Indikator Kesejahteraan Rakyat tahun Pandeglan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

ISSN: 2085 ‐ 6016

Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku

: 22 cm x 16,5 cm

Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman

Naskah: Seksi Statistik Sosial

Gambar Kulit: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia‐Nya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011” dapat diterbitkan. Publikasi ini merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pandeglang dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang.

Publikasi ini berisi analisis terhadap data atau indikator yang menggambarkan aspek kesejahteraan rakyat seperti kependudukan, kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Data dan indikator yang terdapat dalam publikasi ini sangat bermanfaat untuk keperluan perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan di Kabupaten Pandeglang.

Kami menyadari penyusunan Publikasi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan masukan kami harapkan untuk perbaikan publikasi sejenis pada masa yang akan datang.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat.

Pandeglang, Oktober 2011

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 iii

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terbitnya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011”. Publikasi ini merupakan publikasi yang diterbitkan dalam rangka kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang dan Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang dengan tujuan memberikan gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan masyarakat Pandeglang ditinjau dari berbagai indikator atau aspek sosialnya.

Indikator dan analisis yang dicakup dalam publikasi ini menyajikan aspek‐aspek kesejahteraan seperti bidang kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf kesejahteraan dan pola konsumsi, perumahan, serta Indeks Pembangunan Manusia berikut komponen penyusunnya. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pengguna data, khususnya kepada para perencana untuk digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi program pembangunan demi terciptanya masyarakat Pandeglang yang adil dan makmur.

Penghargaan dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini. Kepada para pengguna diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan publikasi pada masa yang akan datang.

Pandeglang, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik

Kabupaten Pandeglang

Tri Tjahjo Purnomo, M.Si

NIP. 19711031 199412 1 001

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 v

Bab

VI. Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi ...........................

6.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin .........................

6.2 Pola Konsumsi ........................................................................

Bab

VII. Fasilitas Perumahan ..............................................................

Bab

VIII. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) …………………

8.1 Indikator Kesehatan ............................................................... 81

8.2 Indikator Pengetahuan ..........................................................

8.2.1. Angka Melek Huruf .....................................................

8.2.2. Rata‐rata Lama Sekolah ..............................................

8.2.3. Indeks Pengetahuan ....................................................

8.3 Indikator Ekonomi ……...…………………………………..

8.4 Indeks Pembangunan Manusia ........................................... 88

Bab

IX. Kesimpulan …………………………………………………..

viii Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Halaman

2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Pandeglang, Tahun 1990‐2010 ...............................

2.2 Kepadatan Penduduk Pandeglang Menurut Kecamatan Tahun 2010 ………………………………………………………

2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 …………………………

2.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 ………………

2.5 Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …

3.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 ...........

3.2 Angka Kesakitan dan Rata‐rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …….....................

3.3 Persentase Balita 2‐4 Tahun yang Pernah Diberi ASI dan Imunisasi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 ……

3.4 Persentase Penolong Persalinan Bayi Menurut Jenis Tenaga Penolong di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …...

3.5 Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat Yang digunakan Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009 ‐2010 .......................................................................................

3.6 Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 ………

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 ix

4.1 Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 ………………………………………………...

4.2 Rata ‐rata Lama Sekolah Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 ………………..

4.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 …….………………………………………………...

4.4 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 …………………...

4.5 Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …………………...

4.6 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid‐Guru Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 ……….……………………………………………………...

5.1 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten

Pandeglang, Tahun 2008‐2010 …………………………………

5.2 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten

Pandeglang Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2010 ...................

5.3 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2010 ....................................................................................

5.4 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 ................................................................................................

x Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

5.5 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 (%)..

5.6 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 (%) ………………………………………………….

5.7 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 …………………………

6.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 1993‐2010 …………………………………

6.2 Pengeluaran Rata‐rata Perkapita Per Bulan Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …………………...

7.1 Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 (%) ....................................................................

8.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ..................

8.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang dan Komponen Penyusunnya, Tahun 2009‐2010 ....................

8.3 Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen IPM dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2010….……………………………………………………

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 xi

Halaman

2.1 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 ………………………..

2.2 Distribusi Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10

Tahun Ke Atas Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2008‐2010 ……………………………………………….

5.1 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun 2008‐2010 (persen) ……………………

6.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Nilai Garis Kemiskinan di

Kabupaten Pandeglang, Tahun 2000 ‐2010………………….

8.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang

dan Provinsi Banten, Tahun 2003‐2010 ……………………...

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat adalah merupakan cita‐cita nasional yang selama ini telah melandasi perjuangan bangsa dalam melaksanakan pembangunannya. Usaha mewujudkan cita‐cita di atas merupakan kehendak seluruh rakyat secara nyata tertuang di dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS).

