalui penetapan harga
transfer

Nilai piutang dalam neraca

• Sebesar nilai piutang neto
• Saldo Piutang neto di neraca
fiskal = saldo piutang
dikurangi dgn piutang yg
benar-2 tidak dpt ditagih
lagi (metode penghapusan
langsung), sedangkan Saldo
piutang neto di neraca
komersial = saldo piutang yg
ditaksir tidak dapat tertagih
(piutang ragu-2) (metode
pencadangan piutang).

Nilai Piutang dalam
Hubungan Istimewa di Neraca
• harus disajikan dalam jumlah
neto (dalam satu rek.) di
neraca fiskal.
• Agar penyajiannya lebih
jelas, piutang dlm hub.
Istimewa yg timbul dari
penyerahan barang/jasa dlm
usaha normal harus disajikan
dalam akun ini
• Hal tsb dimaksudkan agar
tiap pengalihan harta secara
transfer pricing dpt terlihat
dg jelas.

AKUNTANSI PERPAJAKAN
PIUTANG
1. Ketentuan agar penghapusan
piutang bisa menjadi
pengurang penghasilan di
laporan laba/rugi fiskal 
harus memenuhi persyaratan
ketentuan pasal 6 ayat (1)
huruf h UU PPh 2008.
2. WP tidak diperkenankan
membentuk atau memupuk
dana cadangan utk
dibebankan sbg biaya 
kecuali yg diatur dlm
ketentuan pasal 9 ayat (1)
huruf c UU PPh 2008

Mengapa dalam akuntansi
diperbolehkan dibentuknya
penyisihan/cadangan piutang tdk
tertagih?
• Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan
penyisihan (cadangan) berguna untuk mengantisipasi
kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih
merupakan hal yanglazim. Menurut weygent. Kimmel
dan kieso (2011: 353-355) pembentukan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih di dasarkan pada:
• persentase penjualan -> incomestatement approach; atau
• presentase piutang usaha -> balance sheet approach.

•  Selain itu perusahaan dapat membuat analisa umur
piutang (againg schedule of account receivable) yang
menerapkan persentase yang berbeda untuk
berbagai kategori umurpiutang

PERSEDIAAN
• Kriteria persediaan sesuai PSAK :
a. tersedia utk dijual dlm
kegiatan usaha normal.
b. dlm proses prod./dlm
perjalanan,
c. dlm bentuk
bahan/perlengkapan utk
digunakan dlm proses
prod./pemberian jasa.
• Persediaan dpt pula dikaitkan dg
hak kepemilikan brg sesuai dgn
penyerahan pada saat transaksi
 Brg Dlm Perjalanan & Brg
Konsinyasi
• Jenis persediaan :
1) Bahan Baku & Bahan
pembantu
2) Barang Dlm proses
3) Barang Jadi.

sistem pencatatan persediaan
yaitu :
• Sistem Perpetual
• Sistem Periodik
Metode Penilaian Persediaan Akhir
:
• Berdasarkan Harga Perolehan :
• Metode Identifikasi Khusus,
FIFO, LIFO, Average.
• Berdasarkan Estimasi :
• Metode Laba Kotor, Metode
Eceran (Ritel)
• Metode Lainnya : COMWIL,
Harga Jual

AKUNTANSI PAJAK UNTUK PERSEDIAAN
• Metode Penilaian Persediaan yang diperkenankan adalah FIFO
dan AVERAGE.
• Pelaporan persediaan di neraca dinyatakan sebesar harga
pokok atau harga perolehan (at cost)
• Sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas dalam
UU PPH nomor 36 tahun 2008. Selama sistem pencatatan
tersebut dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten,
dan taat aasa maka ketentuan perpajakan dapat menerimanya.
Namun, apabila contoh penilaian pemakaian persediaan yang
diuraikan pada penjelasan UU PPH nomor 36 tahun 2008 pasal
10 ayat (6) di perhatikan, maka sistem pencatatan yang
diperkenalkan adalah sistem pencatatan perpetua
• Sistem perpetual tidak menggunakan cara penaksiran dalam
menghitung nilai persediaan, bahkan pemeriksaan masih
digunakan sebagai pelengkap. Dengan demikian, sistem ini
tidak bertentantan dengan ketentuann perpajakan

SISTEM PERIODIK
• Setiap pembelian di catat dalam
akun pembelian dan penjualan
di catat dalam akun penjualan
• Perusahaan tidak mencatat
secara detail HPP dari
persediaan barang dagang yang
dimiliki, sehingga HPP hanya
ditentukan pada saat akhir
periode akuntansi
• Sistem periodik sangat mahal ,
karena melakukan penghitungan
Persediaan secara fisik pada
setiap akhir periode, namun
perhitungan persediaan di
lakukan lebih akurat dan lebih
cocok dilakukan pada
perusahaan dengan jumlah
persediaannya tidak banyak

