ANALISIS TINGKAT SERAPAN ANGGARAN BELANJ (1)

TUGAS I
ANALISIS TINGKAT SERAPAN ANGGARAN BELANJA BIDANG PERENCANAAN
PEMBANGUNAN TERHADAP CAPAIAN KINERJA (PRO POOR, PRO JOB, DAN PRO
GROWTH) BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN SLEMAN 2014
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik
Dosen Pengampu Mata Kuliah Yogi Pasca Pratama, S.E, M.E

Oleh:
Nama

: Teguh Puji Raharjanti

NIM

: F1117057 / B

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk mensejahterakan amasyarakatnya.
Demi tercapainya pemenuhan kebutuhan berupa fasilitas umum yang dapat menunjang
kesejahteraan, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk mengembangkan daerahnya. Ditetapkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1 ayat (6) menjelaskan otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan otonomi daerah yang berjalan sampai saat ini
mengikuti undang-undang tersebut.
Otonomi daerah mendorong pemerintah kabupaten atau kota untuk lebih mandiri
dan lebih kreatif dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, karena dianggap lebih
mengetahui potensi-potensi yang dimiliki kabupaten atau kota. Menurut Vincent Lemius
(1986) bahwa otonomi daerah merupakan kebebasan untuk mengambil keputusan
politik maupun administrasi, dengan tetap menghormati peraturan perundangundangan. Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa
yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah senantiasa
disesuaikan dengan kepentingan nasional, ditetapkan dalam peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Salah satu kebebasan yang diberikan adalah kewenangan
dalam pengelolaan keuangan daerah sendiri. Desentralisasi masuk dalam cakupan

Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), desentralisasi merupakan
penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom
berdasarkan Asas Otonomi, dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014.
Desentralisasi

sendiri

terbagi

menjadi

empat

macam

salah

satunya

desentralisasi fiskal, yang memberikan kesempatan untuk daerah otonom menggali

potensi yang ada termasuk dalam mengelola keuangan daerah. Penyerahan urusan
pemerintahan sendiri memiliki dua urusan yaitu, urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib terdiri dari 26 urusan dan urusan pilihan terdiri dari 8 urusan.
Salah satu didalam urusan wajib terdapat urusan perencanaan pembangunan.
Urusan perencanaan pembangunan dianggap sangat penting karena setiap kegiatan
pembangunan yang akan dilakukan harus memiliki perencanaan yang matang agar

dapat tercapainya tujuan. Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir,
keputusan awal, dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa
periode

waktu,

dan

tujuan

utamanya

adalah


untuk

mempengaruhi

seluruh

perekonomian di suatu negara (C. Brobowski, 1964). Undang-undang Nomor 25 Tahun
2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam ruang lingkup
undang-undang tersebut menjelaskan tahapan perencanaan pembangunan nasional
dan daerah. Perencanaan pembangunan nasional terdiri dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasioanl (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN), Renstra Kementrian / Lembaga (Renstra KL), Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), dan Rencana Kerja Kementrian / Lembaga (Renja KL). Sedangkan
perencanaan pembangunan daerah terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).
Bedasarkan undang-undang no 25 tahun 2004, perencanaan pembangunan
memiliki tujuan salah satunya menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi

baik antar Daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah, maupun antara
Pusat Statistik dan Daerah. Dapat kita simpulkan bahwa dalam urusan perencanaan
pembangunan harus memperhatikan ketentuan yang berlaku baik pemerintah daerah
kabupaten atau kota dengan pihak yang berwenang menyelenggarakan urusan
perencanaan pembangunan.
Dalam urusan perencanaan pembangunan realisasi secara riil dilihat dari
pertumbuhan yang ada pada daerah tersebut, tapi dapat juga dilihat pada kondisi
kenyataannya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta,
Pertumbuhan Ekonomi di D.I Yogyakarta mengalami pertumbuhan yang positif selama
tahun 2011-2013 namun posisinya paling terendah di wilayah Pulau Jawa. Pada
Pertumbuhan Ekonomi di D.I Yogyakarta ditingkat Nasional tidak menunjukkan
pertumbuhan yang tetap walaupun terlihat ada pertumbuhan dari tahun 2010-2013
tetapi masih dibawah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Sedangkan IPM D.I Yogyakarta
memiliki hasil yang baik dan berada di atas rata-rata nasional tahun 2010-2013.
Pertumbuhan Ekonomi dan IPM D.I Yogyakarta dan Indonesia tahun 2010-2013
sebagai berikut:

