Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)

SIFAT ANATOMI SALURAN GETAH KEMENYAN TOBA
(Styrax sumatrana)

SOFIAN HADINATA BANGUN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

SIFAT ANATOMI SALURAN GETAH KEMENYAN TOBA
(Styrax sumatrana)

SKRIPSI

Oleh:

SOFIAN HADINATA BANGUN
0212030008/TEKNOLOGI HASIL HUTAN


DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

SIFAT ANATOMI SALURAN GETAH KEMENYAN TOBA
(Styrax sumatrana)

SKRIPSI

Oleh:

SOFIAN HADINATA BANGUN
0212030008/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi
Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba
(Styrax sumatrana)
: Sofian Hadinata Bangun

: 021203008
: Kehutanan
: Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P
NIP. 132 296 841

Dra. Elimasni, M.Si
NIP.131 945 355

Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan


Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
NIP. 132 287 853

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

SOFIAN HADINATA BANGUN. The Anatomy Characteristic of Kemenyan
Toba (Styrax sumatrana) Resin Canal. Supervised by Ridwanti Batubara,
S.Hut, M.P and Dra. Elimasni, M.Si
One of non wood forest product is gum benzoin that tapped from benzoin
tree (Styrax spp). Gum benzoin is commodity quite important and must get
attention because is specific commodity in North Sumatera. Characteristic of
benzoin resin canal differs from other resin canal of plants because at benzoin
plants that have been young resin canal is have not yet seen. Research target this
is the to know characteristic of anatomy of toba benzoin (Styrax sumatrana) resin
canal. To know characteristic of anatomy of benzoin resin canal at this research
use method of descriptive analysis. Research result shows resin canal of toba
benzoin (Styrax sumatrana) is traumatic resin canal that caused by mechanical
treatment or pest attack and layed in wood part (xylem). Measurement result and

calculation of toba benzoin resin canal density is 5,0107 per mm with variation
coefficient 0,2246, averages diameter of resin canal 154,291 microns with
variation coefficient 0,4272 and averages length of resin canal 471,2832 microns
with variation coefficient 0,3692.
Keyword : Styrax sumatrana, resin canal, characteristic of anatomy.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SOFIAN HADINATA BANGUN. Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan
Toba (Styrax sumatrana ). Dibimbing oleh Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P
dan Dra. Elimasni, M.Si
Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah getah kemenyan yang disadap
dari pohon kemenyan (Styrax spp). Getah kemenyan merupakan komoditi cukup
penting dan perlu mendapat perhatian karena merupakan komoditi khas Sumatera
Utara. Karakteristik saluran getah kemenyan berbeda dengan saluran getah
tanaman lainnya karena pada tanaman kemenyan yang masih muda saluran getah
belum terlihat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat anatomi
saluran getah kemenyan toba (Styrax sumatrana). Untuk mengetahui sifat anatomi
saluran getah kemenyan pada penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan saluran getah kemenyan toba (Syrax
sumatrana) merupakan saluran traumatik yang disebabkan oleh perlakuan
mekanis atau serangan hama dan terletak pada bagian kayu (xylem). Hasil
pengukuran dan perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan toba adalah
5,0107 per mm dengan koefisian variasi 0,2246, rataan diameter saluran getah
154,291 mikron dengan koefisien variasi 0,4272 dan rataan panjang saluran getah
471,2832 mikron dengan koefisien variasi 0,3692.
Kata kunci : Styrax sumatrana, saluran getah, sifat anatomi.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada 08 November 1982 dari ayah
almarhum Arifin Bangun dan ibu Romana Ginting. Penulis merupakan putra
keempat dari empat bersaudara.
Tahun 1994 penulis lulus dari SD Swasta Masehi Medan, tahun 1997 lulus
dari SLTP Negeri 10 Medan, tahun 2001 lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan
pada tahun 2002 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
Seleksi Peneriman Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih program studi
Teknologi Hasil Hutan jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi
Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) sebagai anggota. Penulis melaksanakan
Praktik Umum Kehutanan (PUK) pada bulan Juli 2004 di hutan pegunungan Lau
Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dan hutan
mangrove Desa Kayu Besar Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai.
Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada bulan Juni-Juli 2006
di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Baserah Kabupaten Pelalawan
Riau.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik. Adapun judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah “Sifat Anatomi
Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana).”
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini penulis
banyak menerima bantuan baik moril maupun materil dan motivasi dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Ayahanda Almarhum Arifin Bangun dan Ibunda tercinta Romana Ginting
serta saudara-saudaraku atas doa, semangat, dukungan dan kasih sayang
kepada penulis.
2. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P dan Ibu Dra.Elimasni, M.Si selaku komisi
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan saran dan arahan serta dorongan semangat kepada penulis dalam
pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Sridanarto, M. Agr yang telah memberikan ide dan masukan serta
dorongan semangat yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
4. Masyarakat di Desa Bonan Dolok Kecamatan Sijamapolang Kabupaten
Humbang Hasundutan yang telah memberikan bantuan dan kemudahan
kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
5. Teman-teman angkatan 2002 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Universitas Sumatera Utara

6. Teman-teman di HIMAS USU yang telah meluangkan waktu berdiskusi dan
memberikan masukan kepada penulis.
7. Teman-teman di Yayasan Orangutan Sumatera Lestari.
8. Pihak-pihak lain yang sengaja dan tidak sengaja telah membantu penulis

menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata
maupun dalam penulisannya karena segala keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi yang sederhana ini dapat
dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan,

Mei 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ...............................................................................................

ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
PENDAHULUAN .....................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Manfaat Penelitian...........................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

Sekilas Tentang Kemenyan (Styrax sp.) ........................................... 4
Potensi dan Penyebaran Kemenyan ................................................. 4
Syarat Tumbuh Kemenyan .............................................................. 6
Ciri Morfologis Tanaman Kemenyan............................................... 7
Manfaat Tanaman Kemenyan .......................................................... 9
Penyadapan Getah Kemenyan ......................................................... 9
Kualitas Getah Kemenyan ............................................................... 11
Kegunaan Getah Kemenyan ............................................................ 13
Saluran Getah .................................................................................. 14
METODOLOGI ........................................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................
Alat dan Bahan Penelitian ...............................................................
Metode Penelitian............................................................................
Analisis Data ...................................................................................

