BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh pH saliva terhadap pelepasan ion nikel pada beberapa jenis braket stainless steel dalam saliva buatan (In Vitro)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Braket ortodonti merupakan salah satu komponen utama dalam perawatan ortodonti cekat yang berfungsi untuk menghantarkan gaya yang diperlukan gigi.

  Oleh karena itu braket yang digunakan harus diproduksi dengan akurat, baik dari segi bentuk, tingkat kekuatan maupun tingkat ketahanan korosi serta biokompabilitas.

  Berdasarkan bahan dasar braket ada bermacam-macam braket yang digunakan pada

  1,2 perawatan ortodonti yaitu braket plastik, seramik dan logam.

  Umumnya braket ortodonti yang banyak digunakan terbuat dari logam

  stainless steel karena mempunyai kekuatan yang tinggi, tahan terhadap korosi, dan

  biaya relatif murah. Stainless steel merupakan logam campuran dari besi (komponen utama), kromium 18%-20%, nikel 8%-10% dengan sejumlah kecil mangan, silikon dan karbon yang kadarnya kurang dari 0,1 %. Kromium merupakan komponen tambahan yang berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Kromium pada permukaan logam bereaksi dengan oksigen membentuk kromium oksida yang tahan terhadap korosi. Nikel berfungsi membantu ketahanan logam terhadap korosi serta

  3,4,5,6 memperkuat logam.

  Selama perawatan braket logam stainless steel selalu berada dalam rongga mulut sehingga terjadi interaksi braket dengan lingkungan dalam rongga mulut. Rongga mulut memiliki kondisi lingkungan yang berubah-ubah dipengaruhi oleh temperatur, kualitas dan kuantitas saliva, derajat keasaman saliva, plak, jumlah protein pada saliva, sifat fisika dan kimia makanan dan minuman serta kondisi kesehatan umum. Saliva disekresi oleh kelenjar secara normal memiliki rentang pH 6,0

  • – 7,4 dengan pH rata-rata 6,7. Keasaman saliva dapat berubah yang disebabkan oleh akumulasi plak dalam mulut dan kecepatan aliran saliva sehingga pH saliva dapat turun hingga 4,95. Hal tersebut dapat mempengaruhi lingkungan rongga mulut yang menyebabkan terjadinya demineralisasi email dan karies gigi yang terjadi pada

  7,8 pH 5-5,5.

  Alat ortodonti cekat di dalam rongga mulut selalu bersentuhan dengan saliva dan jaringan rongga mulut lainnya. Ghom (2007) menyebutkan saliva mengandung

  • - -

  ion organik antara lain Na , K , Cl dan HCO

  3 . Penelitian Schiff dkk. (2005) ,

  • menunjukkan ion klorida ( Cl ) tersebut dapat merusak lapisan pelindung suatu logam. Kerusakan lapisan pelindung logam mengakibatkan timbulnya korosi. Eliades
    • dan Athaasiou (2002) menyebutkan bahwa ion klorida dan ion hydrogen (H ) yang

  9,10,11 terkandung dalam saliva dapat merusak lapisan pelindung logam.

  Korosi adalah reaksi kimia antara logam dengan lingkungannya membentuk suatu senyawa logam. Korosi logam dalam rongga mulut termasuk korosi basah atau elektrokimia, Proses korosi selalu diikuti dengan pelepasan ion dari unsur logam. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi logam yaitu: komposisi, metode

  11,12 pembuatan, kekasaran permukaan, pemanasan, dan lingkungan. Produk-produk utama yang dihasilkan oleh proses korosi adalah ion besi, ion nikel dan kromium, namun yang memiliki pengaruh yang paling merugikan bagi tubuh adalah ion nikel. Pengaruh merugikan dari ion nikel bagi tubuh yaitu

  13 sensitivitas, toksisitas dan karsiogenik.

  Terdapat kekhawatiran yang cukup besar mengenai potensi ancaman biologis dari aloi yang mengandung nikel. Nikel diketahui merupakan agen sensitisasi imunologi yang kuat dan penyebab paling umum dari dermatitis kontak alergi, yang merupakan respon imunitas hipersensitif tertunda tipe IV. Diperkirakan bahwa 4,5- 28,5% populasi memiliki hipersensitifitas terhadap logam ini. Walau demikian, hanya ada sedikit laporan mengenai stomatitis kontak akibat nikel pada pasien ortodonti. Selain itu sejumlah penulis mengemukakan peranan akumulasi nikel dan proliferasi sel epitel dalam pertumbuhan gingiva yang disebabkan perawatan ortodonti. Dermatosis di daerah selain mulut, misalnya flare pada daerah dermatitis nikel sebelumnya atau eksema kulit, telah ditemukan sebagai kelanjutan dari perawatan ortodonti. Peningkatan level nikel dalam urin 2 bulan setelah pemasangan

  5 pesawat ortodonti juga telah dilaporkan.

  Paparan yang paling signifikan terhadap nikel pada manusia terjadi melalui makanan. Rata-rata intake harian untuk logam nikel ini diperkirakan antara 200-300 µg/hari. Resiko kanker akibat nikel dan benda-benda yang mengandung nikel telah

  7 didokumentasikan dalam literatur.

  Oleh sebab itu, kadar intake ion logam dari aloi dental kini semakin diperhatikan. Penelitian mengenai korosi yang terjadi pada suatu bahan logam telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kuhta dkk. (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terjadi pelepasan ion logam titanium (Ti), kromium (Cr), nikel (Ni), besi (Fe), tembaga (Cu), dan zing (Zn) pada alat ortodonti cekat setelah direndam dalam saliva buatan pH 6,75 ± 0,15 selama 1,7,14 dan 28 hari.

