Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, PERPUTARAN

KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN

PERSEDIAAN TERHADAP LIKUIDITAS PADA

PERUSAHAAN PULP DAN KERTAS YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

FAISAL ARSYAD

100522118

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2013 Yang membuat pernyataan,

FAISAL ARSYAD NIM. 100522118


(3)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. Dan Ibu Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Keulana Erwin, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing. 5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. selaku dosen pembaca penilai.

6. Kepada ayah, ibu, kakak, adik, pacar terkasih dan teman-teman saya yang senantiasa mendo’akan dan mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 2013 Penulis,

FAISAL ARSYAD


(5)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN

TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN PULP DAN KERTAS YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi dari perusahaan pulp dan kertas. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh tujuh perusahaan sebagai sampel. Data yang

digunakan adalah data yang diperoleh dari

menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hipotesis dalam penelitian ini adalah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran modal kerja, perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Variabel lainnya yaitu perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Kata kunci: Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan dan Rasio Lancar.


(6)

ABSTRACT

INFLUENCE OF WORKING CAPITAL TURNOVER, CASH TURNOVER, RECEIVABLES TURNOVER AND

INVENTORY TURNOVER OF LIQUIDITY IN PULP AND PAPER COMPANIES LISTED ON

THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to determine the effect of working capital turnover, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover for liquidity. Until this study aimed to determine the effect of working capital turnover, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover for enterprises liquidity. The research was conducted on pulp and paper companies listed in Indonesia Stock Exchange.

This research is a type of causal research and replication nature of previous studies with populations of pulp and paper companies. Data used in the form of financial reports and the annual report of pulp and paper companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. The sampling is done by purposive sampling method and acquired seven companies in the sample. The data used are derived from dat Test data using statistical analysis namely multiple linear regression analysis by performing classical assumption test first. The hypothesis of this study is the turnover of working capital, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover effect on the liquidity of the enterprise.

Results from this study indicate that partial variable working capital turnover, turnover of cash and accounts receivable turnover no significant effect on liquidity. Other variable that is significant rotational effect on liquidity preparation. Simultaneous testing showed that turnover of working capital, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover has a significant influence on liquidity.

Keywords:Turnover of Working Capital, Cash Turnover, Receivables Turnover, Inventory Turnover and the Current Ratio.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Modal kerja ... 10

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja ... 10

2.1.1.2 Sumber Modal Kerja ... 12

2.1.1.3 Perputaran Modal Kerja ... 14

2.1.2 Kas ... 15

2.1.2.1 Pengertian Kas ... 15

2.1.2.2 Motif Memiliki Kas ... 15

2.1.2.3 Perputaran Kas ... 16

2.1.3 Piutang ... 17

2.1.3.1 Pengertian Piutang ... 17

2.1.3.2 Klasifikasi Piutang ... 18

2.1.3.3 Perputaran Piutang ... 19

2.1.4 Persediaan ... 20

2.1.4.1 Pengertian Persediaan ... 20

2.1.4.2 Jenis Persediaan ... 21

2.1.4.3 Perputaran Persediaan ... 21

2.1.5 Likuiditas ... 22

2.1.5.1 Pengertian Likuiditas ... 22

2.1.5.2 Keadaan Perusahaan Ditinjau dari Likuiditas ... 23

2.1.5.3 Klasifikasi Likuiditas ... 23

2.1.5.4 Rasio Likuiditas ... 23

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25

2.3 Kerangka Konseptual ... 27


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel ... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.6 Metode Analisis Data ... 37

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 37

3.6.1.1 Uji Normalitas ... 38

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas ... 40

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 40

3.6.1.4 Uji Autokorelasi ... 41

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 41

3.6.2.1 Uji Signifikan T ... 42

3.6.2.2 Uji Signifikan F ... 42

3.6.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 43

3.7 Tempat dan Jadwal Penelitian ... 44

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.1.1 Data Penelitian ... 45

4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 46

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 46

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51

4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 55

4.1.3.1 Uji Signifikan T ... 55

4.1.3.2 Uji Signifikan F ... 57

4.1.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 58

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Peneitian Terdahulu ... 25

3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 33

4.1 Sampel Perusahaan... 46

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 47

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 55

4.5 Hasil Uji T ... 56

4.6 Hasil Uji F ... 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 27

4.1 Grafik Histogram ... 48

4.2 Grafik Normal PP-Plot ... 49


(11)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN

TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN PULP DAN KERTAS YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi dari perusahaan pulp dan kertas. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh tujuh perusahaan sebagai sampel. Data yang

digunakan adalah data yang diperoleh dari

menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hipotesis dalam penelitian ini adalah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran modal kerja, perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Variabel lainnya yaitu perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas. Kata kunci: Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan dan Rasio Lancar.


(12)

ABSTRACT

INFLUENCE OF WORKING CAPITAL TURNOVER, CASH TURNOVER, RECEIVABLES TURNOVER AND

INVENTORY TURNOVER OF LIQUIDITY IN PULP AND PAPER COMPANIES LISTED ON

THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to determine the effect of working capital turnover, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover for liquidity. Until this study aimed to determine the effect of working capital turnover, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover for enterprises liquidity. The research was conducted on pulp and paper companies listed in Indonesia Stock Exchange.

This research is a type of causal research and replication nature of previous studies with populations of pulp and paper companies. Data used in the form of financial reports and the annual report of pulp and paper companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. The sampling is done by purposive sampling method and acquired seven companies in the sample. The data used are derived from dat Test data using statistical analysis namely multiple linear regression analysis by performing classical assumption test first. The hypothesis of this study is the turnover of working capital, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover effect on the liquidity of the enterprise.

