DEVELOPING THE OVERALL AUDIT PLAN AND AU (10)

PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1
RMK KE-14
DEVELOPING THE OVERALL AUDIT PLAN AND AUDIT PROGRAM

Dosen Pengampu:
Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA
Oleh:
(Kelompok 5; no. urut tampil 14)
DIAN HANDAYANI (1502116209)
INTAN MARGARETH CHYNTIA (1502115910)
PUTERI WULANDARI (1502110543)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan RMK
dengan judul “Developing the Overall Audit Plan and Audit Program” ini guna

melengkapi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. H. M. Rasuli,
S.E., M.Si., Ak., CA. yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
RMK ini dan juga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga RMK ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan RMK ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.Dan semoga dengan selesainya RMK ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Pekanbaru, 30 Mei 2017

Kelompok 5

Statement of Authorship

Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa
RMK/makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri.
Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas
bahwa saya/kami menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.
Mata kuliah: Pemeriksaan Akuntansi I
Judul RMK/Makalah/Tugas: Developing the Overall Audit Plan and Audit
Program
Tanggal: 3 Mei 2017
Dosen: Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA
Nama: Dian Handayani
N I M: 1502116209
Nama: Intan Margareth Chyntia
N I M: 1502115910
Nama: Puteri Wulandari
N I M: 1502110543

JENIS PENGUJIAN


Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keseluruhan, auditor
menggunakan lima jenis pengujian (types of tests) untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
1. Prosedur penilaian risiko
Prosedur penilaian risiko dilaksanalan untuk menilai risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Sebagian besar prosedur penilaian risiko
auditor dilakukan untuk memahami pengendalian internal dan berfokus pada
aspek perancangan maupun implementasi pengendalian internal dan digunakan
untuk menilai risiko pengendalian pada setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi.
2. Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian digunakan untuk menentukan apakah pengendalian
telah berjalan dengan semestinya dan juga digunakan untuk menentukan
apakah pengendalian tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas
sampel transaksi.
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun terotomatisasi, dapat
mencakup jenis-jenis bukti berikut:
 Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan

 Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian


Melaksanakan-ulang prosedur klien

3. Pengujian substantif atas transaksi
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah
saji mata uang (sering disebut salah saji moneter) dari saldo laporan keuangan.
Pengujian substantif atas transaksi (substantive test of transactions)
digunakan untuk menguji salah saji moneter guna menentukan apakah keenam
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas
transaksi.
Jika yakin bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar dalam jurnal
dan diposting dengan benar, dengan mempertimbangkan keenam tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi, auditor dapat yakin bahwa total buku besar
sudah benar.
Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian secara terpisah dari
semua pengujian lainnya, tetapi sering kali lebih efisien melakukannya secara
bersamaan dengan pengujian substantif atas transaksi.
4. Prosedur analitis

Prosedur analitis (analytical procedures) melibatkan perbandingan jumlah
yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Standar
auditing mengharuskan hal itu dilakukan selama tahap perencanaan dan

penyelesaian audit. Meskipun tidak disyaratkan, prosedur analitis juga dapat
dilaksanakan pada audit saldo akun. Dua tujuan yang paling penting dari
prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah:
 Menujukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
 Memberikan bukti substantif
5. Pengujian atas rincian saldo
Pengujian rincian saldo (tests of details of balance) berfokus pada akhir
buku besar baik untuk akun neraca maupun laba ru-rugi. Penekanan utamanya
dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca.
Pengujian rincian saldo dapat membantu dalam menetapkan kebenaran
moneter akun-akun yang berhubungan dan karenanya merupakan pengujian
substantif.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG AKAN
DILAKSANAKAN
Ketersediaan Jenis Bukti untuk Prosedur Audit Selanjutnya

Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan
audit atas laporan keuangan, tetapi ada jenis tertentu yang lebih ditekankan,
tergantung pada situasinya.
Beberapa factor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian
yang akan dipilih, termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relative dari
setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal, dan risiko inheren.