16
16
16
17
19

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................
Keadaan Geografis ..........................................................................
Batas-Batas Lokasi Penelitian..........................................................
Iklim ...............................................................................................
Penduduk ........................................................................................

22
22
22
23
23

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
Kerapatan Kayu Kemenyan Toba ....................................................
Kulit Kayu Kemenyan Toba ............................................................
Kerapatan Saluran Getah .................................................................
Diameter dan Panjang Saluran Getah ...............................................
Proses Terbentuknya Saluran Getah ................................................

25
25
26
27
29
31

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 35
Kesimpulan ..................................................................................... 35
Saran ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 36
LAMPIRAN .............................................................................................. 38

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas Tanaman dan Produksi Kemenyan Tanaman Perkebunan Rakyat
Tahun 2002-2005 ..................................................................................... 5
2. Standar Lokal Kualitas Kemenyan............................................................ 13
3. Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Kemenyan Menurut
Kecamatan Tahun 2005 ............................................................................ 24
4. Data Kerapatan Kayu Kemenyan Toba ..................................................... 25
5. Kerapatan Saluran Getah Kemenyan Toba per mm ................................... 28
6. Diameter dan Pajang Saluran Getah kemenyan Toba ................................ 29

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peralatan Yang Digunakan Untuk Penyadapan Kemenyan........................ 10
2. Sampel Pohon Yang Digunakan Pada Penelitian ...................................... 16
3. Kondisi Hutan Kemenyan Desa Bonan Dolok .......................................... 23
4. Diagram Tiga Dimensi Kulit Kayu Hevea brasiliensis .............................. 26
5. Penampang Lintang Kulit Kayu Kemenyan Toba ..................................... 27
6. Saluran Getah Pada Kayu Kemenyan Toba............................................... 28
7. Penampang Lintang Kayu Kemenyan Normal .......................................... 30
8. Getah Yang Menempel di Kulit Pada Saat Pemanenan ............................. 31
9. Proses Penutupan Luka Pada Pohon Kemenyan Toba ............................... 33

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Diameter dan Tinggi Sampel Pohon Kemenyan ...................................... 38
2. Data Hasil Pengukuran Kerapatan Kayu ................................................. 38
3. Data Hasil Pengukuran Σ Saluran Getah ................................................. 39
4. Data Hasil Pengukuran Ө Saluran Getah ................................................ 42
5. Data Hasil Pengukuran Panjang Saluran Getah ....................................... 44
6. Peta Kabupaten Humbang Hasundutan ................................................... 46

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

SOFIAN HADINATA BANGUN. The Anatomy Characteristic of Kemenyan
Toba (Styrax sumatrana) Resin Canal. Supervised by Ridwanti Batubara,
S.Hut, M.P and Dra. Elimasni, M.Si
One of non wood forest product is gum benzoin that tapped from benzoin
tree (Styrax spp). Gum benzoin is commodity quite important and must get
attention because is specific commodity in North Sumatera. Characteristic of
benzoin resin canal differs from other resin canal of plants because at benzoin
plants that have been young resin canal is have not yet seen. Research target this
is the to know characteristic of anatomy of toba benzoin (Styrax sumatrana) resin
canal. To know characteristic of anatomy of benzoin resin canal at this research
use method of descriptive analysis. Research result shows resin canal of toba
benzoin (Styrax sumatrana) is traumatic resin canal that caused by mechanical
treatment or pest attack and layed in wood part (xylem). Measurement result and
calculation of toba benzoin resin canal density is 5,0107 per mm with variation
coefficient 0,2246, averages diameter of resin canal 154,291 microns with
variation coefficient 0,4272 and averages length of resin canal 471,2832 microns
with variation coefficient 0,3692.
Keyword : Styrax sumatrana, resin canal, characteristic of anatomy.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SOFIAN HADINATA BANGUN. Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan
Toba (Styrax sumatrana ). Dibimbing oleh Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P
dan Dra. Elimasni, M.Si
Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah getah kemenyan yang disadap
dari pohon kemenyan (Styrax spp). Getah kemenyan merupakan komoditi cukup
penting dan perlu mendapat perhatian karena merupakan komoditi khas Sumatera
Utara. Karakteristik saluran getah kemenyan berbeda dengan saluran getah
tanaman lainnya karena pada tanaman kemenyan yang masih muda saluran getah
belum terlihat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat anatomi
saluran getah kemenyan toba (Styrax sumatrana). Untuk mengetahui sifat anatomi
saluran getah kemenyan pada penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan saluran getah kemenyan toba (Syrax
sumatrana) merupakan saluran traumatik yang disebabkan oleh perlakuan
mekanis atau serangan hama dan terletak pada bagian kayu (xylem). Hasil
pengukuran dan perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan toba adalah
5,0107 per mm dengan koefisian variasi 0,2246, rataan diameter saluran getah
154,291 mikron dengan koefisien variasi 0,4272 dan rataan panjang saluran getah
471,2832 mikron dengan koefisien variasi 0,3692.
Kata kunci : Styrax sumatrana, saluran getah, sifat anatomi.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan di Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat
tinggi. Selain kayu dari hutan dapat dihasilkan berbagai jenis hasil hutan yang
sangat penting untuk digunakan sebagai bahan baku industri. Masyarakat sekitar
hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai sumber mata pencaharian.
Beberapa hasil hutan bukan kayu yang biasa dikenal masyarakat antara lain
seperti rotan, bambu, nipah, getah, damar, minyak atsiri, madu dan lain-lain.