Tabel 1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DIY
dan Indonesia Tahun 2010-2013
No


Tahun

1
2

Pertumbuhan Ekonomi

IPM

Indonesia

DIY

Indonesia

DIY

2010


6.10%

4.88%

66.53%

73.37%

2011

6.50%

5.16%

67.09%

75.93%

3


2012

6.30%

5.32%

67.70%

76.15%

4

2013

5.78%

5.40%

68.31%


76.44%

Sumber: Perpustakaan BAPPENAS dan BPS DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki empat kabupaten dan satu kota. Setiap
daerah memiliki kewenangan untuk mengelola potensi di daerahnya. Kabupaten Sleman
salah satu daerah otonom yang menggali potensi daerahnya untuk lebih mandiri dan
meningkatkan

kesejahteraan

pembangunan

Kabupaten

masyarakatnya.

Sleman

memiliki


Dalam
masalah

urusan
yang

perencanaan

dihadapi

dalam

menyelaraskan antar dokumen dari setiap SKPD dalam besaran anggaran yang dibuat
dan capaian yang dihasilkan dengan kenyataan yang sebenarnya.
Grafik 1. Persentase Realisasi Anggaran Penyelenggaraan
Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun 2010-2014
92.93
91.1


91.45
90.08

84.18

2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: LPPD Kabupaten Sleman 2015

Grafik diatas menunjukkan persentase serapan anggaran urusan perencanaan
pembangunan tahun 2010-2014. Selama kurun waktu lima tahun terjadi naik turunnya
persentase serapan anggaran. Setelah tahun 2010 terjadi kenaikan serapan anggaran
sebesar 91,10% pada tahun 2011, sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan
hingga 92,93% dibandingkan dengan rata-rata persentase serapan anggaran tahun
2010-2014 sebesar 89,95. Dari data tersebut belum dilihat kondisi kenyataan Kabupaten
Sleman dari sisi perencanaan pembangunan.

BAB 2
RUMUSAN MASALAH
2.1 RUMUSAN MASALAH
LPPD Kabupaten Sleman menunjukkan realisasi anggaran urusan perencanaan
pembangunan tahun 2014 sebesar 92.93% atau dapat dikatakan baik, namun belum
terlihat riil hasil capaian dari pembangunan kabupaten sleman dari anggaran yang telah
terealisasi. Dengan demikian menimbulkan pertanyaan bagaimana dan seperti apa
keterserapan realisasi anggaran dan kinerja realisasi anggaran terhadap indikator
pembangunan ekonomi yaitu pro poor, pro job, dan pro growth di Kabupaten Sleman
tahun 2014.
2.2 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa keterserapan realiasasi
anggaran urusan perencanaan pembangunan Kabupaten Sleman Tahun 2014, serta
bagaimana kinerja realisasi anggaran terhadap indikator pembangunan ekonomi yaitu
pro poor, pro job, dan pro growth di Kabupaten Sleman tahun 2014.
2.3 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari berbagai segi maupun
pihak, sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Penulis maupun Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan
meningkatkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan, menambah wawasan
setiap mahasiswa mengenai dunia industri atau perusahaan itu sendiri dan
meningkatkan keterampilan serta keahlian di bidang praktik.
2. Manfaat bagi Instansi dapat memberikan saran yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk kedepannya bagi BAPPEDA Kabuaten Sleman dalam
menganggarkan dan menggunakan anggaran pemerintah bidang perencanaan
daerah dan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam penyusunan LPPD.
3. Manfaat bagi Umum dapat memberikan informasi berupa penelitian yang dapat
digunakan sebagai refrensi untuk memperdalam pengetahuan dalam bidang
perencanaan pembangunan dan anggaran pemerintah.

