Peran Akuntan dalam Tahap Pendirian pada
TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN
TEORI AKUNTANSI
ARTIKEL
PERAN AKUNTAN pada PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING
dalam TAHAP PENDIRIAN
Disusun oleh :
Wijayanto
12030113410012
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
Ketika sekarang banyak akuntan sudah dimanjakan dengan berbagai system akuntansi yang
sangat mendukung kerja harian dan proses pelaporan…Bagaimana nasib seorang akuntan yang
direkrut dalam sebuah perusahaan yang baru berdiri dan masih dalam tahap pengembangan
dengan status penanaman modal dari asing pula..Dan jangan membayangkan sudah
ada
system, program, struktur, bahkan SOP yang biasa nya sudah dijumpai pada perusahaan yang
telah mapan..Mari kita ikuti pernak pernik nya…
Peran Akuntan dalam Perusahaan
Sudah kita ketahui sebelumnya macam – macam peran akuntan yang banyak beredar di Indonesia
seperti Akuntan Manajemen, Akuntan Publik, Akuntan Pemerintah, Akuntan Pendidik. Dimana
siswa siswi setingkat SMU yang mengikuti jalur konsentrasi ilmu sosial dan ekonomi mendapat
pelajaran tersebut dalam studi pengantar Akuntansi. Dalam perkembangannya terutama dalam
segi bisnis yang terus tumbuh menjadi lebih kompleks, peran para akuntan tersebut berkembang
menjadi lebih spesifik sesuai dengan kebutuhannya masing-masing institusi, seperti peran sebagai
Internal atau Eksternal Auditor, Analis Kredit, Akuntan Forensik, Akuntan Pajak, Akuntan Beban
Pokok Produksi dan sebagainya.
Dalam sebuah perusahaan peran akuntan yang dapat ditemui dan paling mencolok adalah sebagai
akuntan keuangan dan akuntan manajemen. Sebagai akuntan keuangan dalam perusahaan, posisi
akuntan dituntut untuk dapat merangkai sebuah laporan keuangan yang manfaat informasi nya
dipergunakan bagi khalayak umum seperti jajaran manajemen atas, pemegang saham, eksternal
auditor, dirjen pajak, dsb. Tentu saja dalam pelaporan keuangan tersebut harus taat pada standard
yang berlaku dan diterima oleh umum. Sebagai akuntan manajemen dalam perusahaan, peran
akuntan berfungsi untuk memberikan informasi ekonomi kepada pihak-pihak di dalam
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Seperti contoh dalam sebuah perusahaan
manufaktur, akuntan pabrik memberikan nilai harga pokok produksi kepada manajer marketing
sebagai dasar untuk menentukan harga jual jual produk tersebut.
Pendirian Perusahaan Penanam Modal Asing
Investor yang akan memulai investasi nya harus melalui tahapan prosedur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut mencakup pembentukan
badan hukum, pengurusan perizinan, pemanfaatan fasilitas fiskal dan non fiskal yang disediakan
oleh pemerintah. Secara garis besar, prosedur untuk melakukan investasi di Indonesia ada tiga
tahap yaitu Persiapan, Konstruksi, dan Produksi atau Operasi.
Tahap persiapan adalah tahap pendirian Badan Hukum di Indonesia sebagai legalitas untuk
melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Dalam tahap ini ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan seperti pembuatan Ijin Prinsip, pembuatan Akta Pendirian Perusahaan, pengesahan
badan hukum oleh Menteri Hukum dan HAM. Pembuatan Ijin Prinsip digunakan sebagai dasar
pedoman pembuatan Akta Pendirian Perusahaan dalam bentuk PT untuk Penanam Modal Asing.
Khusus untuk perusahaan penanaman modal asing bentuk hukumnya memang harus sebagai
perseroan terbatas atau PT yang nantinya tertuang dalam pembuatan Akta Pendirian Perusahaan
oleh notaris yang ditunjuk. Akta Pendirian Perusahaan kemudian diproses oleh notaris untuk
mendapatkan pengesahan dan Menteri Hukum dan HAM di Indonesia.
