Pengalihan Saham Dalam Perjanjian Jual Beli Saham Melalui Internet Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

(1)

PENGALIHAN SAHAM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh: Tri Kurniawan

070200384

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGALIHAN SAHAM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas

dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH : Tri Kurniawan NIM : 070200384

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen

Windha, SH. M.Hum. NIP : 197501122005012002

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof.Dr.Bismar Nasution.SH.M.Hum Windha, SH. M.Hum NIP : 195303121983031002 NIP. 197501122005012002


(3)

ABSTRAK

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. Teknologi internet kini memungkinkan para pedagang saham dapat melakukan jual beli saham, melihat harga saham secara langsung, melihat profil emiten, membuka dan memantau rekening transaksi serta pengecekan portofolio tanpa dia harus meninggalkan layar komputernya. Agar transaksi jual beli saham melalui internet dapat berjalan dengan aman, efektif, dan efisien perlu didukung oleh aturan-aturan hukum yang mampu mengikuti perkembangan teknologi. Oleh karena, itu perlu penelusuran lebih lanjut mengenai aturan hukum bagaimana proses jual beli saham melalui internet, serta penglihannya apakah sudah sesuai atau tidak dengan peraturan hukum di bidang pasar modal.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah hak-hak kebendaan atas saham, bagaimanakah aspek hukum pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan bagaimanakah kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dikaitkan dengan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif.

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah perusahaan dan saham merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Pada transaksi e-commerce kesepakatan atau perjanjian yang tercipta adalah melalui online karena menggunakan media elektronik yaitu internet. Hampir sama dengan perjanjian jual beli umumnya perjanjian jual beli online juga akan terdiri dari penawaran dan penerimaan sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain. Jika dilihat dari esensi dari transaksi pengalihan saham melalui internet yang dilakukan secara elektronik, sepanjang para pihak tidak keberatan dengan prasyarat dalam perjanjian tersebut, segala bukti transaksi yang dihasilkan dalam transaksi tersebut memiliki nilai yang sama dengan dokumen transaksi konvensional. Pasal 18 jo Pasal 11 UU ITE telah menegaskan transaksi elektroknik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak yang yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing- masing pihak, asalkan ditandatangani secara elektronik oleh para pihak sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt dan junjungan kita, Rasulullah Saw atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya.

Tiada ungkapan yang lebih pantas diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul:

PENGALIHAN SAHAM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

Sesungguhnya banyak pihak yang memberikan dorongan dan pencerahan serta dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis merasa sangat berhutang budi terhadap mereka yang telah memberikan kontribusi dan wawasan keilmuan di bidang hukum. Mudah-mudahan menjadi amal jariah bagi mereka nantinya. Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Syafruddin Hasibuan, SH., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. M. Husni, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Windha, SH. M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Prof.Dr.Bismar Nasution.SH.M.Hum selaku dosen Pembimbing I di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Windha, SH. M.Hum. selaku dosen Pembimbing II di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

8. Dan Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan mudah-mudahan ilmu yang telah mereka berikan bermanfaat dan menjadi amal


(5)

jariah nantinya. Seluruh Tenaga Administrasi serta staf Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Secara Khusus Penulis juga ingin mengungkapkan penghargaan dan penghormatan serta ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua saya.

10.Buat semua teman- temanku seperjuangan selama menuntut Ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Khususnya sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2007.

Kiranya tidak lah cukup kata-kata yang penulis sampaikan kepada mereka yang telah mendorong, memberikan nasehat dan bimbingan dalam menghadapi perjuangan hidup ini. Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan mereka. Amiin.

Sebagai manusia makhluk Allah yang Dha’if yang tidak luput dari kesalahan dalam bertindak, tentunya penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kepada para pembaca penulis mengharapkan agar dapat membaca dan menghayati kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan lembar demi lembar dalam skripsi ini dan untuk kemudian memberikan kritik dan saran untuk membenahi apa saja yang dirasa kurang dalam skripsi ini. Bila ada kebenaran dalam skripsi ini, sesungguhnya itu datangnya dari kekuasaan Allah Swt Tuhan Yang Maha Kuasa. Adapun bila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini, itu datangnya dari penulis sendiri karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya. Akhirnya kepada Allah Swt penulis memohon ampunan dan kepada manusia penulis meminta maaf semoga saya dalam mengarungi hidup ini selalu dalam naungan dan ridhonya Allah Swt. Amin.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Perumusan Masalah ... C Tujuan dan Manfaat Penulisan... D. Keaslian Penulisan ... E. Tinjauan Kepustakaan ... F. Metode Penulisan ... G. Sistematika Penulisan ...

BAB II HAK-HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM

A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham ….……… B. Kepemilikan Saham ... C. Jenis dan Klasifikasi Saham ... D. Penjualan dan Pemindahan Saham ...

BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM DALAM

PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Prinsip-prinsip Transaksi Elektronik menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ... B. Pengalihan Saham menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun


(7)

(8)

BAB IV KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PENGALIHAN SAHAM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Sistem Hukum Pembuktian dalam Kerangka Hukum Perdata dan Pidana ... B. Kekuatan Pembuktian Elektronik dalam Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 ... C. Kekuatan Hukum Pembuktian Pengalihan Saham dalam

Perjanjian Jual Beli Saham Melalui Internet ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...


(9)

ABSTRAK

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. Teknologi internet kini memungkinkan para pedagang saham dapat melakukan jual beli saham, melihat harga saham secara langsung, melihat profil emiten, membuka dan memantau rekening transaksi serta pengecekan portofolio tanpa dia harus meninggalkan layar komputernya. Agar transaksi jual beli saham melalui internet dapat berjalan dengan aman, efektif, dan efisien perlu didukung oleh aturan-aturan hukum yang mampu mengikuti perkembangan teknologi. Oleh karena, itu perlu penelusuran lebih lanjut mengenai aturan hukum bagaimana proses jual beli saham melalui internet, serta penglihannya apakah sudah sesuai atau tidak dengan peraturan hukum di bidang pasar modal.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah hak-hak kebendaan atas saham, bagaimanakah aspek hukum pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan bagaimanakah kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dikaitkan dengan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif.

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah perusahaan dan saham merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Pada transaksi e-commerce kesepakatan atau perjanjian yang tercipta adalah melalui online karena menggunakan media elektronik yaitu internet. Hampir sama dengan perjanjian jual beli umumnya perjanjian jual beli online juga akan terdiri dari penawaran dan penerimaan sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain. Jika dilihat dari esensi dari transaksi pengalihan saham melalui internet yang dilakukan secara elektronik, sepanjang para pihak tidak keberatan dengan prasyarat dalam perjanjian tersebut, segala bukti transaksi yang dihasilkan dalam transaksi tersebut memiliki nilai yang sama dengan dokumen transaksi konvensional. Pasal 18 jo Pasal 11 UU ITE telah menegaskan transaksi elektroknik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak yang yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing- masing pihak, asalkan ditandatangani secara elektronik oleh para pihak sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan pasar modal yang sehat, transparan dan efisien. Peningkatan peranan di bidang pasar modal, merupakan suatu kebijakan dari pemerintah, dengan demikian maka jelaslah perlu adanya keseimbangan yang saling menunjang dalam segala bidang, sehingga saling memperkokoh satu sama lain1

Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “capital market”, yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang dikeluarkan

.

2

1

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.

2

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 10.

. Jadi sama seperti di pasar-pasar lainnya, pasar modal merupakan tempat orang-orang melakukan perdagangan efek.

Bursa efek merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan perdagangan efek. Dalam Bab I Pasal 1 Angka 4 UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UUPM), dijelaskan mengenai definisi bursa efek sebagai berikut:

“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”.