Pengamatan dari table di atas:
















Rekalkulasi



Prosedur Analtiis

Pengamatan



Pelaksanaan
Ulang
Tanya-Jawab
dengan Klien


Dokumentasi

Konfirmasi

Pengujian pengendalian (termasuk
prosedur untuk memahami
pengendalian internal)
Pengujian substantive atas transaksi
Prosedur analitis
Pengujian rincian saldo

Pemeriksaan fisik

Prosedur Audit Selanjutnya
















Lebih banyak jenis bukti, enam jumlahnya, yang digunakan untuk
pengujian rincian saldo ketimbang jenis pengujian lainnya.
Hanya pengujian rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
Dokumentasi digunakan dalam setiap jenis pengejuian kecuali prosedur
analitis.
Pelaksanaan ulang digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali
prosedur analitis, dengan satu pengecualian.
Rekalkulasi digunakan untuk memastikan bahwa hal itu telah

diimplementasikan.

Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih
untuk memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi, biaya bukti itu merupakan
timbangan yang penting. Jenis pengujian yang tercantum berikut ini disusun
menurut peningkatan biayanya:
 Prosedur analitis
Paling murah karena relative mudah dihitung dan dibandingkan.
 Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memahami
pengendalian internal
Tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dengan
mudah dapat melakukan Tanya jawab
dan pengamatan serta
melaksanakan prosedur analitis perencanaan.
 Pengujian pengendalian
Biaya relative lebih rendah dibandingkan dengan pengajuan
substantive. Namun pengujian pengendalian jauh lebih mahal
dibandongkan prosedur pengendalian risiko auditor karena luas pengujian
yang diperlukan jauh lebih besar untuk mendapatkan bukti bahwa

pengendalian telah beroperasi secara efektif, terutamabila pengujian
pengendalian itu melibatkan pelaksanaan ulang.
 Pengujian substantive atas transaksi
Lebih mahal dibandingkan pengujian pengendalian yang tidak
mencakup pelaksanaan ulang, karena sering kali memerlukan rekalkulasi
dan penelusuran.
 Pengujian rincian saldo
Hampir selalu lebih mahal dibandingkan jenis prosedur yang lain,
karena biaya prosedur misalnya untuk mengirimkan konfirmasi dan
menghitung persediaan.
Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan,
sedangkan pengecualian dalam pengujian substantive atas transaksi atau
pengujian rincian saldo merupakan salah saji laporan keuangan. Pengecualian
dalam pengujian pengendalian disebut deviasi pengendalian.
Terdapat tiga tingkat defisiensi pengendalian: defisiensi, defisiensi yang
signifikan, dan kelemahan yang material. Auditor kemungkinan besar yakin
bahwa ada salah saji mata uang yang material dalam laporan keuangan apabila
deviasi pengujian pengendalian dianggap sebagai defisiensi yang signifikan atau
kelemahan yang material. Auditor kemudian harus melaksanakan pengujian
substantive atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk menentukan apakah
salah saji mata uang yang material telah benar-benar terjadi.
Hubungan Antara Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif
Apabila prosedur analitis mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa,
auditor harus melaksanakan pengujian substantive atas transaksi atau pengujian
rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji mata uang telah benar-benar
terjadi.jika auditor melaksanakan prosedur analitis dan yakin bahwa kemungkinan
salah saji yang material nilainya kecil, pengujian substantive lainnya dapat
dikurangi. Untuk akun-akun yang memiliki saldo yang kecil dan potensi
terjadinya salah saji yang material sangat minimal, seperti akun seperti akun
perlengkapan dan beban dibayar di muka, auditor sering kali membatasi
pengujiannya atas prosedur analitis substantive jika mereka menyimpulkan bahwa
akun-akun itu telah dinyatakan secara wajar.
Trade-Off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantive.
Selama tahap perencanaan, auditor memutuskan apakah akan menilai risiko
pengendalian di bawah maksimum. Jika melakukannya, auditor kemudian harus
melaksanakan pengujian pengendalian untuk menentukan aakah penilaian tingkat
risiko pengendalian itu didukung. Auditor harus selalu melaksanakan pengujian
pengendalian dalam audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Jika
pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko pengendalian, risiko deteksi
yang direncanakan dalam model risiko audit akan meningkat, dan karenanya,
pengujian substantive yang direncanakan dapat dikurangi.