Tahap konstruksi adalah tahap mempersiapkan sarana / prasarana fisik operasional perusahaan
dan dokumen – dokumen perijinan atau non perizinan pelaksanaan investasi. Adapun beberapa
dokumen yang perlu untuk diurus antara lain Angka Pengenal Impor Produsen ( API – P ) untuk
perusahaan industri, dokumen untuk pengurusan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor
mesin, fasilitas pajak penghasilan badan ( PPh ), dokumen perijinan daerah seperti IMB, ijin
gangguan / HO, SIUP, TDP, perijinan operasional lain yang berhubungan dengan jenis usaha dan
kementerian atau dinas terkait.
Tahap Produksi atau Operasi adalah tahap dimana perusahaan sudah siap untuk melakukan
kegiatan produksi ( perusahaan industri ) atau melakukan kegiatan operasional ( selain kegiatan
industri ). Dapat dikatakan siap produksi ini apabila kondisi minimal 80% mesin utama dari
kegiatan produksi telah terpasang di lokasi proyek. Sedangkan siap operasi adalah kondisi
dimana perusahaan di bidang usaha selain industri telah menyiapkan sarana dan prasarana dalam
rangka menjalankan kegiatan usahanya.
Akuntan dalam pendirian Perusahaan Penanaman Modal Asing
Dalam pembahasan kali ini kita akan fokus membahas mengenai posisi akuntan dalam
perusahaan yang baru didirikan dan bergerak di bidang industri manufaktur dimana penanam
modalnya sebagian besar dari pihak asing. Tentu saja dalam tahap pendirian maka proses
operasional utama perusahaan masih belum ada dan perusahaan sedang mencurahkan semua
kegiatannya untuk mendirikan perusahaan. Proses – proses yang terjadi, seperti yang sudah
ditulis sebelumnya, adalah kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan pembagian penanaman
modal, perijinan, konstruksi proyek, dan pengurusan fasilitas fiskal dari pemerintah. Lalu apa
saja yang bisa dilakukan seorang akuntan perusahaan dalam mengikuti proses-proses tersebut?
Pertama yang harus diperhatikan yaitu dari segi pencatatan transaksi perusahaan. Perlu diketahui
kapan tanggal pendirian perusahaannya berdasarkan tanggal di Akta Pendirian Perusahaan,
karena akan mempengaruhi pencatatan apakah ada aliran yang dianggap sebagai setoran modal
atau tidak, dinggap sebagai beban dibayar dimuka atau tidak. Jadi sebaiknya aliran yang masuk
atau pun keluar sebelum tanggal pendirian harus dibicarakan dengan pimpinan dan pemegang
saham perusahaan sehingga ada kesepakatan bersama mengenai status transaksi tersebut.
Pendirian perusahaan pada dasarnya bukan sekedar event ekonomis tetapi juga sekaligus
merupakan kejadian hukum. Ingat setiap transaksi harus tetap ada buktinya dan disimpan /
difilling dengan baik, karena jika belum ada system yang mendukung, maka krocek historis
pencatatan dapat dilihat dari filling dokumen yang lengkap.
Dari segi pencatatan pengeluaran harus dibedakan antara pengeluaran yang ada kaitannya dengan
perolehan aset tetap dan pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan peroleh aset tetap. Apabila
sebagai perolehan aset tetap ya dicatat sebagai aset tetap namun apabila perolehan aset tetap
tersebut belum 100% ( contoh seperti bangunan dalam pengerjaan ) dapat dicatat sebagai Aset
Lain – Bangunan dalam Pengerjaan. Jika sudah 100% proses pengerjaan selesai dan manfaatnya
dapat diperoleh untuk operasional perusahaan, maka aset tetap tersebut baru dapat dicatat sebagai
Aset Tetap dan bisa diamortisasikan. Nilai dari aset tetap tersebut termasuk dengan biaya – biaya
lain yang melekat untuk memperoleh aset tetap tersebut seperti contohnya biaya notaris untuk
mengurus perolehan tanah dan bangunan. Ketentuan lengkap mengenai Aset Tetap dapat dilihat
dalam PSAK 16 ( revisi 2011 ) mengenai Aset Tetap.
Lalu bagaimana dengan pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aset tetap?