(11)

Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan yang teratur, wajar dan efisien. Dengan demikian harga yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran3

Pasar modal perlu ada karena dapat merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara, serta menunjang perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar modal merupakan sumber dana alternatif bagi pembiayaan beroperasinya perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang ekonomi suatu negara. Pasar modal muncul sebagai salah satu alternatif solusi pembiayaan jangka panjang. Disisi lain, dengan adanya pasar modal maka memberikan banyak kesempatan kepada perusahaan untuk go public, yang berarti pula memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memiliki saham perusahaan tersebut

. Untuk itu, secara operasional kegiatan pasar modal perlu mendapatkan pengawasan agar dapat dilaksanakan secara teratur, wajar dan efisian. Pembinaan, pengawasan dan pengaturan sahari-hari pasar modal dilakukan oleh Bapepam sesuai dengan ketentuan dalam UUPM.

4

Pasar modal adalah salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi juga sebagai sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan.

.

5

3

KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, (Bandung: 2002), hal.1.

4

Ibid

5

M. Irsan Nasarudin, et. al., Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 27

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pasar modal adalah seluruh kegiatan yang


(12)

mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan aktivitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga.6

Mengenai jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam hal ini KUH Perdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli membayar harga yang telah dijanjikan.7 Dengan demikian, jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah para pihak yang bersangkutan mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.8

6

Ibid, hal. 10.

7

I. G. Ray Widjaja, Merancang Suatu Kontrak (Teori dan Praktek), (Bekasi: Megapoin, 2004), hal. 150.

8

Ibid, hal. 150

Menurut Pasal 613 KUHPerdata saham ditempatkan sebagai barang bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta otentik ataupun dibawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) Pasal 56 angka 1 dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut UUPT harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan.


(13)

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. pengalihan hak atas saaham tersebut harus dilakukan berdasarkan Akta pengalihan Hak Atas Saham yang dapat dibuat dihadapan Notaris atau secara bawah tangan (Pasal 56 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007). Para pihak diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau salinannya secara tertulis kepada Perseroan (Pasal 56 ayat (2)) dan kemudian Direksi Perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai perubahan susunan pemegang yang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM (Pasal 56 ayat (3)).

Pada era teknologi dan informasi ke depan hampir dapat dipastikan bahwa setiap orang akan senantiasa bersentuhan dengan internet diantaranya untuk keperluan bisnis mereka, misalnya dengan memperjual belikan sahamnya melalui internet. Pemamfaatan internet telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi kelancaran dalam melakukan transaksi saham, sebagai contoh individu-individu yang menjalankan aktivitasnya di internet tidak tidak harus melakukan aktivitasnya dengan face to face9

9

Budi Agus Riswandi, Hukum Dan Internet Di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hal. 57.

. Dengan kemajuan teknologi online trading, para pedagang saham dapat lebih efisien dalam melakukan transaksi saham, kerena tidak hanya terbatas malalui telpon saja. Keterbatasan yang dulu dihadapi oleh para pedagang saham dengan perusahaan sekuritas kini sudah bukan masalah lagi. Teknologi internet kini memungkinkan para pedagang saham dapat melakukan jual beli saham, melihat harga saham secara langsung, melihat profil


(14)

emiten, membuka dan memantau rekening transaksi serta pengecekan portofolio tanpa dia harus meninggalkan layar komputernya.

Kecanggihan teknologi diciptakan manusia dan akan semakin berkembang seiiring dengan kemajuan jaman. Akan tetapi, kecanggihan tersebut tidak akan bermanfaat apabila tidak ada kemauan dan kepercayaan dari manusia itu sendiri untuk menggunakannya10

B. Permasalahan

. Disamping itu juga, agar transaksi jual beli saham melalui internet dapat berjalan dengan aman, efektif, dan efisien perlu didukung oleh aturan-aturan hukum yang mampu mengikuti perkembangan teknologi. Oleh karena, itu perlu penelusuran lebih lanjut mengenai aturan hukum bagaimana proses jual beli saham melalui internet, serta pengalihannya apakah sudah sesuai atau tidak dengan peraturan hukum di bidang pasar modal.

1. Bagaimanakah hak-hak kebendaan atas saham?

2. Bagaimanakah aspek hukum pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE?

3. Bagaimanakah kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dikaitkan dengan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE?

10

Diakses dari 5 Agustus 2011.


(15)

C. Tujuan dan manfaat penulisan 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui hak-hak kebendaan atas saham

b. Untuk aspek hukum pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE c. Untuk mengetahui kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham

dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dikaitkan dengan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

2. Manfaat a. Teoritis

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan memberikan kontribusi pemikiran serta menimbulkan pemahaman tentang pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dikaitkan dengan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE.

b. Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca terutama para pihak yang ingin melakukan pengalihan atas saham dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan terutama dalam bidang hukum perusahaan yang berasas.


(16)

D. Keaslian Penulisan

Penelitian mengenai “Pengalihan Saham dalam Perjanjian Jual Beli Saham melalui Internet Dikaitkan dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik” ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan-permasalahan yang sama. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang baru dan asli sesuai dengan asas-asas keilmuan, yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun dengan topik dan permasalahan dalam penelitian ini. Penulis mengangkat tulisan ini karena ingin mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana Pengalihan Saham dalam Perjanjian Jual Beli Saham melalui Internet Dikaitkan dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Semua ini merupakan implikasi pengetahuan dalam bentuk tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merumuskan pengertian saham sebagai berikut:

“Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 kepada pemiliknya”.

Selanjutnya penjelasan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan sebagai berikut:


(17)

“Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya. Hak tersebut dapat dipertahankan kepada setiap orang”.

Berkaitan dengan rumusan ketentuan di atas, Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengatur sebagai berikut:

“(1) Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk: a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

b. menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi; c. menjalankan hak-hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini”. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari konsep yuridis saham adalah sebagai berikut:

1. Bukti atas kepemilikan suatu Perseroan yang biasanya tercipta dengan memberikan kontribusi kedalam modal Perseroan yang bersangkutan;11 2. memberikan hak kepada pemiliknya untuk (i) menghadiri dan

mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham suatu Perseroan; (ii) menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi Perseroan; dan (iii) menjalankan hak-hak lain yang dapat dilakukan oleh pemegang saham Perseroan menurut ketentuan Undang-Undang;

3. memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya yang dapat dipertahankan kepada setiap orang. Lebih lanjut lagi, Pasal 49 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 mengatur sebagai berikut :

“(1) Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang Rupiah; (2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan;

11

Steven H.Gifs, Law Dictionary, (Woodbury: Baron’s Educational Series Ind, 1984), hal. 584.


(18)

(3) Ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (2) tidak menutup kemungkinan diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal”.

Rumusan Pasal di atas semakin mempertegas karakteristik saham yang harus memiliki nilai nominal yang dicantumkan dalam mata uang Rupiah. Namun demikian, hal ini secara hukum dapat disimpangi sejauh diatur secara berbeda dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Nilai nominal bisa saja tidak sama dengan nilai pasar (harga pasar) dari saham yang bersangkutan, karenanya seseorang dapat menjual sahamnya dengan harga di atas nilai nominalnya, dimana hal ini sangat bergantung kepada nilai dari perusahaan itu sendiri pada saat saham tersebut dijual.12

Perdagangan efek adalah salah satu kegiatan di pasar modal. Pasar modal berdasarkan Pasal 1 Angka 13 UUPM adalah:

Pemegang saham akan mendapatkan bukti kepemilikan saham yang dimilikinya (Pasal 51 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007). Sedangkan mengenai bentuk dari bukti kepemilikan atas saham tersebut, dapat diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar Perseroan (Penjelasan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007).

