BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kas

2.1.1 Pengertian Kas

  Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

  Pengertian kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat di ambil sewaktu-waktu.

  Menurut Munawir (1983:14), pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operastermasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanandi bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).

  Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Tuanakotta, AK, (1982:150) dalam bukunya Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu: Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur) untuk disetor ke bank keesokan harinya.

  Menurut Riyanto (2001:94), “ Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, makin besar jumlah kas yang ada didalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya”. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur perusahaan hanya mengejar profitability saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Kalau perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan illlikuid apabila sewaktu- waktu ada tagihan.

  Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kas adalah aktiva lancar paling likuid yang dapat tersedia dengan segera dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan merupakan sejumlah dana yang dipersiapkan untuk membayar kewajiban perusahaan yang segera jatuh tempo dan juga untuk menuntun pergeluaran-pengeluaran yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya yang mungkin terjadi dalam perusahaan ketika memerlukan kas untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Jadi semakin semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan semakin tinggi juga tingkat likuiditasnya.

  Yang termasuk kas adalah :

  • Uang tunai dalam bentuk kertas/logam
  • >Uang perusahaan yang disimpan di bank yang sewaktu-waktu dapat dia
  • Cek yang diterima sebagai pembayaran dari pihak lain
  • • Cek perjalanan(travell check) adalah yang diterbitkan oleh suatu

    jauh.
  • • Kasir cek adalah cek yang dibuat dan ditanda tangani oleh suatu

  bank,ditarik oleh bank itu sendiri untuk melakukan pembayaran ke pihak lain

  • Wesel post: dapat dijadikan uang tunai pada saat diperlukan

  Yang tidak termasuk kas yaitu :

  • • Deposito berjangka/Time deposite : uang simpanan di bank

  yang hanya dapat diambil setelah jangka waktu tertentu berakhir

  • • Uang yang disediakan untuk tujuan-tujuan tertentu sehingga

  terikat penggunaannya Contoh : Dana Pensiun

  • • Cek mundur/Post date check : tidak dapat digolongkan ke dalam

  kas sebelum jangka waktunya

  • Perangko

2.1.2 Sumber dan Penggunaan Kas

  Sumber dan penggunaan kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimannya (sumber- sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya).

  Menurut Jumingan (2006:97) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari : a.

  Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun tidak berwujud (intangible assets) atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

  c.

  Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik atau utang jangka panjang yang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

  d.

  Adanya penurunan atau berkurangya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena adanya penjualan dsb.

  e.

  Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode- periode sebelumnya.

  Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut: a.

  Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.

  b.

  Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan. c.

  Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupunutang jangka panjang.

  d.

  Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan danya persekotpersekot biaya maupun persekot pembelian.

  e.

  Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahaan atau akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan.

2.1.3 Perputaran Kas

  Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada saat dimana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja sampai kembali menjadi kas dan kas juga sebagai unsur modal kerja yang tingkat likuiditasnya paling tinggi. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah perputarannya. Hal ini akan mencerminkan adanya over investment dalam kas, begitu pula sebaliknya. Jumlah kas yang relatif kecil kemungkinan besar akan menyebabkan diperolehnya tingkat perputaran kas yang tinggi. Perputaran kas juga menunjukkan efisiensi penggunaannya. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran kasnya. Menurut

  Riyanto (2001 : 95) ”Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata”.

  Penjualan Bersih

  Perputaran Kas =  1 kali = ....... kali

  Rata –Rata Kas kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

2.2 Net Profit Margin (NPM)

2.2.1 Rasio Profit Margin

  Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan dalam investasi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan menghasilkan laba perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak.Bagi para pekerja (karyawan dan buruh) merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji-upah) yang akan diterima.

  

Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui

bagian laba yang menjadi hak pemegang saham.Dengan demikian

pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan

karena didasari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi

kelangsungan atau masa depan perusahaan. Dengan demikian bagi

investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis

profitabilitas ini misalnya bagi para pemegang saham akan melihat

keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen

(Sartono, 2001:122). Rasio-rasio profitabilitas antara lain : 1.

  Earning Per Share 2. Net Profit Margin 3. Return on Asset 4. Return on Equity

  Dalam meraih profit yang diharapkan, maka efisiensi mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, tidak terkecuali perusahaan dagang dalam rangka menjaga kelangsungan usaha maupun meningkatkan daya saing. Dalam penelitian ini menggunakan NPM, dimana NPM ini merupakan bagian dari rasio profit yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Rasio profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba per rupiah penjualan yang dinyatakan dalam persentase.

2.2.2 Net Profit Margin (NPM)

  Menurut Alexandri (2008: 200) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak.

  Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) “Net Profit

Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.

  Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.” Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income

  

after tax ) terhadap total penjualan (sales). Para investor pasar modal

.

  perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh perusahaan. Jadi kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih.