Results from this study indicate that partial variable working capital turnover, turnover of cash and accounts receivable turnover no significant effect on liquidity. Other variable that is significant rotational effect on liquidity preparation. Simultaneous testing showed that turnover of working capital, cash turnover, accounts receivable turnover and inventory turnover has a significant influence on liquidity.

Keywords:Turnover of Working Capital, Cash Turnover, Receivables Turnover, Inventory Turnover and the Current Ratio.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Globalisasi perekonomian dunia pada saat ini menyebabkan peningkatan perkembangan dunia usaha yang sangat pesat di Indonesia. Perkembangan yang sangat pesat ini menimbulkan persaingan yang ketat, khususnya antarperusahaan sejenis. Kondisi seperti ini menuntut perusahaan untuk mampu mengelola usahanya dengan sangat baik. Karena pengelolaan suatu perusahaan tidak lain adalah untuk memperoleh laba dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan secara berkelanjutan (going concern). Pengelola perusahaan juga dituntut untuk mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Investor perlu melakukan analisis dalam proses pengambilan keputusan yang mampu membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya di masa akan datang, karena semakin besar suatu perusahaan semakin banyak pula kegiatannya, sehingga semakin kompleks pula permasalahannya. Dalam laporan Global Economic Propects, World Bank menyatakan negara-negara maju belum akan menjadi motor dari pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa tahun ke depan. Situasi ekonomi dunia tidak akan sama seperti sebelum terjadinya krisis finansial dan harus fokus kepada struktural reformasi perekonomiannya masing-masing.

Pertumbuhan dan jumlah penduduk di Indonesia yang sangat besar merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan bagi perusahaan untuk memasarkan


(14)

produknya. Salah satu pasar yang sangat menjanjikan adalah perusahaan pulp dan kertas, karena pulp dan kertas. Industri pulp dan kertas Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang, sebagaimana dijelaskan Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Muhammad Mansyur, “Jika sebelumnya Indonesia menempati peringkat 11 untuk industri kertas dan peringkat sembilan untuk industri pulp dunia, maka ke depan Indonesia berpotensi untuk menjadi tiga besar dalam industri pulp dan kertas dunia. Hal ini antara lain karena produksi pulp dan kertas di tanah air diuntungkan oleh kondisi iklim dan geografis daerah khatulistiwa.

Didasari oleh pentingnya peranan dunia usaha dalam mewujudkan keinginan masyarakat, maka setiap badan usaha harus memiliki posisi keuangan dan kinerja yang baik yang akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk mempertahankan dan menjamin kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang. Usaha untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan yaitu pengelolaannya yang harus dilakukan secara profesional dengan memperhatikan aspek-aspek (likuiditas perusahaan, modal kerja, kas, piutang dan persediaan) yang mendukung kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.

Salah satu komponen untuk menilai keuangan perusahaan adalah rasio likuiditas (liquidity ratio).Likuiditas adalah kemampuan dari suatu operasi untuk berjumpa dalam obligasi jangka pendek bagi pembayaran kembali hutang tanpa kesulitan (Ikhsan, 2009:97). Laba-rugi operasi sebuah bisnis dapat menunjukkn oparasi laba (sebelum pajak) atas laba bersih (setelah pajak) tanpa operasi bisnis


(15)

mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban lancar, membiarkan sendiri kewajiban jangka panjangnya.

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaanperuasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Atau dengan kata lain, rasio likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo atau untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih.

Salah satu permasalahan dalam kebijaksanaan keuangan yang sering kali dihadapi oleh suatu perusahaan yaitu masalah mengenai efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik tentu penting dalam bidang keuangan karena kesalahan, kekeliruan dan penyalahgunaan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan seperti kegiatan usaha yang terhambat atau terhenti, sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini.

Modal kerja adalah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahan tersebut (Jumingan, 2006:67). Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus menerus harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara saat


(16)

pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Atau pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Atau pengeluaran yang bersifat bukan untuk harta tetap.

Dalam pengukuran kebutuhan modal kerja, kas, piutang dan persediaan perusahaan dapat dilakukan dengan cara menganalisa tingkat likuiditas perusahaan dari tahun ke tahun, hal itu kita dapat diketahui dengan menggunakan analisa rasio likuiditas dengan current ratio (rasio lancar). Rasio likuiditas berguna untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan tersebut.

Semakin besar modal kerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan mengindikasikan semakin baik pula kondisi perusahaan tersebut karena hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk dapat membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Namun keadaan ini berbeda dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebih mengindikasikan bahwa perputaran modal kerja yang rendah yang dikarenakan rendahnya perputaran persediaan, perputaran piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti merugikan perusahaan dengan tidak digunakannya dana perusahaan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Namun sebaliknya kekurangan modal kerja mengindikasikan bahwa perputaran modal kerja yang tinggi yang dikarenakan tingginya perputaran kas, perputaran piutang atau perputaran persediaan yang terlalu kecil yang berarti menguntungkan bagi perusahaan.


(17)

Di samping modal kerja, permasalahan dalam kebijaksanaan keuangan yang sering kali dihadapi oleh suatu perusahaan yaitu efisiensi kas. Riyanto (2002:94) mengemukakan ”kas merupakan aktiva lancar yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, artinya dengan ketersediaan kas yang cukup maka perusahaan tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Dengan kata lain, semakin besar jumlah kas suatu perusahaan maka semakin tinggi pula likuiditasnya. Untuk menilai ketersediaan kas dapat dihitung dari perputaran kas. Tingkat perputaran kas merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek dengan ketersediaan kasnya. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi disebabkan adanya kas dalam jumlah besar yang berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya kelebihan kas. Sebaliknya apabila jumlah kas perusahaan relatif kecil berarti perputaran kas tinggi sehingga perusahaan akan atau dapat berada dalam keadaan illikuid.