Tujuan dari pasar modal adalah mengarah pada usaha pemerataan pendapatan masyarakat dalam menikmati hasilnya. Dengan itu, pembentukan pasar modal yang efektif merupakan faktor penting, karena dengan pengembangan pasar modal yang efisien dapat menunjang perekonomian nasional.

12

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 36.


(19)

“Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 UUPM efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatife dari efek.

Pengertian pasar modal secara umum adalah pasar abstrak, di mana yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek. Dana-dana jangka panjang yang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham13

Dalam Pasal 6 Ayat (1) UUPM menyebutkan bahwa kegiatan bursa efek pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana

.

Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang menawarkan dan pihak-pihak yang memerlukan dana dengan memperjualbelikan saham dan obligasi serta surat berharga lainnya yang jangka waktunya lebih dari satu tahun. Para pihak yang telah memperjualbelikan sahamnya dapat dilakukan melalui internet, sehingga para pihak tidak harus bertemu satu sama lainnya, jual beli saham melaui internet dilakukan secara tidak tertulis artinya para pihak hanya melakukan perjanjian melalui intenet saja.

13


(20)

perdagangan efek bagi para anggotanya. Selain itu, dalam Pasal 7 Ayat (1) dan (2) pun menyebutkan bahwa perdagangan efek secara teratur, wajar, dan efisien adalah suatu perdagangan yang diselenggarakan berdasarkan secara konsisten. Dengan demikian, harga yang terjadi mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Disamping iti juga, dengan tersedianya sistem dan atau sarana yang memungkinkan bursa efek melakukan pengawasan terhadap para pedagang saham dengan lebih efektif.

Kepemilikan yang ditawarkan oleh perusahaan tidak terlepas dari adanya hubungan timbal balik antara pemegang saham dengan perusahaan, hubungan timbal balik tersebut dilandasi dengan adanya suatu perjanjian jual beli. Maka dalam hal ini suatu penyelesaian transaksi saham dapat tercermin dalam Pasal 55 Ayat (1) UUPM yang menyebutkan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik dan penyelesaian dengan cara lain. Dalam pelaksanaannya kegiatan perdagangan efek akan diatur lebih lanjut oleh Bursa dan Bapepam yaitu dengan adanya Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-42/PM/1997 Tentang Peraturan Nomor III.A.10 TentangTransaksi Efek dan Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor: Kep-565/BEJ/11-2003 Tentang Peraturan Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek.

Berdasarkan Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Teknologi Informasi yang menyebutkan bahwa perdagangan secara elektronik adalah setiap perdagangan barang maupun jasa yang dilakukan melalui jaringan komputer atau media elektronik lainnya. Bedasarkan Pasal 1 Angka 5 yaitu kontrak elektronik adalah dokumen elektronik yang memuat transaksi dan atau perdagangan elektronik.


(21)

Yang dimaksud dengan jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata adalah: “jual beli adalah suatu persetujuan atau perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan antara satu orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata syarat sah perjanjian terdiri atas : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Cakap untuk membuat perjanjian 3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif, apabila syarat ini tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan. Sedangkan syarat 3 dan 4 merupakan syarat obyektif, apabila syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum. Maka dalam hal ini suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik seperti dalam Pasal 1338 Ayat 1 KUH Perdata dengan adanya asas kebebasan berkontrak.

Berdasarkan Pasal 511 KUH Perdata menyebutkan bahwa saham merupakan benda bergerak yang tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas benda yang dijual belikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain hak atas benda yang diperjual belikan belum beralih dari penjual kepada pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan.


(22)

Jika dilihat dari sisi peralihan saham, maka saham dapat dibedakan atas saham atas nama dan saham atas unjuk. Secara hukum, pemilik saham atas nama adalah yang namanya tertera pada surat saham tersebut. Sebaliknya saham atas unjuk seperti halnya uang, kepemilikannya ditentukan pada siapa yang memegang saham tersebut.

Penyerahan adalah cara memperoleh hak milik karena adanya pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak memindahkannya kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu. Cara memperoleh hak milik dengan penyerahan ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan.

Mengenai levering dari benda bergerak yang tidak berwujud berupa hak-hak puitang dibedakan atas 3 macam:14

a. Levering dari surat piutang aan toonder (atas unjuk atau atas bawa), menurut Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat itu.

b. Levering dari surat piutang op naam (atas nama), menurut Pasal 613 Ayat (1) KUH Perdata dilakukan dengan cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).

c. Levering dari piutang aan order (atas perintah), menurut Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat itu disertai dengan endosemen.

Pengalihan kepemilikan dalam jual beli saham juga diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT)

14

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung 2000, hal.145-146.


(23)

yang menyebutkan bahwa pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak, sedangkan saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahannya secara fisik.

F. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.15

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengalihan dalam perseroan terbatas.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.16

15

Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hal. 1.

16

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: UMM Press, 2007), hal. 57.


(24)

penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.

Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, dokumen-dokumen terkait dan beberapa buku tentang pengalihan saham perseroan terbatas.

2. Sumber Data

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.17

b. Bahan Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini bahan hukum primer diperoleh melalui Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan peraturan lain yang terkait.

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

17

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 19.


(25)

digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II HAK-HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM

Bab ini akan membahas hak-hak kebendaan atas saham, yang memuat tentang pengertian dan konsep yuridis saham, kepemilikan


(26)

saham, jenis dan klasifikasi saham, dan penjualan dan pemindahan saham.

BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM DALAM

PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Bab ini akan membahas tentang aspek hukum pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang mengulas tentang prinsip-prinsip transaksi elektronik menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pengalihan saham menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan transaksi saham melalui internet di pasar modal.

BAB IV KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PENGALIHAN SAHAM

DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Bab ini akan dibahas tentang kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet


(27)

dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang membahas dan menganalisa sistem hukum pembuktian dalam kerangka hukum perdata dan pidana, kekuatan pembuktian elektronik dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang dibahas.


(28)

BAB II

HAK-HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM

A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas yaitu Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan perlaksanaanya.

Dari ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham pada dasarnya merupakan instrument penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam sebuah perusahaan.18

Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 UUPT yaitu pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Dalam penjelasan Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) UUPT yang menyatakan modal dasar perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham.

18


(29)

pasal yang sama diterangkan bahwa pengaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.

Pada ketentuan lain dalam UUPT tepatnya dalam Pasal 48 ayat (1) disebutkan bahwa saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi dengan demikian bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang tertera/tertulis dalam sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Nama yang tercantum dalam sertifikat saham merupakan bukti, bahwa pemilik sertifikat saham itu adalah sesuai dengan nama yang tercantum.

Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh Direksi Perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang memiliki saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya apakah saham itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan saham dan klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam UUPT Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) dan ayat (3) yang berbunyi:

Ayat (1): direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. Nama dan alamat pemegang saham;

b. Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi; c. Jumlah yang disetor atas setiap saham;

d. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut;

e. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2)

Ayat (2): selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1), direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris


(30)

berserta keluarganya dalam perseroan dan/atau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.

Ayat (3): dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di catat pula setiap perubahan kepemilikan saham.

Setiap saham haruslah memiliki nilai nominal. Ini berlaku mutlak, karena UUPT melarang suatu perusahaan untuk menerbitkan saham tanpa nilai nominal. Namun demikian, tidak ada ketentuan berapa nilai nominal untuk masing-masing saham tersebut. Jadi, untuk satu saham dapat mempunyai nilai nominal misalnya Rp.1000,- Rp.500,- dan sebagainya. Kecuali untuk perusahaan terbuka dimana nilai nominal sahamnya sudah ditentukan oleh peraturan di bidang pasar modal dan harus seragam untuk semua perusahaan.19

1. Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk.