  Kalau rasio ini semakin tinggi berarti menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba rendah pada tigkat penjualan dan pada biaya tertentu.

  Menurut Sulistyanto ( 2006: 7): “angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 %.” Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak

  Laba bersih Setelah Net Profit Margin = x100 % = .........%

  Penjualan Bersih Ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

2.3 Piutang

2.3.1 Pengertian dan Klasifikasi Piutang

  Penjualan kredit merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan langganan yang sudah ada untuk mendapat langganan baru. Penjulan kredit tidak langsung menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang.

  Menurut Keiso (2002 : 36 ) “ piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pekanggan atau pihak-pihak lainnya.“ Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu : Kas – Investasi – Kas.

  Menurut Smith (2005:286) : “piutang dapat didefenisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya penerimaan kas”. Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa dia berhutang. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Istilah piutang ( receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Secara umum piutang usaha dapat didefenisikan sebagai tagihan yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul ketika suatu perusahaan memberi pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima promes/wesel, melakukan suatu jasa, ataupun beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan suatu hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang terhutang. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha (account receivable ) dan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

  Sumber terjadinya piutang digolongkan dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Piutang tersebut didukung oleh dan didalmnya dimuat jumlah yang diharapkan dapat ditagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam siklus operasi perusahaan.

  Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha kegiatan perusahaan digolongkan piutang lain-lain.

  Untuk meningkatkan daya beli konsumen, kebanyakan perusahaan penjualan memberikan fasilitas kredit terhadap konsumennya. Akan tetapi piutang tidak hanya berasal dari kredit, bisa juga berasal dari tagihan lain. Tujuan klasifikasi piutang ini sebenarnya dilakukan untuk memudahkan pembukuan transaksi yang mempengaruhinya.

  Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (2007 : 451), “berdasarkan sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karenapenjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain”.

  Klasifikasi piutang secara umum :

  Piutang usaha dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar (piutang jangka pendek) dan piutang tidak lancar (piutang jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (non current

  receivable ). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca sebagai piutang dagang atau non dagang.

  Piutang Dagang (Trade Receivable) Piutang dagang adalah tagihan perusahaan dagang kepada konsumen yang berasal dari penjualan barang secara tidak kas atau kredit. Piutang dagang adalah tipe piutang yang paling banyak ditemukan dan biasanya memiliki jumlah yang paling besar.

  Piutang dagang dapat dikelompokkan menjadi dua yakni : a.

  Piutang Usaha (Account Receivable) Piutang usaha ini berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan umumnya bisa ditagih dalam waktu satu sampai 2 bulan. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa bisa saja dibebankan jika pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.

  b.

  Wesel Tagih (Notes Receivable) Wesel tagih merupakan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Wesel tagih bisa bersumber dari penjualan, pembayaran ataupun transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni :

  • Wesel tagih berbunga (interest bearing notes) . Wesel ini

  ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal serta ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus. wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, akan tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.

2. Piutang Lain-lain (Non Dagang)

  Piutang lain-lain adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam piutang jenis ini : piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain.

2.3.2 Peranan dan Arti Penting Piutang Peranan Piutang

  Piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu : Kas Barang Piutang

  Kas Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa elemen piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tidak selikuid elemen memerlukan waktu yang tergantung pengembaliannya. Oleh karena itu semakin besar nilai elemen piutang semakin besar pula resiko yang timbul. Disamping itu, dana yang tertanam di dalamnya semakin besar sehingga kebutuhan dana dalam perputaran modal kerja semakin besar pula.

  Arti Penting Piutang Pada umumnya perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk dapat mempertahankan pelanggan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik customer baru. Dari penjualan kredit akan menimbulkan penagihan piutang kepada customer yang erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan. Karena piutang merupakan salah satu investasi dari aktiva lancar, maka piutang dianggap memiliki waktu perputaran yang cepat dari setahun sehingga aktiva ini mudah dicairkan menjadi uang kas.

  Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar sehingga memerlukan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin.

  Piutang

  Menurut Riyanto (2005:5), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang : a.

  Volume penjualan Kredit b. Syarat Pembayaran Kredit c. Ketentuan tentang Pembatasa Kredit d. Kebijaksanaan dalam Pengumpulan Piutang e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

  Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang adalah semakin besar volume penjualan kredit dari keseluruhan penjualan semakin besar piutang yang timbul dan semakin besar pula kebutuhan dana yang ditanamkan dalam piutang dengan syarat pembayaran kredit.

2.3.4 Perputaran Piutang Usaha

  Piutang usaha merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi pada penjualan seterusnya. Periode perputaran piutang usaha tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Semakin lama persyaratan pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti makin kecil

  Hal tersebut juga sejalan dengan peryataan Munawir (2002:75), “ makin tinggi perputaran (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang tinggi , sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaa pemberian kredit”.