Selain kas, aktiva lancar lain yang likuid adalah piutang. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:81) piutang merupakan aktiva lancar perusahaan yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya praktik penjualan kredit. Piutang memerlukan waktu yang lebih pendek untuk diubah menjadi kas. Posisi piutang dan waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung rasio perputaran piutang tersebut. Rasio perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian


(18)

membaginya menjadi dua. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula menjadi kas dan apabila piutang telah menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali dalam operasional perusahaan serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan sehingga perusahaan akan dikategorikan perusahaan likuid. Sebaliknya, apabila tingkat perputaran piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan piutang dan perusahaan akan mengalami keadaan illikuid.

Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek (Indrajit, 2003:3). Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kepada konsumen. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannya kepada para pelanggan. Dengan adanya pengelolaan persediaan yang baik, maka perusahaan dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan yang kemudian bertransformasi menjadi kas atau piutang. Semakin tinggi perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan. Sebaliknya, jika semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil pula perolehan labanya. Dana yang diperoleh dari laba tersebut


(19)

kemudian dapat digunakan untuk pembiayaan aktiva lancar perusahaan sehingga akan menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang baik.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sitorus (2010), Sriwimerta (2010), Silalahi (2009), Sitanggang (2008) dan Simamora (2007) yang tentunya memiliki perbedaan-perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah perputaran modal kerja, perputaran kas, perpautaran piutang dan dan perputaran persediaan mempengaruhi likuiditas perusahaan dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian agar lebih fokus, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah perputaran modal kerja berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011?

2. Apakah perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011?


(20)

3. Apakah perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011?

4. Apakah perputaran persediaan berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011?

5. Apakah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persedian berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011?

1.3Tujuan Penelitian

Sebagaimana diketahui bahwa setiap penulisan permasalahan yang diteliti tentu memiliki tujuan. Adapun tujuan dari penelitian yang dilaksanakan penulis adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

3. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.


(21)

4. Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

5. Untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persedian secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan, pengetahuan serta informasi

penulis dalam bidang akuntansi meliputi perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat likuiditas perusahaan.

2. Bagi praktisi, sebagai masukan, pertimbangan serta evaluasi untuk pengambilan keputusan jangka pendek dalam mempertahankan likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat likuiditas.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Pada tinjauan teoritis di Bab II ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

2.1.1 Modal Kerja

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian modal kerja, fungsi modal kerja dan perputaran modal kerja agar lebih dapat dipahami.

2.1.1.1Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Pendekatan yang praktis dengan memperkenalkan istilah yang digunakan dalam laporan tahunan perusahaan. Terdapat tiga definisi modal kerja yang umum dipergunakan (Gitosudarmo dan Basri 2002:33), yakni sebagai berikut:


(23)

a. Modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang-piutang, persediaan, persekot biaya. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar akan mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Jadi besarnya modal kerja adalah sejumlah aktiva lancar.

b. Modal kerja dalam konsep kualitatif adalah dikaitkan dengan besarnya utang lancar yang harus dibayarkan segera dalam jangka pendek. Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang dapat dipergunakan untuk membiayai operasinya perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya utang lancar. c. Modal kerja dalam konsep fungsional adalah didasarkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud aalah pendapatan dalam satu periode akuntansi bukan pada periode-periode berikutnya.

Menurut Syamsuddin (2007:227), modal kerja adalah hubungan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Net working capital, yang didefenisikan sebagai “selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar” ataupun sebagai “bagian dari aktiva lancar yang dibiayai oleh modal jangka panjang”.

Sedangkan Kasmir (2008:250) mendefenisikan modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang


(24)

ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan sejumlah dana yang yang diperoleh dan digunakan selama satu periode akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sejalan dengan misi utama didirikannya perusahaan tersebut.

2.1.1.2 Sumber Modal Kerja

Menurut Kasmir (2010:219) berikut ini adalah sumber modal kerja:

1. Hasil Operasi Perusahaan.

Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atas laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atas laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan. Seperti misalnya cadangan laba atau laba yang belum dibagi. Selama laba yang belum dibagi perusahaanatau tidak diambil pemegang saham, maka akan menambah modal kerja perusahaan. Namun modal kerja ini sifatnya hanya sementara waktu saja dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama.

2. Keuntungan Penjualan Surat Berharga.

Keuntungan penjualan surat berharga, juga dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. Besarnya selisih antara harga


(25)

beli dengan harga jual surat berharga tersebut. Namun sebaliknya jika terpaksa harus menjual surat berharga dalam kondisi rugi, maka otomatis akan mengurangi modal kerja. 3. Penjualan Saham.

Penjualan saham, artinya perusahaan melepaskan sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham itu dapat digunakan sebagai modal kerja, sekalipun kebiasaan (prioritas) dalam manajemen keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan untuk kebutuhan investasi jangka panjang.

4. Penjualan Aktiva Tetap.

Penjualan aktiva tetap, maksudnya yang dijual di sini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual.

5. Penjualan Obligasi.

Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang sama seperti hasilnya dengan penjualan saham.


(26)

6. Memperoleh Pinjaman.

Memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain) terutama pinjaman jangka pendek. Khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan untuk kepentingan investasi. Dalam praktiknya pinjaman terutama dari dunia perbankan ada yang dikhususkan untuk digunakan sebagai modal kerja, walaupun tidak menambah aktiva lancar.

7. Dana Hibah.

Memperoleh dana hibah dari berbagai lembaga. Dana hibah ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.

8. Dan Sumber Lainnya.

2.1.1.3 Perputaran Modal Kerja

Kasmir (2010:224) menyatakan bahwa perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

Sedangkan menurut Rahardjo (2007:125), perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara jumlah penjualan perusahaan dengan modal kerja (aktiva lancar dikurangi utang lancar) yang bekerja di dalamnya.