Salah satu hasil hutan bukan kayu berupa getah adalah kemenyan yang
disadap dari pohon kemenyan (Styrax spp.). Jayusman, dkk. (1999) menjelaskan
bahwa jenis tanaman ini selain tumbuh di Indonesia juga tumbuh di beberapa
negara antara lain di Malaysia, Thailand, Laos dan Vietnam. Di Indonesia
tanaman ini banyak ditemukan di Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Jawa
bagian Barat. Di Sumatera Utara pohon kemenyan dibudidayakan oleh
masyarakat dalam skala luas di Kabupaten Tapanuli Utara sebagai penghasil getah
kemenyan.
Eksport kemenyan dari Indonesia ke berbagai tujuan dalam periode 19871995 mencapai 800-1300 ton dengan rata-rata 1.010 ton. Sebagian besar dari
jumlah eksport dikirim ke Singapura (93 % dari jumlah eksport), sebagian kecil
eksport kemenyan ditujukan ke Malaysia, Taiwan, Jepang, Swiss, Prancis dan
Amerika dengan harga nilai export 1-1,6 juta US$. (FAO, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sasmuko (2003), umumnya tanaman kemenyan berada dalam
kawasan tanah milik masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan
dan pada saat ini komposisinya didominasi oleh tanaman berumur tua (diatas 20
tahun). Rata-rata satu orang petani memiliki kebun seluas 0,5 ha yang mampu
menghasilkan kemenyan tidak lebih dari 200 kg/tahun.
Getah kemenyan merupakan komoditi cukup penting dan perlu mendapat
perhatian lebih besar karena merupakan komoditi khas Sumatera Utara dan telah
memberikan konstribusi ekonomis bagi masyarakat khususnya petani di
Kabupaten Tapanuli Utara. Selama ini getah kemenyan belum dikelola secara
optimal. Menurut Sasmuko (1999), produksi getah kemenyan cenderung menurun
dan produktifitasnya rendah. Hal ini disebabkan karena pengelolaannya masih
dilakukan secara tradisional.
Getah kemenyan dapat diperoleh dari penyadapan pohon kemenyan.
Pinyopusarerk (1994) mengungkapkan bahwa getah kemenyan dihasilkan dari
faktor patogenis atau hasil reaksi dari sel kambium yang terluka. Sedangkan
menurut Sasmuko dan Pasaribu (2000) getah kemenyan kemungkinan besar
dihasilkan dari batang melalui saluran getah yang akan mengalir akibat pelukaan
(penyadapan). Karakteristik saluran getah yang dimiliki oleh kayu kemenyan ini
berbeda dengan jenis kayu lainnya, misalnya pohon pinus. Proses terjadinya
saluran getah tersebut perlu diteliti lebih lanjut. Karena pada kayu yang masih
muda saluran tersebut belum terlihat. Diduga bahwa saluran tersebut terbentuk
secara pragmatis akibat dari pelukaan pada permukaan batang. Namun hal ini

Universitas Sumatera Utara

harus diteliti lebih jauh karena saluran getah kemenyan berbentuk memanjang
secara longitudinal.
Untuk dapat mengetahui keadaan saluran getah kemenyan secara jelas
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai saluran getah kemenyan.
Atas dasar pemikiran inilah penulis melakukan penelitian dengan judul: “Sifat
Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)”.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat anatomi saluran getah
kemenyan toba (Styrax sumatrana).

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang sifatsifat saluran getah dari kemenyan toba (Styrax sumatrana) bagi masyarakat
khususnya petani kemenyan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas Tentang Kemenyan (Styrax sp.)
Pohon kemenyan termasuk ke dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae
dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah
tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu:
(a) kemenyan durame (S.benzoine DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine
var. hiliferum), (c) kemenyan toba (S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam
(S. tokinensis). Tetapi jenis kemenyan toba dan durame yang paling umum
dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara (Jayusman, dkk., 1999).
S. sumatrana .J.Sm adalah jenis pohon kemenyan yang pada umumnya tumbuh di
daerah kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal
dengan nama daerah “haminjon” atau kemenyan toba (Lubis, dkk., 1984).
Kemenyan toba biasa dikenal juga dengan Styrax Paralleloneurum.

Potensi dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia,
Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa
dan Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di
pantai barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu
pohon ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara
jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan secara luas di daerah
Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah) dan Kabupaten
Dairi (Jayusman, dkk., 1999).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman kemenyan sampai saat ini hanya diusahakan oleh masyarakat
pedesaan, terutama di Kabupaten Dati II Tapanuli Utara, Dairi dan Tapanuli
Selatan. Luasan areal tanaman kemenyan dari tahun 1985 seluas ± 25.370 ha
menjadi 23.291 ha pada tahun 1986, 20.875 ha pada tahun 1987 dan 18.246 ha
pada tahun 1988. Kemudian ada peningkatan sedikit menjadi 21.199 ha di tahun
1992. Data produksi kemenyan tahun 2002-2005 (Tabel 1.) menunjukkan
penurunan produksi kemenyan di Sumatera Utara. Apabila keadaan seperti ini
terus berlanjut, dikhawatirkan akan terjadi stagnasi produksi kemenyan. Keadaan
yang demikian perlu dicegah dengan jalan menggalakkan penanaman kemenyan
oleh masyarakat melalui upaya-upaya penyuluhan. Mengingat selama ini sebagian
yang dipergunakan sebagai bahan campuran/bumbu/saus rokok tanpa mengetahui
darimana asal-usulnya (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kemenyan Tanaman Perkebunan
Rakyat Tahun 2002-2005
Tahun

Luas Tanaman/ Area (Ha)

Produksi (ton)

2002

23.162,20

4.853,20

2003

24.249,45

6.241,75

2004

23.482,00

6.425,00

2005
23.517,00
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2006

5.807,00

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh Kemenyan

Beberapa syarat tumbuh kemenyan dalam Jayusman, dkk. (1999) sebagai
berikut:

Tanah
Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa
terhadap jenis tanah, dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol,
dan berbagai asosiasinya, mulai dari tanah bertekstur berat sampai ringan dan
tanah yang kurang subur sampai yang subur lebih baik. Jenis tanaman ini tidak
tahan terhadap genangan, sehingga untuk pertumbuhan memerlukan tanah yang
mempunyai porositas tinggi (mudah meneruskan/meresapkan air). Di samping itu
yang perlu diperhatikan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Berdasarkan
kenyataan di lapangan tanaman kemenyan tumbuh baik pada tingkat pH tanah
antara 4-7. Jenis tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada solum tanah yang
dalam (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Iklim
Tanaman kemenyan memerlukan banyak cahaya matahari dan curah hujan
yang cukup tinggi dan tersebar merata hampir sepanjang tahun berkisar
1916 – 2395 mm/tahun, suhu bulanan 17 – 29 0C dan kelembaban rata-rata
85,04% dengan tipe iklim Schmidt dan Ferguson A dan B. Keadaan iklim sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kemenyan yang diusahakan
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Topografi
Secara alamiah tanaman kemenyan yang banyak terdapat di Sumatera
Utara tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 m di atas
permukaan laut (dpl), tetapi rata-rata tumbuh pada ketinggian antara 100-700
mdpl. Jenis tanaman ini tumbuh pada keadaan lapangan dari mulai datar sampai
berbukit-bukit /bergelombang (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Ciri Morfologis Tanaman Kemenyan
Secara morfologis tanaman kemenyan mempunyai ciri-ciri antara lain:
Pohon
Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan
diameter 60-100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak
terlalu dalam (3-7 mm) dan kulit berwarna merah anggur (Jayusman, dkk., 1999).
Kulit luar halus sampai retak-retak ke arah vertikal atau berlekuk halus. Kulit
bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah
keunguan. Kayu gubalnya berwarna putih (Departemen Kehutanan dan
Perkebunan, 1999).

Daun
Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk
oval bulat, bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing.
Panjang daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun
5-13 cm, helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan
bawah agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba

Universitas Sumatera Utara

lebih

gelap

kecoklatan

dan

lebih

tebal

dibandingkan

jenis

durame

(Jayusman, dkk., 1999).

Bunga
Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang
antara 6-11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm.
Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga dimulai
pada bulan Nopember, Desember dan Januari. Bunga majemuk, berbentuk tandan
atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk bulat sampai agak
gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman, dkk., 1999).

Buah dan Biji
Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm.
Biji kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji
kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini
dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tida rusak walaupun
sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan
bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan toba warna coklat tua dan lebih
gelap dibandingkan jenis durame maupun bulu.bentuk buah dan biji dapat
digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman
kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya) (Jayusman, dkk., 1999).
Tanaman kemenyan diperbanyak dengan biji. Musim berbunga dan
berbuah jenis Styrax benzoin pada bulan Desember – Januari. Buah yang masak
disukai oleh tupai, rusa dan babi hutan. Biji kemenyan berjumlah 366 butir/kg

Universitas Sumatera Utara

atau 245 butir/liter. Daya kecambah biji relatif kecil, yakni ± 35 %. Kulit biji
keras yang menghambat perkecambahan oleh karena itu perlakuan yang biasa
diberikan waktu mengecambahkan biji adalah menyiram dengan air panas dan
merendam sebelum disemaikan (Jayusman, dkk., 1999).

Manfaat Tanaman Kemenyan

Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat,
hutan kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp,
maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk
bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna
kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).
Waluyo dkk (2001) menyatakan potensi kayu kemenyan yang disadap
cukup banyak yang berasal dari tanaman rakyat yang luasnya ± 22.670 ha,
sedangkan potensi per hektar ± 130,67 m3. Dengan demikian potensi kayu
kemenyan rakyat di Tapanuli Utara sekitar 2.962.288.9 m3, sehingga seandainya
rakyat akan meremajakan tanamannya dapat diharapkan pemanfaatannya sesuai
dengan potensi yang ada dan menjamin kelangsungan produk kayu.

Penyadapan Getah Kemenyan
Kegiatan penyadapan getah kemenyan yang dilakukan oleh para petani
secara umum terdiri dari beberapa kegiatan antara lain: menakik, membersihkan,
dan mensugi. Kegiatan menakik merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan
oleh petani dalam pengelolaan hutan kemenyan. Kegiatan ini sama halnya dengan
kegiatan menyadap pada pohon karet atau pinus. Biasanya kegiatan ini dilakukan

Universitas Sumatera Utara

pada bulan Juni-September. Urutan kegiatan menakik adalah sebagai berikut:
membersihkan semak-semak yang berdekatan dengan pohon kemenyan yang akan
ditakik dengan menggunakan parang, kemudian dilanjutkan membersihkan pohon
kemenyan dengan cara mengguris bagian kulit pohon tersebut. Kegiatan tersebut
dilakukan untuk membersihkan lumut yang menempel pada kulit pohon sehingga
getah yang dihasilkan tidak kotor (Dede, 1998).
Penakikan dilakukan dengan menggunakan pisau takik “Agat Panugi”
dalam bahasa batak. Menakik dilakukan dengan membuat luka pada bagian kulit
pada garis vertikal dengan panjang 2-3 cm dengan kedalaman (bergantung pada
ketebalan kulit) sampai pada kayunya. Bila pisau tertancap dengan baik pada
kulit, kemudian pisau tersebut ditekan kearah kiri atau kanan, sehingga keadaan
kulit tersebut terkoak dan terdapat ruangan yang terbuka diantara kulit dan bagian
kayu 4 x 3 cm. Kulit kayu yang terkoak dipukul-pukul dengan palu dalam bahasa
batak disebut dengan “Agat Panuktuk” sebanyak 5-7 kali secara pelan-pelan,
karena terlalu keras atau pelan getah tidak akan keluar (Dede, 1998).

Gambar 1: Peralatan Yang Digunakan Untuk Penyadapan Kemenyan.
(Foto FAO 2001)

Universitas Sumatera Utara

Pemanenan kemenyan berlangsung 3-4 bulan setelah Penyadapan. Hasil
rata-rata dari kemenyan disebut sekitar 0.1-0.5 kg per pohon, suatu pohon yang
baik menghasilkan sekitar 1 kg (FAO, 2001). Dalam Penelitian Faradilla (2004),
dalam penentuan rataan produksi getah kemenyan per pohon diperoleh rataan
136,076 gram per pohon.

