MANAJEMEN RISIKO kesehatan di tempat (7)

TUGAS MANAJEMEN RIKISO
OHSAS

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 5 (LIMA)
1.

2.
3.
4.
5.

YOHANES DUMUPA

: NRP : C1130494

ILAU KUM

: NRP : C1130484

MARSELINA MUTAWEYAU


: NRP : C1130486

MARSELUS MIFARO

: NRP : C1130487

KONIKA WESAREAK

: NRP : C1130489

INSTITUT KOPERASI INDONESIA
TAHUN 2015/2016

SEJARAH OHSAS diciptakan pada Tahun 1999 dan di perbaruhui
pada tanggal 1 juni 2007 sebagai tanggapan atas pernintahan
organisasi memiliki spesifikasi di kenali sistem manajemen
keselamatan kerja terhadap yang untuk menilai sistem manajemen
mereka OHSAS memberikan persyaratan untuk sistem manajemen
keselamatan kerja , yang kemungkinan sebuah organisasi untuk
mengontrol kesehatan dan risiko kesehatan di tempat kerja dan

menigkatkan kinerja mereka. Namun OHSAS tidak tetapkan kinerja
spesifik, dan memberikan spesifikasi rinci untuk desainng sistem
manajemen.
Spesifikasi OHSAS ini berlaku sebuah organisasi yang inginkan :
 Menetapkan suatu sistem manajemen untuk keselamatan dan
kesehatan kerja untuk menghilangkan atau menimbulkan
risiko kerjawa lainnya.
 Menetapkan memlihara dan terus meningkatkan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
 Memastikan kebijakan yang sesuai dengan kesehatan dan
keselamatan kerja yang ditetapkan oleh organisasi
 Menunjukan kepatuhan disebut pada orang lain
 Mencari spesifikasi /registrasinya sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja oleh organisasi eksternal
 Melakukan penilaian diri dan pernyataan sesuai dengan
spesifikasi OHSAS
OHSAS DI miliki keunggulan utama atas keselamatan lainnya dan stadar
kesehatan, kompabilitas dengan standar sistem manajemen ISO
LINGKUNGAN untuk memfasilitasi intraksi oleh organisasi manajemen
mutuh manajemen lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja jika

mereka ingin mekakukannya.
Pengertian Sistem Manajemen K3 / OHSAS
OHSAS – Occupational Health and Safety Assesment Series merupakan
standar internasional untuk penerapan Sistem Manajemen Kesehatan &
Keselamatan Kerja atau biasa disebut Manajemen K3 . Tujuan
dari OHSAS ini sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan
Sistem Manajemen K3 Permenaker, yaitu Perlindungan terhadap para
pekerja dari hal-hal yang tidak diinginkan yg timbul dari lingkungan kerja
ataupun aktifitas pekerjaan itu sendiri yang berdampak terhadap
kesehatan dan keselamatan para pekerja serta supaya tidak menimbulkan

kerugian besar yg diakibatkan dari kecelakaan kerja yang bisa menjadi
menjadikan citra buruk perusahaan dan bisa menurunkan image
perusahaan. seperti diketahui Banyak Industri ataupun bisa juga jasa yang
prosesnya berdampak negative terhadap lingkungan serta kesehatan dan
keselamatan pekerjanya, oleh karnanya di butuhkan manajemen
Kesehatan & Keselamatan Kerja - Manajemen K3 sehingga ada jaminan
bagi para pekerjanya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
perusahaan besar terutama OIL&GAS mewajibkan semua mitranya
minimal harus mengimplementasikan sistem Manajemen K3 atau biasa

di sebut dengan CSMS ( Contractor Safety Manajemen System ) serta
untuk bisa mengikuti tender syarat utamanya perusahaan wajib memiliki
dokumen
Standar OHSAS mengandung beberapa komponen utama yang harus
dipenuhi oleh perusahaan dalam penerapan Sistem Manajemen
K3 demi pelaksanaan Sistem Manajemen K3 yang berkesinambungan.
Komponen Utama OHSAS.
Komponen utama standar OHSAS dalam penerapannya di perusahaan
meliputi:
1. Adanya komitmen perusahaan tentang Sistem Manajemen K3 .
2. Adanya perencanaan tentang program-program