Kondisi masyarakat sejahtera sulit dicapai secara instant, melainkan melalui proses pembangunan yang fokus dan berkesinambungan. Dalam proses pembangunan tentu saja diperlukan data atau indikator terukur yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Data atau indikator tersebut dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan, pengawasan maupun evaluasi terhadap target, skala dan prioritas yang ingin dicapai.

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Pandeglang Tahun 2011 merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun sebelumnya yang menyajikan gambaran mengenai taraf kesejahteraan rakyat Kabupaten Pandeglang serta perkembangannya antar waktu. Publikasi ini menyajikan indikator ‐ indikator input, proses dan output untuk memberikan gambaran tentang investasi dari berbagai program

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat (visible) melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu, dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek yang spesifik, yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi rumah tangga, perumahan, dan sosial lainnya. Setiap aspek disajikan secara terpisah dalam bab tersendiri. Selain itu, tidak semua permasalahan kesejahteraan rakyat dapat diamati dan dapat diukur. Publikasi ini hanya menyajikan permasalahan kesejahteraan rakyat yang dapat diamati dan terukur (measurable welfare) baik dengan menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit.

2 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 adalah untuk memaparkan beberapa data atau indikator terukur yang dapat mengambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat Pandeglang pada tahun 2010.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah :

a. Memberikan gambaran secara umum kondisi kesejahteraan rakyat

Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 .

b. Memenuhi kebutuhan data bidang sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan dan data lainnya.

c. Memberikan gambaran sejauh mana keberhasilan pembangunan yang telah dicapai hingga tahun 2010.

d. Memberikan gambaran dan bahan masukan serta evaluasi bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan selanjutnya .

1.3. Sumber Data

Data yang digunakan untuk penyusunan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 sebagian besar bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) keadaan Juli 2010, khusus untuk data ketenagakerjaan bersumber dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) keadaan Agustus 2010. Selain itu ada beberapa data yang bersumber dari dinas atau instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemerintah Kabupaten Pandeglang

Susenas merupakan kegiatan yang rutin dilakukan BPS sejak tahun 1963. Pada awalnya tujuan dari susenas ini untuk memperoleh keterangan tentang karakteristik konsumsi, demografis dan ketenakerjaan. Susenas dilaksanakan setiap tahun dengan menyertakan kuesioner Kor (data pokok) yang menanyakan karakteristik demografis mengenai semua anggota rumah tangga, dan salah satu dari tiga kuesioner Modul (data rinci) secara bergantian. Ketiga Modul tersebut adalah: modul konsumsi dan pendapatan rumah tangga, modul kegiatan sosial budaya dan kesejahteraan rumah tangga, perjalanan dan kriminalitas dan modul kesehatan, pendidikan, perumahan dan lingkungan. Sedangkan indikator yang terdapat dalam kuesioner KOR antara lain:

1. Kesehatan: angka kesakitan, akses pada layanan kesehatan, pemberian ASI, immunisasi dan penolong kelahiran.

2. Pendidikan: tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan tertinggi, dan angka melek huruf.

3. Keluarga berencana dan fertilitas: prevalensi kontrasepsi, umur perkawinan pertama, dan angka kelahiran.

4. Perumahan dan sanitasi: luas lantai, jenis atap, jenis dinding, listrik, air bersih dan.

5. Pengeluaran Rumahtangga: makanan dan non makanan seminggu, sebulan, dan setahun.

4 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

1.3. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini adalah sebagai berikut:

Indikator adalah variabel‐variabel yang mengindikasikan atau memberi petunjuk tentang suatu keadaan/kondisi tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan mengukur perubahan dari waktu ke waktu.

Sex rasio adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki‐laki per 100 penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk adalah rata‐rata jumlah penduduk yang menempati suatu area per kilometer persegi.

Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk pertahun (angka ini dinyatakan dalam persentase).

Dependency Ratio atau Angka Beban Ketergantungan atau Beban

Tanggungan (ABK) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0‐14 tahun dan 65 tahun keatas) dengan penduduk usia produktif (15‐64 tahun) dikalikan 100.

Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengalami gangguan/keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu yang mengakibatkan aktifitas kesehariannya terganggu.

Angka immunisasi adalah persentase anak usia 0‐4 tahun yang mendapatkan imunisasi terhadap penyakit‐penyakit tertentu.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Angka partisipasi sekolah adalah tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut batas usia sekolah pada setiap jenjang pendidikan.

A ngka buta huruf adalah persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Bekerja adalah melakukan kegiatan atau pekerjaan paling sedikit satu

jam berturut‐turut selama satu minggu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan/keuntungan.

Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau mencari pekerjaan.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun keatas.

Tingkat pengangguran terbuka adalah persentase penduduk yang termasuk angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan.

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah tingkat kematian bayi atau jumlah bayi meninggal per 1000 kelahiran hidup.

Angka Harapan Hidup (AHH0) adalah peluang lama hidup atau umur seseorang pada waktu dilahirkan.

6 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

1.4. Sistematika Penulisan

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang Tahun 2011 disusun dalam sembilan bab penulisan, yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi uraian latar belakang, maksud dan tujuan, sumber data, konsep definisi serta sistematika penulisan.

Bab II Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), menyajikan indikator ‐indikator kependudukan, diantaranya berisi tentang jumlah penduduk, sex rasio, kepadatan, dan laju pertumbuhan penduduk, serta program Keluarga Berencana (KB).

Bab III

Kesehatan dan Gizi, menyajikan berbagai indikator kesehatan yang meliputi derajat dan status kesehatan, pemberian air susu ibu (ASI) dan pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Bab IV Pendidikan, menyajikan berbagai indikator pendidikan yang meliputi tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan, angka melek huruf dan jumlah fasilitas pendidikan.

Bab V Ketenagakerjaan, menyajikan data/indikator yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, seperti tingkat partisipasi angkatan

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Bab VI Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi Masyarakat,

menyajikan persentase jumlah penduduk miskin dan nilai garis kemiskinan serta data pola konsumsi masyarakat.

Bab

VII Perumahan, menyajikan data tentang perumahan dan fasilitasnya seperti jenis lantai terluas, jenis dinding terluas, atap terluas, sumber air minum, penerangan dan sebagainya.

Bab

VIII Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menyajikan tentang angka indeks pembangunan manusia dan komponen‐ komponen penyusunnya yang dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia suatu wilayah.

Bab IX Kesimpulan, merupakan kesimpulan secara menyeluruh terhadap pembahasan dari indikator kesejahteraan rakyat pada bab‐bab sebelumnya.

8 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

BAB II KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Penduduk merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan, karena permasalahan kependudukan tidak hanya menyangkut kelahiran, kematian dan migrasi, tetapi juga menyangkut masalah sosial budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan yang sangat berpengaruh dalam upaya peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu data kependudukan yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan dalam upaya penyelesaian masalah‐ masalah tersebut.

Dalam proses pembangunan, disamping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua target program pembangunan seperti peningkatan kesejahteraan, kesehatan, keamanan, kualitas sumber daya manusia dan sebagainya. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu dimanage dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Karakteristik penduduk menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan dan perencanaan pembangunan. Begitu juga untuk bahan evaluasi, data mengenai kependudukan dapat dijadikan sebagai dasar

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

2.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam penentuan kebijakan bidang kependudukan. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak 1.011.788 jiwa. Selama periode tahun 1990‐2000 rata‐rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) menunjukkan angka sekitar 2,14 persen per tahun, sedangkan pada periode tahun 2000 – 2010 rata‐rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,30 persen.

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000‐2010 lebih lambat dibandingkan periode tahun 1990‐2000. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka laju pertumbuhan penduduk diantaranya adalah keberhasilan program keluarga berencana, pendewasaan usia perkawinan dan banyaknya penduduk Kabupaten Pandeglang yang migrasi ke Kota/Kabupaten lain.

Meningkatnya jumlah penduduk akan berdampak pada berbagai masalah kependudukan yang sangat kompleks. Oleh karena itu sasaran pembangunan bidang kependudukan disamping berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencapai

10 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 10 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Pandeglang, Tahun 1990‐2010

Penduduk

Tahun Total Sex Ratio Laki ‐laki

Perempuan

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang Rasio Jenis Kelamin merupakan perbandingan antara penduduk

laki ‐laki terhadap penduduk perempuan, dan bila nilai RJK penduduk di suatu wilayah di atas 100 maka menunjukkan bahwa proporsi penduduk laki‐laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Angka sex ratio penduduk Pandeglang seperti terlihat pada tabel 2.1 dari tahun ke tahun berada pada posisi di atas 100. Hal ini menunjukan bahwa jumlah penduduk laki‐laki lebih banyak dibanding perempuan. Pada tahun 2010 sex ratio sebesar 105,08 yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di Pandeglang ada 105 sampai 106 orang penduduk laki‐laki.

2.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Persebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk di Kabupaten Paser secara geografis dapat dikatakan belum merata yang mengakibatkan terjadinya penumpukkan penduduk pada suatu wilayah. Ketidakmerataan ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah potensi wilayah yang dimiliki. Ketidakmerataan persebaran penduduk di Kabupaten Pandeglang tahun 2010 secara lebih jelas dapat dilihat pada table 2.2 di bawah .