SISTEM PERPETUAL
• Sistem pencatatan dilakukan
secara terus menerus dimana
setiap pembelian dan
penjualan barang dagang
dicatat dalam akun persediaan
• Perusahaan mencatat secara
detail HPP dari setiap
persediaan abrang dagang
yang dijual dan dibeli,
sehingga HPP dapat di
tentukan setiap terjadi
transaksi dan dapat
menyajikan keterangan
mengenai persediaan dan HPP
secara terus menerus tanpa
perhitungan fisik
• Sistem ini memudahkan
pengawasan internal karena

UANG MUKA
• Merupakan pos/akun yg pada awalnya dicatat sbg harta
tetapi diharapkan menjadi beban di kemudian hari setelah
melampaui kegiatan normal perusahaan.
• Uang Muka termasuk ke keleompok CURRENT ASSETS.
• Terdiri dari :
• Asuransi Dibayar Dimuka : tidak dikenakan PPN/PPh
Asuransi dibayar dimuka xxx
Kas xxx
Beban Asuransi dibayar dimuka xxx
Asuransi dibayar dimuka xxx
• Sewa Dibayar Dimuka
• PPh Pasal 4 (2)  sewa atas tanah/bangunan : tariff
10%  dicatat sebagai beban Pajak karena tidak bisa
menjadi kredit pajak
• PPh Pasal 23  sewa atas kendaraan/mesin : tariff 2% 
dapat menjadi kredit pajak  dianggap sebagai UM Pajak
• Pajak Dibayar Dimuka (PPh Pasal 22,23,25)

Pembukuan transaksi sewa PPh
Ps 4 (2)

• Saat menerima uang sewa jika pemilik tanah/gedung (penerima uang sewa) sudah PKP :
Kas xxxx
PPh Pasal 4 ayat (2) xxxx
PPN Keluaran xxxx
Pendapatan Sewa xxxx
• Saat menerima uang sewa jika pemilik tanah/gedung (penerima uang sewa) belum PKP:
Kas xxxx
PPh Pasal 4 (2) xxxx
Pendapatan sewa xxxx
• Saat membayar uang sewa jika penyewa telah PKP :
Sewa Dibayar Dimuka

xxxx

PPN Masukan xxxx
PPh Pasal 4 (2) xxxx
Kas xxxx
• Saat membayar uang sewa jika penyewa belum PKP :
Sewa Dibayar Dimuka
PPh Pasal 4 (2) xxxx
Kas xxxx

xxxx

Pembukuan transaksi sewa PPh
Ps 23

• Saat menerima uang sewa jika pemilik tanah/gedung (penerima uang sewa) sudah PKP :
Kas xxxx
UM PPh Ps 23 (2%) xxxx
PPN Keluaran xxxx
Pendapatan Sewa xxxx
• Saat menerima uang sewa jika pemilik tanah/gedung (penerima uang sewa) belum PKP:
Kas xxxx
UM PPh Ps 23 (2%)

xxxx

Pendapatan sewa xxxx
• Saat membayar uang sewa jika penyewa telah PKP :
Sewa Dibayar Dimuka

xxxx

PPN Masukan xxxx
Utang PPh Ps 23 (2%)

xxxx

Kas xxxx
• Saat membayar uang sewa jika penyewa belum PKP :
Sewa Dibayar Dimuka

xxxx

Utang PPh Ps 23 (2%)

xxxx

Kas xxxx

Pajak Dibayar Dimuka
• pembayaran pajak yg dilakukan melalui
pemotongan / pemungutan oleh pihak lain serta
pembayaran pajak yg dilakukan sendiri oleh WP,
yg dpt diperhitungkan dgn pajak terutang (PPh
Badan/OP atau PPN Keluaran)
• Pembyrn pajak dibayar dimuka diakui sbg asset
bagi WP.
• Pajak Dibayar Dimuka bisa berupa :
a. PPh Pasal 22,
b. PPh Pasal 23,
c. PPh Pasal 24,
d. PPh Pasal 25,
e. PPh atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan,
f. PPN Masukan

Pembukuan Pajak Dibayar Dimuka
•Untuk PPh Pasal 22
Bendaharawan :
Pembukuan Rekanan Pemerintah :
Kas xx -PPh 22 Dibayar Dimuka xx -PPN Pemungut*) xx -Penjualan --xx
PPN Keluaran*) --xx
•Untuk PPh Pasal 22 Impor :
Pembukuan Importir :
Persediaan Brg Dagangan xx -PPN Masukan xx -PPh 22 Impor xx -Kas/Utang Dagang --xx

Untuk PPh Pasal 22 penjualan hasil produksi
kertas :
Pembukuan pembeli kertas :
Pembelian Kertas
xx -PPN Masukan
xx -PPh pasal 22
xx -Kas
-- xx
Pembukuan Pabrikan kertas :
Kas
xx -PPN Keluaran -- xx
Utang PPh 22 -- xx
Penjualan kertas -- xx