BAB 3
KAJIAN LITERATUR
3.1 PENELITIAN TERDAHULU
Monik Zarinah, Dr. Darwanis, SE, M.Si, Ak, CA, Dr. Syukriy Abdullah, SE, M.Si,
Ak (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Perencanaan Anggaran dan
Kualias Sumber Daya Manusia Terhadap Tingkat Penyerapan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Kabupaten Aceh Utara. Penelilian yang dilakukan memiliki tujuan
untuk mengetahui perencanaan dengan realisasi secara riil tingkat serapan anggaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan kualitas sumber daya
manusia berpengaruh baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap
tingkat penyerapan anggaran SKPD.
Dian Juliani dan Mahmud Sholihin (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Faktor-Faktor Kontekstual Terhadap Persepsian Penyerapan Anggaran
Terkait Pengadaan Barang/Jasa memiliki tujuan mengetahui secara jelas fenomena
penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Hasil analisis kuantitatif
menunjukkan bahwa pengetahuan peraturan, komitmen manajemen, dan lingkungan
birokrasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan
barang/jasa. Hasil analisis kualitatif juga mendukung hasil kuantitatif berdasarkan
wawancara yang dilakukan pada responden yang terpilih. Kontribusi utama penelitian ini
adalah memberikan pemahaman terhadap faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan
anggaran terkait pengadaan barang/jasa sehingga dapat digunakan dalam perumusan
kebijakan dan perbaikan dalam pengadaan barang/jasa.
Nurhalimah, Darwanis, Syukriy Abdullah (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran
Terhadap Kinerja Aparatur Perangkat Daerah di Pemerintah Aceh. Tujuan dari
penelitian ini adalah melihat singkronisasi kinerja perangkat daerah dengan anggaran
yang telah direncanakan. Hasil penelitian secara terpisah menunjukkan bahwa
partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparatur perangkat
daerah, sedangkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja
aparatur perangkat daerah di Pemerintah Aceh.
Edward James Sinaga (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) Dan Pemerintah
Daerah memiliki tujuan untuk mengetahui alasan rendahnya penyerapan anggaran
Kementrian/Lembaga dan pemerintah daerah. Hasil dari penelitian ini yaitu menemukan

bahwa perencanaan yang baik akan sangat membantu tingkat penyerapan anggaran
yang diimbangi dengan pengawasan yang baik sejak awal perencanaan sehingga
mengetahui perkembangan penyerapan anggaran. Selain itu harus mengikuti peratuan
dengan prinsip efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Penelitian-penelitian sebelumnya merupakan gambaran dari penelitian penulis,
namun tidak semua penelitian sebelumnya ditampilkan dalam penulisan ini.
3.1 LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (LPPD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) merupakan gambaran
capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam bentuk
makro maupun mikro. Telah diamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk membuat
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah setiap tahun, yang memuat kinerja
instansi pemerintah daerah yang dijabarkan dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014. Selanjutnya pemerintah pusat memiliki kewajiban membuat evaluasi lebih
lanjut dalam bentuk laporan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(EKPPD). Dalam melaksanakan berbagai urusan yang menjadi kewenangan dan
ketugasan pemerintah daerah, hasil evaluasi ini sebagai bentuk transparansi dan
akuntabilitas, yang digunakan untuk memonitoring dan mengevaluasi serta menjadi
masukan dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di tahun berikutnya.
3.2

PERENCANAAN ANGGARAN

Perencanaan anggaran adalah salah satu langkah penting dalam pengelolaan
anggaran. Sejak dua belas bulan sebelum tahun anggaran dimulai, proses perencanaan
anggaran

sudah

mulai

berjalan

(BPKP,

2012).

Menurut

Direktorat

Jenderal

Perimbangan Keuangan (2013:127) perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran
pada dasarnya adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan, belanja, dan
pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan anggaran yang tidak
matang akan mengakibatkan pelaksaan program kerja tidak berjalan sesuai rencana,
selain itu dapat membuang-buang anggaran yang telah direncanakan.