Contoh nyata adalah perbedaan sebaran penduduk pada daerah perkotaan (urban) dan pedesaan (rural). Ketidakseimbangan sebaran penduduk tersebut berakibat pada perbedaan tingkat kemudahan (akses) penduduk terhadap berbagai fasilitas, baik fisik maupun sosial. Berbagai fasilitas/sarana biasanya akan tersedia sebagai daya dukung di suatu daerah yang banyak penduduknya, sehingga penduduk perkotaan yang lebih padat akan lebih mudah mengakses fasilitas dibandingkan penduduk desa..

12 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Motif utama dari fenomena di atas terjadi karena meningkatnya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota akibat keterbatasan lapangan kerja di desa. Selain itu, kemudahan mengakses fasilitas sosial di kota juga menjadi salah satu daya tarik yang menyebabkan migrasi penduduk dari desa ke kota. Dari beberapa literatur hasil penelitian, menyebutkan bahwa mayoritas penduduk yang melakukan migrasi ke kota mempunyai alasan yang sama, yaitu untuk mencari pekerjaan/usaha dan menuntut ilmu dalam rangka membuka jalan mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Dengan luas wilayah sebesar 2.746,89 km 2 dan jumlah penduduk sebanyak 1.149.610 jiwa, maka pada tahun 2010 setiap km 2 wilayah di Kabupaten Pandeglang rata‐rata ditempati oleh 419 jiwa. Seperti disajikan Tabel 2.2, penyebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 masih belum merata. Kepadatan penduduk berbeda sesuai dengan karakteristik wilayah masing ‐masing. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling besar

adalah Kecamatan Labuan, yaitu 3.439 jiwa per km 2 . Sedangkan kecamatan paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sumur, yaitu 88 jiwa per km 2 . Kecamatan‐kecamatan sekitar ibukota kabupaten lebih padat dibandingkan kecamatan‐kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Pandeglang.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 2.2

Kepadatan Penduduk Pandeglang Menurut Kecamatan Tahun 2010

Luas Kepadatan

Kecamatan

(Km 2 ) Jumlah Penduduk

(Jiwa/Km 2 ) (1) (2) (3) (4)

SUMUR 258,54 22,754 88 CIMANGGU 259,73 36,634 141 CIBALIUNG 221,88 28,781 130 CIBITUNG 180,72 21,180 117 CIKEUSIK 322,76 51,012 158 CIGEULIS 176,21 33,856 192 PANIMBANG 132,84 48,910 368 SOBANG 138,88 35,034 252 MUNJUL 75,25 22,176 295 ANGSANA 64,84 25,578 394 SINDANGRESMI 65,20 21,259 326 PICUNG 56,74 35,120 619 BOJONG 50,72 33,590 662 SAKETI 54,13 42,955 794 CISATA 32,65 23,371 716 PAGELARAN 42,76 33,943 794 PATIA 45,48 27,242 599 SUKARESMI 57,30 33,817 590 LABUAN 15,66 53,861 3,439 CARITA 41,87 32,035 765 JIPUT 53,04 28,395 535 CIKEDAL 26,00 30,395 1,169 MENES 22,41 35,274 1,574 PULOSARI 31,33 27,486 877 MANDALAWANGI 80,19 46,805 584 CIMANUK 23,64 38,247 1,618 CIPEUCANG 21,16 28,033 1,325 BANJAR 30,50 29,780 976 KADUHEJO 33,57 34,474 1,027 MEKARJAYA 31,34 19,016 607 PANDEGLANG 16,85 41,039 2,436 MAJASARI 19,57 46,126 2,357 CADASARI 26,20 31,425 1,199 KARANGTANJUNG 19,07 32,364 1,697 KORONCONG 17,86 17,643 988

KAB. PANDEGLANG 2.746,89

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang

14 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Berbagai kebijakan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten Pandeglang unutk mengatasi penyebaran penduduk yang tidak merata, yang paling terkenal adalah dengan melakukan pemekaran kecamatan.

Pemekaran kecamatan dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu pemekaran merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pemerataan program dan hasil‐hasil pembangunan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk akan berpengaruh pada usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan perumahan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah‐ daerah yang tinggi tingkat kepadatannya harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk setempat, sehingga tingkat pengganguran penduduk dapat ditekan serendah mungkin untuk menghindari dampak sosial negatif yang mungkin muncul.