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan jika terlalu banyak modal kerja, maka terlalu rendah nilai perputaran rasio berarti terjadi ketidak efektifan penggunaan dana. Dan sebaliknya jika modal kerjanya


(27)

sedikit, maka nilai perputaran rasionya tinggi yang berarti terjadi keefektifan dalam penggunaan dana.

2.1.2 Kas

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian kas, motif memiliki kas dan perputaran kas agar lebih dapat dipahami.

2.1.2.1 Pengertian Kas

Menurut Basyaib (2007:140), kas merupakan saldo uang tunai yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan pembayaran biaya harian.

Sedangkan Suharli (2006:173) mendefenisikan kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka waktu pendek dan yang dengan cepat dapat dikonversi menjadi kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah aktiva paling lancar dibanding aktiva lainnya. Oleh sebab itu, kas merupakan aktiva yang paling digemari untuk dicuri, dimanipulasi dan diselewengkan.

2.1.2.2 Motif Memiliki Kas

Berikut ini adalah tiga motif memiliki kas (Kasmir, 2010:192) yaitu: 1. Motif Transaksi.

Motif transaksi, artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan pembayaran, seperti pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang dan pembayaran lainnya.


(28)

2. Motif Spekulasi.

Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang mungkin timbul di waktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli dengan uang kas yang dimilikinya dan menjualnya pada saat harganya naik.

3. Motif Berjaga-jaga.

Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan yang tidak terduga. Misalnya pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.

2.1.2.3 Perputaran Kas

Menurut Kasmir (2008:140), perputaran kas merupakan usaha yang dilakukan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.


(29)

Sedangkan Rahardjo (2007:117) menyatakan bahwa perputaran kas merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank dan surat berharga atau efek yang segera dapat dijual atau diuangkan).

Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas suatu perusahaan maka semakin efisien tingkat penggunaan kas dan jika sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran kas suatu perusahaan maka semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya kas yang berhenti atau tidak dipergunakan.

2.1.3 Piutang

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian piutang, klasifikasi piutang dan perputaran piutang agar lebih dapat dipahami.

2.1.3.1 Pengertian Piutang

Menurut Hery (2011:36) istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit, memberikan pinjaman maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak).

Sedangkan Fraser dan Ormiston (2008:71) mendefenisikan piutang merupakan saldo penjualan secara kredit yang belum dibayar pelanggan dan dilaporkan di neraca pada nilai bersih yang dapat


(30)

direalisasi, yaitu jumlah aktual akun dikurangi penyisihan piutang tak tertagih.

Berdasarkan defenisi yang dijelaskan di atas piutang memiliki arti semua hak perusahaan atas kas, barang atau jasa pada masa akan datang akibat kejadian pada masa lalu (sebagian besar piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan).

2.1.3.2 Klasifikasi Piutang

Berikut adalah penggolongan dari piutang menurut Hery (2011:36), antara lain:

1. Piutang Usaha.

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

2. Wesel Tagih.

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam


(31)

setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable). 3. Piutang lain-lain.

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika p[iutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

2.1.3.3 Perputaran Piutang

Menurut Jumingan (2006:127), perputaran piutang merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menilai posisi piutang perusahaan dalam satu periode akuntansi dan rata-rata lamanya waktu pengumpulan piutang yang dapat ditentukan dengan membagi 365 hari (satu tahun dihitung 365 hari) dengan tingkat perputaran piutang.

Sedangkan Kasmir (2010:247) mendefenisikan perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama


(32)

penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Semakin tinggi nilai rasio yang didapatkan berarti modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.

2.1.4 Persediaan

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian persediaan, jenis-jenis persediaan dan perputaran persediaan agar lebih dapat dipahami.

2.1.4.1 Pengertian Persediaan

Menurut Tunggal (2000:11), persediaan adalah persediaan yang berupa barang dagangan, barang setengah jadi atau bahan mentah yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu.

Sedangkan Suharli (2006:227) menjelaskan persediaan adalah barang yang dibeli untuk diolah atau dijual lagi sebagai aktivitas utama perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pemilik persediaan memiliki tujuan untuk menjual atau mengkonsumsi persediaannya untuk kegiatan operasional perusahaan kemudian dijual sesuai dengan siklus


(33)

normal perusahaan. Oleh karena itu, persediaan disajikan di neraca sebagai elemen aktiva lancar.

2.1.4.2 Jenis Persediaan

Dalam praktiknya paling tidak terdapat tiga jenis persedian menurut Kasmir (2010:267), khususnya untuk perusahaan manufaktur, yaitu:

1. Bahan baku.

2. Barang dalam proses (barang ½ jadi). 3. Barang jadi.

Dikarenakan perusahaan manufaktur kegiatannya adalah membuat suatu produk, maka harus melalui proses tertentu. Artinya, proses yang dilalui mulai dari penyediaan barang baku sampai menjadi barang jadi. Bahan baku (material inventory) atau sering disebut dengan barang mentah merupakan bahan yang akan dimasukkan dalam proses produksi pertama kali. Hasil dari proses ini dapat berbentuk barang setengah jadi atau barang jadi.

2.1.4.3 Perputaran Persediaan

Menurut Djarwanto (2001:135), perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi.


(34)

Sedangkan Rahardjo (2007:124) menyatakan bahwa perputaran persediaan merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persediaan selama satu tahun.

Berdasarkan pengertian di atas perputaran persediaan dapat pula diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila rasio perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.

2.1.5 Likuiditas

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian likuiditas, keadaan perusahaan ditinjau dari likuiditas, klasifikasi likuiditas dan rasio likuiditas agar lebih dapat dipahami.