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1

ANALISI DESKRIPTIF
Pencapaian tujuan dalam pembangunan nasional maupun daerah dapat di

mulai dari perencanaan. Dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2004 dijelaskan bahwa
perencanaan merupakan proses menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui
urutan pilihan, dengan memperitungkan sumber daya yang ada. Perencanaan yang
akan menghasilkan dokumen berisikan visi, misi dan program pembangunan jangka
panjang, menengah dan tahunan, dalam rangka memberikan pelayanan terbaik untuk
masyarakat.
Perencanaan pembangunan tidak lepas dari adanya penganggaran agar
program dan kegiatan yang telah dibuat dapat berjalan sesuai rencana. Perencanaan
dan penganggaran dibuat dari tingkat nasional yang kemudian menjadi pedoman setiap
daerah untuk menyusun dokumen perencanaan tingkat daerah. Perencanaan pada
daerah terbagi menjadi perencanaan strategis dan perencanaan operasional.
Perencanaan strategis terdiri dari RPJPD, RPJMD, dan Renstra SKPD. Dokumen
RPJPD adalah dokumen perencanaan yang memuat perencanaan jangka panjang
untuk periode 20 tahun, memuat visi misi dan gambaran secara makro arah
pembangunan jangka panjang daerah. Dokumen ini menurun dari RPJMN yang berada
pada tingkat nasional. Dokumen RPJPD yang ada nantinya akan menjadi pedoman
dalam penyusunan RPJMD. Dokumen RPJMD adalah dokumen penjabaran dari
dokumen RPJPD yang memuat visi misi dan gambaran perencanaan jangka menengah
untuk periode 5 tahun, nantinya pernjabaran dipisahkan menjadi empat periode.
Penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RPJPD dan RPJMN. Dokumen RPJMD
yang ada nantinya akan menjadi pedoman untuk penyusunan Renstra SKPD yaitu
dokumen yang disusun dengan periode 5 tahun.
Perencanaan Operasional terdiri dari RKPD dan Renja SKPD. Selain menjadi
pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, RPJMD menjadi pedoman juga dalam
penyusunan RKPD. Penyusunan dilakukan setiap tahun untuk memudahkan dalam
mencapai tujuan pembangunan (UU No.24 Tahun 2005). Dokumen RKPD dan Renstra
SKPD yang ada akan menjadi acuan dalam pembuatan dokumen Renja SKPD yang
nantinya disusun oleh masing-masing SKPD. Dokumen Renja SKPD berisikan
kebijakan, program, dan kegiatan yang memuat urusan wajib dan urusan pilihan, dan

akan dilaksanakan oleh SKPD. Keterkaitan yang ada terlihat jelas pada alur
perencanaan dan penganggaran keuangan daerah.
4.2

URUSAN

PERENCANAAN

PEMBANGUNAN

DALAM

LAPORAN

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (LPPD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun 2014 akan menghasilkan
evaluasi kinerja yang nantinya menjadi pedoman untuk pelaksanaan Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun 2015. Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014

menjelaskan,

kepala

daerah

menyampaikan

ringkasan

Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat bersamaan dengan
penyampaian

Laporan

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah

agar

lebih

transparan.
Desentralisasi fiskal yang memiliki kewenangan sendiri dalam penggunaan
anggaran yang diberikan diberlakukan oleh semua urusan baik urusan wajib maupun
urusan pilihan. Urusan perencanaan pembangunan masuk dalam urusan wajib.
Urusan perencanaan pembangunan dalam LPPD terdiri dari 11 program dan 50
kegiatan dengan total seluruh alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan
perencanaan

pembangunan

sebesar

Rp7.579.459.200,00

realisasi

Rp7.043.475.500,00 atau 92,93%. Dapat dilihat pada rincian anggaran dan realisasi
program.
Tabel 1. Persentase Serapan Anggaran Menurut Program Urusan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten Sleman Tahun 2014

Sumber: LPPD Kabupaten Sleman 2015

4.3

KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN
SLEMAN
Pada RPJMD tahun 2011-2015 telah ditentukan indikator yang harus dicapai

dalam misi ketiga RPJMD. Indikator pada misi ketiga ini sebanyak 7 indikator sasaran
yang berkaitan dengan tujuan dari perencanaan pembangunan. Secara keseluruhan
pencapaian menghasilkan capaian yang baik, karena dilihat dari kurun waktu 2011-2014
mengalami peningkatan yang tetap.
Tabel 2. Capaian Indikator Sasaran Misi Ketiga RPJMD Kabupaten
Sleman Tahun 2011-2014