Batas minimal modal yang ditentukan dalam pendirian perseroan terbatas adalah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Namun apabila sebuah perseroan terbatas hendak melakukan penawaran umum dipasar modal maka persyaratannya adalah sahamnya harus dimiliki sekurang-kurangnya 300 pemegang saham dan juga harus memiliki modal setor sekurang-kurangnya Rp. 300.000.000,- (tiga ratus milyar rupiah). Jadi apabila perseroan tertutup akan menambah modalnya melalui pasar modal maka harus memenuhi persyaratan tersebut jika tidak maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penawaran umum.

Adapun ketentuan yang mengatur pengurangan saham antara lain:

19


(31)

2. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Dalam hal persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada huruf b, telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT dan/atau anggaran dasar.

Mengenai nilai nominal saham dalam Pasal 49 UUPT dikatakan: 1. Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah.

2. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menutup kemungkinan diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.

Dalam perkembangannya saham tanpa nilai nominal ini menjadi instrumen bursa pasar modal yang sangat likuid di Amerika, khususnya sebagai instrumen lembaga mutual fund atau investment fund semacam reksa dana di pasar modal.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengintrodusir saham tanpa nilai nominal dalam lembaga reksa dana yang berbentuk perseroan.20

B. Kepemilikan Saham

20

Nindyo Pramono, Hukum Bisnis Aktual (bunga rampai), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 139


(32)

Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Adapun hak-hak yang dimiliki oleh para pemegang saham antara lain:21

1. Hak Pemegang Saham a. Hak memesan terdahulu

Dalam undang-undang perseroan terbatas bila perseroan terbatas menerbitkan saham yang baru, terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama.22

b. Hak mengajukan gugatan ke pengadilan

Dalam rangka memenuhi kewajiban Pasal tersebut, maka pihak manajemen perusahaan menawarkan ke pemegang saham lama. Sedangkan pihak pemegang saham lama akan melakukan pemesanan saham yang akan diterbitkan.

Bila pemegang saham melihat tindakan yang dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Komisaris, Direksi dapat membahayakan kelangsungan PT, maka pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke pengadilan bahwa tindakan yang dilakukan oleh organ PT tersebut dapat merugikan pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 61 UUPT yang mengemukakan, setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri, apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, atau Komisaris. Gugatan

21

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006), hal. 61

22


(33)

semacam ini dinamakan dengan personal rights yang dimiliki oleh setiap pemegang saham. Selain itu, terdapat juga bentuk gugatan derivative action, yaitu suatu gugatan berdasarkan atas hak utama (primary rights) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang saham atas nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya suatu kegagalan dalam perseroan, atau dengan perkataan lain, derivative action merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pemegang saham untuk dna atas nama perseroan.23

c. Hak saham dibeli dengan harga wajar

Ada kemungkinan perseroan akan membeli kembali saham yang telah dikeluarkan. Bila terjadi hal semacam ini, dalam UUPT dijelaskan bahwa para pemegang saham berhak mendapatkan harga yang wajar terhadap saham yang dipegangnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 62 ayat (1) UUPT, yang mengemukakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:

a. Perubahan anggaran dasar

b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.

23

Steven H. Gifis, Law Dictionary, (New York: Barron’s Educational Series, Inc, 1984), hal. 41.


(34)

Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai sahamatau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 24 Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihibatas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perseroan, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.25

d. Hak meminta ke pengadilan negeri menyelenggarakan RUPS

Pada dasarnya penyelenggaraan RUPS dilakukan sekali dalam setahun, namun dalam hal tertentu, para pemegang saham dapat meminta diadakan RUPS. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 79 UUPT yakni sebagai berikut: a. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya dengan

didahului pemanggilan RUPS

b. Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/100 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang kecil atau dewan komisaris.

c. Permintaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada direksi dengan surat tercatat disertai alasannnya.

24

Pasal 37 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

25


(35)

d. RUPS diselenggarakan Direksi berdasarkan panggilan RUPS membicarkan masalah yang berkaitan dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan mata acara lainnya yang dipandang perlu oleh Direksi.

e. RUPS yang diselenggarakan Dewan Komisaris berdasarkan panggilan RUPS sebagaimana pada ayat (6) huruf b dan ayat (2) hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Jika RUPS belum diselenggarakan sebagaimana layaknya, maka pemegang saham berhak meminta kepada ketua pengadilan negeri untuk menyelenggarakan RUPS. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 80 UUPT sebagai berikut:

a. Ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan dapat memberikan izin kepada pemohon untuk: 1) Melakukan sendiri pemanggilan RUPS tahunan, atas permohonan

pemegang saham apabila direksi atau komisaris tidak menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang telah ditentukan

2) Melakukan sendiri RUPS lainnya, atas permohonan pemegang saham sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1), apabila direksi atau komisaris setelah lewat waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima


(36)

3) Ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat menetapkan bentuk, isi, dan jangka waktu pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan undang-undang ini atau anggaran dasar.

4) Dalam RUPS yang diselenggarakan ketua pengadilan dapat memerintahkan direksi dan atau komisaris untuk hadir

5) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan penetapan instansi pertama dan terakhir

e. Hak menghadiri RUPS

Salah satu hak yang cukup penting bagi pemegang saham adalah menghadiri RUPS. Dalam Pasal 85 UUPT dijelaskan sebagai berikut: a. Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun

dengan kuasa tertuis, berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya

b. Dalam pemungutan suara, anggota direksi, anggota komisaris, dan karyawan-karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang untuk bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Saham juga memberikan hak kepada pemiliknya untuk:26 a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS

b. Menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi

26


(37)

c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini d. Hak menerima dividen

e. Hak menerima sisa kekayaan perseroan dalam hal perseroan dilikuidasi Selain mempunyai hak, pemegang saham juga memiliki kewajian yang harus dijalankan oleh pemegang saham, kewajiban tersebut yaitu:27

2. Kewajiban pemegang saham

a. Kewajiban dalam pengalihan saham

Mengalihkan saham yang dimiliki oleh pemegang saham merupakan hak dari pemegang saham yang bersangkutan. Hak ini tidak berarti dapat dilakukan tanpa memperhatikan ketentuan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan. Anggaran dasar perseroan dapat menetapkan kewajiban bagi pemegang saham yang akan mengalihkan sahamnya terlebih dahulu harus menawarkan saham yang akan dialihkan tersebut kepada kelompok pemegang saham tertentu atau pemegang saham lain untuk kepada karyawan melakukan penawaran kepada pihak lain.

Pemegang saham wajib terlebih dahulu meminta persetujuan dari organ perseroan apabila anggaran dasar menetapkan bahwa pengalihan hak atas saham harus mendapatkan eprsetujuan dari organ perseroan.

Ketentuan lain yang harus diperhatikan oleh pemegang saham adalah kewajiban pengalihan saham atas nama dengan mempergunakan akta pemindahan hak. Akta dimaksud dapat berupa akta di bawah tangan ataupun akta otentik

27

Irwadi, Hukum Perusahaan Suatu Telaah Yuridis Normatif, (Jakarta: Mitra Karya, 2003), hal. 48.


(38)

b. Kewajiban mengalihkan saham dalam hal pemegang saham kurang dari dua orang

Pengertian perseroan terbatas dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 mengandung pengertian bahwa perseroan terbatas terbentuk berdasarkan sebuah perjanjian. Dengan demikian, berarti dibutuhkan lebih dari satu orang dalam pembentukan sebuah perseroan terbatas. Atau dengan kata lain saat perseroan didirikan harus terdapat paling sedikit dua orang pemegang saham. Namun adakalanya bisa terjadi bahwa setelah perseroan disahkan (memperoleh status badan hukum) salah seorang atau beberapa pemegang saham mengalihkan sahamnya kepada pemegang saham lain, sehingga bisa terjadi keadaan dimana hanya satu orang saja pemegang saham perseroan.28

Apabila terjadi keadaan yang demikian, maka pemegang saham tunggal tersebut dalam jangka waktu bulan tertentu sejak keadaan tersebut, wajib mengalihkan sahamnya kepada orang lain. Akibat hukum yang diterima oleh pemegang saham tunggal tersebut apabila terlampau jangka waktu enam bulan tersebut adalah pemegang saham tunggal tersebut betanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian perseroan. Tangung jawab yang demikian tidak terbatas hanya pada besaran saham yang dimiliki dalam perseroan, tapi juga meliputi harta pribadi pemegang saham yang bersangkutan.29

c. Tanggung jawab terbatas

28

http://boedexx.blogspot.com/2009_08_01_archive.html. Diakses tanggal 7 Desember 2010.