2.1.5.1 Pengertian Likuiditas

Menurut Riyanto (2008:25), likuiditas masalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.

Sedangkan Rahardjo (2007:11) menyatakan bahwa likuiditas adalah suatu ukuran jumlah sumber daya yang dimiliki perusahaan


(35)

yaitu kas atau yang mudah dicairkan ke kas dalam jangka pendek, untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan.

Dengan kata lain likuiditas merupakan kemampuan untuk memenuhi selur yang singkat. Sebuah mempunyai alat dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.

2.1.5.2 Keadaan Perusahaan Ditinjau dari Likuiditas

Keadaan perusahaan yang ditinjau dari tingkat likuiditasnya terbagi dua (Raharjaputra, 2009:194), antara lain:

1. “Likuid” adalah keadaan perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

2. “Illikuid” adalah keadaan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya.

2.1.5.3 Klasifikasi Likuiditas

Menurut Raharjaputra (2009:194), likuiditas dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:

1. Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan (kreditur).

2. Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak dalam perusahaan.


(36)

2.1.5.4 Rasio Likuiditas

Menurut Rahardjo (2007:115), rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

Sedangkan Raharjaputra (2009:199) mendefenisikan rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.

Dengan kata lain, rasio likuiditas digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya sesegera mungkin pada saat ditagih dan dalam membiayai operasinya. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu maka perusahaan tersebut dalam keadaan likuid sedangkan bila tidak mampu memenuhinya, berarti dalam keadaan ilikuid.

Berikut ini jenis-jenis rasio likuiditas yang dikemukakan oleh Rahardjo (2007:116) yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan yaitu:

1. Rasio Lancar (Current Ratio).

Rasio lancar (current ratio) adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (utang lancar). 2. Rasio Cepat (Quick Ratio).

Ratio cepat (quick ratio atau acid-test ratio) adalah perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar.


(37)

3. Rasio Kas (Cash Ratio).

Rasio kas (cash ratio) adalah perbandingan antara jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank) dan surat berharga yang segera dapat diuangkan dengan jumlah utang lancar.


(38)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Ricardo

Sitorus (2010) Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

Variabel independen: perputaran piutang dan perputaran persediaan Dari pengujian yang telah dilakukan, maka didapatlah hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas perusahaan Variabel dependen:

net profit margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan 2 Sriwimerta

(2010) Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang terhadap Likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI

Variabel independen: perputaran kas dan perputaran piutang

Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi/hubungan antara dengan likuiditas adalah tidak kuat. Variabel dependen: likuiditas perusahaan

3 Josephine H. Silalahi (2009) Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis pada Perusahaan Dagang yang terdaftar di BEI

Variabel independen: perputaran persediaan Menunjukkan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap rentabilitas ekonomis Variabel dependen: rentabilitas (ROI)


(39)

No.

Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 4 Seprina

Ruleta Sitanggang (2008) Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas pada PT. Gresik Cipta Sejahtera cabang Medan Variabel independen: perputaran piutang Menunjukkan tidak ada pengaruh yang sidnifikan antara tingkat perputaran piutang dengan prifitabilitas (ROA) Variabel dependen: profitabilitas (ROA) 5 J. Imelda

Simamora (2007)

Pengaruh

Perputaran Piutang terhadap Likuiditas pada PT. Pertani (Persero Wilayah Sumbagut Variabel independen: perputaran piutang Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi/hubungan antara perputaran piutang dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah kuat

Variabel dependen: likuiditas (rasio lancar)

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sitorus (2010), Sriwimerta (2010), Silalahi (2009), Sitanggang (2008) dan Simamora (2007). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada objek penelitian, interval tahun penelitian dan masing-masing penelitian terdahulu yang hanya menggunakan satu atau dua variabel independen yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan dengan menggunakan variabel dependennya adalah profitabilitas, rentabilitas atau likuiditas. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan


(40)

persediaan dengan variabel dependennya adalah likuiditas. Pada penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian dengan interval tahun penelitian 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Peneliti menggunakan perusahaan pulp dan kertas karena sebagian besar perusahaan tersebut melakukan penjualan secara kredit yang biasanya dikarenakan nilai transaksi yang besar. Penjualan kredit menimbulkan piutang dan terkait dengan ketersediaan modal kerja, kas dan persediaan sehingga dapat mengukur likuiditas perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Menurut Iskandar (2008:54) kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

Likuiditas (Rasio Lancar) Perputaran Modal Kerja (X1)

Perputaran Kas (X2)

Perputaran Piutang (X3) Perputaran Persediaan (X4)

Y

H1 H2 H3 H4


(41)

Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau kesempatan mendapatkan keuntungan. Untuk pemegang saham, kurangnya likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian milik atau kerugian investasi modal. Untuk kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali. Keadaan likuiditas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas, dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio lancar. Rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar suatu perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya tepat pada waktunya.

Perputaran modal kerja (working capital turnover) merupakan salah satu rasio yang mengukur atau menilai keefektivan modal kerja perusahaan selama periode tertentu, seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode. Setiap aktiva yang dimiliki perusahaan diharapkan untuk dapat mendukung perolehan penghasilan yang menguntungkan. Untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dananya, khususnya beda penggunaan modal kerja dalam rangka memperoreh penghasilan.

Perputaran kas merupakan alat untuk mengukur besarnya ketersediaan kas untuk membayar utang dan biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan penjualan. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi


(42)

tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti behwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil keuntungannya. sebaliknya kalau perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja.

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapakali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Rasio ini juga dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Besarnya tingkat perputaran persediaan tergantung pada sifat barang, letak perusahaan dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat disebabkan over investment dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan dana yang diinvestasikan


(43)

pada persediaan efektif menghasilkan laba. Dengan demikian tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggi menunjukkan suatu keadaan yang baik.