  Menurut Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perputaran piutang adalah sebagai berikut : “Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.”

  Menurut Reeve (2005:407) : “ perputaran piutang adalah Usaha (account receivable turn over) untuk mengukur

  

seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam

setahun”. Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

  perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan. Hal ini juga diperjelas pula dengan pendapat Syamsuddin (2002:49), yaitu: “Semakin tinggi account receivables turn over suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya.” Account receivable turn over dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan kredit kemungkianan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

  Perputaran piutang usaha merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Tingkat perputaran piutang usaha dapat dihitung dangan menggunakan rumus : Penjualan

  Perputaran Piutang =

   1 kali = ............ kali

  Rata – Rata Piutang Rasio perputaran piutang diartikan dengan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti ada over invesment dalam piutang sehingga dapat melakukan analisis piutang lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

  Penurunan rasio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor sebagai berikut :

  1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang 2.

  Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjulan dalam jumlah yang besar

  3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang besar

  4. Turunnya piutang dengan penjualan yang tetap

5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah

2.4 Likuiditas

2.4.1 Pengertian Likuiditas

  Menurut Riyanto (2001:25): “masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya, yang segera harus dipenuhi.”

  Menurut Munawir (2002:93): “ Likuiditas diartikan sebagai keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar.” Pengertian likuiditas menurut Siamat (2001:8) adalah kemampuan memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan, beberapa sekuritas sekunder yang dikeluarkan lembaga keuangan dibeli oleh sektor usaha dan rumah tangga terutama dimaksudkan untuk tujuan likuiditas, yang dimaksud dengan sekuritas sekunder ini adalah giro, tabungan, sertifikat deposito yang diterbitkan bank yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan keamanan disamping tambahan pendapatan.

  Menurut Sartono (2001:116), likuiditas adalah kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,persediaan. Menurutnya juga, pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas dan kepastian harga yang akan terjadi.

  Menurut Rahmat dan Nur (2008) "Rasio Likuiditas adalah Rasio perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”.

  Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid. Pengertian likuiditas yang dikemukakan oleh para ahli keuangan bermacam-macam, namun pada dasarnya memiliki maksud yang sama yaitu bahwa pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

2.4.2 Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  current ratio . Current ratio dapat menilai tingkat likuiditas dengan

  memperbandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio umumnya digunakan untuk menilai likuiditas karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek yang dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini mengidentifikasi apakah perusahaan memiliki sumber daya untuk melunasi kewajiban lancarnya atau kewajiban jangka pendeknya. Jadi rasio likuiditas ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah piutang dan hutang lancar perusahaan, hal ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangan pada saat jatuh tempo.

  Aktiva lancar yang palling likuid adalah kas dan kewajiban jangka pendek mempunyai hubungan dalam penentuan likuid atau tidaknya suatu perusahaan. Jadi semakin besar aktiva lancar yang bisa dikonversikan menjadi kas dan semakin rendah jumlah kewajiban jangka pendek (hutang lancar) perusahaan, maka semakin tinggi perusahaan untk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, begitu juga sebaliknya.

  Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Rumus untuk menghitung current ratio sebagai berikut :

  Aktiva lancar × 100% = ......... %

  Current ratio = Kewajiban lancar

2.5 Hubungan Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuditas

  Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban lancar pada saat jatuh tempo. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, piutang, surat berharga dan persediaan. Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid dari seluruh aktiva lancar. Tingkat perputaran kas yang semakin tinggi maka akan semakin likuid perusahaan tersebut. Demikian juga dengan laba bersih, semakin banyak net profit margin yang dihasilkan berarti semakin banyak jumlah kas yang akan diterima, semakin banyak jumlah kas yang diterima berarti perusahaan tersebut semakin likuid. Piutang juga merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas. Bagi sebagian perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang menjadi kas, hal ini berarti likuiditas perusahaan pun dapat terjaga dengan baik.

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah penelitian Sriwimerta (2010): “ Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, variabel dependen yang digunakan adalah likuiditas (CR), dan variabel independen yang digunakan yaitu perputaran kas dan perputaran piutang, dan dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa perputaran kas tidak dapat memprediksi likuiditas sedangkan perputaran piutang dapat memprediksi likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2008 dan b erdasarkan hasil

  

analisis dijelaskan juga bahwa perputaran kas dan perputaran piutang tidak

dapat memprediksi likuiditas secara bersama-sama pada perusahaan otomotif

yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 – 2008.