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP
PENGUJIAN AUDIT
Standar auditing meengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit
dalam format elektronik, mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk
mengurangi risiko deteksi hingga tingkat yang dapat diterima dengan hanya

melakukan pengujian substantive. Misalnya, potensi untuk memprakarsai dan
mengubah informasi yang tidak layak mungkin lebih besar jika informasi itu
hanya diselenggarakan dalam format elektrnoik. Dalam situasi ini, auditor harus
melaksanakan pengujian pengendalian untuk mengumpulkan bukti guna
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian di bawah maksimum bagi asersi
laporan keuangan yang terpengaruh.walaupun beberapa pengujian substantive
masih diperlukan, auditor dapat mengurangi pengujian substantive secara
siginifikan jika hasil pengujian pengendalian mendukung keefektifan
pengendalian itu. Dalam audit natas perusahaan public, pengendalian yang
dilaksanakan computer harus diuji jika auditor mempertimbangkannya sebagai
pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin
dapat mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi.
Meskipun pengendalian umum yang efektif menghasilkan audit yang sangat
efisien, PCAOB standard 2 mengharuskan auditor perusahaan public untuk
meguji pengendalian setiap tahun.
Untuk menguji pengendalian atau data yang terotomatisasi, auditor
mungkin harus menggunakan teknis audit berbantuan
computer atau
menggunakan laporan yang dihasilkan TI untuk menguji efektivitas operasi
pengujian umum TI, seperti pengendalian pengubahan program dan pengendalian
akses. Ketika menguji pengendalian manual yang mengandalkan pada laporan
yang dihasilkan TI, auditor harus mempertimbangan baik efektivitas review
manajemen maupun pengendalian atas keakuratan informasi dalam laporan
keuangan.

BAURAN AUDIT
Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai respon
terhadap risiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi dari empat jenis pengendalian yang selanjutnya.
Kombinasi ini sering kali disebut bauran bukti. Dalam setiap kasus, asumsikan
bahwa bukti yang tepat yang mencukupi sudah terkumpul. Dalam setiap audit,
kita harus dapat menentukan uraian tentang klien dari bauran bukti.
Analisis Audit 1. Klien ini adalah sebuah perusahaan besar yang memiliki
pengendalian internal yang canggih dan risiko inheren yang rendah. Karena ini,
auditor melaksanakan pengujian pengendalian yang ekstensi dan sangat
mengandalkan pada pengendalian internal klien utnuk mengurangi pengujian
substantive. Prosedur analitis substantive yang ekstensif juga dilaksanakan untuk
mengurangi pengujian substantive lainnya. Jadi, pengujian substantive atas
transaksi dan pengujian rincian saldo dapat diminimalkan. Karena menekankan
pada pengujian pengendalian dan prosedur analitis substantive, audit dapat
dilakukan relative murah. Audit ini cenderung menyajikan bauran bukti yang

digunakan dalam audit terpadu terhadap laporan keuangan sebuah perusahaan
public dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Analisis Audit 2. Perusahaan ini berukuran sedang, yang memiliki sejumlah
pengendalian dan beberapa risiko inheren. Auditor telah memutuskan untuk
melakukan pengujian dalam jumlah sedang bagi semua jenis pengujian kecuali
prosedur analitis substantive, yang akan dilaksanakan secara ekstensif. Pengujian
yang lebih ekstensif akan diperlukan jika ditemukan risiko inheren yang spesifik.
Analisis Audit 3. Perusahaan ini berukuran sedang tetapi mempunyai segelintir
pengendalian yang efektif dan risiko inheren yang signifikan. Manajemen
mungkin telah memutuskan bahwa memiliki pengendalian internal yang lebih
baik tidak efektif dari segi biaya. Karena tidak memiliki pengendalian internal
yang efektif, kita dapat mengasumsikan bahwa perusahaan ini mungkin sebuah
perusahaan nonpublic. Tidak ada pengujian pengendalian yang dilakukan karena
ketergantungan pada pengendalian internal dianggap tidak tepat apabila
pengendalian itu tidak mencukupi bagi sebuah perusahaan nonpublic. Auditor
menekankan pada pengujian rincian saldo dan pegujian substantive atas transaksi,
tetapi beberapa prosedur analitis substantive juga dilakukan. Prosedur analitis
substantive biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantive lainnya
karena prosedur itu memberikan bukti tentang kemungkinan salah saji yang
material. Jika auditor sudah berharap menemukan salah saji yang material dalam
saldo akun, prosedur analitis tambahan tidak efektif dari segi biaya. Biaya audit
ini cenderung tinggi karena diperlukan jumlah pengujian substantive yang terinci.
Analisis Audit 4. Rencana awal pada audit ini adalah mengikuti pendekatan yang
digunakan dalam Audit 2. Namun, auditor mungkin menemukan penyimpangan
pengujian pengendalian yang ekstensif dan salah saji yang signifikan meskipun
melakukan pengujian susbtantif atas transaksi dan prosedur analitis substantive.
Karena itu, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal tidak efektif.
Pengujian rincian saldo yang ekstensif dilakukan untuk mengoffset hasil
pengujian lain yang tidak dapat diterima. Biaya audit ini lebih tinggi karena
pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi telah dilakukan
tetapi tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian rincian saldo.