2.3. Struktur Umur

Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan besarnya penduduk yang datang. Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan komposisi penduduk cenderung pada kelompok usia muda. Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur. Semakin rendah proporsi penduduk tidak produktif, yaitu penduduk muda usia (0‐14 tahun) dan penduduk usia

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 2.3

Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010

Kelompok Umur Laki ‐laki

Perempuan Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5)

1149610 Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang

JUMLAH 589056

16 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4, komposisi umur penduduk Pandeglang belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan dibanding tahun‐tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, Angka Beban Ketergantungan atau Beban Tanggungan (Dependency Ratio) sebesar 58,50. Hal ini berarti sekitar 100 penduduk usia produktif (15‐64 tahun) harus menanggung sekitar 58 sampai 59 penduduk yang tidak produktif (0 ‐14 tahun dan 65 tahun ke atas).

Tabel 2.4

Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010

Kelompok Umur

Laki ‐laki

Perempuan Total (1) (2) (3) (4)

Anak (0–14) 200.855 187.291 388.146 Produktif (15–64)

58.50 Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang.

Dependency Ratio

Salah satu potret keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut kelompok umur yang tercermin melalui angka beban tanggungan. Semakin kecil Angka Beban Tanggungan akan memberikan kesempatan pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Grafik 2.1 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur

di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010

4.30% Anak (0-14)

Produktif (15-64)

Lansia (65+)

2.4. Keluarga Berencana dan Usia Perkawinan Pertama

Persentase akseptor KB selama dua tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah akseptor KB aktif naik menjadi 140.284 PUS atau 67,90 persen dari 206.613 PUS menjadi akseptor KB aktif, sedangkan pada tahun 2010 jumlah akseptor KB aktif

18 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 18 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 2.5 Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang. Tahun 2009‐2010

Cara/Alat Kontrasepsi

Jumlah Persentase Jumlah Persentase (1) (2) (3) (4) (5)

Pil 31.074 22,15 33.635 22.23 AKDR/IUD 6.557 4,67 7.340 4.85 Suntik 85.714 61,10 91.046 60.18

Susuk KB/Norplant 12.804 9,13 14.282 9.44 Tubektomi 2.214 1,58 2.184 1.44 Vasektomi 1.336 0,95 1.588 1.05 Kondom 585 0,42 1.213 0.80

Tradisional/Lainnya 0 0,00

T otal

Jumlah PUS

216.472 % Akseptor KB Aktif

69.89 Sumber : Badan Pemberdayaan, Perempuan, PA dan KB Kabupaten Pandeglang

2.5 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi suntik menurun persentase penggunanya dibanding tahun 2009, yaitu dari sebesar 61,10 persen menjadi 60,18 persen pada tahun 2010. Walaupun persentase

Tabel

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Disamping Program Keluarga Berencana (KB), hal lain yang juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas adalah faktor usia perkawinan pertama. Hal ini dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang perempuan berkaitan dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin muda usia perkawinan pertama seorang perempuan, maka peluang untuk memiliki anak lebih banyak semakin besar karena panjangnya masa reproduksi seorang perempuan yang kawin muda.

Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital yang turut menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kebahagiaan keluarga termasuk juga kesehatan ibu. Pemerintah Kabupaten Pandeglang harus lebih serius dalam memberikan penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih besarnya kecenderungan masyarakat Kabupaten Pandeglang yang melangsungkan perkawinan pada usia muda.

Berdasarkan grafik 2.2, pada tahun 2008 dari jumlah perempuan yang pernah kawin, persentase perempuan yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada usia ≤ 16 tahun tercatat 31,28 persen.

20 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tetapi pada tahun 2009, naik menjadi 38,31 persen walaupun pada tahun 2010 sempat mengalami penurunan hingga mencapai 35,54 persen. Angka ini tergolong cukup tinggi dan dapat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan.

Grafik 2.2 Distribusi Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2008‐2010

Kondisi yang sama juga terjadi pada rata‐rata usia perkawinan pertama. Pada tahun 2008, rata‐rata usia perkawinan pertama penduduk Pandeglang berkisar pada usia 18,26 tahun. Tetapi pada tahun 2009 turun menjadi 17,66 tahun sedangkan pada tahun 2010 yaitu usia 17,87 tahun. Dapat disimpulkan bahwa kondisi usia perkawinan pertama perempuan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 belum mencapai

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

21 tahun sedangkan kondisi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 secara rata‐rata usia perkawinan pertama seorang perempuan baru mencapai 17,87 tahun. Hal ini perlu mendapat perhatian serius, mengingat pernikahan pada usia muda cukup beresiko bagi kesehatan perempuan.

Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan yang terlalu muda adalah belum matangnya kondisi mental dan emosi seorang wanita, sehingga lebih rentan terhadap perceraian. Selain itu, wanita yang melangsungkan perkawinan pada usia muda akan memiliki masa fertilitas yang lebih panjang. Dengan bertambah panjangnya masa fertilitas seorang ibu maka dapat berdampak pada tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena peluang untuk mempunyai anak lebih banyak

22 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

BAB III KESEHATAN DAN GIZI

Pembangunan bidang kesehatan yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan agar jangkauan pelayanan kesehatan lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun sosial.

Masalah kesehatan merupakan persoalan penduduk selama hidup, oleh karenanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan sangatlah penting. Bahkan pemerintah telah mengarahkan agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) lebih diprioritaskan ke sektor kesehatan selain pendidikan dasar. Faktor‐ faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat antara lain tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang terkait.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

3.1. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk

Indikator AKB dan AHH merupakan indikator utama yang menggambarkan derajat kesehatan penduduk. Pada tahun 2010 angka kematian bayi di Kabupaten Pandeglang menunjukan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 55,4 menjadi 53,8 per 1000 kelahiran hidup. Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 relatif meningkat dari 63,5 tahun (tahun 2009) menjadi 63,77 tahun (tahun 2010). Angka ini memberi makna bahwa setiap bayi di kabupaten Pandeglang yang lahir hidup pada tahun 2010 mempunyai harapan untuk hidup selama 63,77 tahun.

Tabel 3.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010

2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) Angka Kematian Bayi

Indikator Derajat Kesehatan

55,4 53,8 52,8 Angka Harapan Hidup (tahun)

63,3 63,5 63,77 Sumber : Susenas Tahun 2008‐2010 (data diolah)

24 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Gambaran mengenai status kesehatan penduduk biasanya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan atau keluhan kesehatan sehingga dapat menggangu aktivitas sehari‐hari. Menurut Tabel 3.2, pada tahun 2010 sebanyak 48,06 persen penduduk mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan terganggu aktivitasnya. Dibanding keadaan tahun sebelumnya, angka kesakitan cenderung meningkat dimana pada tahun 2009 angka kesakitan tercatat hanya 22,74 persen. Bila dibedakan berdasarkan gender, angka kesakitan penduduk laki‐laki sebesar 46,26 persen, lebih kecil dibandingkan penduduk perempuan yang sebesar 49,95 persen.

Tabel 3.2 Angka Kesakitan dan Rata‐rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010

Indikator Kesehatan

2009 2010 L P Total L P Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Angka Kesakitan (%)

20,69 24,82 22,74 46,26 49,95 48,06 Rata ‐rata Lamanya Sakit (hari) 6,25

7,38 6,86 5,09 4,95 5,02 Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010

Keterangan : L = Laki‐ laki, P = Perempuan

R ata ‐rata jumlah hari sakit atau terganggu aktivitas sehari‐harinya mengalami penurunan, yaitu dari sekitar 6,86 hari pada tahun 2009 menjadi 5,02 hari pada tahun 2010. Rata‐rata lamanya sakit penduduk

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

3.2. Pemberian ASI, Imunisasi dan Gizi Balita

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit, untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran penduduk khususnya kaum ibu akan pentingnya ASI bagi seorang bayi yang tidak bisa digantikan dengan susu formula apapun. Selain pemenuhan ASI dan cakupan imunisasi, bayi diharapkan memperoleh asupan gizi yang cukup. Sejak tahun 2000 di dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda), pemerintah mencanangkan program perbaikan gizi yang salah satunya bertujuan meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai status gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih. Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 20 persen.

Pada tahun 2010 persentase balita di Pandeglang yang pernah mendapatkan ASI mencapai 96,72 persen dengan rata‐rata disusui selama 15,90 bulan. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun 2009 dimana persentase balita yang pernah mendapatkan ASI mencapai 96,53 persen dengan rata‐rata lama disusui selama 15,90 bulan. Dengan

26 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 26 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 3.3 Persentase Balita 2 ‐ 4 Tahun yang Pernah diberi ASI dan Imunisasi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010

Indikator Kesehatan

Pernah diberi ASI 93,01 96,53 96,72 Rata ‐rata lamanya diberi ASI (bulan)

20,05 20,22 15,90 Pernah diberi Imunisasi

89,55 96,53 93,53 Sumber : Susenas Tahun 2008 – 2010

Banyaknya balita yang mendapatkan imunisasi (BCG, Polio, Campak, DPT dsb) di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi, yaitu sekitar 93,53 persen dari total balita. Jumlah ini menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 96,53 persen. Bagi balita imunisasi sangat penting untuk menjaga dan memberikan kekebalan tubuh dari serangan berbagai jenis penyakit. Tingginya persentase balita yang mendapatkan imunisasi diharapkan sejalan dengan meningkatnya derajat kesehatan balita sehingga pada masa depan akan timbul anak‐ anak Pandeglang yang sehat dan kuat untuk menjadi generasi penerus melanjutkan roda pembangunan.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