29


(39)

Ciri utama perseroan terbatas adalah bahwa PT merupakan subjek hukum yang berstatus badan hukum. Status yang demikian membawa konsekuensi berupa terbatasnya tanggung jawab para pemegang saham (limited liability). Prinsip tanggung jawab terbatas pemegang saham dianut dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, yang berbunyi:

Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. 1) Persoalan tanggung jawab terbatas pemegang saham ini, pada awalnya

memunculkan kontroversi. Sebagian ahli hukum dan para praktisi bisnis berpendapat bahwa prinsip pertanggungjawaban terbatas para pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas jumlah saham yang telah diambilnya. Sebagian ahli hukum dan para praktisi bisnis berpendapat bahwa prinsip pertanggungjawaban terbatas para pemegang saham ini bersifat mutlak absolute. Artinya dalam segala keadaan pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas jumlah saham yang telah diambilnya. Pendapat ini diajukan dengan pertimbangan bahwa jika pertanggungjawaban terbatas tersebut bersifat absolute, maka perseroan terbatas sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.


(40)

2) Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi.

3) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, atau

4) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun secara tidak langsung melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan. Dengan demikian, terlihat bahwa dalam hal-hal tertentu, tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas dari pemegang saham.

Prinsip pembatasan penerapan tanggung jawab terbatas dari pemegang saham dikenal dengan prinsip piercing corporate veil.30

a. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi Prinsip ini dalam bahasa Indonesia selalu diartikan “menyingkap tabir atau cadar perseroan”. Tabir atau cadar yang disingkap dimaksud adalah diterobosya pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham yang telah ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tersebut.

Dalam keadaan tersebut diketahui bahwa untuk terjadinya piercing the corporate veil dipersyaratkan beberapa hal sebagai berikut:

30

Rudhi Prasetya, Upaya Mencegah Penyalahgunaan Badan Hukum, Serangkaian

Pembahasan Pembaharuan Hukum di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hal.


(41)

b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi

c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, atau

d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.

C. Jenis dan Klasifikasi Saham

Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas hanya dikenal satu jenis saham yaitu saham atas nama. Hal ini diatur dalam Pasal 48 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu: saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Dan tidak dikenal lagi adanya saham atas unjuk sebagaimana pernah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah dicabut.31

Pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dikeluarkan pada 16 Agustus 2007 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 106 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756 Tahun 2007 ditentukan ada beberapa klasifikasi saham, sebagaimana

31


(42)

diatur dalam Pasal 53 ayat (4) yang berbunyi : klasifikasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (3), antara lain:

1. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;

2. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;

3. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;

4. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif;

5. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam Likuidasi

Selain dari jenis saham di atas, umumnya saham juga diklasifikasikan sebagai berikut:32

1. Saham biasa (common stock)

Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagaian pendapatan tetap/ deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.

2. Saham preferen

32


(43)

Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.

Pada umumnya setiap orang yang dapat menjadi pendiri suatu perseroan terbatas dapat menjadi pemegang sahamn perseroan terbatas. Pendiri adalah mereka yang hadir di hadapan notaris pada saat akta pendirian perseroan terbatas ditandatangani. Status hukum para pendiri ini akan berubah menjadi pemegang saham pada saat perseroan terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, yaitu pada saat akta pendirian perseroan terbatas tersebut memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Dengan demikian, berarti pada saat yang bersamaan juga, yaitu pada saat perseroan terbatas memperoleh status badan hukum, saham perseroan sebagai bukti pemilikan pemegang saham dalam perseroan terbatas memperoleh kedudukan dalam hukum.

Kepemilikan saham dalam perseroan terbatas dapat diklasifikan dalam: 1. Kepemilikan melalui perusahaan kelompok

Perusahaan kelompok dikenal dengan berbagai macam istilah, ada yang menyebut holding company/ parent company/ controlling company atau dikenal pula dengan istilah concern/ group company.

Perusahaan kelompok adalah perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham satu atau lebih perusahaan lain dan/ atau mengatur satu atau lebih


(44)

perusahaan lain tersebut. Yang lain menyebutnya sebagai satuan ekonomi dimana badan-badan hukum/ perseroan secara organisasi terkait sedemikian rupa sehingga mereka berada di bawah satu pimpinan.33

33

Munir Fuady, Hukum Perusahaan, Op. cit, hal. 83-84.

Di dalam kedua pengertian tersebut di atas, pada prinsipnya memiliki poin yang sama dalam aspek ekonomi, dimana adanya perusahaan sentral yang memimpin anak-anak perusahaan. Perusahaan sentral tersebut disebut juga dengan induk perusahaan (parent company/ controlling company) yang kegiatan utamanya adalah melaksanakan investasi pada anak-anak perusahaan dan selanjutnya mengontrol dan mengawasi kegiatan manajemen anak perusahaan (daughter company) dan juga mengawasi kegiatan antar anak perusahaan (sister company)

Dalam struktur kepemilikan saham dalam perseroan terbatas, dimungkinkan pemilikan saham oleh induk perusahaan ke dalam lebih dari satu anak perusahaan dan selanjutnya, sehingga membentuk suatu kepemilikan bertingkat yang pada akhirnya bermuara pada suatu perusahaan kelompok dengan anak perusahaan, cucu perusahaan, dan seterusnya.

Sebagai suatu perusahaan, perusahaan kelompok dapat merupakan perusahaan dengan berbagai macam bentuk persekutuan perdata, firma, persekutuan komanditer sampai dengan perseroan terbatas. Bentuk-bentuk tersebut bukanlah suatu keharusan, namun dalam praktek bisnis sehari-hari ditemukan bahwa perusahaan kelompok selalu dibentuk dalam suatu perseroan terbatas. Dengan status hukum perseroan terbatas maka perusahaan kelompok di Indonesia tunduk kepada Undang-undang Perseroan Terbatas.


(45)

Pada perusahaan kelompok, hubungan antara induk dan anak perusahaan terjadi karena berbagai sebab antara lain, karena penguasaan saham, karena perjanjian dan dapat juga terjadi karena fakuta unipersonal/ personnya dimana anggota direksi perusahaan anak adalah juga anggota direksi pada perusahaan induk, sehingga kebijakan dalam menjalankan perseroan ada pada perusahaan induk.34

Beberapa ketentuan Undang-undang Perseroan Terbatas seharusnya diperhatikan baik oleh induk dan anak perusahaan, yaitu:35

a. Ketentuan mengenai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab direksi, komisaris dan pemegang saham

b. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, akuisisi dan (spin off) c. Ketentuan mengenai kepemilikan saham

d. Ketentuan mengenai treasury stock

e. Ketentuan mengenai perjanjian penjaminan saham dan jual beli saham. 2. Kepemilikan piramid oleh perseroan

Di samping kepemilikan melalui holding company serikali dalam kepemilikan saham perseroan terjadi kepemilikan piramid. Kepemilikan pyramid ini terdiri dari piramid 2 (dua) tingkat dan piramid 3 (tiga) tingkat. Dalam piramid 2 (dua) tingkat, pemegang saham minoritas pengendali memegang saham pengendali di dalam suatu perusahaan induk (holding company) yang selanjutnya memegang saham pengendali (controlling stake) di dalam perusahaan yang

34

Ningrum N. Sirait, Modul Hukum Perusahaan, Program Studi Magister Ilmu Hukum, (Medan: USU, 2006), hal. 32

35

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Op. cit, hal. 154.


