BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

  Pada tinjauan teoritis di Bab II ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

2.1.1 Modal Kerja

  Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian modal kerja, fungsi modal kerja dan perputaran modal kerja agar lebih dapat dipahami.

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja

  Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu yang dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Pendekatan yang praktis dengan memperkenalkan istilah yang digunakan dalam laporan tahunan perusahaan. Terdapat tiga definisi modal kerja yang umum dipergunakan (Gitosudarmo dan Basri 2002:33), yakni sebagai berikut: a.

  Modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang-piutang, persediaan, persekot biaya. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar akan mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Jadi besarnya modal kerja adalah sejumlah aktiva lancar.

  b.

  Modal kerja dalam konsep kualitatif adalah dikaitkan dengan besarnya utang lancar yang harus dibayarkan segera dalam jangka pendek. Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang dapat dipergunakan untuk membiayai operasinya perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya utang lancar.

  c.

  Modal kerja dalam konsep fungsional adalah didasarkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud aalah pendapatan dalam satu periode akuntansi bukan pada periode-periode berikutnya.

  Menurut Syamsuddin (2007:227), modal kerja adalah hubungan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Net working capital, yang didefenisikan sebagai “selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar” ataupun sebagai “bagian dari aktiva lancar yang dibiayai oleh modal jangka panjang”.

  Sedangkan Kasmir (2008:250) mendefenisikan modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.

  Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan sejumlah dana yang yang diperoleh dan digunakan selama satu periode akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sejalan dengan misi utama didirikannya perusahaan tersebut.

2.1.1.2 Sumber Modal Kerja

  Menurut Kasmir (2010:219) berikut ini adalah sumber modal kerja:

  1. Hasil Operasi Perusahaan.

  Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atas laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atas laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan. Seperti misalnya cadangan laba atau laba yang belum dibagi. Selama laba yang belum dibagi perusahaanatau tidak diambil perusahaan. Namun modal kerja ini sifatnya hanya sementara waktu saja dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama.

  2. Keuntungan Penjualan Surat Berharga.

  Keuntungan penjualan surat berharga, juga dapat digunakan beli dengan harga jual surat berharga tersebut. Namun sebaliknya jika terpaksa harus menjual surat berharga dalam kondisi rugi, maka otomatis akan mengurangi modal kerja.

  3. Penjualan Saham.

  Penjualan saham, artinya perusahaan melepaskan sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham itu dapat digunakan sebagai modal kerja, sekalipun kebiasaan (prioritas) dalam manajemen keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan untuk kebutuhan investasi jangka panjang.

  4. Penjualan Aktiva Tetap.

  Penjualan aktiva tetap, maksudnya yang dijual di sini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur.

  Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual.

  5. Penjualan Obligasi.

  Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang sama seperti hasilnya dengan penjualan saham.

  6. Memperoleh Pinjaman.

  Memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain) terutama pinjaman jangka pendek. Khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan untuk kepentingan investasi. Dalam praktiknya pinjaman terutama dari dunia perbankan ada yang dikhususkan untuk digunakan sebagai modal kerja, walaupun tidak menambah aktiva lancar.

  7. Dana Hibah.

  Memperoleh dana hibah dari berbagai lembaga. Dana hibah ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.

  8. Dan Sumber Lainnya.

2.1.1.3 Perputaran Modal Kerja

  Kasmir (2010:224) menyatakan bahwa perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

  Sedangkan menurut Rahardjo (2007:125), perputaran modal kerja

merupakan perbandingan antara jumlah penjualan perusahaan dengan modal

kerja (aktiva lancar dikurangi utang lancar) yang bekerja di dalamnya.

  Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan jika terlalu banyak

  modal kerja, maka terlalu rendah nilai perputaran rasio berarti terjadi sedikit, maka nilai perputaran rasionya tinggi yang berarti terjadi keefektifan dalam penggunaan dana.