  Penelitian Sari Ramadhan (2012): “Perputaran Piutang Usaha dan perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Makanan & Minuman yang terdaftar di BEI periode 2007-2009”, variabel dependen yang digunakan adalah likuiditas (CR), dan variabel independen yang digunakan yaitu perputaran piutang dan perputaran persediaan, dan dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa secara bersama-sama meningkatnya perputaran piutang usaha dan perputaran persediaan akan meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan sedangkan perputaran piutang usaha berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap likuiditas, artinya semakin meningkat perputaran piutang usaha hanya akan meningkatkan sedikit likuiditas sehingga tidak memiliki pengaruh

  perputaran persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap

  signifikan, dan

  

likuiditas artinya perputaran persediaan dimana semakin meningkat

  perputaran persediaan maka semakin meningkat pula likuiditas perusahaan.

  Penelitian Dessy Anggraini Lubis (2012) : “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” , variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas (CR) sedangkan variabel independennya yaitu total aktiva, perputran modal kerja dan arus kas operasi dan dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa secara simultan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan, sedang secara parsial bahwa total aktiva dan perputaran kodal operasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap likuiditas perusahaan.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No Peneliti Judul VariabelPenelitian Hasil Penelitian Sriwimerta Pengaruh Dependen : Secara parsial perputaran 1 (2010) Perputaran Kas kas tidak mempunyai

  dan Perputaran

  1. Perputaran Kas pengaruh yang signifikan

  Piutang

  2. Perputaran terhadap likuiditas

  Terhadap Piutang perusahaan dan secara Likuiditas pada parsial perputaran Perusahaan Independen : piutang mempunyai Otomotif yang pengaruh yang signifikan Terdaftar di Likuiditas terhadap likuiditas. Bursa Efek Secara simultan Indonesia perputaran kas dan

  perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

  2 Sari Perputaran Dependen : Secara parsial perputaran Ramadhan Piutang Usaha piutang usaha

  (2012) dan perputaran

  1. Perputaran berpengaruh positif tetapi

  Persediaan Piutang Usaha tidak signifikan terhadap terhadap

  2. Perputaran Likuiditas perusahaan,

  Likuiditas pada Persediaan dan perputaran persediaan Perusahaan berpengaruh positif

Makanan & Independen : terhadap likuiditas.

Minuman yang Secara simultan terdaftar di BEI Likuiditas perputaran piutang usaha periode 2007- dan perputaran persediaan 2009 berpengaruh positif

  terhadap likuiditas.

  3 Dessy Analisis Faktor- Dependen : Secara Parsial Arus kas Angraini Faktor yang 1. berpengaruh negatif

  Total Aktiva Lubis Mempengaruhi 2. terhadap likuiditas, total

  Perputaran (2012) Likuiditas pada Modal Kerja aktiva dan perputaran

  Perusahaan yang

  3. modal kerja tidak Arus kas

  Terdaftar di mempunyai pengaruh Bursa Efek Independen : yang signifikan terhadap Jakarta likuiditas. Secara

  Likuiditas simultan total aktiva, perputaran modal kerja, arus kas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Sumber : (Diolah oleh peneliti)

2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.7.1 Kerangka Konseptual

  Menurut Erlina (2008 : 38) “ kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu maslah tertentu”.

  Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah perputaran arus kas, net profit margin, dan receivables turnover sedangkan variabel dependen adalah likuiditas.

  Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban lancar pada saat jatuh tempo. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, aktiva lancar yang likuid dan dapat dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Kas juga merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Apabila perputaran kas semakin tinggi maka akan semakin likuid perusahaan tersebut.

  Keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan kinerja yang baik dilakukan dengan perancanaan yang matang untuk hasil yang maksimal, seperti meningkatkan penjualan dengan melakukan berbagai macam promosi, menekan biaya operasi, biaya adm, ataupun biaya yang lain dapat dilihat dalam net profit marginnya yang meningkat. Apabila net profit margin meningkat dalam suatu periode maka perusahaan juga dapat membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dengan kata lain net profit yang semakin tinggi berarti perusahaan juga semakin likuid.

  Piutang juga merupakan aktiva lancar yang paling likuid. Piutang merupakan pos yang penting bagi sebagian perusahaan karena jumlahnya yang cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang sehingga dapat dikonversikan menjadi kas, hal ini berarti likuiditas perusahaan pun dapat dipertahankan.

  Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat di H2

  Perputaran Kas

  X1 Likuiditas

  H3

  Net Profit Margin / Laba Bersih

  (Current Rasio)

X2 H4

  Y

  Receivables Turnover

X3 H1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7.2 Hipotesis Penelitian

  Menurut Erlina (2008:49), “ Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”.

  Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang adapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  H1 : Perputaran kas, net profit margin, dan receivables turnover berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barangkonsumsi sektor makanan dan minuman

  H2 : Perputaran arus kas berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012

  H3 : Net profit margin berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012

  H4 : Receivables turnover berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012