Seperti dalam aturan PSAK 6 tahun 1994 mengenai Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan
dalam Tahap Pengembangan bahwa sebelum perusahaan beroperasi maka biaya yang timbul
selain perolehan aset tetap dapat dikategorikan sebagai biaya pra operasi dan dapat
diamortisasikan paling lama dalam kurun waktu 3 tahun. Yang bisa dikatakan sebagai biaya pra
operasi termasuk di dalamnya antara lain biaya pendirian perusahaan, biaya perijinan, biaya riset
pendahuluan, analisis dampak lingkungan, dsb. Namun dalam perkembangan nya PSAK 6 ( 1994
) ini dicabut karena DSAK IAI mensahkan PSAK 1 ( revisi 2009 ) yang menggantikan PSAK 1
( revisi 1998 ) serta PSAK 6. Dengan merujuk pada PSAK 19 ( revisi 2009 ) tentang Aset Tidak
Berwujud paragraph 68 dapat disimpulkan bahwa sejak tanggal 1 Januari 2011 untuk biaya-biaya
yang terkait dengan pendirian perusahaan seluruhnya harus langsung dibukuan sebagai beban
pada saat terjadinya. Termasuk dibukukannya juga biaya adminitrasi dan umum yang tidak dapat
dikategorikan sebagai biaya pra operasi karena manfaatnya tidak lebih dari satu periode akuntansi
seperti contohnya biaya listrik dan air, biaya telpon, biaya perlengkapan, biaya bensin parkir tol,
biaya administrasi bank dan sebagainya.
Nah, sekarang mari kita bahas mengenai mata uang yang digunakan dalam transaksi perusahaan
penanaman modal asing. Tentu kemungkinan yang sangat besar apabila perusahaan PMA di
Indonesia menggunakan jenis mata uang asing selain IDR Rupiah. Walaupun bukan perusahaan
PMA pun banyak perusahaan modal lokal menggunakan mata uang asing sebagai Rupiah, sebut
saja apabila ada pembelian bahan baku atau barang dagang dari impor luar negeri atau sebagian
penjualan diekspor ke luar negeri.
Dengan adanya lebih dari 1 mata uang yang digunakan dalam transaksi perusahaan, maka harus
dibedakan jenis mata uang mana yang akan menjadi mata uang utama. Mata uang utama ini
disebut sebagai mata uang fungsional. Faktor – faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan
dalam menentukan mata uang fungsionalnya adalah :
1. mata uang yang paling mempengaruhi harga jual dan beli barang atau jasa
2. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material, atau biaya pengadaan
lain untuk barang atau jasa
Apabila ditemukan ada mata uang lain selain mata uang fungsional perusahaan maka mata uang
tersebut perlu didenominasikan ke dalam satuan mata uang fungsional. Dalam proses denominasi
ini perlu menggunakan kurs tengah / kurs pajak yang berlaku untuk menentukan rate tukar mata
uang yang bisa dilihat contohnya melalui website www.kemenkeu.go.id/kurspajak atau
www.pajak.go.id. Kriteria – kriteria apa saja yang mempengaruhi proses denominasi ?
1. pos moneter / yang muncul dalam laporan posisi keuangan dijabarkan dengan
menggunakan kurs penutup / closing rate, yaitu kurs pajak pada akhir periode
2. pos non-moneter / yang muncul dalam laporan laba rugi dijabarkan dengan menggunakan
kurs histories / kurs pada saat transaksi terjadi
Apakah ada kemungkinan terjadi selisih kurs apabila dalam beberapa transaksi mata uang asing
memiliki rentang waktu dalam penyelesaiannya? Tentu saja ada. Selisih kurs tersebut dapat
menimbulkan keuntungan maupun kerugian. Untuk mencatat keuntungan / kerugian selisih kurs
ini dapat ditampung pada akun Selisih Kurs dan dilaporkan pada bagian Akumulasi Laba Rugi
Komprehensif pada Laporan Laba Rugi Komprehensif. Saldo nya positif menyebabkan laba dan
saldo negatif menyebabkan rugi. Berikut beberapa contoh penerapan pencatatan jurnal transaski
denominasi dan terjadi nya selisih kurs :
1. Pembelian dalam mata uang asing
Misal pada 10 Desember 2008, PT A membeli 200 unit bahan baku @ $100. Pada saat
pembelian kurs tukar adalah Rp 10.000 per $1, sedangkan kurs tutup akhir bulan
Desember 2008 adalah Rp 11.000, dan kurs pelunasan pembelian pada tanggal 20 Januari
2009 Rp. 12.000 . Mata uang fungsional PT A adalah IDR Rupiah maka jurnal transaksi
nya adalah sebagai berikut :
10-12-2008…..Jurnal PT A pada saat transaksi pembelian
Persediaan Bahan baku…………Rp 200.000.000
Hutang Dagang……………Rp 200.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x Rp 10.000 )
31-12-2008…..Jurnal penyesuaian PT A untuk mengakui kerugian selisih kurs ( nb.