Kualitas Getah Kemenyan
Yuniandra

(1998)

menyatakan

bahwa

kualitas

kemenyan

yang

diperdagangkan di daerah Sumatera Utara di kalangan petani, pedagang, serta
pengolah dapat dikatakan belum ada suatu standar yang menjadi dasar umum
yang berlaku untuk semua transaksi pedagang dan eksportir, yaitu :
1. Petani
Disamping perbedaan jenis kemenyan toba dan jenis durame, kemenyan
dibedakan juga atas produksi pada masa panen besar (getah mata kasar dan mata
halus) serta masa panen menurun (getah tahir dan juru). Kemenyan mata berwarna
putih sampai kuning keemasan dan ukuran agak besar. Pada masa membersihkan
pohon kemenyan diperoleh kemenyan juror yang agak coklat muda hingga coklat
tua. Pada musim menakik diperoleh tahir (sisa-sisa).
2. Pedagang dan Pengolah
Pengolah ialah industri yang mengolah getah kemenyan dari kemenyan
mentah menjadi kemenyan tampangan. Kemenyan yang dibeli pedagang, berupa
sam-sam, mata, tahir dan jurur, disortir dengan memakai ayakan, sehingga dapat
diatur sesuai dengan mutu yang diinginkan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

-

Kualitas I

Kemenyan mata kasar atau sidungkapi ialah bongkahan kemenyan
berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter
lebih besar dari 2 cm.
-

Kualitas II

Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai putih
kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.
-

Kualitas III

Kemenyan tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya
atau kotoran lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-bintik putih
atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
-

Kualitas IV

Kemenyan jurur atau jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan
mutunya dengan jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata halus.
-

Kualitas V

Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi
sedikit sewaktu melakukan pembersihan.
-

Kualitas VI

Kemenyan abu ialah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua
kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.
Perdagangan kemenyan di dalam negeri telah mengenal penggolongan
kualitas baik lokal maupun standar kualitas kemenyan nasional menurut SII.
2044-87. Kualitas lokal hanya berlaku untuk perdagangan kemenyan toba bukan

Universitas Sumatera Utara

durame. Sedangkan kemenyan durame tidak terbagi dalam kelas kualitas karena
bukan komoditi utama yang diperdagangkan (Sasmuko, 1999).
Tabel 2. Standar Lokal Kualitas Kemenyan
Kualitas

Mutu

Warna

I
Putih

Ukuran
(cm)

L:3-4
P:5-6

II
Putih
Kekuningan
L:2-3
P:3-5

III
Putih
Kekuningan
L:1-2
P:2-3

IV
Coklat
Kemerahan
L:0,5-1
P:1-2

Abu
Campur
Bentuk
kerikil pasir

Sumber : Standar Industri Indonesia (SII) No. 2044-87

Kegunaan Getah Kemenyan
Penggunaan kemenyan sebagai bahan obat telah diketahui sejak abad
ke-14 tetapi di Eropa barulah pada abad ke-16 diketahui. Umumnya pemakaian
kemenyan di Indonesia adalah sebagai dupa dan untuk campuran rokok
kemenyan; disamping diekspor ke luar negeri. Kegunaan dalam bidang farmasi
adalah sebagai ekspektoran pada penyakit bronchitis dan sebagai desinfektan pada
luka. Di samping itu digunakan untuk campuran kosmetik. Zat yang dikandung
kemenyan adalah asam sinamat, asam benzoate, styrol, styracin, vanillin, coniferil
sinamat, coniferil benzoate dan suatu resin yang mengandung benzoresinol dan
sumaresinotannol. Kemenyan dari daerah Tapanuli Utara terutama mengandung
asam sinamat dimana senyawa ini memberikan bau yang spesifik pada kemenyan
(Lubis, dkk., 1984).

Universitas Sumatera Utara

Saluran Getah
Istilah saluran getah atau saluran damar sering dikacaukan. Biasanya
saluran getah bila terdapat pada kayu daun lebar dan disebut saluran damar bila
pada golongan kayu daun jarum. Saluran getah atau saluran damar sering juga
disebut sebagai sebagai saluran interseluller (Interseluller canal) karena saluran
ini merupakan ruang-ruang antar sel epitel yang memanjang sehingga merupakan
saluran. Berdasarkan proses terbentuknya saluran ini terjadi dengan tiga cara
yaitu:
1. Lysigenous, dimana satu atau beberapa sel hancur sehingga menjadi
saluran.
2. Schizogenous, disini beberapa sel saling memisahkan diri atau menjauhkan
diri sehingga terbentuk saluran. Sel-sel yang mengelilingi rongga saluran
ini membelah-belah diri menjadi sel epitel dan mengeluarkan getah atau
kedalam saluran yang bersangkutan.
3. Schizolysigenous, merupakan modifikasi dari kedua cara di atas yaitu
disamping penghancuran juga pemisahan. (Pandit dan Ramdan, 2002).
Fenomena yang disebut penggetahan (gummosis) merupakan hasil utama
dari metamorfosis organisasi bahan dinding sel ke senyawa terbentuk yang tidak
diorganisasikan, misalnya getah atau resin. Getah dihasilkan di dalam kulit kayu,
misaknya gom-arab (Gom arabic) dari Acacia senegal dan spesies Acacia yang
lain. Pada Citrus, getah dihasilkan oleh sel epitel, tepatnya oleh diktiosom.
Penggetahan seringkali disebabkan oleh penyakit, serangga, atau luka secara
mekanis dan kerusakan fisiologis pada tumubuhan (Mulyani, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Pada beberapa jenis kayu, terdapat rongga-rongga antar sel berupa saluransaluran sempit yang dikelilingi oleh parenkim, serta selaput yang terdiri atas selsel epitel, parenkim mengeluarkan zat-zat damar, zat-zat balsam dan lain-lain ke
dalam saluran interseluler ini. Ada dua macam saluran interseluler jika dilihat dari
arah bentangannya. Saluran interseluler yang membentang searah dengan sumbu
batang dinamakan saluran aksial, dan saluran yang membentang searah jari-jari
dinamakan saluran radial. Kehadiran interseluler pada suatu jenis kayu mungkin
akibat sifat keturunan, atau karena kombinasi faktor keturunan dengan faktor luar.
Saluran yang hadir karena faktor keturunan dinamakan saluran normal sedangkan
saluran yang timbul oleh faktor luar disebut saluran traumatik (Pandit dan
Ramdan, 1997).

