TINJAUAN PUSTAKA Kemenyan (Styrax sumatrana J.J.SM)

  

TINJAUAN PUSTAKA

Kemenyan (Styrax sumatrana J.J.SM)

  Tanaman kemenyan (Styrax sumatrana J.J.SM) dalam sistematika tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Ebeneles Family : Styraceae Genus : Styrax Spesies : Styrax sumatrana J.J.SM (Oetomo, 1974)

  Tempat tumbuh kemenyan terdapat pada ketinggian antara 600-2000 mdpl, namun di Tapanuli Utara kemenyan tumbuh baik pada ketinggian 1000- 1500 mdpl. Heyne (1987) menambahkan bahwa kemenyan Toba mampu tumbuh baik pada tanah yang kaya humus dengan kelembapan cukup tinggi, berdrainase baik, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dengan temperature 18 -23 C dan dapat tumbuh baik pada topografi bergelombang sampai berbukit.

  Kemenyan yang dikembangkan oleh masyarakat Tapanuli Utara ada dua jenis yakni Styrax sumatrana J.J.SM atau yang dikenal dengan sebutan kemenyan toba dan Styrax benzoine atau yang dikenal dengan kemenyan durame. Kemenyan durame lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan jenis toba.Kemenyan durame dapat disadap sejak umur 6-7 tahun sedangkan kemenyan toba hanya dapat disadap setelah umur 10-13 tahun.Kedua jenis kemenyan ini juga dapat dibedakan dari aroma dan warna getah yang dihasilkan, yaitu aroma getah toba lebih tajam dengan warna yang lebih putih dibandingkan dengan kemenyan durame yang berwarna cenderung hitam.Secara botani kedua jenis ini dapat dibedakan pula dari bentuk dan ukuran daun.Kemenyan durame mempunyai ukuran daun lebih besar dan berbentuk bulat memanjang (Oblongus). Kemenyan toba merupakan jenis yang disenangi oleh masyarakat karena dalam perdagangan local getahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemenyan durame (Sasmuko dan Karyaatmaja, 2000)

  Manfaat Kemenyan

  Kemenyan tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat di beberapa desa, yang dikenal dengan getah kemenyan.Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisional maupun industry rokok, batik dan upacara ritual. Lebih dari itu, tanaman kemenyan mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Kemenyan Styrax benzoine memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industry kosmetik dan obat-obatan (Elimasni, 2005).

  Kemenyan secara prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, rehabilitasi, sekat baker, penghara industry pulp, maupun pohon ornament.Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).

  Pengelolaan dan Pengolahan Kemenyan

  Kegiatan pengelolaan kemenyan secara tradisional oleh petani di Tapanuli Utara meliputi kegiatan penanaman dan pemanenan.Kegiatan penanaman secara tradisional dilakukan dengan memindahkan anakan alami pada tempat yang kosong atau pohon yang telah mati.Sedangkan kegiatan pemungutan getah (penyadapan) dilakukan satu kali dalam setahun dengan pola tradisional tanpa adanya perlakuan tertentu.Secara umum petani lebih suka menanam dan menyadap kemenyan jenis toba dibandingkan jenis durame.Hal ini disebabkan karena getah kemenyan toba menurut standar lokal memiliki mutu dan harga lebih baik.Keberhasilan penanaman secara tadisional sebesar 30-40 %. Sedangkan produksi getahnya tidak lebih dari 15 gr/takik atau sekitar 0,5 kg/pohon (Sasmuko, 1999).

  Kemenyan yang dipasarkan umumnya masih mentah (raw material).Dari saat dipanen hingga siap dijual, petani tidak melakukan pengolahan dalam upaya meningkatkan mutu.Petani hanya melakukan pengeringan saja sebelum dijual kepada pedagang pengumpul. Mutu kemenyan yang dijual petani umumnya masih rendah dan bercampur (mixed) dengan kulit dan kotoran lain. Pada tingkat pedagang pengumpul, pengolahan dilakukan dengan tujuan membagi dalam beberapa kelas mutu dengan cara membedakan berdasarkan ukuran dan kebersihan kemenyan (Sasmuko, 2003).

  Penyadapan dan Penakikan Kemenyan

  Kegiatan penyadapan secara umum terdiri dari kegiatan menakik, membersihkan dan mensugi.Kegiatan menakik merupakan kegiatan pertama yang dilakukan dalam pengelolaan hutan kemenyan. Kegiatan menakik meliputi kegiatan membersihkan semak-semak yang berdekatan dengan pohon kemenyan, kemudian dilanjutkan dengan membersihkan pohon kemenyan dengan cara mengguris (mengikis) bagian kulit pohon tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan lumut yang menempel pada kulit pohon sehingga getah yang dihasilkan tidak kotor (Dede, 1998).