Pembukuan Pajak Dibayar Dimuka
• Untuk PPh Pasal 23 :
Pembukuan Pemotong Pajak :
Kas

xx

--

UM PPh 23

xx

--

PPN Keluaran

--

xx

Pendapatan Jasa/Royalti -Pembukuan WP :
Beban Jasa

xx

PPN Masukan
Utang PPh 23
Kas

--

-xx

--

--

xx

xx

xx

Untuk PPh pasal 24 :
Pembukuan WP :
UM PPh 24
xx -Kas
-- xx
Apabila Pajak yang dibayarkan lebih
tinggi, maka selisihnya
Beban PPh 24
xx -UM PPh 24 -- xx
Untuk PPh Pasal 25 :
Pembukuan WP :
UM PPh 25
xx -Kas
-- xx

PT Queen melakukan impor suku cadang dari Jerman dengan menggunakan API dengan CIF
11.000, kurs KMK 8.670
JURNAL PT QUEEN
Persediaan barang impor
PPN Masukan
UM PPh 22 (2,5%)

JURNAL LAWAN TRANSAKSI
95.370.000
9.537.000
2.622.675

Kas

Kas
Penjualan
PPN Keluaran

107.529.675

107.529.675
95.370.000
9.537.000

Utang PPh 22

2.622.675

PT Queen membayar tagihan kepada PT Siaga atas servis peralatan kantor dengan perincian
penggantian suku cadang 300.000 dan jasa servis 75.000
Utang usaha
Beban jasa
Kas

300.000
75.000
373.500

Utang PPh 23

1.500

Kas
UM PPH 23 (2%)
Piutang usaha
Penghasilan jasa

373.500
1.500
300.000
75.000

PT Queen membayar tagihan catering dengan perincian bahan makanan 500.000 dan jasa
catering 200.000
Utang usaha
Beban jasa katering
Kas
Utang PPh 23

500.000
200.000
670.000
30.000

Kas
UM PPH 23 (2%)
Piutang usaha
Penghasilan jasa

670.000
30.000
500.000
200.000

PT Queen membayar bunga pinjaman ke Bank Noni 5.000.000
Beban bunga
Utang PPH 23
Kas/bank

5.000.000
750.000
4.250.000

Kas/bank
UM PPh 22
Penghasilan bunga

4.250.000
750.000
5.000.000

PT Queen membayar dividen ke pemegang saham 200.000.000 dimana semua pemegang
saham adalah OP dan punya NPWP
Dividen

200.000.000
Utang PPh ps 17 2c
Kas/bank

20.000.000
180.000.000

Kas/Bank

180.000.000

PPh ps 17 (2c) (10%)
Penghasilan Bunga

20.000.000
200.000.000

PT Queen menerima dividen dari PT A sebesar 25.000.000 dimana PT Queen punya
kepemilikan 20%
Kas/bank
PPH 23 dibayar dimuka
Pendapatan lain-lain

24.250.000
750.000

Beban dividen
Utang PPh 23

25.000.000

25.000.000
750.000

Kas

24.250.000

PT Queen membayar sewa gedung 180.000.000
Sewa dibayar dimuka
PPN Masukan
PPh pasal 4 ayat 2
Kas

180.000.000
18.000.000
18.000.000
180.000.000

Kas
Beban PPh ps 4 (2)
Penghasilan
sewa
PPN Keluaran

180.000.000
18.000.000
180.000.000
18.000.000

PENGERTIAN PENYUSUTAN FISKAL
Pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagih, dan memlihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui
penyusutan.
Saat Mulainya Penyusutan Fiskal
Saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan
dan dilakukan sebulan penuh, kecuali:
a. Harta/aktiva yang masih dalam proses pengerjaan
b. Harta/aktiva dalam usaha leasing
c. WP yang mengajukan permohonan kepada DJP

PENYUSUTAN
PASAL 11 HARTA BERWUJUD SELAIN TANAH

BANGUNAN

SELAIN
BANGUNAN

USAHA
TERTENTU

GARIS LURUS

SALDO
MENURUN

DITETAPKAN
MENKEU

Bukan Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Bangunan
Permanen
Tidak permanen

Masa manfaat
4
8
16
20

Garis lurus
25%
12,5%
6,25%
5%

20
10

5%
10%

Saldo menurun
50%
25%
12,5%
10%

AMORTISASI
PASAL 11A termasuk biaya perpanjangan HGB,HGU
GARI LURUS

SALDO
MENURUN

Harta tak berwujud
Masa manfaat
Garis lurus
Kelompok 1
4
25%
Kelompok 2
8
12,5%
Kelompok 3
16
6,25%
Kelompok 4
20
5%
Biaya pendirian dan biaya perluasan modal
Hak Penambangan Migas (Pasal 11A ayat 4)
Hak Penambangan
Hak Pengusahaan Hutan
Hak Pengusahaan Sumber Dan Hasil Alam Lainnya
(Pasal 11A Ayat 5)
Pengeluaran Sebelum Operasi Komersil Yang Masa Manfaat > 1
Thn (Pasal 11A ayat 6)