2.1.2 Kas

  Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian kas, motif memiliki kas dan perputaran kas agar lebih dapat dipahami.

  2.1.2.1 Pengertian Kas

  Menurut Basyaib (2007:140), kas merupakan saldo uang tunai yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan pembayaran biaya harian.

  Sedangkan Suharli (2006:173) mendefenisikan kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka waktu pendek dan yang dengan cepat dapat dikonversi menjadi kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.

  Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah aktiva paling lancar dibanding aktiva lainnya. Oleh sebab itu, kas merupakan aktiva yang paling digemari untuk dicuri, dimanipulasi dan diselewengkan.

  2.1.2.2 Motif Memiliki Kas Berikut ini adalah tiga motif memiliki kas (Kasmir, 2010:192) yaitu: 1.

  Motif Transaksi.

  Motif transaksi, artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan pembayaran, seperti pembelian barang atau jasa,

  2. Motif Spekulasi.

  Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang mungkin timbul di waktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli dengan uang kas yang dimilikinya dan menjualnya pada saat harganya naik.

  3. Motif Berjaga-jaga.

  Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan yang tidak terduga. Misalnya pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.

2.1.2.3 Perputaran Kas

  Menurut Kasmir (2008:140), perputaran kas merupakan usaha yang dilakukan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.

  Sedangkan Rahardjo (2007:117) menyatakan bahwa perputaran kas

  merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank dan surat berharga atau efek yang segera dapat dijual atau diuangkan).

  Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas suatu perusahaan maka semakin efisien tingkat penggunaan kas dan jika sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran kas suatu perusahaan maka semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya kas yang berhenti atau tidak dipergunakan.

2.1.3 Piutang

  Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian piutang, klasifikasi piutang dan perputaran piutang agar lebih dapat dipahami.

2.1.3.1 Pengertian Piutang

  Menurut Hery (2011:36) istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit, memberikan pinjaman maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak).

  Sedangkan Fraser dan Ormiston (2008:71) mendefenisikan piutang merupakan saldo penjualan secara kredit yang belum dibayar direalisasi, yaitu jumlah aktual akun dikurangi penyisihan piutang tak tertagih.

  Berdasarkan defenisi yang dijelaskan di atas piutang memiliki arti semua hak perusahaan atas kas, barang atau jasa pada masa akan datang akibat kejadian pada masa lalu (sebagian besar piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan).

2.1.3.2 Klasifikasi Piutang

  Berikut adalah penggolongan dari piutang menurut Hery (2011:36), antara lain: 1.

  Piutang Usaha.

  Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan.

  Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

2. Wesel Tagih.

  Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable).

3. Piutang lain-lain.

  Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika p[iutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

2.1.3.3 Perputaran Piutang

  Menurut Jumingan (2006:127), perputaran piutang merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menilai posisi piutang perusahaan dalam satu periode akuntansi dan rata-rata lamanya waktu pengumpulan piutang yang dapat ditentukan dengan membagi 365 hari (satu tahun dihitung 365 hari) dengan tingkat perputaran piutang.

  Sedangkan Kasmir (2010:247) mendefenisikan perputaran penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

  Semakin tinggi nilai rasio yang didapatkan berarti modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.

2.1.4 Persediaan

  Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian persediaan, jenis- jenis persediaan dan perputaran persediaan agar lebih dapat dipahami.

2.1.4.1 Pengertian Persediaan

  Menurut Tunggal (2000:11), persediaan adalah persediaan yang berupa barang dagangan, barang setengah jadi atau bahan mentah yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu. barang yang dibeli untuk diolah atau dijual lagi sebagai aktivitas utama perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

  Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pemilik persediaan memiliki tujuan untuk menjual atau mengkonsumsi persediaannya untuk normal perusahaan. Oleh karena itu, persediaan disajikan di neraca sebagai elemen aktiva lancar.