Hutang dagang merupakan pos moneter yang harus didenominasi pada akhir periode )
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Hutang Dagang…………Rp 20.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 11.000 – Rp 10.000 ) )
20-12-2009…..Jurnal pembayaran Hutang Dagang
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Hutang Dagang………Rp 220.000.000
Kas…………Rp 240.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 12.000 – Rp 11.000 ) = Rp 20.000.000
200 x $100 x Rp 12.000 = Rp 240.000.000 )
2. Penjualan dalam mata uang asing
Misal pada 10 Desember 2008 PT A menjual 200 unit barang jadi @ $100. Pada saat
penjualan kurs tukar nya adalah Rp 10.000 per $1, sedangkan kurs penutup pada akhir
Desember 2008 adalah Rp 11.000 per $1, pada saat penerimaan pelunasan tanggal 20
Januari 2009 kurs nya adalah Rp 12.000 per $1, mata uang fungsional PT A adalah IDR
Rupiah, maka jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
10-12-2008…..Jurnal PT A pada saat penjualan
Piutang Dagang…………Rp 200.000.000
Penjualan…………Rp 200.000.000
( perhitungan : 200 x S100 x Rp 10.000 )
31-12-2008…..Jurnal penyesuaian PT A untuk mengakui keuntungan selisih kurs ( nb.
Piutang dagang merupakan jenis pos moneter yang didenominasi pada akhir periode )
Piutang Dagang…………Rp 20.000.000
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 11.000 – Rp 10.000 ) )
20-01-2009…..Jurnal pada saat dibayar
Kas…………Rp 240.000.000
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Piutang Dagang…………Rp 220.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 12.000 – Rp 11.000 ) = Rp 20.000.000
200 x $100 x Rp 12.000 = Rp 240.000.000 )
3. Biaya umum dalam mata uang asing
Misal PT A mempunyai bank dengan mata uang USD Dollar. Pada tanggal 26 Desember
2008 tercatat di rekening Koran bank mendebet $5 untuk beban administrasi bank. Kurs
tukar pada tanggal 26 Desember 2008 sebesar Rp 10.000 Jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah :
26-12-2008…..Jurnal mencatat beban administrasi bank. ( nb. Beban adm bank
merupakan pos non moneter, jadi dihitung nilai tukar kurs pada saat terjadi transaksi )
Beban adm bank …………Rp 50.000
Bank USD…………Rp 50.000
( perhitungan : $5 x Rp 10.000 = Rp 50.000 )
Jika mata uang fungsional ternyata tidak digunakan sebagai dasar pelaporan maka dari laporan
keuangan dengan menggunakan mata uang fungsional dapat ditranslasikan ke dalam mata uang
pelaporan. Hal ini bisa terjadi anggap saja bahwa perusahaan PMA yang ada di Indonesia ini
harus melaporkan Posisi Keuangannya ke perusahaan induk yang berada di US, setelah Laporan
Keuangan jadi dalam bentuk IDR Rupiah maka Laporan tersebut ditranslasikan ke dalam USD
Dollar untuk dilaporkan ke perusahaan induk.
Alasan dilakukan translasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang jelas atas operasi
perusahaan baik domestik maupun luar negeri
2. mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing
3. berkomunikasi secara efisien dengan pihak luar negeri
Kriteria kurs tukar / rate untuk mentranslasi Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
1. untuk pos moneter pada Laporan Posisi Keuangan ditranslasikan berdasarkan closing
rate / kurs tukar pada akhir periode laporan
2. untuk akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis pada saat perolehannya
3. untuk pos non moneter pada Laporan Laba Rugi Komprehensif ditranslasikan
berdasarkan kurs rata-rata dalam rentang waktu periode pelaporan
Demikian artikel mengenai sekilas pernak pernik tentang posisi akuntan dalam perusahaan
penanaman modal asing yang masih dalam tahap pendirian. Tantangan globalisasi mengharuskan
akuntan dapat beradaptasi dengan berbagai macam standar dan aturan baru bahkan secara tidak
langsung mengharuskan para akuntan untuk mempunyai wawasan diluar akuntansi guna
menerapkan proses system akuntansi yang benar dan dapat diterima baik secara domestik
maupun global. Semoga artikel ini bermanfaat. Sukses Selalu !