Saldo menurun
50%
25%
12,5%
10%
Tarif kelompok harta
Satuan produksi
Metode Satuan
Produksi
Setinggi-tingginya
20 % Setahun
Tarif kelompok harta

CASE PENYUSUTAN






Biaya perolehan mesin lama 200.000.000
Akumulasi penyusutan mesin lama 60.000.000
Nilai buku 140.000.000
Harga pasar mesin lama 130.000.000
Rugi pertukaran asset 10.000.000

Mesin baru

250.000.000

PPN Masukan 25.000.000
Akumulasi penyusutan mesin lama

60.000.000

Rugi pertukaran asset 10.000.000
Mesin lama

200.000.000

PPN Pasal 16D (10% x 130 jt) 13.000.000
Kas 132.000.000

CASE AMORTISASI
• PT Damar mempunyai Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Kalimantan dengan
potensi kayu Rp 1 juta m3. biaya izin dan pembuatan saran produksi Rp 30
M. jangka penebangan hutan diperkirakan 4 tahun yaitu masing-masing
250.000 m3 pertahun. Realisasi penebangan hutan selama 4 thn adalah sbb
tahun 1 : 150.000 m3, tahun 2 : 250.000 m3, tahun 3 : 300.000 m3, tahun
4 : 300.000 m3

Pasal 11 ayat 5 UU PPh
HPH dengan masa manfaat >1 tahun diamotisasi dengan metode satuan
produksi paling tinggi 20%

Tahun

Total

Unit produksi
1
2
3
4

150.000
250.000
300.000
300.000
1.000.000

Tarif
penyusutan
30.000
30.000
30.000
30.000

penyusutan
4.500.000.000
7.500.000.000
9.000.000.000
9.000.000.000
30.000.000.000

HAK PENAMBANGAN
MINYAK PASAL 11A ayat 4
•• Harga perolehan : 1.200.000.000
• Taksiran kandungan minyak 400.000.000 barel
• Tahun 1995 : 200.000.000 barel
• Tahun 1996 : 300.000.000 barel
• Hitung Biaya amortisasi tahun 1995 dan 1996 !!
Amortisasi 1995
50% x 1.200.000.000 = 600.000.000
Amortisasi 1996
75% x 1.200.000.000 = 900.000.000

REVALUASI AKTIVA TETAP:
Perhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekati harga pokok
yang wajar.
Meningkatkan struktur modal sendiri.
Pembayaran PPh atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap sebesar
10% yang bersifat final.
AKUNTANSI

TIDAK MENGHENDAKI ADANYA REVALUASI, karena standar akuntansi
keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan
atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini memungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah

AKTIVA TETAP YANG DIREVALUASI ADALAH:
• Aktiva tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan
yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual
• Revaluasi total atau revaluasi parsial
• Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
• Nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan ternyata tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya, maka DJP akan menetapkan kembali nilai pasar nilai wajar yang
bersangkutan

Bagi WP yang melakukan penggabungan usaha, PPh yang
terutang sebesar 10% (sepuluh persen) di atas dapat
dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun.
PPh yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit
sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah pajak yang
terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.
Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan
aktiva mulai tahun pajak dilakukannnya penilaian kembali
aktiva tetap tersebut.
Aktiva tetap yang dilakukan penilaian kembali dan setelah
dikenakan PPh tidak dapat dialihkan sebelum lewat jangka
waktu 5 (lima) tahun.
Apabila WP mengalihkan aktiva tetap tersebut sebelum
lewat jangka waktu 5 (lima) tahun, maka atas selisih
penilaian aktiva tetap tersebut tetap dikenakan PPh yang
terutang sebesar 10% dan tambahan PPh yang bersifat
final
sebesar dari
15%jangka
(lima belas
persen).
Dikecualikan
waktu
5 (lima) ahun jika aktiva
tetap tersebut dialihkan kepada pemerintah atau dialihkan
dalam rangka penggabungan, peleburan atau pemekaran

INVESTASI JANGKA
PANJANG
Karakteristik :
1.

dimaksudkan utk meningkatkan penghasilan dengan menanamkan modal di
perusahaan lain

2.

dimaksudkan utk menguasai perusahaan lain

Macamnya :
a)

Penyertaan dlm bentuk saham, obligasi dan surat berharga lainnya.

b)

Dana utk pelunasan utang jk panjang atau dana khusus lainnya

c)

Aktiva lain-lain, sperti pembelian tanah dg rencana penggunaan di masa
mendatang
Nilai Perolehannya meliputi :
a)

Harga pembelian

b)

Biaya broker/makelar

c)

Pajak-pajak yg terkait

d)

Biaya-biaya lain sehubungan dgn perolehan investasi jk panjang

Investasi Jk Panjang dlm
Laporan Laba Rugi
• L/R dari penjualan investasi
jk panjang  biasanya
dilaporkan di Lap. L/R
• Penghasilan dari penjualan
investasi  umumnya
dipisahkan dari penghasilan
yg diterima dari kegiatan
usaha
• Penerimaan deviden saham
dan bunga dari obligasi 
mrp.penghasilan lain-lain
dan dicatat dgn jumlah neto
• Deviden dan bunga dari
obligasi  objek PPh