Sistem Manajemen K3
3. Operasi dan Implementasi Sistem Manajemen K3
4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan
Sistem Manajemen K3 di perusahaan
5. Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan
Sistem Manajemen K3 untuk pelaksanaan berkesinambungan.
Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam penyusunan
Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS dibagi menjadi 7

tahapan yaitu :
a) mengindentifikasi resiko dan bahaya mengidentifikasi ketetapan UU
dan peraturan hukum yang berlaku UU NO. 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja
b) menentukan target dan pelaksana program
c) melancarkan program perencanaan untuk mencapai target dan
objek yang telah ditentukan
d) mengadakan perencanaan terhadap kejadian darurat
e) peninjauan ulang terhadap target dan para pelaksana system
f) penetapan kebijakan sebagai usaha untuk mencapai kemajuan
yang berkesinambungan. Tahapan penerapan ini lebih panjang jika
dibandingkan dengan penerapan Sistem Manajemen K3 menurut
permenaker tetapi dari segi isi tidak ada perbedaan yang signifikan.

Untuk menerapkan system Manajemen K3 ini dibutuhkan tiga tahapan
proses yaitu :
1. Tahap Indentifikasi Awal Manajemen K3 - ohsas Analisa /

Indentifikasi terhadap tingkat kecukupan terhadap sistem dan
fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja di organisasi / industry.

Mencakup evaluasi proses di organisasi, pemeriksaan terhadap
prosedur yang ada, analisa tingkat kecelakaan pada masa lalu dan
peraturan atau perundang-undangan yang berlaku.
2.

Tahap Persiapan dan Implementasi Manajemen K3 - ohsas
Tahap ini merupakan tahap persiapan dokumen dan program kerja
serta pelaksanaan implementasinya. Pada tahap ini ada beberapa
elemen yang harus diperhatikan yaitu :


Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta
kepemimpinannya



Organisasi, sumberdaya dan training




Pengendalian operasional yang menjadi titik tolak prosedur
proses, peraturan kesehatan dan keselamatan kerja dan
perijinan di lingkungan kerja.



Tujuan dan target dari kesehatan dan keselamatan kerja



Panduan system kesehatan dan keselamatan kerja dan
dokumentasi



Pengendalian operasional yang mencakup pemantauan
kesehatan kerja, persiapan proyek, pembelian dan pemasok.




Pemeriksaan dan tindakan pencegahan, investigasi dan
tindakan perbaikan




Tindakan darurat
Pengendalian catatan, audit dan tinjauan manajemen.

3. Tahap Penilaian Kinerja Proses Manajemen K3 - ohsas Tahap

ini merupakan tahap penilaian terhadap system yang telah
diterapkan mencakup penilaian dokumentasi, verifikasi penerapan
dan tindakan perbaikan/ pencegahan yang diperlukan.
OHSAS Derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi di tempat kerja
merupakan hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping
hak-hak normatif lainnya. Perusahaan hendaknya sadar dan mengerti
bahwa pekerja bukanlah sebuah sumber daya yang terus-menerus
dimanfaatkan melainkan sebagai makhluk sosial yang harus dijaga dan


diperhatikan mengingat banyaknya faktor dan resiko bahaya yang ada di
tempat kerja.
Selain perusahaan, pemerintah pun turut bertanggungjawab untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan kerja. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
yang mengatur tentang K3 yaitu UU No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Permenaker No.05/Men/1996
tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Masalah kesehatan karyawan
Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan
adalah:
a. Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang
menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol
untuk menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah
hal ini, perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada
karyawan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak
memberikan kompromi dengan hal-hal yang merusak dan
penurunan kinerja (missal: absen, tidak rapi, kurang koordinasi,
psikomotor berkurang)

b. Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang
diberikan kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi
penyebab stress, namun beberapa diantaranya adalah:
 Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu
sendiri, dan kondisi kerja

Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah
finansial
c. Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi
psikis maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja
yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan
harapan. Burnout
mengakibatkan
kelelahan
emosional
dan
penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam
bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban

psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak
dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat
kumulatif
Namun tujuan mulia ini belum sepenuhnya dapat dicapai,
mengapa?
Kita lihat saja pada kondisi K3 di Indonesia, berdasar data tahun 2004
hingga Januari 2005, tingkat kecelakaan kerja di Indonesia mencapai
95.418 kasus dengan 1736 pekerja meninggal, 60 pekerja mengalami
cacat tetap, 2932 pekerja cacat sebagian dan 6114 pekerja mengalami
cacat ringan. Kondisi ini sesungguhnya sudah mengalami penurunan
angka kecelakaan kerja jika dibandingkan dengan data pada tahun 2003

yaitu 105.846 kasus, terjadi penurunan kasus sekitar 9,9%. Bila dirunut
dalam rentang 5 tahun mulai tahun 1999, kasus kecelakaan kerja di
Indonesia mengalami fluktuasi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Kasus kecelakaan kerja di Indonesia
Tahun

Jumlah
kasus

Pertumbuhan

1999

91.510

-

2000

98.902

8,08 %

2001

104.774

5,94 %

2002

103.804

-0,92 %

2003

105.846

1,97 %

2004
95.418
-9,85 %
Walaupun terjadi penurunan jumlah kasus kecelakaan kerja, pada tahun
2005 jumlah kecelakaan kerja di Indonesia menduduki peringkat tertinggi
di antara negara-negara ASEAN. Kondisi yang sama juga terjadi di tahun
2001, standar keselamatan kerja di Indonesia paling
buruk dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lain,
termasuk 2 negara lain yaitu Bangladesh dan Pakistan.
Mengapa angka kecelakaan kerja di Indonesia masih begitu
tinggi?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja,
yaitu unsafe condition dan unsafe behavior (kondisi tidak aman Dan
perilaku yang tidak aman ). Unsafe behavior merupakan perilaku dan
kebiasaan yang mengarah pada terjadinya kecelakaan kerja seperti tidak
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan penggunaan peralatan yang
tidak standard sedang unsafe condition merupakan kondisi tempat kerja
yang tidak aman seperti terlalu gelap, panas dan gangguan-gangguan
faktor fisik lingkungan kerja lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat
dieliminasi dengan adanya komitmen perusahaan dalam menetapkan
OHSAS memuat persyaratan-persyaratan yang sifatnya generik. Generik
agar standar keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat diaplikasikan oleh
berbagai organisasi dengan sifat, skala kegiatan, risiko dan lingkup
kegiatan organisasi. Organisasi, baik industri manufaktur maupun
perusahaan jasa, dapat menerapkan sistem keselamatan kerja OHSAS .
Elemen sentral OHSAS adalah manajemen risiko. Manajemen risiko
mencakup aspek-aspek seperti penentukan konteks, identifikasi risiko,
analisa risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, komunikasi dan proses
monitoring dan kaji ulang. Jadi, sebelum mengembangkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS hendaknya
dipelajari terlebih dahulu manajemen risiko.

Tujuan Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep OHSAS dengan tepat
2. Memahami proses-proses hingga manfaat dan tujuan OHSAS
3. Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif
4. Memecahkan masalah-masalah terkait OHSAS
5. Memahami pentingnya OHSAS dalam dunia kerja
OHSAS ditujukan kepada perusahaan yang ingin memiliki sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berguna
menghilangkan atau mengurangi tingkat risiko yang menimpa
karyawan atau pihak-pihaklain yang terkena dampak operasional
perusahaan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja secara kontimyu serta melalukan
sertifikasi atau self assesment.
Tujuan didirikan perusahaan diketahui meraih keuntungan (profit).
Mencapai tujuan itu hanya bisa terealisasi jika memiliki sistem
manajemen yang efektif. Banyak faktor yang mendukung
tercapainya sistem yang efektif. Selain faktor teknologi dan mutu,
berbagai faktor lain harus juga dipertimbangkan yakni faktor
lingkungan dan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
Oleh karena itu, sistem kesehatan dan keselamatan OHSAS harus
diintegrasikan dengan sistem manajemen perusahaan. SMK3 tidak
boleh berdiri sendiri dan terpisah dari sistem manajemen
perusahaan. Hal ini dipersyaratkan OHSAS, sistem keselamatan dan
kesehatan kerja wajib sejalan dengan visi dan misi perusahaan.
Tujuan penerapan OHSAS mengurangi dan mencegah kecelakaan
kerja yang dapat mengakibatkan cidera atau kerugian materi dan
sekaligus memberikan perlindungan kepada karyawan. Dampak
positif penerapan OHSAS dapat mengurangi angka kecelakaan
kerja. Apabila terjamin keselamatan, keamanan dan kesehatan
selama bekerja, karyawan akan bekerja optimal dan akan
berdampak terhadap barang atau jasa yang dihasilkan serta
kepuasan pelanggan. Selain itu, dengan adanya jaminan K3 kepada
karyawan, loyalitas kepada perusahaan meningkat. Bravo OHSAS!