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko
untuk menentukan penekanan yang tepat pada masing-masing
dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus bagi
setiap jenis harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian
digabungkan untuk membentuk program audit. Pada sebagian
besar audit, auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu
merekomendasikan bauran bukti kepada manajer penugasan.
Setelah bauran bukti tersebut disetujui, auditor yang

bertanggung jawab lalu menyusun program audit atau
memodifikasi program yang sudah ada agar memenuhi semua
tujuan audit, dengan mempertimbangkan hal-hal seperti
materialitas., bauran bukti, risiko inheren, risiko pengendalian,
dan setiap risiko kecurangan yang diidentifikasi, serta kebutuhan
akan audit yang terintegrasi bagi sebuah perusahaan publik.
Auditor yang bertanggung jawab itu juga cenderung
mendapatkan persetujuan dari manajer sebelum melaksanakan
prosedur audit atau mendelegasikan tugasnya kepada asisten.
Program audit dirancang untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Selain
pada bagian program audit yang berisi prosedur penilian risiko
yang dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit
bagi kebanyakan audit juga dirancang dalam tiga bagian
tambahan: pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, prosedur analitis substantif, dan pengujian rincian
saldo.
Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan
menggunakan serangkaian program sub-audit yang terpisah.
Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya, auditor dapat
menggunakan:
 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi untuk penjualan dan penerimaan
kas
 Program audit prosedur analitis substantif untuk
keseluruhan siklus

Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang
usaha, beban piutang tak tertagih, penyisihan untuk
piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa-rupa.
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi biasanya meliputi bagian deskriptif yang
mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal
yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
Program itu juga mungkin menyertakan suatu uraian tentang
prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal dan penilaian tingkat risiko pengendalian.
Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan
program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi. Berikut merupakan ilustrasi metodologi yang
digunakan untuk merancang pengujian tersebut.

Gambar 13-4 Metodologi untuk Merancang Pengujian
Memahami pengendalian internal

Menilai risiko pengendalian yang direncanakan

Menentukan luas pengujian pengendalian*

ian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
Prosedur audit
Ukuran sampel
Item yang dipilih
Penetapan waktu
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

*Luas pengujian pengendalian ditentukan oleh ketergantungan yang
direncanakan pada pengendalian. Untuk perusahaan publik, pengujian harus
mencukupi untuk mengeluarkan pendapat tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.

Prosedur audit tersebut meliputi pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, yang bervariasi tergantung
pada penilaian risiko pengendalian. Apabila pengendalian sudah
efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor akan
sangat menekankan pada pengujian pengendalian. Beberapa
atas transaksi juga akan disertakan. Jika risiko pengendalian
dinilai maksimum, hanya pengujian substantif atas transaksi
yang akan digunakan, dengan konsumsi audit itu dilakukan atas
perushaan nonpublik.
Prosedur Audit Ketika merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, auditor menekankan pada
pemenuhan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi
risiko pengendalian yang diperkirakan.
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi pada kelas transaksi yang diuji, seperti
penjualan.
2. Mengidentifikasi
pengendalian
kunci
yang
dapat
mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi,.
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi
semua pengendalian internal yang digunakan untuk
mengurangi
penilaian
pendahuluan
atas
risiko
pengendalian di bawah maksimum (pengendalian kunci).
4. Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan
setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi,
rancanglah pengujian substantif atas transaksi yang tepat,
dengan mempertimbangkan definisi dalam pengendalian
internal dan hasil yang diharapkan dari pengujian pada
pengendalian pada langkah 3.