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hutan Kemenyan di Desa Bonan Dolok,
Kecamatan Sijamapolang, Kabupaten Humbang Hasundutan dan pengukurannya
dilaksanakan di laboratorium Teknologi Hasil Hutan Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2008.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chain saw, band saw,
kaliper, neraca analitik, penangas air, gelas ukur, obyek glass, cover glass,
penjepit, pipet tetes, mikroskop, mikrometer, lup dan millimeter blok. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pohon kemenyan toba (Styrax sumatrana)
seperti yang terlihat pada Gambar 2., aquades, safranin 2%, alkohol 30%, 50%,
70%, 95% dan 100%, xylol 100%.

Gambar 2: Sampel Pohon Yang Digunakan Pada Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian

Pemilihan Pohon
Bahan penelitian diambil dari pohon kemenyan toba (Styrax sumatrana)
yang sudah pernah disadap dan pohon kemenyan toba (Styrax sumatrana) yang
belum pernah disadap. Pada sampel pohon yang belum disadap terlihat banyak
lubang bekas serangan hama.

Pengambilan Contoh Uji
Contoh uji diambil dari tiga bagian batang pohon yaitu bagian pangkal (P),
tengah (T) dan ujung (U) berupa lempengan dari masing-masing pohon.

Pembuatan Contoh Uji
Pada setiap bagian batang pohon yaitu bagian pangkal (P), tengah (T) dan
ujung (U) diambil bagian kulit dan bagian kayu. Untuk bagian kulit dibuat contoh
uji sesuai dengan ketebalan kulit yang diperoleh pada bagian lintang. Untuk
bagian kayu dibuat contoh uji dengan penampang lintang dengan ukuran 2 cm x 2
cm x 10 cm. Masing-masing bagian dibuat 5 buah contoh uji, sehingga jumlah
contoh uji dalam pelaksnaan penelitian ini adalah (2 pohon x 3 bagian x 5 cotoh
uji) 30 contoh uji.

Kerapatan Kayu
Contoh uji untuk kerapatan kayu diambil dari bahan yang sudah disiapkan
dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm.

Universitas Sumatera Utara

a. Dihitung volume masing-masing contoh uji
b. Ditimbang contoh uji menggunakan neraca analitik
c. Kerapatan kayu dihitung menggunakan rumus:
Massa
Kerapatan kayu=
Volume (cm3)

Pembuatan Preparat

Menurut Husein (2004), pembuatan preparat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Contoh uji dibuat berukuran 2x2x10 cm dari bidang lintang. Kemudian
contoh uji dilunakkan dengan cara dipanaskan pada penangas.
b. Contoh uji disayat dengan menggunakan cutter.
c. Sayatan direndam dalam safranin selama 5 menit kemudian dicuci dengan
alkohol secara bertingkat, yaitu 30%, 50%, 70%, 95% dan 100%
masing-masing dengan waktu ± 15 menit. Untuk pencucian terakhir
menggunakan alkohol 100% yang dilakukan sebanyak dua kali.
d. Agar sayatan benar-benar bersih dari air sayatan, selanjutnya direndam
dengan xylol.
e. Sayatan yang baik (tidak robek) ditempatkan di atas obyek glass, lalu ditutup
dengan cover glass.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan
Kerapatan Saluran Getah
a. Pengamatan kerapatan saluran getah dilakukan pada penampang
lintang dengan menggunakan lup (kaca pembesar) dengan bantuan
millimeter blok.
b. Diukur panjang permukaan yang memiliki saluran getah contoh uji
(mm).
c. Kerapatan saluran getah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Kerapatan saluran getah =

∑ saluran getah
panjang (mm )

Diameter dan Panjang Saluran Getah
a. Diameter saluran getah diamati pada preparat sayatan penampang
lintang dan radial.
b. Pengamatan diameter saluran getah menggunakan mikroskop yang
dilengkapi dengan mikrometer.
c. Jumlah saluran getah yang diamati 10 buah saluran getah pada
masing-masing contoh uji pada bagian lintang dan radial.

Analisa Data
Analisa data untuk sifat anatomi saluran getah menggunakan metode
analisis deskriptif, metode-metode ini berkaitan dengan pengumpulan dan
penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Untuk

Universitas Sumatera Utara

mengetahui nilai kerapatan saluran getah dan diameter saluran getah terlebih
dahulu dihitung nilai rataan, standar deviasi serta koefisien variasi. Nilai rata-rata
dapat dihitung dengan persamaaan:
X=

∑ Χi
n

Dimana:
X = nilai rata-rata
Χi = kerapatan saluran getah; diameter saluran getah

n

= jumlah kerapatan saluran getah; diameter saluran getah
Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
2

S =

∑ (Χi − X )
(n −1)

2

Dimana:
S2

= standar deviasi

Χi = kerapatan saluran getah; diameter saluran getah
X

= nilai rata-rata

n

= jumlah kerapatan saluran getah; diameter saluran getah
Koefisien variasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Kv =

S
X

Dimana:
Kv

= Koefisien variasi

S

= Standar deviasi

X

= Nilai rata-rata

Universitas Sumatera Utara

Semakin kecil Kv maka data semakin homogen. Bila KvA (koefisien variasi
kelompok data A) lebih kecil KvB (koefisien variasi kelompok data B) maka
kelompok data A lebih homogen dibanding dengan kelompok data B atau
kelompok data B lebih bervariasi daripada kelompok data A. Bila Kv = 0 maka
nilai semua data sama (Siregar, 2004).