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Ginting dan Situmorang (2008:99) hipotesis penelitian adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran,berupa proposisi deduksi.

Merumuskan hipotesis berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat kebenarannya. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka dapat dibuat hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Variabel perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

H2 : Variabel perputaran kas secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

H3 : Variabel perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.


(44)

H4 : Variabel perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

H5 : Variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persedian secara simultan berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2006:11) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Azwar (1999:77) populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011.

Menurut Muhammad Idrus (2009:93) sampel adalah pengambilan subyek penelitian dengan cara menggunakan sebagian dari populasi yang ada. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011.

2. Perusahaan tersebut tidak mengalami delisting pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011.


(46)

3. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap terutama laporan laba rugi dan neraca yang telah diaudit selama periode tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak delapan perusahaan dengan periode penelitian selama enam tahun yaitu tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas, peneliti mengambil tujuh perusahaan pulp dan kertas sebagai sampel penelitian. Perusahaan-perusahaan tersebut disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan

No. Kode Perusahaan

Kriteria

Sampel 1 2 3

1 ALDO Alkindo Naratama Tbk - - - -

2 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk √ √ √ 1

3 INKP Indah Kiat Pulp and Paper Tbk √ √ √ 2

4 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ √ 3

5 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk √ √ √ 4

6 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk √ √ √ 5

7 SPMA Suparma Tbk √ √ √ 6


(47)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik. Menurut jenisnya, data yang pada penelitian ini menggunakan data sekunder.

Data sekunder merupakan sumber data yang paling ekonomis dan analisis data sekunder sangat bermanfaat bagi penelitian yang bermanfaat bagi penelitian yang bersifat terapan (Erlina, 2011:19).

Data ini biasanya dapat diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian, khususnya berupa laporan laba rugi dan neraca yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut. Menurut waktu pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data time series. Data time series yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/peristiwa/kegiatan dan biasanya jarak dari waktu ke waktu sama. Penelitian ini menggunakan interval waktu mulai dari periode tahun 2006 sampai dengan 2011. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yait

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Tahap pertama peneliti melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua peneliti mengumpulkan data melalui media internet dengan cara mengunduh dari situs


(48)

Bursa Efek Indonesia, yait perusahaan yang menjadi populasi atau sampel penelitian.

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut peneliti, definisi dari operasional ialah penjelasan mengenai variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Definisi dari operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variable).

Variabel independen menurut Sarwono (2006:38) yaitu suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perputaran Modal Kerja.

Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara jumlah penjualan perusahaan dengan modal kerja (aktiva lancar dikurangi utang lancar) yang bekerja di dalamnya (Rahardjo, 2007:125). Berikut ini adalah rumus perputaran modal kerja:

b. Perputaran Kas.

Menurut Rahardjo (2007:117), perputaran kas merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank dan surat berharga atau efek yang segera dapat dijual atau diuangkan). Berikut ini adalah rumus perputaran kas:

Perputaran Kas = Penjualan Bersih (Kas+SetaraKas+Bank) Perputaran Modal Kerja = PenjualanBersih


(49)

c. Perputaran Piutang.

Perputaran piutang menurut Rahardjo (2007:124) merupakan perbandingan antara jumlah penjualan kredit selama satu tahun dengan jumlah piutang (bila nilai penjualan kredit tidak tersedia, biasanya digunakan nilai jumlah penjualan). Berikut ini adalah rumus perputaran piutang:

d. Perputaran Persediaan.

Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persediaan selama satu tahun (Rahardjo, 2007:124). Berikut ini adalah rumus perputaran persediaan:

2. Variabel Terikat (Dependent Variable).

Variabel dependen menurut Sarwono (2006:38) merupakan variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Adapun variabel dependen pada penelitian ini yang digunakan ialah likuiditas perusahaan yang menjadi sampel.

Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (Rahardjo, 2007:115). Rasio likuiditas terbagi menjadi tiga jenis antara lain rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas. Namun penelitian ini hanya menggunakan rasio lancar saja sebagai variabel dependennya.

Perputaran Piutang = PenjualanBersih Piutang

Perputaran Persediaan = HargaPokokPenjualan Persediaan


(50)

Rasio lancar yang rendah biasanya menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya rasio lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Sawir, 2009:10). Berikut ini adalah rumus untuk rasio lancar:

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS versi 18.0. Sebelum data dianalisis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Situmorang dan Lufti (2012:100), uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

Asumsi klasik tersebut antara lain uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Secara teoritis model OLS akan menghasilkan estimasi nilai parameter model penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi normalitas, tidak ada multikolinearitas, tidak ada heteroskedastisitas dan tidak ada autokorelasi.

Rasio Lancar = AktivaLancar UtangLancar


(51)

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2005:147).

Melalui uji ini diharapkan didapatnya kepastian dipenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji Kolmogorov-Smirnov, dimana apabila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data tersebut normal. Selain itu kita juga akan melihat grafik histogram dan grafik PP.Plots dari data yang dimaksud untuk menguji kenormalan data. Apabila data terdistribusi tidak normal, maka akan dilakukan transformasi agar data normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji analisis statistik. 1. Analisis Grafik.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan kesimpulan sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2005:149):

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola


(52)

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar menjauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau garis histogram tidak menunjukkan pola pada distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Statistik.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati, secara visual kelihatan normal padahal secara statistik bisa saja sebaliknya (Ghozali, 2006:149). Oleh sebab itu, dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi juga dengan uji statistik. Uji statistik ini dapat digunakan melalui uji statistik kolmogorov-smirnov (K-S).

Pedoman untuk pengambilan keputusan didasarkan sebagaimana diungkapkan Ghozali (2006:151) “Apabila nilai signifikan atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal. Apabila nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data tidak normal.