(46)

menjalankan operasional (operating company). Di dalam Piramid 3 (tiga) tingkat, perusahaan induk utama (primary holding company) yang selanjutnya memegang kendali atas perusahaan induk sekunder (secondtier holding company) yang selanjutnya memegang kendali atas perusahaan yang menjalankan operasional (operating company).36

Gunawan Widjaya menyebutkan kepemilikan piramid adalah pengendalian suatu perseroan oleh pemegang saham minoritas dalam suatu perusahaan, sekaligus yang juga merupakan pemegang saham pengendali pada pemegang saham mayoritas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, kepemilikan piramid adalah kepemilikan saham minoritas oleh induk perusahaan pada cucu perusahaan dimana saham mayoritasnya dimiliki oleh anak perusahaan dari induk perusahaan tersebut.37

3. Kepemilikan oleh anak perusahaan

Dalam kepemilikan piramid atau disebut juga piramid holding, tidak ada hubungan kepemilikan yang bersilang secara horizontal (horizontal cross holding) pada saham pengendali yang mempunyai kekuatan pengendali secara terpusat. Karenanya hak suara yang digunakan untuk mengendalikan kelompok perusahaan tetap didistribusikan ke seluruh anggota gru bukan terkonsentrasi di tangan satu perusahaan atau pemegang saham.

Undang-undang Perseroan terbatas melarang perseroan untuk mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri atau dimiliki oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan.38

36

Ibid, hal. 155.

37

Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008), hal. 43

38


(47)

Karena pada prinsipnya pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumuman modal karena kewajiban penyetoran saham sudah seharusnya dibebankan kepada pihak lain.

Selain itu, kepemilikan langsung atau penguasaan langsung oleh perseroan atas saham-saham miliknya sendiri dapat menciptakan kesewenang-wenangan dalam perseroan terbatas, oleh karena perseroan terbatas tersebut menjadi tidak dapat lagi dikontrol dan diawasi.39 Di samping itu, menyatunya pemilikan dan pengurusan perseroan di bawah satu kendali, yaitu direksi sebagai wakil perseroan sebagai pemilik dan direksi sekaligus sebagai organ yang melaksanakan fungsi pengurusan dan perwakilan jelas sangat bertentangan dengan prinsip good corporate governance, sehingga kepemilikan jenis ini pada umumnya dilarang.40

Kepemilikan sendiri secara langsung ini dapat terjadi karena:41

a. Perseroan mengeluarkan sahamnya untuk diambil bagian dan dimiliki sendiri

b. Perseroan membeli saham dari pemegang saham yang hendak menjual sahamnya

c. Suatu peristiwa atau perbuatan hukum, misalnya merger antara anak perusahan dengan cuaca perusahaan.

Berkaitan dengan konteks pembelian saham, terutama pembelian kembali saham perseroan, Pasal 37 Undang-undang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa hal tersebut masih diperbolehkan dengan ketentuan bahwa:

39

Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Op. cit, hal. 44.

40

Ibid

41


(48)

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan berikut gadai saam atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/ atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% dari jumlah yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dan

c. Hanya boleh dikuasai perseroan paling lama tiga tahun

Pembelian kembali saham oleh perseroan tersebut di atas dan atau pengalihannya lebih lanjut hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dengan ketentuan bahwa keputusan RUPS yang memuat persetujuan tersebut hanya sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan persetujuan jumlah suara untuk perubahan anggaran dasar sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan/ atau anggaran dasar. RUPS dapat menyerahkan kewenangan persetujuan pembelian kembali saham oleh perseroan kepada dewan komisaris untuk jangka waktu paling lama satu tahun, dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama, namun demikian penyerahan kewenangan tersebut hanya ditarik kembali sewaktu-waktu oleh RUPS.


(49)

4. Kepemilikan silang

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak ada mengatur mengenai mengenai larangan kepemilikan silang. Larangan yang terdapat dalam Pasal 29 Undang-undang ini adalah larangan kepada perseroan terbatas untuk mengeluarkan saham dengan tujuan untuk dimiliki sendiri, dan larangan kepemilikan saham tersebut juga berlaku bagi anak perusahaan terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan. Alasan larangan tersebut berpegang pada prinsip bahwa pengeluaran saham bertujuan untuk mengumpulkan modal, karenanya kewajiban penyetoran saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain,42

Kepemilikan saham silang melanggar Undang-Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu pada Pasal 36 ayat (1) yang

dan alasan mengapa anak perusahaan dilarang memiliki saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan adalah karena anak dan induk perusahaan dianggap merupakan satu kesatuan bisnis yang tidak dapat dipisahkan kepemilikan di antara mereka, baik oleh induk perusahaan maupun anak perusahaan.

Menurut undang-undang perseroan terbatas, kepemilikan silang adalah kepemilikan yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru untuk dimiliki anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya. Dengan demikian, berarti dari tiga jenis kepemilikan saham perseroan terbatas oleh anak perusahaan hanya kepemilikan saham yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru saja yang dilarang dengan tegas.

42


(50)

mengatur mengenai larangan kepemilikan saham silang oleh Perseroan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sehubungan dengan penjelasan Pasal berkenaan, kepemilikan saham perseroan oleh anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya yang timbul sebagai akibat peralihan karena hukum dan atau jual beli, hibah dan wasiat tidak secara eksplisit dikatakan dilarang, namun dengan konsekuensi hukum bahwa terjadinya kepemilikan silang tidak boleh dibiarkan permanen.43

a. Dari sisi permodalan, khusus dalam konteks pengeluaran saham baru, maka jelas tidak ada setoran modal secara riil yang masuk ke dalam perseroan

Ada beberapa alasan yang merupakan penyebab tidak disukainya bentuk kepemilikan silang, yaitu:

b. Dari sisi manajemen, kepemilikan silang cenderung menyebabkan terjadinya percampuran antara pemilikan dan pengurusan perseroan, sehingga dalam hal ini manajemen menjadi tidak lagi independent satu terhadap lainnya.

5. Kepemilikan oleh Nominee

Secara harfiah, nominee mempunyai dua arti yang berbeda. Pertama, nominee merujuk pada suatu usulan, atau nominasi kandidat atau calon untuk menduduki suatu jabatan tertentu, untuk memperoleh suatu penghargaan tertentu, atau untuk jenis-jenis pencalonan lainnya. Kedua nominee memberikan pengertian sebagai seseorang yang mewakili kepentingan pihak lain. Dalam pengertian kedua

43


(51)

ini, seorang nominee menjadi pemilik dari suatu benda (termasuk kepentingan atau hak yang lahir dari suatu perikatan) yang berada dalam pengurusannya, sedangkan penerima kuasa tidak pernah menjadi pemilik dari benda (termasuk kepentingan) yang diurus oleh nominee ini.44

Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 yang hanya mengenal satu pemegang saham sebagai pemegang saham dalam dominium ternyata telah mendapatkan terobosannya dalam Undang-undang Pasar Modal, melalui pranata penitipan kolektif pada lembaga Kustodian, dimana lembaga kustodian tersebut selanjutnya menjadi pemegang saham terdaftar dalam perseroan terbatas tersebut. Perjanjian penitipan kolektif yang dibuatkan oleh dan antara emiten dengan lembaga Kustodian, yang salah satunya adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) yang dalam hal ini diwakili oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) akan mengatur dengan tegas dan jelas hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkait di antara kedua belah pihak, termasuk hak-hak yang diturunkan dari perjanjian penitipan kolektif tersebut, khususnya yang terkait dengan hak-hak pemilik rekening dalam penitipankolektif pada LPP tersebut dan lain seterusnya. Berdasarkan pada perjanjian penitipan kolektif itulah, dapat dijelaskan, dipahami dan dimengerti mengapa yang tercatat dalam daftar pemegang saham emiten adalah lembaga penyimpanan dan penyelesaian, sedangkan pihak yang berhak hadir dlam rapat RUPS emiten adalah pemegang “sub” rekening dalam Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Dengan demikian berarti, selama dan sepanjang diakui oleh undang-undang (khusus) dan

44


(52)

diatur dengan jelas dan tegas pengaturannya dalam perjanjian penunjukan nominee shareholders, maka keberadaan nominee shareholders tidak perlu dipersoalkan. Namun demikian, seperti diketahui bahwa hingga saat ini tidak ada aturan khusus yang mengesampingkan atau memberikan kemungkinan lain terkait dengan masalah kepemilikan saham mutlak (dominium plenum) oleh pemegang saham yang terdaftar dalam daftar pemegang saham perseroan terbatas, selain Undang-undang Pasar Modal dalam bentuk penitipan kolektif, maka jelaslah keberadaan nominee shareholders, dapat dikatakan belum diakui keberadaannya di Indonesia. Undang-undang PT hanya mengenal satu orang pemegang saham dengan segala hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab yang melekat padanya sebagai pemegang saham mutlak (dominium plenum).45

6. Kepemilikan tunggal

Sebagaimana Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih…., maka diketahui bahwa pada dasarnya perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian yang diperjelas pula oleh Pasal 1 butir 1 Undang-undang Perseroan Terbatas, dimana di dalam perjanjian tersebut minimal terdapat dua orang/ pihak yang eksistensinya harus tetap dipertahankan oleh perseroan tersebut selama perseroan terbats berdiri.

Terhadap kemungkinan terjadinya pemilikan perseroan oleh hanya satu orang/ pihak atau terjadinya pemilikan tunggal setelah perseroan berdiri, jika perseroan yang berdiri belum memperoleh pengesahan dari menteri hukum dan

45


(53)

HAM, maak selama pendiri belum memperoleh pihak lain sebagai pasangan perjanjiannya, maka ia tidak akan pernah memperoleh pengesahan sebagai badan hukum dan otomatis ia juga tetap dianggap sebagai usaha perseorangan dengan tanggung jawab pribadi dari satu-satunya pendiri dan atau pihak lain yang mengambil alih seluruh penyertaan pendiri.

Apabila perseroan telah berstatus badan hukum dan pihak pemegang sahamnya menjadi satu orang saja, maka Pasal 7 ayat (5) Undang-undang Perseroan Terbatas mengharapkan pemegang saham tersebut dalam waktu paling lama enam bulan terhitung sejak keadaan ia menjadi pemegang saham tunggal, wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.

Jadi, undang-undang perseroan terbatas memungkinkan suatu perseroan yang berbadan hukum dengan satu pemegang saham, untuk masa waktu maksimal enam bulan saja, tetapi ketika keadaan ini terjadi, otomatis tanggung jawab perseroan terbatas akan digantikan oleh tanggung jawab pribadi pemegang saham terhadap berbagai bentuk kerugian perseroan dan prinsip piercing the corporate veil bagi pemegang saham perseroan berlaku dalam hal ini, tetapi terhitung sejak lewat masa enam bulan yang diizinkan oleh UUPT.

Konsekuensi lain dari pemilikan tunggal adalah dapat menyebabkan dibubarkannya perseroan tersebut oleh pengadilan negeri atas permohonan pihak yang berkepentingan, termasuk kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegang saham, direksi, dewan komisaris, karyawan perseroan, kreditur dan/ atau pemangku kepentingan (shareholder) lainnya.


(54)

Pengecualian terhadap pemilikan tunggal terdapat dalam ketentuan Pasal 7 ayat (7) yang mengizinkan perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara dan perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpangan dan penyelesaiann, lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang pasar modal untuk didirikan oleh satu orang saja, dan tentu saja prinsip piercing the corporate veil tidak berlaku di sini.

D. Penjualan dan Pemindahan Saham

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pemindahan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. Pemindahan hak atas saham tersebut harus dilakukan berdasarkan Akta Pemindahan Hak Atas Saham yang dapat dibuat dihadapan Notaris atau secara bawah tangan (Pasal 56 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007). Para pihak diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau salinannya secara tertulis kepada Perseroan (Pasal 56 ayat (2)) dan kemudian Direksi Perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai perubahan susunan pemegang yang saham yang terjadi akibat pemindahan hak atas saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM (Pasal 56 ayat (3)).

Dalam anggaran dasar Perseroan, Direksi berhak untuk mengatur mengenai (i) keharusan untuk menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya; (ii) keharusan untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ Perseroan (pada umumnya Rapat Umum Pemegang Saham); (iii) keharusan mendapatkan


(55)

persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan (Pasal 57 ayat (1)). Namun demikian, perlu dicatat bahwa kewajiban tersebut tidak berlaku dalam hal pemindaham hak atas saham disebabkan oleh peralihan hak atas anak secara hukum, pengecualian atas syarat-syarat tersebut akan terjadi dalam hal pemindahan hak atas saham diakibatkan oleh pewarisan, karena dalam hal tersebut harus tetap dimintakan persetujuan dari instansi yang berwenang (Pasal 57 ayat (2)).

Apabila anggaran dasar yang mewajibakan pemegang saham penjual untuk menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, maka dalam hal setelah 30 hari sejak penawaran pemegang dilakukan pemegang saham yang ditawarkan tersebut tidak membeli, maka pemegang saham yang bersangkutan dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga (Pasal 58 ayat (1)). Namun demikian, pemegang saham penjual yang diwajibkan untuk menawarkan sahamnya kepada pemegang saham lain, dapat menarik kembali penawaran yang telah dilakukannya setelah lewatnya jangka waktu 30 hari tersebut (Pasal 58 ayat (2)).

Pemberian persetujuan atas pemindahan hak atas saham membutuhkan persetujuan dari organ Perseroan (Pasal 59 ayat (1)). Selanjutnya dalam hal setelah lewatnya jangka waktu 90 hari tidak ada jawaban apapun dari organ Perseroan tersebut, maka dengan demikian organg Perseroan dianggap telah memberikan persetujuan atas penjualan dan pemindahan hak atas saham (Pasal 59 ayat (2)). Setelah diperolehnya persetujuan dari organ Perseroan, maka pemindahan hak atas saham harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 56


(56)

dan dilakukan dalam jangka waktu 90 hari terhitung sejak persetujuan diberikan (Pasal 59 ayat (3)).

Jika dilihat dari sisi peralihan saham, maka saham dapat dibedakan atas saham atas nama dan saham atas unjuk. Secara hukum, pemilik saham atas nama adalah yang namanya tertera pada surat saham tersebut. Sebaliknya saham atas unjuk seperti halnya uang, kepemilikannya ditentukan pada siapa yang memegang saham tersebut.

Penyerahan adalah cara memperoleh hak milik karena adanya pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak memindahkannya kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu. Cara memperoleh hak milik dengan penyerahan ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan.

Mengenai levering dari benda bergerak yang tidak berwujud berupa hak-hak puitang dibedakan atas 3 macam:46

d. Levering dari surat piutang aan toonder (atas unjuk atau atas bawa), menurut Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat itu.

e. Levering dari surat piutang op naam (atas nama), menurut Pasal 613 Ayat (1) KUH Perdata dilakukan dengan cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).

f. Levering dari piutang aan order (atas perintah), menurut Pasal 613 Ayat (3) KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat itu disertai dengan endosemen.