Berikut merupakan ikhtisar pendekatan empat langkah untuk
merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi

Gambar 13-5 Pendekatan Empat Langkah untuk Merancang
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi
(langkah 1)

Mengidentifikasi pengendalian kunci dan membuat penilaian pendahuluan atas risiko
Merancang
pengendalian
pengujian pengendalian
(langkah 2)
(langkah 3)
Prosedur audit
Ukuran sampel
Item-item yang dipilih
Penetapan waktu

Merancang pengujian substantif atas transa
(langkah 4)
Prosedur audit
Ukuran sampel
Prosedur Analitis
Karena reltif murah, banyak auditor melaksanakan
Item-item yang dipilih
prosedur analitis pada semua audit. Prosedur analitis yang
Penetapan
dilaksanakan selama pengujian substantive, seperti audit
piutangwaktu
usaha, biasanya lebih berfokus dan lebih ekstensif ketimbang
yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Selama tahap
perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi persentase marjin
kotor untuk total penjualan, sementara selama pengujian
substantif atas piutang usaha, auditor dapat mengkalkulasi
persentase marjin kotor per bulan atau per lini bisnis, atau
mungkin keduanya. Prosedur analitis yang dihitung dengan

menggunakan jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dalam
mendeteksi salah saji ketimbang yang dihitung dengan
menggunakan jumlah tahunan, dan perbandingan per lini bisnis
biasanya akan lebih efektif ketimbang perbandingan seluruh
perusahaan.
Ketika auditor berencana menggunakan prosedur analitis
untuk memberikan keyakinan substantif tentang saldo akun, data
yang digunakan dalam kalkulasi harus dipandang cukup dapat
diandalkan. Ini berlaku untuk semua data, terutama data
nonkeuangan.
Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo,
auditor menggunakan metodologi yang berorientasi pada tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo. Dalam merencanakan
prosedur audit pengujian rincian saldo untuk memenuhi tujuan
tersebut, banyak auditor mengikuti metodologi sebagai berikut
untuk piutang usaha.

Gambar 13-6 Metodologi untuk Merancang Pengujian Rincian
Saldo-Piutang Usaha

Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha

Menetapkan salah saji yang dapat ditolerir dan menilai risiko inheren untuk piutang usaha

Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan

an melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan

Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha

audit
Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan auditProsedur
yang berkaitan
dengan saldo
Ukuran sampel
Item yang dipilih
Penetapan waktu

Perancangan prosedur ini biasanya adalah bagian paling sulit
dari seluruh proses perencanaan karena bersifat subjektif dan
memerlukan banyak pertimbangan profesional.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang
Usaha
Sebagai bagian dari memahami bisnis dan industri klien,
auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko bisnis klien
yang signifikan untuk menentukan apakah hal itu meningkatkan
risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Jika
setiap risiko bisnis klien yang diidnetifikasi mempengaruhi
piutang usaha, risiko itu harus dilibatkan dalam evaluasi auditor

atas risiko inheren atau risiko pengendalian. Risiko ini kemudian
akan mempengaruhi luas bukti yang tepat.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren untuk Piutang Usaha
Auditor harus memutuskan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas pada audit secara keseluruhan dan
kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi bagi untuk setiap
saldo yang signifikan. Untuk salah saji lebih rendah yang dapat
ditoleransi yang lebih rendah, diperlukan banyak pengujian
rincian, dan begitu sebaliknya. Beberapa auditor mengalokasikan
salah saji yang dapat ditoleransi ke setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo, tetapi sebagian besar tidak.
Risiko inheren dinilai dengan mengidentifikasi setiap aspek
dari sejarah, lingkungan, atau operasi klien yang menunjukkan
kemungkinan yang besar bahwa ada salah saji dalam laporan
keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang mempengaruhi
risiko inheren yang berlaku bagi piutang usaha meliputi
penciptaan piutang usaha, sifat bisnis klien, perjanjian awal,dan
faktor-faktor risiko inheren lainnya. Saldo akun, dimana risiko
inheren telah dinilai tinggi, akan menghasilkan lebih banyak
akumulasi bukti ketimbang akun dengan risiko inheren yang
rendah.
Risiko inheren juga dapat diperluas ke setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan
Penagihan
Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan
diterapkan baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam
audit atas piutang usaha. Pengendalian yang efektif akan
mengurangi risiko pengendalian dan karenanya,
juga
mengurangi jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian
substantif atas transaksi dan pengujian rincian saldo.
Pengendalian yang kurang memadai akan meningkatkan bukti
substantif yang diperlukan.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian serta
Pengujian Substantif atas Transaksi untuk Siklus Penjualan dan
Penagihan
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi dirancang dengan harapan hasil-hasil tertentu akan
diperoleh. Hasil yang diproduksi tersebut akan mempengaruhi
perancangan pengujian rincian saldo.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis untuk Saldo
Piutang Usaha
Auditor melaksanakan prosedur analitis substantif atas
akun-akun seperti piutang usaha demi dua tujuan: untuk
mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun dan
untuk mengurangi pengujian audit yang terinci. Hasil dari
prosedur analitis substantif secara langsung akan mempengaruhi
luas pengujian rincian saldo.