Investasi Jk. Panjang
dalam Saham
• Pedoman komersial = PSAK 15
• Nilai yg dibukukan = nilai
perolehannya
• Bila terjadi pengurangan nilai
saham yg cukup material dan
bersifat permanen  selisihnya
dpt diperhitungkan sbg
kerugian yg dibebankan ke L/R
dan rek. Cadangan penurunan
investasi, namun ketentuan
perpajakan tidak
memperkenankan
pengurangan nilai tsb. Sbg
BIAYA.
• Pencatatan investasi saham
pada suatu perusahaan 
METODE COST atau METODE

Jurnal Akuntansi
Fiskal
Metode EQUITY
(pemilikan saham
25%, maka bukan merupakan objek PPh Pasal 23

Ketentuan Perpajakan
Penjualan saham :
a. Di Bursa Efek  PPh Ps. 4(2)
b. Tdk di Bursa Efek  PPh Ps. 17
Deviden :
c. WP OP  objek PPh Ps 17 2c
d. WP Badan dg pemilikan < 25%  PPh 23
e. WP Badan dg pemilikan > 25%  Non objek PPh
Biaya-biaya penjualan saham :
f.
Biaya penjualan saham di Bursa Efek  Non Deductible
g. Biaya penjualan saham tdk di bursa efek  Deductible

Investasi Jk Panjang dalam
Obligasi
• Obligasi dpt dibeli sesuai NN atau nilai kurs
• Nilai obligasi sbg investasi dicatat sesuai dgn harga
perolehannya
• Pembayaran utk bunga sehub. Dg obligasi yg diperoleh
diantara tgl pembyrn bunga harus dinyatakan terpisah dari
harga perolehannya
• Perbedaan antara harga perolehan dg NN obligasi atau surat
berharga semacam itu hrs ditangguhkan dan
diamortisasikan selama jk. Waktu yg ada.

CASE INVESTASI PD
BOND
Pada tanggal 1-7-2008, Tuan Herfan ber-NPWP :

24.098.765.4619.000) membeli 50 lembar obligasi PT HERIKO dgn NN Rp
10.000,00 (kurs 110%). Bunga obligasi 12%/thn yg dibayar tiap tgl. 1
April dan 1 Oktober. Komisi pialang sebesar Rp 8.000.000,00.
Obligasi akan dilunasi pada 31-12-2012.

Jurnal pembelian
Obligasi
55.000.000
Beban broker
8.000.000
Kas
62.840.000
Utang PPh 23
160.000
Jurnal penerimaan bunga
Kas
2.805.000
Beban PPh Ps 4 (2)
495.000
Penghasilan bunga
3.300.000
Jurnal pelunasan obligasi
Kas
55.000.000
Obligasi
55.000.000

CASE INVESTASI PD
SAHAM
Pada tanggal 6 Januari 2012, PT dimjati menjual saham PT Yesaya, yang di beli
sebesar 3.000.000 dengan harga 2.000.000 dan biaya penjualan (jasa
pialang) sebesar 20.000

Kas/setara kas
2.100.000
Beban broker
20.000
PPh pasal 4 ayat (2) (0,1%)
2.100
Rugi/laba penjualan investasi saham
877.900
Investasi pada entitas asosiasi-PT
3.000.000

Pada tanggal 22 desember 2011, PT dimjati menjual saham PT
Yesaya, yang di beli sebesar 1.000.000 dengan harga 2.000.000
Kas/setara kas
2.000.000
PPh pasal 4 ayat (2) (0,1%)
2.000
Rugi/laba penjualan investasi saham
1.002.000
Investasi pada entitas asosiasi-PT
1.000.000

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK





Utang Bank
Utang Usaha
Biaya yang Masih Harus Dibayar
Utang Pajak
 Deviden





PPh 21
PPh 23
PPh 26
PK







Bunga
Royalti
Hadiah
Sewa
Imbalan Jasa

 Utang Deviden
 Utang Wesel
 Pendapatan Diterima di Muka

UTANG BANK
Dalam perpajakan utang bank tidak dibedakan jangka
panjang dan jangka pendek.
SE-46/PJ.4/1995 tentang Perlakuan Biaya Bunga yang
Dibayar atau Terutang dalam hal WP Menerima atau
Memperoleh Penghasilan Berupa Bunga Deposito atau
Tabungan lainnya
Pada 2014, PT HERIKO mendapat pinjaman dari pihak
ketiga dengan batas maksimum Rp 200 juta dan tingkat
bunga pinjaman 20%. Dari jumlah tsb telah diambil :
Februari sebesar Rp 125.000.000
Juni sebesar Rp 25.000.000
Agustus sisanya Rp. 50.000.000
Diamping itu WP mempunyai deposito dgn rincian sbb :
Februari s/d Maret sebesar
Rp.25.000.000
April s/d Agustus sebesar
Rp.46.000.000