Penerapan sistem OHSAS dalam organisasi industry memang merupakan
investasi besar dimana hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung.
Besarnya nilai investasi sebanding dengan banyaknya manfaat yang akan
diperoleh bagi organisasi industry yang menerapkan OHSAS . Beberapa
manfaat menerapkan OHSAS adalah :
1. Mengurangi pembengkakan biaya operasional yang mungkin timbul
dari kecelakaan kerja atau penurunan kesehatan
2. Meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan kerja
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan
4. Meningkatkan citra perusahaan di mata public nasional dan
internasional
5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa perusahaan sangat
peduli dengan K3 yang merupakan kebutuhan setiap manusia
6. Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan
terkait
7. Kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis lebih terbuka
lebar khususnya untuk spesifikasi pengadaan yang memerlukan
sertifikasi sebagai suatu persyaratan menjadi rekanan
8. Peningkatan terhadap manajemen resiko
OHSAS adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. OHSAS yang berlaku sekarang adalah
yang diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS, dan dimaksudkan
untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Ruang Lingkup OHSAS adalah setiap organisasi yang berkeinginan untuk :
1. Mengembangkan K3 untuk meminimalkan atau menghilangkan
risiko,
2. Menerapkan, memelihara dan secara berkelanjutan meningkatkan
sistem K3,
3. Memastikan kesesuaian dengan kebijakan K3,
4. Memperlihatkan kesesuaiannya kepada pihak terkait,
5. Mendapatkan pengakuan internasional/ sertifikasi,
Apa sajakah manfaat-manfaat yang diperoleh dari pendaftaran
OHSAS?


Kepuasan pelanggan – melalui PENGIRIMAN produk yang secara
konsisten memenuhi persyaratan pelanggan disertai perlindungan
terhadap kesehatan dan properti para pelanggan



Mengurangi

ongkos-ongkos

kehilangan

waktu

kerja

operasional – dengan mengurangi
karena

kecelakaan

dan

penurunan

kesehatan dan pengurangan ongkos-ongkos berkenaan dengan
biaya dan kompensasi hukum


Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan –
dengan perlindungan pada kesehatan dan properti karyawan, para
pelanggan dan rekanan



Persyaratan kepatuhan hukum – dengan pemahaman bagaimana
persyaratan suatu peraturan dan perundang-undangan tersebut
mempunyai pengaruh tertentu pada suatu organisasi dan para
pelanggan anda



Peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko – melalui
pengenalan secara jelas pada kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penerapan pada pengendalian dan pengukuran



Tercapainya

kepercayaan

masyarakat

terhadap

bisnis

yang

dijalankan – dibuktikan dengan adanya verifikasi pihak ketiga yang
independen pada standar yang diakui


Kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis – khususnya
spesifikasi pengadaan yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu
persyaratan sebagai rekanan

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terdapat beberapa
pengertian kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu menurut : a.
Hendarto) Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem
pengujian terhadap kegiatan operasi yang dilakukan secara kritis dan
sistematis untuk menentukan kelemahan unsur sistem (manusia, sarana
lingkungan dan perangkat lunak) sehingga dapat dilakukan langkah
perbaikan sebelum timbul kecelakaan/kerugian. b. Undang-undang RI No
23 tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara sosial ekonomi.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah.

PENUTUP
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh
(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-11.ppt)