Merancang Pengujian Rincian Saldo Piutang Usaha untuk
Memenuhi Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo
Pengujian rincian saldo yang telah direncanakan meliputi
prosedur audit, ukutan sampel, item yang dipilih, dan penetapan
waktu. Prosedur ini harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun
serta setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo pada
setiap akun tersebut.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang
pengujian rincian saldo adalah perlunya memprediksi hasil dari
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan
prosedur analitis sebelum hal itu dilaksanakan. Prediksi ini
it yang berkaitan dengan transaksi
pada sebuahkarena
Menerapkan
kelas transaksi
tujuan auditharus
yang berkaitan
Memutuskan
dengan saldosalah
pada
Membuat
saji
saldo
yang
akun
pertimbangan
dapat
ditoleransi
pendahuluan tenta
diperlukan
auditor
merancang
pengujian
saldo
selama tahap perencanaan., tetapi perancangan yang tepat
tergantung pada hasil dari pengujian lainnya. ketika
merencanakan
pengujian
saldo,
biasanya
auditor
memprediksikan bahwa akan ada beberapa atau tidak ada
pengecualian dalam melakukan pengujian pengendalian,
pengujian
atas transaksi, dan prosedur analitis. Merancang
Jika
Merancang substantif
pengujian
pengendalian
unci dan membuat penilaian
pendahuluan
atas risiko
pengendalian
prosedur analitis
hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, dan prosedur analitis tidak sejalan dengan prediksinya,
auditor harus
mengubah
pengujian rincian saldo ketika audit
Prosedur
audit
sedang berlangsung.
Memutuskan risiko audit yang dapat d
Merancang
rincian Pengujian
saldo
Menilai risikoRincian
inheren
GambarUkuran
13-7 sampel
Pendekatan
untuk pengujian
Merancang
Saldo
Item yang dipilih

Prosedur audit

Penetapan waktu

Ukuran sampel
Item yang dipilih
Penetapan waktu

Merancang pengujian substantif atas transaskisi

Prosedur audit
Ukuran sampel
Item yang dipilih
Penetapan waktu

Menilai risiko bisnis klien

Salah satu bagian yang paling menantang dalam audit adalah
menerapkan dengan tepat faktor-faktor yang mempengaruhi
pengujan rincian saldo. Setiap faktor itu bersifat subjektif. Lebih
lanjut, dampak setiap faktor terhadap pengujian rincian saldo
juga sama subjektifnya.
Tingkat Disagregasi Aktivitas Perencanaan
Berbagai aktivitas perencanaan diterapkan pada tingkat
disagregasi yang berbeda, tergantung pada sifat aktivitas itu.
Tingkat disagregasi tersebut berkisar dari audit secara
keseluruhan hingga tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
bagi setiap akun.