2.1.4.2 Jenis Persediaan

  Dalam praktiknya paling tidak terdapat tiga jenis persedian menurut Kasmir (2010:267), khususnya untuk perusahaan manufaktur, yaitu: 1.

  Bahan baku.

  2. Barang dalam proses (barang ½ jadi).

  3. Barang jadi. Dikarenakan perusahaan manufaktur kegiatannya adalah membuat suatu produk, maka harus melalui proses tertentu. Artinya, proses yang dilalui mulai dari penyediaan barang baku sampai menjadi barang jadi. Bahan baku (material inventory) atau sering disebut dengan barang mentah merupakan bahan yang akan dimasukkan dalam proses produksi pertama kali. Hasil dari proses ini dapat berbentuk barang setengah jadi atau barang jadi.

  Menurut Djarwanto (2001:135), perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi.

  Sedangkan Rahardjo (2007:124) menyatakan bahwa perputaran persediaan merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persediaan selama satu tahun.

  Berdasarkan pengertian di atas perputaran persediaan dapat pula diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila rasio perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.

2.1.5 Likuiditas

  Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian likuiditas, keadaan perusahaan ditinjau dari likuiditas, klasifikasi likuiditas dan rasio likuiditas agar lebih dapat dipahami.

2.1.5.1 Pengertian Likuiditas

  berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.

  Sedangkan Rahardjo (2007:11) menyatakan bahwa likuiditas adalah suatu ukuran jumlah sumber daya yang dimiliki perusahaan yaitu kas atau yang mudah dicairkan ke kas dalam jangka pendek, untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan.

  Dengan kata lain likuiditas merupakan kemampuan untuk memenuhi seluryang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat. Sebuah berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.

2.1.5.2 Keadaan Perusahaan Ditinjau dari Likuiditas

   Keadaan perusahaan yang ditinjau dari tingkat likuiditasnya

  terbagi dua (Raharjaputra, 2009:194), antara lain: 1. “Likuid” adalah keadaan perusahaan yang mampu memenuhi

  seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

  2. “Illikuid” adalah keadaan perusahaan yang tidak mampu

  memenuhi kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya.

2.1.5.3 Klasifikasi Likuiditas

  Menurut Raharjaputra (2009:194), likuiditas dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:

  1. Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan (kreditur).

  Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memenuhi 2.

2.1.5.4 Rasio Likuiditas

  Menurut Rahardjo (2007:115), rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

  Sedangkan Raharjaputra (2009:199) mendefenisikan rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.

  Dengan kata lain, rasio likuiditas digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya sesegera mungkin pada saat ditagih dan dalam membiayai operasinya. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu maka perusahaan tersebut dalam keadaan likuid sedangkan bila tidak mampu memenuhinya, berarti dalam keadaan ilikuid.

  Berikut ini jenis-jenis rasio likuiditas yang dikemukakan oleh Rahardjo (2007:116) yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan yaitu:

  1. Rasio Lancar (Current Ratio). aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (utang lancar).

  2. Rasio Cepat (Quick Ratio).

  Ratio cepat (quick ratio atau acid-test ratio) adalah perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi

3. Rasio Kas (Cash Ratio).

  Rasio kas (cash ratio) adalah perbandingan antara jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank) dan surat berharga yang segera dapat diuangkan dengan jumlah utang lancar.

  2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi/hubungan antara dengan likuiditas adalah tidak kuat.

  Menunjukkan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentabilitas ekonomis

  Variabel independen: perputaran persediaan

  Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis pada Perusahaan Dagang yang terdaftar di BEI

  Silalahi (2009)

  3 Josephine H.

  Variabel dependen: likuiditas perusahaan

  Variabel independen: perputaran kas dan perputaran piutang

  1 Ricardo Sitorus (2010)

  Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang terhadap Likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI

  2 Sriwimerta (2010)

  Variabel dependen: net profit margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan

  Dari pengujian yang telah dilakukan, maka didapatlah hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas perusahaan

