Teori Congitive Psikologi Belajar psikologi

BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI KOGNITIF
Teori kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi
kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Dalam
perspektif psikologi kognitif belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan
behaviorial yang bersifat jasmani, meskipun hal yang bersifat jasmani lebih nampak
pada hampir setiap proses belajar. Secara lahiriah seorang anak yang sedang bermain
sambil belajar, misalnya, tentu menggunakan seperangkat jasmaniah (tangan, kaki,
mulut, mata, telinga) untuk bermain dan belajar. Hal tersebut terjadi bukan sematamata respon terhadap stimulus yang ada akan tetapi yang lebih penting karena proses
mental yang diatur oleh otaknya.
Menurut Riyanto (2010) teori belajar kognitif merupakan teori yang lebih
mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya berada pada proses
stimulus dan repson melainkan melibatkan proses mental yang kompleks. Pendekatan
psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia,
tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan ditetapkan tanpa
melibatkan proses mental, seperti motivasi, keyakinan, pengalaman, dan sebagainya.
Menurut pengertian penjelasan diatas, aliran kognitif sangat besar pengaruhnya
terhadap proses belajar, karena lebih melibatkan proses mental yang dimiliki setiap
individu. Membicarakan teori belajar aliran kogntif tidak lepas dari tokoh-tokoh
ahlinya, oleh sebab itu dalam makalah ini akan dijelaskan lebih detail tentang

beberapa tokoh seperti J. Piaget, D.P Ausubel, dan J. Brunner.
B. TEORI BELAJAR J. PIAGET
J. Piaget (1896-1980) adalah seorang psikolog asal Swiss yang sangat tertarik
pada pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. Menurutnya perkembangan kognitif
adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi dengan
Makalah Psikologi Belajar

3

lingkungan. Menurut Piaget proses belajar terjadi dari tiga tahapan yaitu : asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke
struktur kognitif yang telah ada dalam siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif

kedalam

situasi

yang


baru.

Ekuilibrasi

adalah

penyesuaian

berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Di beberapa sumber lain yakni
skema dan adaptasi. Skema adalah struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan
untuk mengatasi situasi tertentu di lingkungannya, menangkap apa yang mereka lihat
dan membentuk skema yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses
menyesuaikan pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran
individu.
Peaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Tahapan tersebut dibagi menjadi empat
tahap, yaitu, 1) Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), seorang anak belajar
mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian
perbuatan yang bermakna. 2) Tahap Pra-operational (2-7 tahun), seorang anak masih
sangat dipengaruhi pleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan

indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan – hubungan dan
menyimpulkan sesuatu secara konsisten. 3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun),
seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan
menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi
nyata secara bersama-sama. 4) Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas), kegiatan
kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini,
kemampuan menalar secara meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir
secara deduktif, pada tahap ini pula, seorang mampu mempertimbangkan beberapa
aspek dari situasi secara bersama-sama.
Piaget juga mengemukakan selain tahapan tersebut diatas, perkembangan
kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak,
interaksi anak dengan objek-objek di sekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental
anak dalam menghubungkan pengalamannya kerangka kognitifnya (pengalaman
Makalah Psikologi Belajar

4

fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya dengan kerangka
kognitifnya (pengalaman logico mathematics), dan interaksi anak dengan orang-orang
di sekitarnya. Berangkat dari hal tersebut, pengikut Piaget menyakini bahwa

pengalaman

belajar aktif cenderung meningkatkan

perkembangan kognitif,

sedangkan pengalaman belajar pasif cnderung mempunyai akibat yang leih sedikit
dalam meningkatkan perkemabngan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa siswa
melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkrit.
C. TEORI BELAJAR D.P. AUSUBEL
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan
teori belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar
menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya
menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep
ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Menurut Ausubel
pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel

adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila
seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah
ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke
dalam struktur pengetahuan mereka.
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
1.

Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau
sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang

Makalah Psikologi Belajar

5

ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada.
2.


Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

3.

Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan
pengetahuan lain yang telah dimiliki.

4.

Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran
yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk
akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

Teori Belajar Bermakna Ausubel sangat dekat dengan Konstruktivisme.

Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena,
dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian
yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu
siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif
siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne,
Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel,
lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram,
dan ilustrasi.
D. TEORI BELAJAR J. BRUNNER

Makalah Psikologi Belajar

6

Pendekatan psikologi kognitif dalam teori pengajaran dipelopori oleh Jerome

Bruner (1915-) seorang ahli psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Bruner
banyak melakukan penelitian psikologi terutama mengenai persepsi, motivasi, belajar
dan berpikir. Bruner menganggap manusia sebagi pengolah informasi, pemikir dan
pencipta. Mahaguru Universitas Harvard ini pernah mendirikan pusat penelitian
untuk mempelajari kognitif dan juga menjadi pimpinannya. Penelitian dan ide-idenya
dipengaruhi oleh Piaget terutama mengenai perkembangan kognitif manusia. Ia juga
memperluas kontribusi psikologi dengan mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai
bidang seperti Biologi, Antropologi, Sosiologi, Linguistik, Filsafat dan lain-lain.
Sungguhpun demikian ia mengakui bahwa pikiran-pikirannya berkat sumbangan dari
banyak pemikir. Sumbangan itulah yang juga menolong pola berpikirnya. Ia sangat
menaruh perhatian kepada; Apakah yang diperbuat manusia dengan informasi yang
diterimanya dan bagaimana mereka menggunakan informasi untuk mencapai
pengertian umum atau pemahaman kemampuannya.
Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode,
yakni (1) informasi, (2) transformasi (3) evaluasi (pengkajian pengetahuan).
Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya,
ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya,
misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
Transformasi, informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam

bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang
lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh
dan transformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode selalu ada. Yang menjadi masalah ialah berapa
banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan. Lama tiap episode
tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan,

Makalah Psikologi Belajar

7

motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk
menemukan sendiri.
Teori belajar bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu
enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami
atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara
untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model
mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang
terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

Tahap enaktif dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan
atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
Tahap ikonik pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai
menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini,
peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat
memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan
oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.
Tahap simbolik tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan
tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan
penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem
berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan
dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan
diproses untuk mencapai pemahaman.
Bruner menganjurkan penggunaan metode discovery learning, inquiry learning,
dan problem solving. Metode discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi
bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan
reception learning dan expository teaching, dimana guru menerangkan semua
informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu, diantaranya J. Dewey
(1993) dengan complete art of reflective activity atau terkenal dengan problem

solving. Ide Bruner itu ditulis dalam bukunya Process of Education. Didalam buku ini
Makalah Psikologi Belajar

8

ia melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science, ahli sekolah atau
pengajar dan pendidik tentang pengajran science. Dalam hal ini ia mengemukakan
pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk
intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan
pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin
meningkat ke arah yang abstrak.
E. PENERAPAN ALIRAN KOGNITIF
Misi dari pemerolehan pengetahuan melalui strategi pembelajaran kognitif
adalah kemampuan memperoleh, menganalisis, dan mengolah informasi dengan
cermat serta kemampuan pemecahan masalah. Menurut teori belajar kognitif,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Proses pembelajaran siswa
merupakan pembentukan lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk
membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip siswa berdasarkan kemampuannya
sendiri melalui proses internalisasi.
Aplikasi teori belajar kogitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.

Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya.

b.

Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.

c.

Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.

d.

Guru

memperhatikan

perbedaan

individual

siswa

untuk

mencapai

keberhasilan siswa.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
a.

Memusatkan perhatian kepada cra berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar kepada hasilnya.

Makalah Psikologi Belajar

9

b.

Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan belajar.

c.

Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan
perkembangan.

d.

Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.

F. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN ALIRAN KOGNITIF
Kelebihan :
1.

Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri

2.

Membantu siswa memahami belajar secara lebih mudah

3.

Melatih pembelajar untuk melakukan sebuah tugas dengan cara yang sama
dengan memampukan konsistensi

4.

Menjalankan kerutinan yang pasti untuk menghindari masalah

Kekurangan :
1.

Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan

2.

Sulit dipraktikan khususnya di tingkat lanjut

3.

Pembelajar mempelajari sebuah cara menyelesaikan tugas tapi tidak mencari
cara terbaik atau disesuaikan dengan pembelajar tersebut atau situasinya.

Makalah Psikologi Belajar

10