P
P
P
P

Akun

Siklus

yang berkaitanTujuan Audit

P

yang BerkaitanTujuan Audit

AKTIVITAS PERENCANAAN
Menerima klien dan melaksanakan
perencanaan awal
Memahami bisnis dan industri klien
Menilai risiko bisnis klien
Mengumpulkan informasi untuk
menilai risiko kecurangan
Memahami pengendalian internal :
Lingkungan pengendalian

AuditKeseluruhan

Gambar 13-8 Tingkat Disagregasi untuk Penerapan Aktivitas
Perencanaan
TINGKAT DISAGREGASI

Penilaian risiko
P
Aktivitas pengendalian
P
Informasi dan komunikasi
P
Pemantauan
P
Mengidentifikasi pengendalian
P
internal kunci
Mengidentifikasi defisiensi
P
pengendalian internal
Merancang pengujian pengendalian
P
Merancang pengujian substantif
P
atas transaksi
Menilai risiko pengendalian
P
Menilai risiko inheren
P
P
Menilai risiko audit yang dapat
P
diterima
Menetapkan pertimbangan
P
pendahuluan tentang materialitas
Menetapkan salah saji yang dapat
P
ditoleransi
Merancang prosedur analitis
P
P
substantive
Merancang pengujian rincian saldo
P
P = Tingkat utama dimana aktivitas perencanaan diterapkan
Program Audit Ilustratif
Standar auditing mengharuskan auditor untuk menggunakan
program audit tertulis. Tabel 13-4 menunjukkan segmen
pengujian rincian saldo dari program audit atas piutang usaha.
Format itu digunakan untuk menghubungkan prosedur audit
dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Perhatikan
bahwa sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan,
dan lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk masingmasing tujuan. Prosedur audit juga dapat ditambahkan atau
dihapus apabila auditor merasa perlu. Bagi sebagian besar
prosedur audit, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan
waktu juga dapat diubah.
Program audit dalam Tabel 13-4 dikembangkan setelah
mempertimbangkan
semua
faktor
yang
mempengaruhi
pengujian rincian saldo dan didasarkan pada beberapa asumsi
tentang risiko inheren, risiko pengendalian, dan hasil dari
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi,
serta prosedur analitis substantif. Seperti yang telah ditunjukkan,
jika asumsi tersebut salah secara material, program audit yang
direncanakan mungkin akan memerlukan revisi.

Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling
sederhana adalah mengetik program audit pada pengolah kata
(word processor) dan menyimpannya dari satu tahun ke tahun
berikutnya
untuk
mempermudah
pengubahan
serta
pemutakhiran.
Pendekatan
yang
lebih
canggih
adalah
menggunakan perangkat lunak audit, yang akan membantu
auditor berpikir melalui pertimbangan perencanaan audit dan
memilih prosedur yang sesuai dari database prosedur audit.
Prosedur ini kemudian disusun menjadi program audit.
Hubungan Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi dan
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo serta Penyajian dan
Pengungkapan
Pengujian rincian saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo bagi setiap akun, dan luas
pengujian tersebut dapat dikurangi apabila tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi oleh pengujian
pengendalian atau pengujian substantif atas transaksi. Kita juga
harus memahami bagaimana setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi berhubungan dengan setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo. Tabel 13-5 menyajikan presentasi umum
dari hubungan tersebut dan mengilustrasikan bahwa meskipun
semua tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah
dipenuhi, auditor terutama masih akan mengandalkan pada
pengujian substantif atas saldo untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo berikut:
 Nilai yang dapat direalisasikan
 Hak dan kewajiban

Prosedur Audit
Pengujian Rincian

Item yang
Dipilih dari
Populasi

Penetap
an
Waktu
Pengujia
n

Hak

Ukuran
Sampel
untuk
Setiap
Prosedur
Audit

Detail tie-in
Eksistensi
Kelengkapan
Keakuratan
Klasifkasi
Cutof
yang Dapat Nilai Bersih

Tabel 13-4 Program Audit Pengujiam Rincian Saldo untuk Piutang
Usaha
Piutang Usaha Objektif
Audit
Terkait-Saldo

1. Memperoleh daftar
piutang; menelusuri akun
ke file induk, foot skedul,
dan menelusuri ke buku
besar.
2. Memperoleh analisis
penyisihan untuk piutang
tak tertagih beban
piutang tidak tertagih,
menguji keakuratan,
memeriksa otorisasi
untuk penghapusan, dan
menelusuri ke buku
besar.
3. Memperoleh
konfirmasi langsung
piutang usaha dan
melaksanakan prosedur
alternatif untuk
merespons.
4. Mereview akun
pengendali piutang
usaha selama periode
berjalan. Menyelidiki sifat
dan review pendukung
untuk setiap ayat jurnal
yang tidak biasa atau
besar atau ayat jurnal
yang tidak berasal dari
sumber jurnal normal.
Juga menyelidiki setiap
kenaikan atau penurunan
yang signifikan dalam
penjualan akhir tahun.
5. Mereview piutang
yang telah dibebankan
atau didiskontokan.
6. Menyelidiki
ketertagihan saldo akun.
7. Mereview daftar saldo
jumlah yang jatuh tempo
dari pihak yang terkait
atau karyawan, saldo
kredit, dan pos tidak