  Variabel independen: perputaran piutang dan perputaran persediaan

  Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

  Variabel dependen: rentabilitas (ROI)

  Nama

No. Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Tahun

  4 Seprina Pengaruh Variabel Menunjukkan tidak Ruleta Perputaran Piutang independen: ada pengaruh yang Sitanggang terhadap perputaran piutang sidnifikan antara (2008) Profitabilitas pada tingkat perputaran

  PT. Gresik Cipta piutang dengan Variabel dependen:

  Sejahtera cabang prifitabilitas (ROA) profitabilitas (ROA) Medan

  5 J. Imelda Pengaruh Variabel Menunjukkan Simamora Perputaran Piutang independen: bahwa secara (2007) terhadap Likuiditas perputaran piutang parsial perputaran pada PT. Pertani piutang

  (Persero Wilayah berpengaruh secara Sumbagut signifikan dan positif terhadap likuiditas. Variabel dependen:

  Korelasi/hubungan likuiditas (rasio antara perputaran lancar) piutang dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah kuat

  Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sitorus (2010), Sriwimerta (2010), Silalahi (2009), Sitanggang (2008) dan Simamora (2007). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada objek penelitian, interval tahun penelitian dan masing- masing penelitian terdahulu yang hanya menggunakan satu atau dua variabel independen yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan dengan menggunakan variabel dependennya adalah profitabilitas, rentabilitas atau likuiditas. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan empat variabel persediaan dengan variabel dependennya adalah likuiditas. Pada penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian dengan interval tahun penelitian 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Peneliti menggunakan perusahaan pulp dan kertas karena sebagian besar perusahaan tersebut melakukan penjualan secara kredit yang biasanya dikarenakan nilai transaksi yang besar. Penjualan kredit menimbulkan piutang dan terkait dengan ketersediaan modal kerja, kas dan persediaan sehingga dapat mengukur likuiditas perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

  H1

  Perputaran Modal Kerja (X1) Y

  H2

  Perputaran Kas (X2)

  Likuiditas (Rasio Lancar)

  H3

  Perputaran Piutang (X3)

  H4

  Perputaran Persediaan (X4)

  H5

  

Gambar 2.1

  Menurut Iskandar (2008:54) kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori- teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

  Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau kesempatan mendapatkan keuntungan. Untuk pemegang saham, kurangnya likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian milik atau kerugian investasi modal. Untuk kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali. Keadaan likuiditas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas, dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio lancar. Rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar suatu perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya tepat pada waktunya.

  Perputaran modal kerja (working capital turnover) merupakan salah satu rasio yang mengukur atau menilai keefektivan modal kerja perusahaan selama periode tertentu, seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode. Setiap aktiva yang dimiliki perusahaan diharapkan untuk dapat mendukung perolehan penghasilan yang menguntungkan. Untuk mengukur sampai seberapa dananya, khususnya beda penggunaan modal kerja dalam rangka memperoreh penghasilan.

  Perputaran kas merupakan alat untuk mengukur besarnya ketersediaan kas untuk membayar utang dan biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan penjualan. tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti behwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil keuntungannya. sebaliknya kalau perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja.

  Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.

  Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur Rasio ini juga dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Besarnya tingkat perputaran persediaan tergantung pada sifat barang, letak perusahaan dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat disebabkan over investment dalam persediaan. Sebaliknya pada persediaan efektif menghasilkan laba. Dengan demikian tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggi menunjukkan suatu keadaan yang baik.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Menurut Ginting dan Situmorang (2008:99) hipotesis penelitian adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran,berupa proposisi deduksi.

  Merumuskan hipotesis berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat kebenarannya. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka dapat dibuat hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

  H1 : Variabel perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011. H2 : Variabel perputaran kas secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011. H3 : Variabel perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

  H4 : Variabel perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011. H5 : Variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persedian secara simultan berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

4 61 88

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

34 222 89

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

18 94 84

Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 141 75

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory - Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 0 7