46

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni, 2000), hal.145-146.


(57)

Pengalihan kepemilikan dalam jual beli saham juga diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) yang menyebutkan bahwa pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak, sedangkan saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahannya secara fisik.


(1)

para pihak yang yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, asalkan ditandatangani secara elektronik oleh para pihak sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Jika dilihat dari esensi dari transaksi pengalihan saham yang dilakukan secara elektronik, sepanjang para pihak tidak keberatan dengan prasyarat dalam perjanjian tersebut, segala bukti transaksi yang dihasilkan dalam transaksi tersebut memiliki nilai yang sama dengan dokumen transaksi konvensional.

3. Jika dilihat dari esensi dari transaksi pengalihan saham melalui internet yang dilakukan secara elektronik, sepanjang para pihak tidak keberatan dengan prasyarat dalam perjanjian tersebut, segala bukti transaksi yang dihasilkan dalam transaksi tersebut memiliki nilai yang sama dengan dokumen transaksi konvensional. Pasal 18 jo Pasal 11 UU ITE telah menegaskan transaksi elektroknik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak yang yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing- masing pihak, asalkan ditandatangani secara elektronik oleh para pihak sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Seluruh transaksi elektronik dengan tanda tangan elektronik dapat dianggap sebagai akta, bahkan kekuatan pembuktiannya sama seperti akta otentik.

B. Saran

1. Sepanjang pengalihan saham dapat dilakukan secara konvensional atau dengan tatap muka secara langsung, maka hal itu seyogyanya ditempuh


(2)

terlebih dahulu dibanding dengan pengalihan melalui media elektronik. Hal ini bertujuan untuk menghindari celah sengketa dalam pengalihan saham yang diakibatkan oleh pengalihan saham melalui elektronik.

2. Peralihan saham dari satu pihak ke pihak yang lain harus benar-benar sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, sebab terjadinya kepemilikan saham yang tidak sesuai dengan kaidah hukum akan membuat kepemilikan saham tersebut menjadi cacat hukum dan dapat dibatalkan secara hukum.

3. Walaupun akta pengalihan saham melalui media elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan akta pengalihan saham konvensional, namun perlu untuk kembali membentuk kesepakatan secara konvensional (dengan cara bertatap muka) antara para pihak yang terlibat dalam pengalihan saham setelah dilangsungkannya pengalihan saham melalui media elektronik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Barkatullah, Abdul Halim & Prasetyo, Teguh, Politik Hukum Pidana: Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Dimyati, Khudzaifah & Wardiono, Kelik, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004.

Fuady, Munir, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.

Fuady, Munir, Hukum Perusahaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999. Fuady, Munir, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2002.

Gifs, Steven H, Law Dictionary, Woodbury: Baron’s Educational Series Ind, 1984.

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: CV. Sapta Artha Jaya, 1996.

Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Jilid II, Jakarta: Pustaka Kartini, 1993. Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

UMM Press, 2007.

Irwadi, Hukum Perusahaan Suatu Telaah Yuridis Normatif, Jakarta: Mitra Karya, 2003.

KSEP-ITB, Modul Pelatihan Dasar Pasar Modal Untuk Anggota Baru, Bandung: 2002.

Makarim, Edmon, Kompilasi Hukum Telematika, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.

Makarso, M. Taufik dan Suharsil, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.


(4)

Mansur, Arief, Dikdik M. dan Gultom, Elisatris Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi. Informasi, Cet.1. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.

Mertokusumo, Soedikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty, 1988.

Nasarudin, M. Irsan, et. al., Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008.

Prasetya, Rudhi, Upaya Mencegah Penyalahgunaan Badan Hukum, Serangkaian Pembahasan Pembaharuan Hukum di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Atjara Pidana di Indonesia, Jakarta: Sumur Bandung, 1974.

Ramli, Ahmad M, Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

Riswandi, Budi, Agus Hukum Dan Internet Di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2003.

Sabuan, Ansorie, Syarifuddin Pettanasse, dan Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana, Bandung: Angkasa, 1990.

Sembiring, Sentosa, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006.

Samudera, Teguh, Hukum pembuktian Acara Perdata, Bandung: PT. Alumni, 2004.

Sirait, Ningrum N, Modul Hukum Perusahaan, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Medan: USU, 2006.

Subekti, R, Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2007.

Syahrani, Riduan, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung, Alumni, 2000.

Widjaja, I. G. Ray, Merancang Suatu Kontrak (Teori dan Praktek), Bekasi: Megapoin, 2004.

Widjaja, Gunawan, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.


(5)

Peraturan Perundang-Undangan

Herziene Inlandse Reglement (HIR)/ Rechtreglement Buiten Gewesten (RBG) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, No. 8 Tahun 1981. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia tahun 1999-2004.

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-42/PM/1997 Tentang Peraturan Nomor III.A.10 TentangTransaksi Efek

Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor: Kep-565/BEJ/11-2003 Tentang Peraturan Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek

Internet

Hidayatullah Muttaqin, Telaah Kritis Pasar Modal Syariah, http://www.e-syariah.org/jurnal/?p=11, Diakses tanggal 5 Agustus 2011.

Agustus 2011.

http://boedexx.blogspot.com/2009_08_01_archive.html. Diakses tanggal 7 Desember 2010.

http://organisasi.org/pengertian-arti-definisi-saham-biasa-dan-saham-preferen-ilmu-pengetahuan-dasar-investasi-ekonomi-keuangan. Diakses tanggal 25 Juli 2011.

http://www.artikata.com/arti-124727-nominee.php. Diakses tangal 25 Juli 2011.


(6)

http://joedha90.student.umm.ac.id/2010/01/28/konvergensi-teknologi-informasi-dan-teknologi-telekomunikasi/, diakses pada tanggal 5 Agustus 2011 http://husnul-chan.blogspot.com/, oleh Esther Dwi Magfirah, Perlindungan

Konsumen Dalam E-Commerce, diakses pada tanggal 5 Agustus 2011 http://Alat Bukti Dokumen Elektronik Dalam Perkara Perdata « Gagasan

Hukum.htm oleh Hwian Christianto diakses tanggal 5 Agustus 2011. Julius Indra Dwipayono,

www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=art+2&f=esign.pdf, pengakuan Tanda Tangan Elektronik dalam Hukum Pembuktian Indonesia, Diakses tanggal 5 Agustus 2011. Rapin Mudiardjo, http://bebas.vlsm.org/v17/com/ictwatch/paper/paper022.htm ,

Data Elektronik Sebagai Alat Bukti Elektronik Masih Dipertanyakan, Diakses tanggal 5 Agustus 2011.

Ronald Makaleo Tandiabang, Tommy Handaka Patria, Anang Barnea, www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/Makalah/Makalah12.pdf.


Dokumen yang terkait

Pencemaran Nama Baik Melalui Situs Jejaring Sosial Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 37 128

Transaksi Jual Beli Saham Dengan Hak Membeli Kembali (REPO) Di Pasar Modal

5 120 179

Analisis Yuridis Atas Perjanjian Jual Beli Rumah Melalui Pengembang Pada PT. Indo Mega Sentosa Di Kota Batam

3 68 121

Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 66 152

Analisis Yuridis Mengenai Perjanjian Jual Beli yang Dibuat Melalui Media Elektronik Berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

0 0 31

PENGALIHAN SAHAM ATAS NAMA DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS TERBUKA MELALUI INTERNET DIKAIKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DAN UNDANG-UNDANG NOMOR.

0 0 1

KEDUDUKAN DROPSHIPPER DALAM JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG.

0 0 1

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE PRODUK FASHION BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 15

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INSTAGRAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 1 9

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STUDI TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI MELALUI INTERNET - Unissula Repository

0 0 12