Universitas Sumatera Utara

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Geografis
Penelitian ini dilaksanakan pada hutan Kemenyan di desa Bonan Dolok,
Kecamatan Sijamapolang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Kabupaten ini dibentuk pada 28 Juli 2003 berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 9 tahun 2003. Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada
02001’-02028’LU dan 98010’-98058’BT dengan luas wilayah sebesar 2.335,33
km2 dengan ibukota Dolok Sanggul dan berada di bagian tengah wilayah propinsi
Sumatera Utara. Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian antara
330-2075 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan tanah yang tergolong
datar hanya 11%, landai sebesar 20% dan miring/terjal sebesar 69%.
Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 10 (sepuluh) kecamatan yaitu
Baktiraja, Dolok Sanggul, Lintong Nihuta, Onan Ganjang, Pakkat, Paranginan,
Parlilitan, Pollung, Sijamapolang dan Tarabintang. Kecamatan Sijamapolang
mempunyai ibukota yaitu Bonan Dolok I. Kecamatan Sijamapolang terletak pada
201’-2014’LU dan 98031’-98046’BT dengan luas sebesar 177,50 km2.

Batas-batas Lokasi Penelitian
Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan langsung dengan empat
kabupaten yaitu:

- sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sianjur Mula Mula dan
Kecamatan Harian, Kecamatan Palipi Kabupaten Toba Samosir;

Universitas Sumatera Utara

- sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Muara, Kecamatan Siborongborong, dan Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara;
- sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan Kabupaten
Tapanuli Utara serta Kecamatan Sorkam, Kecamatan Barus, dan
Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah; dan
- sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Manduamas Kabupaten
Tapanuli Tengah dan Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Iklim
Daerah penelitian berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson
memiliki tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan (rata-rata) di kabupaten
Humbang Hasundutan sebesar 216,8 mm yang tertinggi pada bulan September
dan terendah pada bulan Februari.

Gambar 3. Kondisi Hutan Kemenyan Desa Bonan Dolok (Foto Tahun 2008)

Penduduk
Mayoritas penduduk Humbang Hasundutan adalah petani. Komoditas
pertanian terbesar adalah kopi dengan luas panen 10.950 Ha dan produksi

Universitas Sumatera Utara

4.089 ton. Perkebunan kopi terdiri dari 48.45% luas lahan pertanian dan
perkebunan. Selain kopi, kabupaten ini juga kaya dengan kemenyan. Dengan luas
panen 5.235 Ha menghasilkan 1.278 ton. Luas lahan kemenyan mencapai 23,16%.
Pada Tabel 3. memperlihatkan luas Komoditas lainnya adalah karet, kulit manis,
kemiri, coklat, kelapa sawit, aren, kelapa, tebu, jahe, cengkeh, dan andaliman.
Komoditas pertanian andalan penduduk adalah cabe dengan luas panen 600 Ha
menghasilkan 2.923,15 ton. Tanaman cabe mencapai 39,97% lahan pertanian.
Selain cabe penduduk juga bertanam kubis, tomat, kentang, sawi, wortel dan
bawang merah.

Tabel 3. Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Kemenyan
Menurut Kecamatan Tahun 2005
Kecamatan

Luas Tanaman
(Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi
(Kw/Ha)

1

2

3

4

55

13,42

2,44

Onan Ganjang

1.550

442,20

2,85

Sijamapolang

2.450

597,80

2,44

Lintong Nihuta

0

0

0

Paranginan

0

0

0

Dolok Sanggul

215

3.266,00

151,91

Pollung

60

14,64

2,44

Parlilitan

905

225,22

2,49

Tarabintang

0

0

0

Bakti Raja

0

0

0

Pakkat

Humbang Hasundutan
5.235
4.559,28
Sumber: BPS (2006) Humbang Hasundutan dalam angka.

8,71

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan Kayu Kemenyan Toba
Hasil pengukuran kerapatan kayu kemenyan toba adalah 0,5820 g/cm3
koefisien variasi 0,0787. Kerapatan kayu pohon sampel satu adalah 0,6076 g/cm3
dengan kofisien variasi 0,0616 dan kerapatan kayu pohon sampel dua adalah
0,5564 g/cm3 dengan koefisien variasi 0,0696. Data ini sesuai dengan pernyataan
Oey Djoen Seng (1951) dalam www. worldagroforestry.org bahwa kerapatan
kayu kemenyan toba terendah yaitu 520 kg/m3 , sedang 650 kg/m3 dan tertinggi
720 kg/m3. Terdapat perbedaan rataan kerapatan kayu pada bagian pangkal,
tengah dan ujung pada sampel pohon satu dan sampel pohon dua. Haygreen dan
Bowyer (1989) menyatakan bahwa kerapatan kayu dalam suatu spesies bervariasi
berdasarkan sejumlah faktor yang meliputi letaknya dalam pohon, letak dalam
kisaran spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh, dan sumber-sumber genetik.
Data mengenai informasi kerapatan kayu kemenyan tiba disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Data Kerapatan Kayu Kemenyan Toba
Pohon Sampel
Χ
S2
1 Pangkal
0.6341
0.00003
Tengah
0.6299
0.00004
Ujung
0.5588
0.00019

S
0.0055
0.0063
0.0138

Kv
0.0087
0.0100
0.0247

Kerapatan Sampel 1

0.6076

0.0014

0.0374

0.0616

2

0.5963
0.5457
0.5271

0.00108
0.00039
0.00055

0.0329
0.0198
0.0235

0.0551
0.0362
0.0362

Kerapatan Sampel 2

0.5564

0.0015

0.0387

0.0696

Kerapatan kayu
kemenyan

0.5820

0.0021

0.0458

0.0787

Pangkal
Tengah
Ujung

Universitas Sumatera Utara

Kulit Kayu Kemenyan Toba
Hasil pengamatan terhadap kulit kayu kemenyan toba menunjukkan bahwa
tidak terdapat saluran getah pada bagian kulit, berbeda dengan jenis tanaman lain
yang juga menghasilkan getah atau resin. Pernyataan Mulyani (2006) getah
dihasilkan dalam kulit kayu misalnya gom-arab (Gum arabic) dari Acacia senegal
dan spesies Acacia yang lain. Latisifer dari Hevea brasiliensis (Gambar 4)
terutama dijumpai dalam kulit kayu, tetapi juga terdapat dalam empulur dan daun.