TEORI AKUNTANSI
ARTIKEL
PERAN AKUNTAN pada PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING
dalam TAHAP PENDIRIAN
Disusun oleh :
Wijayanto
12030113410012
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
Ketika sekarang banyak akuntan sudah dimanjakan dengan berbagai system akuntansi yang
sangat mendukung kerja harian dan proses pelaporan…Bagaimana nasib seorang akuntan yang
direkrut dalam sebuah perusahaan yang baru berdiri dan masih dalam tahap pengembangan
dengan status penanaman modal dari asing pula..Dan jangan membayangkan sudah
ada
system, program, struktur, bahkan SOP yang biasa nya sudah dijumpai pada perusahaan yang
telah mapan..Mari kita ikuti pernak pernik nya…
Peran Akuntan dalam Perusahaan
Sudah kita ketahui sebelumnya macam – macam peran akuntan yang banyak beredar di Indonesia
seperti Akuntan Manajemen, Akuntan Publik, Akuntan Pemerintah, Akuntan Pendidik. Dimana
siswa siswi setingkat SMU yang mengikuti jalur konsentrasi ilmu sosial dan ekonomi mendapat
pelajaran tersebut dalam studi pengantar Akuntansi. Dalam perkembangannya terutama dalam
segi bisnis yang terus tumbuh menjadi lebih kompleks, peran para akuntan tersebut berkembang
menjadi lebih spesifik sesuai dengan kebutuhannya masing-masing institusi, seperti peran sebagai
Internal atau Eksternal Auditor, Analis Kredit, Akuntan Forensik, Akuntan Pajak, Akuntan Beban
Pokok Produksi dan sebagainya.
Dalam sebuah perusahaan peran akuntan yang dapat ditemui dan paling mencolok adalah sebagai
akuntan keuangan dan akuntan manajemen. Sebagai akuntan keuangan dalam perusahaan, posisi
akuntan dituntut untuk dapat merangkai sebuah laporan keuangan yang manfaat informasi nya
dipergunakan bagi khalayak umum seperti jajaran manajemen atas, pemegang saham, eksternal
auditor, dirjen pajak, dsb. Tentu saja dalam pelaporan keuangan tersebut harus taat pada standard
yang berlaku dan diterima oleh umum. Sebagai akuntan manajemen dalam perusahaan, peran
akuntan berfungsi untuk memberikan informasi ekonomi kepada pihak-pihak di dalam
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Seperti contoh dalam sebuah perusahaan
manufaktur, akuntan pabrik memberikan nilai harga pokok produksi kepada manajer marketing
sebagai dasar untuk menentukan harga jual jual produk tersebut.
Pendirian Perusahaan Penanam Modal Asing
Investor yang akan memulai investasi nya harus melalui tahapan prosedur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut mencakup pembentukan
badan hukum, pengurusan perizinan, pemanfaatan fasilitas fiskal dan non fiskal yang disediakan
oleh pemerintah. Secara garis besar, prosedur untuk melakukan investasi di Indonesia ada tiga
tahap yaitu Persiapan, Konstruksi, dan Produksi atau Operasi.
Tahap persiapan adalah tahap pendirian Badan Hukum di Indonesia sebagai legalitas untuk
melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Dalam tahap ini ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan seperti pembuatan Ijin Prinsip, pembuatan Akta Pendirian Perusahaan, pengesahan
badan hukum oleh Menteri Hukum dan HAM. Pembuatan Ijin Prinsip digunakan sebagai dasar
pedoman pembuatan Akta Pendirian Perusahaan dalam bentuk PT untuk Penanam Modal Asing.
Khusus untuk perusahaan penanaman modal asing bentuk hukumnya memang harus sebagai
perseroan terbatas atau PT yang nantinya tertuang dalam pembuatan Akta Pendirian Perusahaan
oleh notaris yang ditunjuk. Akta Pendirian Perusahaan kemudian diproses oleh notaris untuk
mendapatkan pengesahan dan Menteri Hukum dan HAM di Indonesia.
Tahap konstruksi adalah tahap mempersiapkan sarana / prasarana fisik operasional perusahaan
dan dokumen – dokumen perijinan atau non perizinan pelaksanaan investasi. Adapun beberapa
dokumen yang perlu untuk diurus antara lain Angka Pengenal Impor Produsen ( API – P ) untuk
perusahaan industri, dokumen untuk pengurusan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor
mesin, fasilitas pajak penghasilan badan ( PPh ), dokumen perijinan daerah seperti IMB, ijin
gangguan / HO, SIUP, TDP, perijinan operasional lain yang berhubungan dengan jenis usaha dan
kementerian atau dinas terkait.