UTANG BANK - lanjutan
Bulan

Pinjaman

Jangka Waktu

Rata-rata Pinjaman

Januari
Februari s/d Mei
Juni s/d Juli
Agustus s/d Desember

0
Rp.125.000.000,Rp.150.000.000,Rp.200.000.000,-

1 bulan
4 bulan
2 bulan
5 bulan

0
Rp. 500.000.000,Rp. 300.000.000,Rp.1.000.000.000,Rp.1.800.000.000,-

Rata-rata pinjaman per bulan Rp.1.800.000.000 : 12 = Rp.150.000.000,Bulan

Deposito

Jangka Waktu

Rata-rata Deposito

Januari
Februari s/d Maret
April s/d Agustus
September s/d Desember

0
Rp.25.000.000,Rp.46.000.000,Rp.50.000.000,-

1 bulan
2 bulan
5 bulan
4 bulan

0
Rp.50.000.000,Rp.230.000.000,Rp.200.000.000,Rp.480.000.000,-

Rata-rata deposito per bulan Rp.480.000.000 : 12 = Rp.40.000.000,Jadi bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya yaitu sebesar :
= 20% x (Rp 150.000.000,00 - Rp 40.000.000,00)
= Rp 22.000.000,00

• Perhitungan PPH 21
• Gaji per bulan 8.000.000
• Tunjangan jabatan 4.000.000
• Tunjangan transport
2.000.000
• Tunjangan kesejahteraan 2.000.000
• Tunjangan makan 2.000.000
• Tunjangan istri 4.000.000
• JKM
100.000
• JHT
50.000
• Total penghasilan perbulan 22.150.000
• Pengurangan

Biaya jabatan 5% 500.000

Iuran pensiun 15.000

Iutan THT
20.000
• Penghasilan neto sebulan21.615.000
• Penghasilan neto setahun 259.380.000
• PTKP (K/0) 17.160.000

242.220.000
• PPh Pasal 21 setahun

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 192.220.000= 28.833.000

Total PPh terutang =31.333.000
• PPh Pasal 21 sebulan 2.611.083

UTANG PPh 21
Beban gaji
8.000.000
Beban premi JHT
50.000
Beban Tunjangan 14.000.000
Utang PPh 21
2.611.083
Utang premi JKM
100.000
Kas
19.338.917

UTANG USAHA

• Biasanya muncul karena ada pembelian brg/jasa yang digunakan
dalam kegiatan normal perusahaan.
• Bagi PKP, PPN Masukan yang dibayar atas pembelian tersebut dapat
dikreditkan
Pada tanggal 31 Januari 2014 perusahaan melakukan pembelian
barang dagang sebesar Rp.15.000.000,- dan utang tersebut dilunasi
pada tanggal 28 Februari 2008.
Tanggal
31-Jan-14

28-Feb-14

Keterangan
Pembelian
Pajak Masukan
Utang Usaha
Utang Usaha
Kas

Debet

Kredit

15.000.000,1.500.000,16.500.000,16.500.000,16.500.000,-

UTANG DEVIDEN
PT HERANITA melakukan pembayaran dividen tahun 2013 kepada pemiliknya total 200.000.000
1.

PT. Jaya (20%),

2.

PT. Ancol (30%),

3.

PT. Pembangunan (40%) dan

4.

sisanya kepada masyarakat umum (orang pribadi).

PT JAYA
Kas
34.000.000
UM PPh 23 (15% x 20% x 200 jt)
Penghasilan dividen (20%x200juta)

6.000.000
40.000.000

PT ANCOL
Kas
60.000.000
Penghasilan dividen (30%x200juta)

60.000.000

PT PEMBANGUNAN
Kas
80.000.000
Penghasilan dividen (40%x200juta)

80.000.000

ORANG PRIBADI
Kas
18.000.000
Beban PPh Ps 17 2c (10% x 10% x 200 jt)
Penghasilan dividen (10%x200juta)

2.000.000
20.000.000

UTANG BUNGA PPH 23
Pada bulan April 2007 PT. HERFAN membayar bunga pinjaman kepada Bank Mandiri Rp
70.000.000 dan kepada PT. UQI sebesar Rp 40.000.000.
PPh Pasal 23 yang harus dipotong, disetorkan dan dilaporkan atas :
Bunga ke Bank Mandiri  Tidak dipotong PPh 23 karena bunga yang diterima Bank
bukanlah Objek PPh 23.
Sedangkan bunga ke PT Sinar  15% x Rp 40.000.000 = Rp 6.000.000


Jurnal bagi PT. Wisata :

Tanggal
Apr-07



Keterangan
Biaya Bunga
Utang PPh 23
Kas

Debet

Kredit

Rp.40.000.000,Rp. 6.000.000,Rp.34.000.000,-

Jurnal bagi PT. Sinar :