Sumber: RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015

4.4

ANALISI SERAPAN ANGGARAN BELANJA URUSAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN PRO POOR, PRO
JOB, DAN PRO GROWTH DI KABUPATEN SLEMAN
Anggaran dalam urusan perencanaan pembangunan dapat terlihat hasilnya

dengan melihat serapan anggaran serta meningkatnya data kualitas pembangunan di
Kabupaten Sleman. Selama kurun waktu 2010-2014 serapan anggaran di Kabupaten
Sleman mengalami naik turun. Persentase serapan anggaran urusan perencanaan
pembangunan dari tahun 2010-2014 lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel, sebagai
berikut:

Tabel 3. Alokasi Anggaran Penyelenggaraan Urusan Perencanaan Pembangunan
Tahun 2010-2014

Sumber: LPPD Kabupaten Sleman

Persentase realisasi anggaran pada tahun 2010-2012 mengalami kenaikan.
Pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan sebesar 1,37%, dan tahun 2014
mengalami kenaikan kembali sebesar 92.93% dari tahun sebelumnya 90.08%.
Peningkatan yang terjadi akan lebih baik apabila dibarengi dengan peningkatan
pembangunan yang menunjukkan kesejahteraan di Kabupaten Sleman.
Dalam program dan kegiatan urusan perencanaan pembangunan daerah, ada
tiga program utama dalam penulisan ini yang menjadi fokus utama dalam
pembangunan. Realisasi anggaran ketiga program tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4. Realisasi Anggaran dari Tiga Program Utama Urusan Perencanaan
Pembangunan Tahun 2010-2014

Sumber: LPPD Kab.Sleman tahun 2010-2014

Selama tahun 2010-2014 dana yang dianggarkan disesuaikan dengan kondisi
Kabupaten Sleman, karena realisasi pada setiap program tahun 2010-2012 mengalami
penurunan dan pada tahun 2013-2014 realisasi anggarannya meningkat.
Adanya serapan anggaran yang semakin meningkat, diharapkan dapat meningkat
pula proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Sleman. Agar dapat mengetauhi
lebih jelas, digunakan indikator data makro utama untuk melihat perkembangan
pembangunan yaitu Pro Poor parameter yang digunakan untuk mengetahui usaha

pemerintah dalam pro poor digunakan data jumlah penduduk miskin, dan KK miskin
yang ada di Kabupaten Sleman, Pro Job parameter yang digunakan untuk mengetahui
usaha pemerintah dalam pro job digunakan data Perkembangan ketenaga kerjaan, dan
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha di
Kabupaten Sleman, dan pro growth melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sleman.
4.5

KINERJA REALISASI ANGGARAN TERHADAP PRO POOR, PRO JOB, DAN
PRO GROWTH
Melihat dari kinerja dari serapan anggaran diatas menunjukkan, kondisi

pembangunan di Kabupaten Sleman mengalami kenaikan. Untuk melihat lebih jelas
seperti apa perbandingan penggunaan realisasi anggaran krtiga program utama pada
urusan perencanaan pembangunan terhadap pro poor, pro job, dan pro growth, adalah
sebagai berikut:
Grafik 2. PERBANDINGAN PERSENTASE REALISASI PROGRAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DENGAN PDRB, JUMLAH PENDUDUK MISKIN, DAN TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2010-2014 KABUPATEN SLEMAN