Tahap Produksi atau Operasi adalah tahap dimana perusahaan sudah siap untuk melakukan
kegiatan produksi ( perusahaan industri ) atau melakukan kegiatan operasional ( selain kegiatan
industri ). Dapat dikatakan siap produksi ini apabila kondisi minimal 80% mesin utama dari
kegiatan produksi telah terpasang di lokasi proyek. Sedangkan siap operasi adalah kondisi
dimana perusahaan di bidang usaha selain industri telah menyiapkan sarana dan prasarana dalam
rangka menjalankan kegiatan usahanya.
Akuntan dalam pendirian Perusahaan Penanaman Modal Asing
Dalam pembahasan kali ini kita akan fokus membahas mengenai posisi akuntan dalam
perusahaan yang baru didirikan dan bergerak di bidang industri manufaktur dimana penanam
modalnya sebagian besar dari pihak asing. Tentu saja dalam tahap pendirian maka proses
operasional utama perusahaan masih belum ada dan perusahaan sedang mencurahkan semua
kegiatannya untuk mendirikan perusahaan. Proses – proses yang terjadi, seperti yang sudah
ditulis sebelumnya, adalah kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan pembagian penanaman
modal, perijinan, konstruksi proyek, dan pengurusan fasilitas fiskal dari pemerintah. Lalu apa
saja yang bisa dilakukan seorang akuntan perusahaan dalam mengikuti proses-proses tersebut?
Pertama yang harus diperhatikan yaitu dari segi pencatatan transaksi perusahaan. Perlu diketahui
kapan tanggal pendirian perusahaannya berdasarkan tanggal di Akta Pendirian Perusahaan,
karena akan mempengaruhi pencatatan apakah ada aliran yang dianggap sebagai setoran modal
atau tidak, dinggap sebagai beban dibayar dimuka atau tidak. Jadi sebaiknya aliran yang masuk
atau pun keluar sebelum tanggal pendirian harus dibicarakan dengan pimpinan dan pemegang
saham perusahaan sehingga ada kesepakatan bersama mengenai status transaksi tersebut.
Pendirian perusahaan pada dasarnya bukan sekedar event ekonomis tetapi juga sekaligus
merupakan kejadian hukum. Ingat setiap transaksi harus tetap ada buktinya dan disimpan /
difilling dengan baik, karena jika belum ada system yang mendukung, maka krocek historis
pencatatan dapat dilihat dari filling dokumen yang lengkap.
Dari segi pencatatan pengeluaran harus dibedakan antara pengeluaran yang ada kaitannya dengan
perolehan aset tetap dan pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan peroleh aset tetap. Apabila
sebagai perolehan aset tetap ya dicatat sebagai aset tetap namun apabila perolehan aset tetap
tersebut belum 100% ( contoh seperti bangunan dalam pengerjaan ) dapat dicatat sebagai Aset
Lain – Bangunan dalam Pengerjaan. Jika sudah 100% proses pengerjaan selesai dan manfaatnya
dapat diperoleh untuk operasional perusahaan, maka aset tetap tersebut baru dapat dicatat sebagai
Aset Tetap dan bisa diamortisasikan. Nilai dari aset tetap tersebut termasuk dengan biaya – biaya
lain yang melekat untuk memperoleh aset tetap tersebut seperti contohnya biaya notaris untuk
mengurus perolehan tanah dan bangunan. Ketentuan lengkap mengenai Aset Tetap dapat dilihat
dalam PSAK 16 ( revisi 2011 ) mengenai Aset Tetap.
Lalu bagaimana dengan pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aset tetap?