Tanggal
Apr-07

Keterangan
Kas
UM PPh 23
Penghasilan bunga

Debet

Kredit

Rp.34.000.000,Rp. 6.000.000,Rp.40.000.000,-

PPh 23 untuk ROYALTI DAN
SEWA
PT HERIKO sebagai penerbit yang membayar royalti kepada SALMA
salah seorang pengarangnya sebesar Rp. 40.000.000,- dan dipotong PPh
23 sebesar 15% maka perusahaan akan mencatat transaksi tersebut :
Keterangan
Beban Royalti
Utang Pajak PPh 23
Kas

Debet

Kredit

Rp. 40.000.000,Rp. 6.000.000,Rp. 34.000.000,-

PT Abasya adalah perusahaan persewaan mobil. PT Damar menyewa
sebanyak 3 unit mobil @5.000.000. Maka jurnal PT Abasya
Keterangan
Beban sewa
PPN M
Utang PPh 23
Kas

Debet

Kredit

15.000.000
1.500.000
300.000
16.200.000

PPh pasal 23 IMBALAN JASA
• Pada awal Agustus 2010, PT HERFAN memanfaatkan jasa aktuaris yang
disediakan oleh PT HERANISA. Dalam hal ini PT HERANISA tidak dapat
menunjukkann NPWP-nya. Dalam kontrak, tertera besarnya nilai
penggantian atas jasa aktuaris sebesar Rp. 13.200.000,- termasuk PPN.
Dengan demikian penghitungan PPh pasal 23 atas jasa aktuaris adalah
sbb:
• Jumlah bruto = Rp. 13.200.000 x (100/110)
= Rp 12.000.000,PPh pasal 23 = 4% x Rp 12.000.000,= Rp. 480.000,NOTE:
normal tarif PPh 23 sebesar :2% tdk punya NPWP lebih tinggi 100 %
sehingga jadi 4 %

Pajak Penghasilan pasal
26
Pada tanggal 18 Oktober 2006, PT HERANI membayar gaji
kepada karyawan asing sebesar Rp 100.000.000 dan PPh
26 dibayar oleh perusahaan.
Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT HERANI dapat
dihitung sebagai berikut :
• Gaji yang diterima karyawan asing sebesar Rp 100.000.000
• PPh 26 sebesar 100/80 x Rp 100.000.000 = Rp 125.000.000.
Jurnal yang dicatat PT HERANI atas transaksi tersebut adalah :
Tanggal

Keterangan

Debet

18-Okt-06

Beban Gaji
Utang Pajak PPh 26
Kas

Rp.125.000.000,-

10-Nov-06 Utang Pajak PPh 26
Kas

Kredit
Rp. 25.000.000,Rp 100.000.000,-

Rp 25.000.000,Rp 25.000.000,-

Pajak Keluaran
PT RIFAN melakukan penyerahan barang kena pajak Rp.10.000.000 secara tunai pada
tanggal 15 Januari 2006 yang sebelumnya telah melakukan pembelian Barang Kena
Pajak sebesar Rp.8.000.000 pada tanggal 12 Januari 2006. Tarif PPN 10%.
• Berikut pencatatan yang dilakukan oleh PT Vanno:
Tanggal
12-Jan-06

15-Jan-06

Keterangan

Debet

Pembelian
Pajak Masukan
Kas

Rp.8.000.000,Rp. 800.000,-

Kas

Rp.11.000.000,-

Rp.8.800.000,-

Penjualan
Pajak Keluaran



Kredit

Rp.10.000.000,Rp. 1.000.000,-

Saat penyetoran PPN :

Tanggal
15-Feb-06

Keterangan
Pajak Keluaran
Pajak Masukan
PPN ymhd
PPN yang masih harus dibayar
Kas

Debet

Kredit

Rp.1.000.000,Rp. 800.000,Rp. 200.000,Rp. 200.000,Rp. 200.000,-

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Pada obligasi dapat terjadi adanya agio (premium : apabila surat
obligasi dijual dgn harga di atas nominal) atau diagio
(discount : apabila surat obligasi dijual dgn harga dibawah nilai
nominal).
Agio / disagio terjadi krn perbedaan suku bunga pasar dgn suku
bunga yg terdapat dalam obligasi.

Utang Hipotek
• Pada umumnya hampir sama dgn obligasi, ttp utang hipotek
tidak memiliki agio atau disagio.
• Pinjaman hipotek terutama untuk pembelian tanah & bangunan
umumnya mrpkan pinjaman dgn beban bunga tetap & ditutup
pada waktu yg lama.
• Biaya penutupan hipotek umumnya Langsung mrpkan beban

MODAL
Modal/ Ekuitas adalah:
sejumlah harta yang menjadi hak pemilik suatu usaha.
Rekening modal/ Ekuitas terdiri dari :
a) Modal/ Ekuitas disetor :sejumlah harta yang ditanamkan oleh pemilik ke dalam
perusahaan
b) Laba yang ditahan : akumulasi laba yang ditahan termasuk laba tahun berjalan setelah
dikurangi dengan laba yang dibagi (dividen) serta koreksi laba-rugi periode tahun lalu
c) Selisih penilaian Kembali Aset Tetap
d) Modal Ekuitas Sumbangan.