(53)

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas

Arti istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) adalah hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi (Situmorang dan Lufti, 2012:133).

Istilah kolinearitas (collinearity) sendiri berarti hubungan linear tunggal (single linear relationship), sedangkan kolinearitas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Menurut Situmorang dan Lufti (2012:140) pengambilan keputusan multikolinearitas dilakukan dengan melihat:

1. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. 2. VIF < 5 maka tidak terdapat persoalan multikolineritas.

3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas.

4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat persoalan multikolineritas.

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Situmorang dan Lufti, 2012:108).

Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut


(54)

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari heteroskedasitas.

3.6.1.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2005:99).

Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian yang dilakukan. Hasil output SPSS dengan model probabilitas signifikansi dibawah 0,05 menyimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi yang digunakan (Ghozali, 2005:108).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan cara melihat besaran durbin-watson (D-W) sebagai berikut:

1. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.

3. Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari uji signifikan f dan uji signifikan t. Perhitungan statistik


(55)

disebut signifikan secara statistik, apabila uji statistiknya berada dalam daerah kritis maka Ho ditolak. Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

3.6.2.1 Uji Signifikan T

Uji signifikan t digunakan untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (curret ratio) pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2006 sampai dengan 2011.

Menurut Situmorang dan Lufti (2012:157), “untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji t”. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh), sedangkan jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh). Jika tingkat signifikan dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3.6.2.2 Uji Signifikan F

Uji signifikan f digunakan untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara bersamaan (simutan) berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (curret ratio) pada perusahaan pulp dan kertasyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2006 sampai dengan 2011.


(56)

Menurut Situmorang dan Lufti (2012:156), “untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji f”. Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh), sedangkan jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh). Jika tingkat signifikan dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3.6.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antara beberapa variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3, X4 dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y (Situmorang dan Lufti, 2012:151). Hubungan fungsional antara variabel terikat dan variabel bebas dibuat sebagai berikut:

�= �+����+����+���+����+�

Keterangan:

Y = Likuiditas dengan rasio lancar a = Konstanta

b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi X1 = Perputaran modal kerja X2 = Perputaran kas

X 3 = Perputaran piutang X4 = Perputaran persediaan e = Variabel pengganggu (error)


(57)

3.7 Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jadwal penelitian dimulai dari bulan Februari tahun 2013 sampai dengan selesai.


(58)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada tinjauan teoritis di Bab IV ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai data penelitian , pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

4.1.1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft excel, selanjutnya digunakan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi logistik. Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 18.0. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dengan menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang ditentukan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa efek Indonesia di laporan keuangan perusahaan pulp dan kertas periode tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling (pemilihan sampel dengan kriteria). Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak tujuh perusahaan pulp dan kertas sebagai berikut:


(59)

Tabel 4.1 Sampel Perusahaan

NO KODE NAMA PERUSAHAAN

1 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 2 INKP Indah Kiat Pulp and Paper Tbk 3 INRU Toba Pulp Lestari Tbk

4 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk

5 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk 6 SPMA Suparma Tbk

7 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk

Sumbe

4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian statistik dengan analisis regresi berganda, maka perlu dilakukannya tahap pengujian untuk mempertimbangkan tidak adanya pelanggaran yang terjadi pada asumsi klasik. Asumsi klasik tersebut antara lain:

4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

1. Ho diterima berarti data residual berdistribusi normal. 2. Ha diterima berarti data residual tidak berdistribusi normal.


(60)

Apabila nilai signifikan atau probabilitas lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi atau probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Berikut ini tabel hasil uji normalitas:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 42

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .79033611 Most Extreme

Differences

Absolute .113

Positive .113

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z .733

Asymp. Sig. (2-tailed) .656

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013

Dari hasil pengolahan data pada tabel di atas, diperoleh Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,656 dan nilai ini di atas 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Dan dapat dilihat juga dari nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,733 yang lebih kecil dari 1,97 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empirik atau dengan kata lain data dikatakan normal.


(61)

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Gambar 4.1 Grafik Histogram

Grafik histogram pada gambar menunjukkan distribusi normal karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Menurut Ghozali (2005:112), “pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data telah terdistribusi normal”.


(62)

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Gambar 4.2

Grafik Normal PP-Plot

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari gambar grafik di atas. Jika data menyebar disekitar garis diagonal maka itu menunjukkan pola distribusi data normal, maka regresinya memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian, variabel independen dan variabel dependen yang digunakan telah terdistribusi secara normal.


(63)

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas memiliki bahwa arti bahwa antara variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan yang sempurna. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan jika korelasinya signifikan. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat:

1. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. 2. VIF < 5 maka tidak terdapat persoalan multikolineritas.

3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas.

4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat persoalan multikolineritas.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 18.0 maka dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:


(64)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.693 .202 8.362 .000

X1 -.135 .049 -.410 -2.776 .009 .744 1.344

X2 .008 .002 .462 3.390 .002 .875 1.142

X3 -.001 .001 -.128 -.941 .353 .881 1.135

X4 -.008 .006 -.169 -1.265 .214 .913 1.095

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013

Dari hasil pengujian pada tabel hasil uji multikolinearitas di atas, dapat dilihat bahwa nilai tolerance perputaran modal kerja (X1), perputaran kas (X2), perputaran piutang (X3) dan perputaran persediaan (X4) > 0,1 yaitu masing-masing memiliki nilai 0,744 ; 0,875 ; 0,881 dan 0,913 sedangkan nilai VIF-nya < 5 yaitu masing-masing memiliki nilai 1,344 ; 1,142 ; 1,135 dan 1,095. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 18.0. Dasar pengambilan keputusannya adalah:


(65)

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang terartur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari heteroskedasitas. Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar. Berikut ini adalah grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.