Seperti dalam aturan PSAK 6 tahun 1994 mengenai Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan
dalam Tahap Pengembangan bahwa sebelum perusahaan beroperasi maka biaya yang timbul
selain perolehan aset tetap dapat dikategorikan sebagai biaya pra operasi dan dapat
diamortisasikan paling lama dalam kurun waktu 3 tahun. Yang bisa dikatakan sebagai biaya pra
operasi termasuk di dalamnya antara lain biaya pendirian perusahaan, biaya perijinan, biaya riset
pendahuluan, analisis dampak lingkungan, dsb. Namun dalam perkembangan nya PSAK 6 ( 1994
) ini dicabut karena DSAK IAI mensahkan PSAK 1 ( revisi 2009 ) yang menggantikan PSAK 1
( revisi 1998 ) serta PSAK 6. Dengan merujuk pada PSAK 19 ( revisi 2009 ) tentang Aset Tidak
Berwujud paragraph 68 dapat disimpulkan bahwa sejak tanggal 1 Januari 2011 untuk biaya-biaya
yang terkait dengan pendirian perusahaan seluruhnya harus langsung dibukuan sebagai beban
pada saat terjadinya. Termasuk dibukukannya juga biaya adminitrasi dan umum yang tidak dapat
dikategorikan sebagai biaya pra operasi karena manfaatnya tidak lebih dari satu periode akuntansi
seperti contohnya biaya listrik dan air, biaya telpon, biaya perlengkapan, biaya bensin parkir tol,
biaya administrasi bank dan sebagainya.
Nah, sekarang mari kita bahas mengenai mata uang yang digunakan dalam transaksi perusahaan
penanaman modal asing. Tentu kemungkinan yang sangat besar apabila perusahaan PMA di
Indonesia menggunakan jenis mata uang asing selain IDR Rupiah. Walaupun bukan perusahaan
PMA pun banyak perusahaan modal lokal menggunakan mata uang asing sebagai Rupiah, sebut
saja apabila ada pembelian bahan baku atau barang dagang dari impor luar negeri atau sebagian
penjualan diekspor ke luar negeri.
Dengan adanya lebih dari 1 mata uang yang digunakan dalam transaksi perusahaan, maka harus
dibedakan jenis mata uang mana yang akan menjadi mata uang utama. Mata uang utama ini
disebut sebagai mata uang fungsional. Faktor – faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan
dalam menentukan mata uang fungsionalnya adalah :
1. mata uang yang paling mempengaruhi harga jual dan beli barang atau jasa
2. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material, atau biaya pengadaan
lain untuk barang atau jasa
Apabila ditemukan ada mata uang lain selain mata uang fungsional perusahaan maka mata uang
tersebut perlu didenominasikan ke dalam satuan mata uang fungsional. Dalam proses denominasi
ini perlu menggunakan kurs tengah / kurs pajak yang berlaku untuk menentukan rate tukar mata
uang yang bisa dilihat contohnya melalui website www.kemenkeu.go.id/kurspajak atau
www.pajak.go.id. Kriteria – kriteria apa saja yang mempengaruhi proses denominasi ?
1. pos moneter / yang muncul dalam laporan posisi keuangan dijabarkan dengan
menggunakan kurs penutup / closing rate, yaitu kurs pajak pada akhir periode
2. pos non-moneter / yang muncul dalam laporan laba rugi dijabarkan dengan menggunakan
kurs histories / kurs pada saat transaksi terjadi
Apakah ada kemungkinan terjadi selisih kurs apabila dalam beberapa transaksi mata uang asing
memiliki rentang waktu dalam penyelesaiannya? Tentu saja ada. Selisih kurs tersebut dapat
menimbulkan keuntungan maupun kerugian. Untuk mencatat keuntungan / kerugian selisih kurs
ini dapat ditampung pada akun Selisih Kurs dan dilaporkan pada bagian Akumulasi Laba Rugi
Komprehensif pada Laporan Laba Rugi Komprehensif. Saldo nya positif menyebabkan laba dan
saldo negatif menyebabkan rugi. Berikut beberapa contoh penerapan pencatatan jurnal transaski
denominasi dan terjadi nya selisih kurs :
1. Pembelian dalam mata uang asing
Misal pada 10 Desember 2008, PT A membeli 200 unit bahan baku @ $100. Pada saat
pembelian kurs tukar adalah Rp 10.000 per $1, sedangkan kurs tutup akhir bulan
Desember 2008 adalah Rp 11.000, dan kurs pelunasan pembelian pada tanggal 20 Januari
2009 Rp. 12.000 . Mata uang fungsional PT A adalah IDR Rupiah maka jurnal transaksi
nya adalah sebagai berikut :
10-12-2008…..Jurnal PT A pada saat transaksi pembelian
Persediaan Bahan baku…………Rp 200.000.000
Hutang Dagang……………Rp 200.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x Rp 10.000 )
31-12-2008…..Jurnal penyesuaian PT A untuk mengakui kerugian selisih kurs ( nb.