Sumber: data diolah

Grafik diatas menunjukkan rata-rata kenaikan dari realisasi program sebesar
20.00%. Kenaikan yang cukup besar ini dibarengi dengan melihat pertumbuhan
indikator dari data makro. Pada realisasi anggaran tahun 2010-2012 mengalami
penurunan sampai dengan 14.52%, namun pada tahun tersebut PDRB di Kabupaten
Sleman mengalami kenaikan sampai 2012 sebesar 5.45%, penduduk miskin turun
menjadi 10.44%. Sedangkan tahun 2012-2014 kenaikan anggaran naik sampai dengan
29.78% tahun 2014. Kenaikan yang terjadi pada data makro tidak sebesar kenaikan

yang terjadi pada realisasi program dari urusan perencanaan pembangunan. Data
PDRB meunjukkan rata-rata kenaikan selama tahun 2010-2014 sebesar 5.33%.
Menurut LKj (Laporan Kinerja) 2014 Kabupaten Sleman, menyatakan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2014 terealisasi 5.81% dari target 5.85%, sehingga capaiannya
sebesar 99.32%.
Menurunnya tingkat pengangguran terbuka tahun 2013 tidak sebesar kenaikan
pengangguran terbuka tahun 2014. Penurunan 2012-2013 sebesar 2.04%, namun pada
tahu 2014 pengangguran bertambah menjadi 4.21%. Meski penduduk miskin di
Kabupaten Sleman lebih kecil dibandingkan dengan provinsi D.I Yogyakarta, persentase
penurunan tahun 2014 sampai 9.50% masih dianggap kecil dari peningkatan anggaran
yang terealisasi pada program urusan perencanaan pembangunan.

BAB 5
KESIMPULAN
5.1

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:
1.

Serapan Anggaran urusan perencanaan pembangunan di Kabupaten Sleman
dapat dikatakan memiliki serapan yang baik. Anggaran yang naik setiap tahunnya
relatif bermanfaat dengan memberikan kontribusi terhadap perbaikan indikator
pembangunan yaitu, pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, dan
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman.

2.

Perencanaan yang dilakukan BAPPEDA Kabupaten Sleman melalui bidang
perencanaan

pembangunan

sejalan

dengan

visi

dan

misi

atau

tujuan

pembangunan yang pro poor, pro job, dan pro grrowth.
5.2

SARAN
Hasil dari pengamatan masalah pada penelitian ini, saran dapat diberikan kepada

pemerintah kabupaten sleman sebagai berikut:
1.

Untuk menigkatkan kualitas pembangunan di kabupaten sleman, pemerintah
Kabupaten Sleman harus meningkatkan peran serta masyarakat

dalam

perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya. Memberikan arahan kepada
SKPD, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten agar dapat bekerjasama dengan
baik dalam pembangunan daerah.
2.

Meningkatnya serapan realisasi anggaran sebaiknya memperhatikan kenaikan
pada indikator ekonomi. Akan lebih baik apa bila kenaikan realisasi anggaran
dibarengi

dengan

kenaikan

indikator

ekonomi,

pengalokasian realisasi anggaran berjalan dengan baik.

sehingga

dapat

terlihat

DAFTAR PUSTAKA
Zarinah, M., & Darwanis, S. A. (2016). PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN DAN
KUALIAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP TINGKAT PENYERAPAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA. Jurnal Administrasi
Akuntansi, 5(1).

Juliani, D., & Sholihin, M. (2014). Pengaruh faktor-faktor kontekstual terhadap
Persepsian penyerapan anggaran terkait pengadaan Barang/jasa. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 11(2), 177-199.
Nurhalimah, D., & Abdullah, S. (2013). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan
Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Perangkat Daerah Di
Pemerintah Aceh. Jurnal Akuntansi ISSN, 2302, 0164.
Sinaga, E. J. (2016). Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga
(K/L) Dan Pemerintah Daerah. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional, 5(2), 261-274.
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Sleman Tahun
Anggaran 2014
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2015), Perencanaan Pembangunan
Bidang Perekonomian 2015.
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/143295-

%5B_Konten_%5D-

Konten%20D81.pdf
Badan

Pusat

Statistik

(2015),

Indeks

Pembangunan

Manusia

2010-2015.

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1211
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Undang-undang No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Seleman 2010-2014

Laporan Tahunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Sleman Tahun 2014
Laporan Kineja (LKj) Kabupaten Sleman Tahun 2014
Badan Pusat Statistik (2014), Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten Kota 20102014.
Haryanto, Heru. 2016. Analisis Kinerja Bidang Lingkungan Hidup Terhadap Kuaitas
Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman Tahun 2015: Sleman, Yogyakarta