3.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan mencakup peningkatan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan fasilitas kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah dan murah bagi semua lapisan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan puskesmas pembantu selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan penduduk karena mudah terjangkau dan murah, terutama bagi penduduk di daerah pedesaan

Jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 sebanyak 94 unit yang tersebar di 35 Kecamatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa penanganan masalah kesehatan masyarakat di setiap kecamatan rata‐rata dilayani oleh 2 sampai 3 puskesmas/pustu. Hal lain yang tidak kalah penting dalam pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan reproduksi. Seperti diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kematian balita dan ibu melahirkan adalah persalinan yang tidak aman.

Penanganan proses persalinan sampai dengan pasca persalinan yang berkualitas dan tepat waktu diharapkan akan mengurangi resiko kematian bayi dan ibu. Penolong persalinan balita oleh tenaga medis meliputi dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lain. Dukun yang membantu proses persalinan (dukun beranak) tidak dicakup dalam

28 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 28 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 3.4 Persentase Penolong Persalinan Bayi Menurut Jenis Tenaga Penolong di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010

Penolong Persalinan

Tenaga Medis : 39,72

45,70 ‐ Dokter

3,35 2,55 ‐ Bidan

36,05 43,15 ‐ Tenaga Medis Lainnya

Tenaga Non Medis : 60,28

100,00 Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010

Total 100,00

Berdasarkan Tabel 3.4, pada tahun 2010 penolong persalinan di Pandeglang masih didominasi oleh tenaga non medis dibandingkan tenaga medis, yaitu 54,30 persen berbanding 45,70 persen. Sebagian besar penolong persalinan oleh tenaga medis dilakukan oleh bidan dibandingkan dokter. Kurang tersedianya dokter hingga pelosok wilayah dan biaya yang relatif lebih mahal jika dibandingkan menggunakan jasa bidan menjadi penyebab rendahnya penolong persalinan oleh dokter. Namun demikian, persentase penolong persalinan oleh dokter menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 3,35 persen menjadi 2,55 persen.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 3.5 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat yang Digunakan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010

Jenis Pengobatan

Modern 94,96 91,84 Tradisional 30,89 29,23 Lainnya 11,91 11,66

S umber : Susenas Tahun 2009 dan 2010

Sementara itu, untuk mengatasi gangguan/keluhan kesehatan penduduk berusaha melakukan upaya pengobatan baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan pada fasilitas kesehatan. Pada tahun 2010 persentase penduduk yang berobat sendiri dengan menggunakan obat modern menurun yaitu dari 94,96 persen pada tahun 2009 menjadi 91,84 persen pada tahun 2010. Sedangkan persentase penduduk yang menggunakan obat tradisional pun menurun dari 30,89 persen pada tahun 2009 menjadi 29,23 persen pada tahun 2010.

Sedangkan bagi penduduk yang memilih untuk berobat jalan ketika sakit atau mengalami gangguan kesehatan, lebih memilih memanfaatkan Puskesmas/Pustu sebagai tempat berobat. Seperti disajikan pada tabel 3.6, terlihat bahwa jenis fasilitas kesehatan selain Puskesmas/Pustu yang sering digunakan dan menjadi alternatif pilihan

30 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 30 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Tabel 3.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010

Tempat Berobat

Rumah Sakit 2,46 5,12 Praktek Dokter

19,87 19,81 Puskesmas (termasuk Pustu)

49,68 52,74 Klinik KIA/BP

0,00 0,00 Petugas Kesehatan Lain

30,95 29,50 Pengobatan Tradisional

0,36 0,42 Lainnya 1,50 1,35

Penderita Sakit yang Berobat Jalan 40,35 38,96 Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010

Pada tahun 2010 persentase penduduk yang melakukan kunjungan berobat jalan ke puskesmas meningkat menjadi 52,74 persen dari 49,68 persen pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas/pustu cenderung meningkat. Tingginya persentase kunjungan penduduk yang berobat jalan ke puskesmas antara lain disebabkan oleh akses yang mudah dan biaya yang relatif lebih murah. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