Hutang dagang merupakan pos moneter yang harus didenominasi pada akhir periode )
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Hutang Dagang…………Rp 20.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 11.000 – Rp 10.000 ) )
20-12-2009…..Jurnal pembayaran Hutang Dagang
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Hutang Dagang………Rp 220.000.000
Kas…………Rp 240.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 12.000 – Rp 11.000 ) = Rp 20.000.000
200 x $100 x Rp 12.000 = Rp 240.000.000 )
2. Penjualan dalam mata uang asing
Misal pada 10 Desember 2008 PT A menjual 200 unit barang jadi @ $100. Pada saat
penjualan kurs tukar nya adalah Rp 10.000 per $1, sedangkan kurs penutup pada akhir
Desember 2008 adalah Rp 11.000 per $1, pada saat penerimaan pelunasan tanggal 20
Januari 2009 kurs nya adalah Rp 12.000 per $1, mata uang fungsional PT A adalah IDR
Rupiah, maka jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
10-12-2008…..Jurnal PT A pada saat penjualan
Piutang Dagang…………Rp 200.000.000
Penjualan…………Rp 200.000.000
( perhitungan : 200 x S100 x Rp 10.000 )
31-12-2008…..Jurnal penyesuaian PT A untuk mengakui keuntungan selisih kurs ( nb.
Piutang dagang merupakan jenis pos moneter yang didenominasi pada akhir periode )
Piutang Dagang…………Rp 20.000.000
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 11.000 – Rp 10.000 ) )
20-01-2009…..Jurnal pada saat dibayar
Kas…………Rp 240.000.000
Selisih Kurs…………Rp 20.000.000
Piutang Dagang…………Rp 220.000.000
( perhitungan : 200 x $100 x ( Rp 12.000 – Rp 11.000 ) = Rp 20.000.000
200 x $100 x Rp 12.000 = Rp 240.000.000 )
3. Biaya umum dalam mata uang asing
Misal PT A mempunyai bank dengan mata uang USD Dollar. Pada tanggal 26 Desember
2008 tercatat di rekening Koran bank mendebet $5 untuk beban administrasi bank. Kurs
tukar pada tanggal 26 Desember 2008 sebesar Rp 10.000 Jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah :
26-12-2008…..Jurnal mencatat beban administrasi bank. ( nb. Beban adm bank
merupakan pos non moneter, jadi dihitung nilai tukar kurs pada saat terjadi transaksi )
Beban adm bank …………Rp 50.000
Bank USD…………Rp 50.000
( perhitungan : $5 x Rp 10.000 = Rp 50.000 )
Jika mata uang fungsional ternyata tidak digunakan sebagai dasar pelaporan maka dari laporan
keuangan dengan menggunakan mata uang fungsional dapat ditranslasikan ke dalam mata uang
pelaporan. Hal ini bisa terjadi anggap saja bahwa perusahaan PMA yang ada di Indonesia ini
harus melaporkan Posisi Keuangannya ke perusahaan induk yang berada di US, setelah Laporan
Keuangan jadi dalam bentuk IDR Rupiah maka Laporan tersebut ditranslasikan ke dalam USD
Dollar untuk dilaporkan ke perusahaan induk.
Alasan dilakukan translasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang jelas atas operasi
perusahaan baik domestik maupun luar negeri
2. mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing
3. berkomunikasi secara efisien dengan pihak luar negeri
Kriteria kurs tukar / rate untuk mentranslasi Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
1. untuk pos moneter pada Laporan Posisi Keuangan ditranslasikan berdasarkan closing
rate / kurs tukar pada akhir periode laporan
2. untuk akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis pada saat perolehannya
3. untuk pos non moneter pada Laporan Laba Rugi Komprehensif ditranslasikan
berdasarkan kurs rata-rata dalam rentang waktu periode pelaporan
Demikian artikel mengenai sekilas pernak pernik tentang posisi akuntan dalam perusahaan
penanaman modal asing yang masih dalam tahap pendirian. Tantangan globalisasi mengharuskan
akuntan dapat beradaptasi dengan berbagai macam standar dan aturan baru bahkan secara tidak
langsung mengharuskan para akuntan untuk mempunyai wawasan diluar akuntansi guna
menerapkan proses system akuntansi yang benar dan dapat diterima baik secara domestik
maupun global. Semoga artikel ini bermanfaat. Sukses Selalu !