  Pemeriksaan saliva hasil perendaman pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelepasan ion logam paling besar terjadi pada hari ke 7 setelah perendaman dan

  14 menurun seiring bertambahnya waktu perendaman.

  Hwang dkk. (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tidak terdapat peningkatan jumlah ion nikel yang terlepas dari braket, buccal tube, band, dan kawat

  stainless steel setelah direndam dalam saliva buatan pH 6,75 ± 0,15 selama 2-4

  minggu. Pemeriksaan hasil perendaman dalam penelitian tersebut menunjukkan tidak terdapat peningkatan pelepasan ion nikel setelah dua minggu perendaman. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Barrett dkk., (1993) yang menyebutkan bahwa pelepasan ion nikel pada kawat stainless steel yang direndam dalam saliva buatan pH 6,75 ± 0,15 paling banyak terjadi setelah satu minggu perendaman. Barret dkk mempelajari tingkat korosi dari simulasi pesawat ortodonti dan membandingkan

  15,16 kawat stainless steel dan NiTi.

  Protokol penelitian untuk menyelidiki pelepasan ion logam dari alloy ortodonti dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama berdasarkan lingkungan eksperimentalnya: in vitro menggunakan larutan elektrolit standar, penelitian retrieval (bahan bekas pakai), dan pendeteksian ion dalam cairan biologis

  (in vivo) . Alternatif lain, penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan metode eksperimentalnya menjadi empat kategori: pengukuran fisik, seperti berat sebelum dan setelah perendaman dalam media; analisis spektroskopik untuk mengidentifikasi ion dalam media; teknik analitis, termasuk mikroskopi dan spektroskopi untuk penelitian spesimen bekas pakai; serta analisis spektroskopi untuk penelitian ion

  13 dalam cairan biologis.

  Salah satu kriteria yang harus dipenuhi oleh braket ortodontik adalah memiliki biokompatibilitas yang baik dan daya tahan yang tinggi terhadap korosi.

  Biokompatibilitas braket terhadap jaringan tubuh merupakan salah satu tolak ukur dari kualitas braket. Kualitas braket stainless steel yang beredar di pasaran bervariasi tergantung dari komposisi dan metode pembuatan braket. Komposisi kandungan logam dan metode pembuatan braket ditentukan oleh produsen braket.

  Namun sangat disayangkan tidak semua braket stainless steel menyertakan kandungan jenis logam yang ada pada braket tersebut dan tidak semua logam

  stainless steel telah teruji tingkat ketahanan terhadap korosi. Berdasarkan studi pilot

  untuk penelitian ini terdapat variasi persentase kandungan ion nikel pada berbagai

  ®

  merek braket yaitu braket standar Edgewise stainless steel SD Orthodontic USA sebesar 9,29 ± 0,21 %, braket Protect sebesar 4,44 ± 0,21 % dan braket American

  Orthodontics sebesar 0,53 ± 0,03 %. Pelepasan ion nikel tidak dipengaruhi oleh

  persentase kandungan ion nikel pada braket, tetapi dipengaruhi komposisi dan

  17,18 metode pembuatan braket, serta derajat keasaman saliva.

  1.2 Permasalahan

  Saat ini di Indonesia telah beredar berbagai macam merk braket logam

  stainless steel yang berasal dari mancanegara. Namun sangat disayangkan tidak

  semua merk braket stainless steel yang masuk ke Indonesia menyertakan kandungan jenis logam yang ada pada braket tersebut.

  Dari uraian di atas terlihat pentingnya mengetahui pelepasan nikel dari braket ortodonti. Penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai besaran pelepasan ion nikel dari braket metal ortodonti pada perendaman dalam saliva buatan serta besarnya ion nikel yang terlepas dari beberapa macam braket dengan pH berbeda.

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan :

  1. Apakah terdapat perbedaan besar pelepasan ion nikel antara tiga macam

  ®

  braket standar Edgewise stainless steel SD Orthodontic USA , Protect dan

  American Orthodontics? 2.

  Apakah terdapat perbedaan besar pelepasan ion nikel braket standar Edgewise stainless steel setelah dilakukan perendaman pada saliva buatan pH 5 dan pH 6,8 ?

  3. Apakah terdapat interaksi pengaruh dari perbedaan macam braket standar

  ®

  Edgewise stainless steel SD Orthodontic USA , Protect dan American

  Orthodontics dalam saliva buatan pH 5 dan pH 6,8 pada pelepasan ion nikel?

1.4 Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui nilai ion nikel yang terlepas dari braket ortodonti antara tiga macam braket standar Edgewise stainless steel dalam perendaman saliva buatan.

  2. Untuk mengetahui perbedaan besar pelepasan ion nikel braket standar Edgewise stainless steel setelah dilakukan perendaman pada saliva buatan pH 5 dan pH 6,8.

  3. Untuk mengetahui interaksi pengaruh dari perbedaan pH saliva terhadap pelepasan ion nikel.

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perawatan ortodonti cekat tentang adanya pelepasan nikel pada braket ortodonti.

  2. Sebagai bahan pertimbangan bagi dokter gigi dalam pemilihan braket ortodonti terutama bagi pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap bahan nikel dan bagi pasien dengan oral hygiene kurang baik.

  3. Menambah pengetahuan bagi ortodontis tentang pengaruh macam braket, serta derajat keasaman saliva terhadap pelepasan ion nikel pada beberapa macam braket stainless steel.