Menelusuri
dari 30 item;
memfoot 2
halaman dan
semua
subtotal.
Semua

Acak

I

X

Semua

Y

X X X X

50

10 terbesar
40 acak

I

X

X X X

X

N/A

N/A

Y

X

X X X

X

Semua

Semua

Y

N/A

N/A

Y

Semua

Semua

Y

X

X
X
X

X

biasa, serta wesel tagih
yang jatuh tempo setelah
1 tahun.
8. Menentukan bahwa
prosedur cutoff yang
tepat telah diterapkan
pada tanggal neraca
untuk memastikan
bahwa penjualan,
penerimaan kas, dan
memo kredit telah
dicatat dalam periode
yang benar.

20 Transaksi
untuk
penjualan
dan
penerimaan
kas; 10 untuk
memo kredit.

50%
Y
Sebelum
dan 50%
setelah akhir
tahun.

X

Pengujian substantif tambahan atas saldo juga mungkin
dilaksanakan untuk tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
lainnya, tergantung pada hasil dari pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi.
Auditor juga melaksanakan prosedur audit untuk mendapatkan
assurance atau keyakinan tentang empat tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Pendekatan
yang ditempuh auditor untuk memperoleh bukti yang
bersangkutan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan konsisten dengan pendekatan
yang diuraikan dalam bab ini. Auditor akan melaksanakan
pengujian pengendalian untuk mendukung penilaian risiko
pengendalian yang lebih rendah bagi masing-masing dari empat
tujuan
audit
yang
berkaitan
dengan
penyajian
dan
pengungkapan. Auditor juga melaksanakan prosedur substantif
untuk memperoleh assurance atau keyakinan bahwa semua
tujuan audit telah tercapai menyangkut informasi dan jumlah
yang termasuk dalam pengungkapan itu.
Tabel 13-5 Hubungan Tujuan Audit yang Berkaitan dengan
Transaksi dan Tujuan Audir yang Berkaitan dengan Saldo
Tujuan Audit
Tujuan Audit
yang
Sifat
yang
Berkaitan
Hubung
Penjelasan
Berkaitan
dengan
an
dengan Saldo
Tranasaksi
Keterjadian
Eksistensi atau
langsung Ada hubungan langsung
kelengkapan
antara tujuan audit
keterjadian yang berkaitan

Kelengkapan
Keakuratan
Posting dan
Ikhtisar
Klasifikasi
Penetapan
Waktu

Kelengkapan
atau eksistensi
Keakuratan

Langsun
g
Langsun
g
Detail tie-in
Langsun
g
Klasifikasi
Langsun
g
Cutoff
Langsun
g
Nilai bersih yang Tidak
dapat
ada
direalisasikan

Hak dan
kewajiban

Tidak
ada

dengan transasksi dengan
tujuan audit eksistensi yang
berkaitan dengan saldo jika
kelas transaksi menaikkan
saldo akun terkait (misalnya
transaksi penjualan
meningkatkan piutang
usaha).
Ada hubungan langsung
antara tujuan audit
keterjadian yang berkaitan
dengan transaksi dengan
tujuan audit kelengkapan
yang berkaitan dengan saldo
jika suatu kelas transaksi
menurunkan saldo akun
terkait (misalnya transaksi
penerimaan kas menurunkan
piutang dagang).
Lihat komentar di atas untuk
tujuan eksistensi.
Beberapa pengendalian
internal atas nilai bersih yang
dapat direalisasikan
berkaitan dengan kelas
transaksi, tetapi proses
persetujuan kredit
mempengaruhi luas
pengujiannya.
Beberapa pengendalian
internal atas hak dan
kewajiban berkaitan dengan
kelas transaksi.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A. 2008. Auditing dan jasa Asurance. Jakarta: Erlangga.