(66)

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Gambar 4.3

Output Pengujian Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dan model regresi layak untuk dipakai.


(67)

4.1.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2005:95), “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”.

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada kata yang tersusun, baik berupa data cross sectional dan time series. Autokorelasi yang terjadi dalam model regresi menimbulkan koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat dan model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.

Penggunaan progres SPSS bertujuan untuk mendeteksi adanya problem autokorelasi adalah dengan melihat besaran Durbin Watson, yaitu panduan mengenai D-W (Durbin Watson). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.

3. Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Berikut inilah adalah tabel hasil uji autokorelasi yang telah dilakukan:


(68)

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .632a .400 .335 .83196 1.948

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013

Dilihat dari hasil Durbin-Watson di atas yaitu sebesar 1,948 yang berarti tidak terjadi autokorelasi, yang terbukti dari angka D-W yang dihasilkan terletak di antara -2 sampai +2 yang artinya tidak terjadi autokorelasi.

4.1.3 Pengujian Hipotesis

Pada bagian ini akan membahas mengenai uji signifikan f, uji signifikan t dan analisis regresi berganda agar lebih dapat dipahami.

4.1.3.1 Uji Signifikan T

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test).

Menurut Situmorang dan Lufti (2012:157), “untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji t”. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh), sedangkan jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan


(69)

Ha diterima (berpengaruh). Jika tingkat signifikan dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Tabel 4.5 Hasil Uji T

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.693 .202 8.362 .000

X1 -.135 .049 -.410 -2.776 .009

X2 .008 .002 .462 3.390 .002

X3 -.001 .001 -.128 -.941 .353

X4 -.008 .006 -.169 -1.265 .214

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013

Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian statistik t sehingga dapat menjelaskan pengaruh variabel independen secara parsial sebagai berikut:

1. Variabel perputaran modal kerja (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas, hal ini terlihat dari nilai t hitung -2,776 < t tabel 1,682 dan nilai signifikansi 0,09 lebih besar dari 0,05. Yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh). 2. Variabel perputaran kas (X2) berpengaruh secara signifikan

terhadap likuiditas, hal ini terlihat dari nilai t hitung 3.390 > t tabel 1,682 dan nilai signifikansi 0,002 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh).


(1)

OLAHAN DATA VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN PENELITIAN TAHUN 2009

NO KODE

VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN Perputaran Modal Kerja Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persediaan Rasio Lancar

X1 X2 X3 X4 Y

1 FASW 2,56 16,19 5,77 5,68 2,3

2 INKP 2 31,71 6,54 3,77 0,88

3 INRU 2,05 9,5 34,55 4,99 1,75

4 KBRI 20,88 154,28 407,57 46,99 0,03

5 SAIP 2,12 162,05 6,09 3,56 0,9

6 SPMA 2,92 137,93 7,86 4,49 1,38

7 TKIM 1,27 9,83 3,72 3,56 2,36

OLAHAN DATA VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN PENELITIAN TAHUN 2010

NO KODE

VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN Perputaran Modal Kerja Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persediaan Rasio Lancar

X1 X2 X3 X4 Y

1 FASW 2,79 19,93 6,4 5,45 0,84

2 INKP 2,29 40,73 7,32 3,64 1

3 INRU 2,57 11,63 60,08 4,64 1,62

4 KBRI 1,75 2,66 9,84 140,66 0,34

5 SAIP 1,67 278,67 5,76 2,56 0,82

6 SPMA 3,3 183,59 8,02 5,26 3,91


(2)

OLAHAN DATA VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN PENELITIAN TAHUN 2011

NO KODE

VARIABEL INDEPENDEN DAN DEPENDEN Perputaran

Modal Kerja

Perputaran Kas

Perputaran Piutang

Perputaran Persediaan

Rasio Lancar

X1 X2 X3 X4 Y

1 FASW 3,62 97,67 12,19 5,25 1,32

2 INKP 1,74 43,46 7,3 3,24 1,05

3 INRU 1,47 13,25 19,91 2,35 1,16

4 KBRI 0,71 1,35 852,38 4,99 0,63

5 SAIP 2,09 57,24 3,66 5,53 2,98

6 SPMA 3,2 40,03 6,46 6,95 1,21


(3)

LAMPIRAN 3 Hasil Output SPSS

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 42

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .79033611 Most Extreme

Differences

Absolute .113

Positive .113

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z .733

Asymp. Sig. (2-tailed) .656

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

Grafik Normal PP-Plot

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.693 .202 8.362 .000

X1 -.135 .049 -.410 -2.776 .009 .744 1.344

X2 .008 .002 .462 3.390 .002 .875 1.142

X3 -.001 .001 -.128 -.941 .353 .881 1.135 X4 -.008 .006 -.169 -1.265 .214 .913 1.095 a. Dependent Variable: Y


(5)

Output Pengujian Heteroskedastisitas

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .632a .400 .335 .83196 1.948

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y


(6)

Hasil Uji T Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.693 .202 8.362 .000

X1 -.135 .049 -.410 -2.776 .009

X2 .008 .002 .462 3.390 .002

X3 -.001 .001 -.128 -.941 .353

X4 -.008 .006 -.169 -1.265 .214

a. Dependent Variable: Y

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 17.060 4 4.265 6.162 .001a

Residual 25.610 37 .692

Total 42.670 41

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

Persamaan Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.693 .202 8.362 .000

X1 -.135 .049 -.410 -2.776 .009

X2 .008 .002 .462 3.390 .002

X3 -.001 .001 -.128 -.941 .353

X4 -.008 .006 -.169 -1.265 .214


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 7 126

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 3 106

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 118

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

10 68 112

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 9

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Pulp dan Kertas yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 2 10

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 22

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN, PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP ROA - Unika Repository

2 4 13