BAB IV PENDIDIKAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan di bidang pendidikan. Pentingnya pendidikan bagi warga negara tercermin dalam UUD 1945, dimana dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Mengingat pentingnya arti pendidikan bagi setiap warga negara, maka pendidikan mutlak menjadi salah satu prioritas pembangunan yang harus dijalankan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Tu juan pembangunan dalam bidang pendidikan adalah tersedianya pendidikan yang berkualitas dan terjangkau untuk semua lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat. Pemerintah menganggap penting pendidikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia Indonesia. Pentingnya pendidikan tercermin dalam Pasal 31 UUD 1945 ayat (2), dimana setiap warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan dasar yang dibiayai oleh pemerintah. Bahkan dalam pasal yang sama ayat (4) pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang‐kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Berbagai program digulirkan pemerintah dalam bidang pendidikan, satu diantaranya adalah pendidikan dasar sembilan tahun. Dalam rangka mendukung tercapainya pendidikan dasar sembilan tahun, pemerintah menggratiskan pendidikan pada tingkat sekolah dasar dan memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program ini berdampak positif terutama pada daerah terpencil di pedesaan. Keberhasilan program pendidkan dasar untuk semua antara lain didukung oleh ketersediaan sekolah dasar, dimana hampir pada setiap desa telah terdapat sekolah dasar sehingga mudah diakses dan yang paling penting adalah tidak dipungut biaya sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Berdasarkan ilustrasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembanguan bidang pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu bangsa.

4.1. Tingkat Pendidikan

Indikator pembangunan bidang pendidikan dasar dapat dilihat melalui tingkat kemampuan membaca dan menulis (angka melek huruf) penduduk. Kemampuan membaca dan menulis dibedakan terhadap huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf). Dengan memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin akan menjadikan seseorang lebih mudah memahami dan menyerap berbagai informasi baik dari media cetak maupun elektronik sehingga

34 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 34 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Kemampuan baca tulis tercermin dari indikator angka melek huruf (AMH). Angka melek huruf merupakan salah satu indikator pencapaian program pendidikan di Indonesia. Indikator tersebut penting mengingat melek huruf merupakan pintu dari segala ilmu pengetahuan. Pada tahun 2010, sekitar 94,32 persen penduduk berusia

10 tahun ke atas di Pandeglang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan sisanya sebanyak 5,68 persen masih belum/tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf).

Tabel 4.1 Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008 ‐ 2010

Jenis Kelamin

Laki ‐laki 97,9 96,23 96,95 Perempuan 95,1 92,18 91,60

Laki ‐laki + Perempuan 96,5 94,22 94,32 Sumber : Susenas Tahun 2008‐2010

Bila dibandingkan antara penduduk laki‐laki dan perempuan, persentase penduduk laki‐laki yang melek huruf lebih tinggi dibanding

Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah angka rata ‐rata lama sekolah (RLS). Rata‐rata lama sekolah menunjukkan berapa lama rata‐rata penduduk suatu wilayah duduk di bangku sekolah mengikuti program pendidikan. Rata‐rata lama sekolah penduduk Pandeglang pada tahun 2010 baru mencapai 6,87 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa rata‐rata penduduk Pandeglang baru dapat bersekolah hingga jenjang SMP kelas satu. Jadi secara umum tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Pandeglang baru lulus SD dan sedikit yang melanjutkan ke jenjang SMP. Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, rata‐rata lama sekolah penduduk laki‐laki lebih lama dibandingkan perempuan, yaitu 7,20 tahun berbanding 6,53 tahun.

Tabel 4.2 Rata ‐rata Lama Sekolah Penduduk Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009 ‐ 2010

Tahun Laki ‐laki

Perempuan Total (1) (2) (3) (4)

Sumber : Susenas Tahun 2009 ‐ 2010 Untuk mensukseskan program wajib belajar pendidikan dasar

(Wajar Dikdas) 9 tahun di Kabupaten Pandeglang diperlukan kerja

36 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 36 Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011

Melihat perkembangan tahun‐tahun sebelumnya, untuk mencapai rata ‐rata lama sekolah 9 tahun akan memerlukan waktu yang cukup panjang. Pada intinya kebijakan yang dibutuhkan adalah bagaimana mempermudah akses masyarakat ke sarana pendidikan setingkat SMP, baik dari segi lokasi geografis maupun biaya pendidikan. Sarana pendidikan perlu dibangun dengan mempertimbangkan kebutuhan, yaitu dengan memperhatikan banyaknya penduduk usia sekolah di suatu wilayah. Hal lain yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat di wilayah pedesaan bahwa pemerintah membebaskan biaya pendidikan dasar seperti dijamin dalam UUD 1945, sekaligus menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya pendidikan dalam rangka memutus rantai kemiskinan sehingga mereka termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Selain indikator angka melek huruf dan rata‐rata lama sekolah, gambaran kualitas SDM dapat dilihat juga dari tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk. Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa pada