Gambar 4: Diagram Tiga Dimensi Kulit Kayu Hevea brasiliensis, Yang
Memperlihatkan Susunan Latisifer Dalam Floem Sekunder
(Fahn, 1999).
Heygreen dan Bowyer (1989) menyatakan susunan kulit terdiri dari floem
sekunder yang merupakan lapisan kulit bagian dalam yang dihasilkan inisial
kambium. Karena pembentuknya sama dengan kayu maka beberapa tipe sel floem
sangat serupa dengan tipe-tipe sel kayu. Pada lapisan kulit luar terdiri dari sel-sel
gabus. Fahn (1991) mengatakan bahwa secara fungsional jaringan gabus
membentuk sebuah lapisan pelindung yang menggantikan kulit luar (epidermis)
yang mati dan terkelupas.

Universitas Sumatera Utara

Kulit kemenyan juga terdiri dari jaringan penyusun kulit kayu pada
umumnya yang terdiri dari floem sekunder, floem primer, korteks dan periderm
(Gambar 5). Floem sekunder yang merupakan lapisan kulit bagian dalam. Fahn
(1991) menyatakan bahwa Floem primer merupakan jaringan ikatan pembuluh
yang dibentuk langsung oleh meristem apikal. Korteks tersusun dari sel-sel
parenkima dengan ruang antar sel yang luas. Periderm merupakan jaringan gabus
yang membentuk sebuah lapisan pelindung yang menggantikan kulit luar yang
mati dan terkelupas.

Gambar 5. Penampang Lintang Kulit Kayu Kemenyan Toba. Perbesaran
Dengan Lup. Keterangan Gambar: 1. Floem Sekunder, 2. Floem
Primer, 3. Korteks Batang, 4. Periderm

Kerapatan Saluran Getah

Saluran getah kemenyan terletak di bagian kayu (xylem) dan posisinya
berada diantara jari-jari. Saluran getah memanjang mengikuti arah longitudinal
dan melalui pengamatan bidang lintang maka saluran getah akan terlihat berada
pada lingkar pertumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

Hasil perhitungan kerapatan saluran getah kemenyan adalah 5,0107 per
mm dengan koefisian variasi 0,2246. Kerapatan saluran getah untuk pohon sampel
satu 3,8467 per milimeter dengan koefisien variasi 0,1333 dan sampel pohon dua
5,7867 per milimeter dengan koefisian variasi 0,1078. Kerapatan saluran getah
sampel pohon dua lebih beragam dari sampel pohon satu. Data hasil pengukuran
kerapatan saluran getah kemenyan disajikan pada Tabel 5.

b

a

c

d

Gambar 6. Saluran Getah Pada Kayu Kemenyan Toba; a dan c Saluran
Getah Akibat Kerusakan Mekanis, b dan d Saluran Getah
Akibat Serangan Hama. Perbesaran Menggunakan Lup.
Keterangan Gambar: 1. Saluran Getah, 2. Pori, 3. Jari-jari

Tabel 5. Kerapatan Saluran Getah Kemenyan Toba per mm
Kerapatan Saluran Getah (mm)
Pohon Sampel
X
S2
S
Kv
1
3,8467
0,2628
0,5126
0,1333
2
5,7867
0,3893
0,6239
0,1078
Kerapatan saluran getah
5,0107
1,2665
1,1254
0,2246
kemenyan secara umum

Universitas Sumatera Utara

Diameter dan Panjang Saluran Getah
Diameter saluran getah diperoleh dari pengamatan penampang lintang
kayu kemenyan dan panjang saluran getah dari pengamatan penampang radial
kayu kemenyan. Hasil pengukuran dan perhitungan diameter dan panjang saluran
getah kemenyan diperoleh diameter saluran getah 154,291 mikron dan koefisien
variasi 0,4272. Panjang saluran getah 471,2832 mikron dan koefisien variasi
0,3692.
Diameter saluran getah sampel pohon satu 186,592 mikron dan diameter
saluran getah sampel pohon dua 125,309 mikron, panjang saluran getah sampel
satu 501,172 mikron dan panjang saluran getah sampel dua 361,3573 mikron.
Koefisien variasi pengukuran diameter dan panjang saluran getah diperoleh
sampel pohon satu 0,4577 dan 0,3874, sampel pohon dua 0,3363 dan 0,3680 maka
hasil pengukuran diameter dan panjang saluran getah sampel pohon dua lebih
homogen dari sampel pohon satu. Hasil pengukuran dan perhitungan rataan
diameter dan panjang saluran getah kemenyan toba disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Diameter dan Pajang Saluran Getah Kemenyan Toba
θ Saluran Getah (μ)
Pohon Sampel
X
S2
S
1
186,592
7295,0432
85,4110
2
125,309
1775,5626
42,1374
Diameter
Saluran
Getah
154,291
4345,1798
65,9180
Secara Umum
Panjang Saluran (μ)
1
501,1720
37688,463 194,1352
2
361,3573 17684,8674 132,9845
Panjang Saluran Getah Secara
471,2832 30277,4761 174,0042
Umum

Kv
0,4577
0,3363
0,4272
0,3874
0,3680
0,3692

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil pengamatan saluran getah pada kedua sampel pohon
bahwa terdapat perbedaan kerapatan, diameter dan panjang saluran getah. Sampel
pohon satu kerapatannya lebih rendah dan diameter serta panj