Modal Perseroan Terbatas terdiri atas :


saham dan secara hukum terpisah dari kekayaan pemiliknya.



Modal Perusahaan Perorangan dan Firma, tidak terbagi atas
saham dan secara hukum tidak terpisah dari kekayaan pemiliknya.

Modal/Ekuitas saham dalam bentuk PT meliputi :
1. Saham Biasa
2. Saham Preferen
3. Tambahan modal/ekuitas disetor ( termasuk
modal/ekuitas sumbangan)
Penjualan saham umumnya berdasarkan harga
pasar, selisih antara nilai nominal dan harga pasar
merupakan
agio Akuntansi,
ataupun
disagio
atas
saham
Sama dengan perlakuan
Menurut
ketentuan
Fiskal:
Pembayaran yang bersumber dari laba yang ditahan tidak diperkenankan
sebagai biaya.
Dalam hal bonus, gratifikasi, jasa produksi, dan tantiem dibayarkan kepada
pengurus yang merangkap sebagai pemegang saham atau kepada pihak
yang ada hubungan istimewa tidak boleh dikurangkan sebagai biaya fiskal.
Pembayaran ini merupakan pembagian laba (dividen) yang dikenakan
PPh
Apabila akan dibagikan sebagai dividen, maka akan TERUTANG PPh, akan
tetapi apabila digunakan untuk perluasan pabrik, maka tidak dapat dianggap
sebagai pembagian laba sehingga atas pencadangan tsb TIDAK TERUTANG
PPh

PT SALMA menjual saham biasa dengan harga Rp.12.000/
lembar dengan nilai nominal Rp. 10.000,- sebanyak 1.000
lembar pada tanggal 10 Januari 2008.
Pencatatan yang dilakukan PT SALMA :
Kas

Rp.12.000.000,Modal saham Rp. 10.000.000,Agio Saham
Rp.
2.000.000,-

Pada tgl 1 Juni 2012 PT ARTA setuju untuk mengeluarkan
saham 10.000 lbr saham biasa dengan nilai nominal Rp.
100.000 per lembar. Sejumlah 4.000 lbr terjual seharga
Rp. 450.000.000,- tunai
Jurnal yang dilakukan PT ARTA :
Kas

450.000.000,-

Ekuitas/Modal saham

-

400.000.000,-

Contoh

:

PT SYAUQI mempunyai harta berupa tanah dan bangunan
dengan nilai buku Rp. 1.000.000.000,-. Kemudian PT SYAUQI
menempatkan tanah/bangunan tersebut sebagai penyertaannya
ke PT HERIKO. Atas penyertaan tersebut PT HERIKO mengakuinya
sebagai penyertaan modal dengan nilai nominal saham sebesar
Rp. 1.200.000.000,- Atas penempatan tanah/bangunan sebagai
modal tersebut, PT HERIKO dianggap mempunyai penghasilan:
Rp. 1.200.000.000 - Rp. 1.000.000.000 = 200.000.000,-

• Jurnal untuk mengakui transaksi penyertaan modal tersebut adalah sbb:

Modal saham pada PT HERIKO 1.200 .000.000 Tanah/ bangunan
Keunt selisih hrg shm

- 1.000.000.000
-

200.000.000

CONTOH RE/laba ditahan
Pengenaan pajak atas penghasilan komisaris apabila komisaris menginginkan jumlah
diterimanya adalah net.
Dalam hal ini ada 2 pilihan:
• Menanggung pajak komisaris
Jika perusahaan memilih menanggung pajaknya, maka biaya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya
• Meng-gross up pajak komisaris
Apabila gross-up penghasilan diambil seluruhnya dari laba tahun lalu, maka perlakuan
pajak atas gross-up sebesar PPh pasal 21 terutang tidak dapat dibebankan sebagai
biaya
Tentunya pilihan yang ditetapkan adalah yang dampak pajaknya yang paling minimal

Jika PPh pasal 21 ditanggung oleh perusahaan:
Bonus komisaris non-pegawai Rp. 200.000.000,PPh pasal 21 Rp. 60.000.000,Jurnal :
Laba ditahan (RE)200.000.000,Biaya PPh psl 21

60.000.000,-

Utang bonus 200.000.000,Utang PPh 21

60.000.000,-

Jurnal: gross-up diambil dari laba ditahan:
Komisaris non pegawai tetap Rp. 285.714.286,PPh pasal 21 Rp. 85.714.286,Jumlah take home pay
Laba ditahan
Utang bonus

Rp. 200.000.000,-

285.714.286,200.000.000,-

SUKSES UTS-nya
“Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran
Dan kau harus percaya akan berhasil
Dan berhasillah kau
Anggap semua pelajaran mudah
Dan semua akan jadi mudah
Jangan takut pada pelajaran apapun
Karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua”
-(Nyai Ontosoroh)