  Pohon yang ditakik biasanya 10-15 pohon sesuai dengan besar batang. Pohon yang telah ditakik kemudian ditinggalkan selama 3-4 bulan, selanjutnya pada luka bekas takikan akan terbentuk getah yang sudah lengkek (kental) dan mengering. Kulit kering yang mengandung getah tadi dipotong dan dikupas dari batang dengan menggunakan pisau panen dan kegiatan ini disebut “mensugi”.Hasil panen yang diperoleh disebut kemenyan mata kasar (sidungkapi), mata halus, tahir dan juror. Produksi rata-rata antara 0,1-0,5 kg/pohon. Setelah dilakukan kegiatan pengumpulan getah maka + 2-3 bulan lagi getah akan keluar yang mencuat dan menempel pada bekas luka takikan. Para petani kemudian memungut hasilnya yang disebut kegiatan pembersihan (panen kedua).Kualitas getah yang dihasilkan kemenyan Tahir. Setelah 2-3 bulan kemudian maka getah ketiga akan muncul lagi dan getah ini akan dikumpulkan pada saat akan dilakukan penakikan lagi (Darusman, 2001).

  Penakikan dilakukan dengan menggunakan pisau takik atau disebut “Agat Panugi” dalam bahasa Batak.Menakik dilakukan dengan membuat luka pada bagian kulit pada garis vertical dengan panjang 2-3 cm dengan kedalaman

  (bergantung pada ketebalan kulit) sampai pada kayunya. Bila pisau tertancap dengan baik pada kulit, kemudian pisau tersebut ditekan kearah kiri atau kanan, sehingga keadaan kulit tersebut terkoak dan terdapat ruangan yang terbuka diantara kulit dan bagian kayu 4x3 cm. Kulit kayu yang terkoak dipukul-pukul dengan palu dalam bahasa Batak disebut dengan “Agat Panuktuk” sebanyak 5-7 kali secara pelan-pelan, karena terlalu keras atau pelan tidak keluar (Dede, 1998).

  Kualitas Getah Kemenyan

  Kualitas kemenyan yang diperdagangkan di Sumatera belum memiliki suatu standar umum yang berlaku, baik dalam transaksi pedagang dan eksportir.

  Perbedaan standar tersebut menurut petani, pedagang dan pengolah antara lain (Sasmuko, 1999): 1.

  Petani Kemenyan dibedakan juga atas masa panennya, yakni masa panen besar (menghasilkan getah mata kasar dan getah mata halus) serta masa panen menurun (menghasilkan getah tahir dan juror).Kemenyan mata kasar dan halus berwarna putih sampai kuning keemasan dan ukuran agak besar.Pada masa membersihkan pohon kemenyan didapat kemenyan juror yang berwarna coklat muda hingga coklat tua.Pada musim menakik diperoleh tahir (sisa- sisa).

  Pengolah merupakan industri yang mengolah getah kemenyan dari kemenyan mentah menjadi kemenyan tampangan. Kemenyan yang dibeli pedagang berupa sam-sam, mata, tahir dan juror, disortir dengan memakai ayakan sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu: a.

  Kualitas I Kemenyan mata kasar atau sidungkapi adalah bongkahan kemenyan berwarna putih samapi putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter lebih besar dari 2 cm.

  b.

  Kualitas II Kemenyan mata halus, merupakan kemenyan merupakan kemenyan berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.

  c.

  Kualitas III Kemenyan tahir, yakni jenis kemenyan yan bercampur dengan kulitnya atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang berbintik-bintik putih atau kuning serta bersarnya lebih besar dari ukuran mata halus.

  d.

  Kualitas IV Kemenyan juror atau jarir, biasanya mutunya dianggap sama dengan jenis tahir dan warnanya merah serta ukurannya lebih kecil dari mata halus.

  e.

  Kualitas V Kemenyan barbar, adalah kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.

  f.

  Kualitas VI Kemenyan abu, yakni sisa-sisa getah kemenyan dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar

  Perdagangan kemenyan kemenyan di dalam negeri telah mengenal penggolongan kualitas, baik lokal maupun standar kualitas kemenyan nasional menurut SII 2044-87.Kualitas lokal hanya berlaku untuk perdagangan kemenyan toba bukan durame.Sedangkan kemenyan durame tidak terbagi dalam kelas kualitas karena bukan komoditi utama yang diperdagangkan (Sasmuko, 1999).

  Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) kemenyan terbagi dalam beberapa kualitas yang didasarkan pada sifat-sifat fisis dan kimia getah.Kemenyan sumatera utara yang diperdagangkan terbagi dalam 2 macam yaitu kemenyan toba dan durame.Kedua kemenyan itu mempunyai sifat visual yang berbeda baik warna dan aromanya. Dalam perdagangan dunia, dikenal kemenyan laos yang mempunyai kualitas lebih baik dan cenderung lebih disukai oleh konsumen dibandingkan dengan kemenyan sumatera utara. Untuk membedakan beberapa macam kemenyan tersebut, dapat diketahui dengan melakukan analisis baik sifat fisis maupun kimia.Selain ketiga macam kemenyan di atas, dalam penelitian ini dilakukan juga analisis terhadap kemenyan lainnya yaitu kemenyan aek nauli.Hasil analisis menunjukkan bahwa kemenyan toba mempunyai aroma lebih tajam dibandingkan dengan ketiga kemenyan lainnya yang beraroma lembut menyerupai aroma vanili.Sifat fisis ke empat macam kemenyan relatif berbeda. Kemenyan laos mempunyai kadar abu tertinggi, sedangkan kadar kotoran terendah terdapat pada kemenyan toba. Sedangkan sifat kimia menunjukkan bahwa kemenyan Aek Nauli mempunyai kadar asam balsamat yang relatif sama dengan kemenyan Laos. Ke empat macam kemenyan yang dianalisis dapat memenuhi persyaratan standar nasional SNI. 4022.87. (Sasmuko, 2000)

  Selain itu, dalam penelitian yang diterbitkan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2011 juga terdapat penggolongan standar kualitas kemenyan seperti pada tabel di samping.

  Tabel 1. Standar Lokal Kualitas Kemenyan Kualitas Mutu

  I II

  III

  IV Abu

  

Warna Putih Putih Putih Coklat Campur

  kekuningan kekuningan kemerahan

  Ukuran L: 3-4 L: 2-3 L: 1-2 L: 0,5-1 Bentuk

(cm) P: 5-6 P: 3-5 P: 2-3 P: 1-2 kerikil pasir

Sumber: Sasmuko (1995) Tabel 2. Standar Mutu Berdasarkan Sifat Fisis dan Kimia Kemenyan No Kualitas Mutu

  I II

  III

  IV Abu

  1 Kadar asam balsamat (%)

  33.2

  32.7

  25.3

  21.8

  20.1

  2 Kadar air (%)

  1.56

  1.75

  2.35

  2.19

  2.29

  3 Kadar abu(%)

  0.99

  0.91

  1.48

  1.44

  1.52

  4 Kadar kotoran (%)

  2.89

  3.44

  12.0

  11.2

  12.5

  o

  5 Titik lunak (

  C)

  58.9

  59.3

  64.3

  65.7

  57.8 Sumber: Sasmuko (1995)

  Sifat Fisika Kimia Kemenyan

  Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram (gr) air untuk setiap 100 gr bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap / konstan.

  Kadar air bahan menunjukkan kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan bobot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (WA/WB) x 100% (Taib, 1988).

  Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan Air Dengan Metode Oven”, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 100-102 C sampai diperoleh berat yang tetap (Apriyantono, 1989).

  Kadar Abu/mineral merupakan bagian berat mineral dari bahan yang didasarkan atas berat keringnya. Abu yaitu zat organik yang tidak menguap, sisa dari proses pembakaran atau hasil oksidasi. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya.

  Kadar kotoran merupakan kriteria yang terpenting dan dipakai sebagai dasar penggolongan kualitas mutu. Bila kadar kotoran sangat banyak, maka akan mempengaruhi kualitas (Ritonga, 2009).

  Titik lunak/leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan 1 atm (satu atmosfer). Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu ketika fase padat dan cair sama-sama berada dalam keadaan kesetimbangan. Perubahan tekanan tidak mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antar molekul cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul. Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah habis meleleh semuanya.

  Kemenyan mengandung senyawa-senyawa asam sinamat, asam benzoat, stirol, vanilin, styracin, koniferil benzoat dan resin terdiri dari benziresinol dan

  6

  5

  resinotanol. Asam sinamat ( C H CH=HCOOOH) adalah salah satu asam organik yang mempunyai ikatan rangkap. Asam sinamat dapat berupa asam-asam bebas maupun terikat sebagai ester-ester yang dikandung dalam minyak atsiri, resin balsam dan di dalam daun pohon kemenyan (Sagala, dkk. 1980).

  Asam sinamat yang berasal dari kemenyan umumnya digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi, kosmetik dan parfum. Disamping itu juga digunakan sebagai bahan utama pembuatan aneka ester seperti metil-ester, etil- ester dan benzil-ester dengan jalan esterifikasi menggunakan alkohol dan asam sulfat sebagai katalis. Di laboratorium, asam sinamat digunakan untuk pembuatan bromostirendan fenil asetaldehida.