BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Examples Non Examples Ber

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala isinya.IPA biasanya disebut dengan kata

  

“sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah dan

berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.

  Penggunaan kata

  “sains” sebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial

science, educational science, political science, dan penggunaan kata science

  yang lainnya. Patta Bundu (2006: menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD), sains Biologi,

  

Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah).IPA

  memiliki arti yang sempit jika diidentifikasi hanya dari segi istilah saja, seperti halnya pengertian IPA yang telah diuraikan di atas. Dari segi istilah, IPA hanya diartikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam saja. Padahal menurut beberapa pendapat dari tokoh IPA (Sains), pengertian IPA jauh lebih besar dari sekedar kumpulan pengetahuan. Menurut Nash ( dalam Hendro Darmodjo) dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah.Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengartikan IPA sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli

  

an intellectual search involving inquiry, rational through, and generalization”.

  Hal yang dikerjakan oleh saintis disebut sebagai proses sains, sedangkan hasilnya yang berupa fakta-fakta dan prinsip-prinsip disebut dengan produk sains.Menurut Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010: 6), Sains adalah:“Science is the

  

name we give to group of process through which we can sistematically gather

information about the natural world.

Science is also the knowledge gathered through the use of such process.

Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by

people who use scientific process to gather knowledge.

  ”Pengertian sains menurut uraian di atas adalah (1) sains adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar, (2) sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu, (3) sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperolehpengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut (sikap ilmiah).Menurut Patta Bundu (2006: 11) sains secara garis besar atau pada hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep, hukum, dan teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam yang telah ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan memperdalam gambaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibawah ini dikemukakan beberapa batasan tentang IPA oleh para ahli dibidang IPA. Menurut wahyono (1996: 293), IPA adalah merupakan suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umun sebatas pada gejala alam. Disimpulkan IPA adalah merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan atau gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.

2.1.1.2 Tujuan IPA

  Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Trianto (2012:142) antara lain: a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.

  b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

  c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

  d. Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.

  e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

  Berdasarkan tujuan IPA yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA tidak hanya dimaksudkan agar siswa dapat menguasai materi pelajaran. Lebih jauh dari pada itu, pembelajaran IPA mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu membentuk sikap ilmiah, menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta untuk meningkatkan keimanan dan mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Oleh karena itu, saat melaksanakan pembelajaran IPA guru tidak hanya memperhatikan bagaimana caranya agar siswa mengusai materi pelajaran. Guru juga harus mampu mengarahkan proses pembelajaran agar dapat mencapai berbagai tujuan IPA di atas. Hal ini akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan IPA di SD.

  2.1.1.3 Karakteristik IPA

  Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam (Ahmad Susanto, 2013:170) yaitu: a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

  b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

  c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.

  d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.

  e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

  Berdasarkan karakteristik IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA berdasarkan pada prinsip-prinsip dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan- kegiatan tersebut maka siswa dalam pembelajarn IPA akan mendapat pengalaman melalui pengamatan langsung, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa dengan cara merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.

  2.1.1.4 Ruang Lingkup IPA

  Ruang lingkup IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) secara garis besar terdiri dari aspek-aspek berikut:

  1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

  3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

  4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat digambarkan secara spiral, yang artinya setiap bahan ajar disemua tingkat kelas disajikan ke dalam materi yang berbeda, semakin tinggi tingkat kelasnya semakin dalam pula tingkat bahasa dan materi yang diajarkan. Dalam standar isi telah disebutkan beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dalam proses belajar. Dengan adanya SK dan KD yang telah ditetapkan dalam standar isi , maka guru harus menyajikan bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD yang telah ditetapkan tersebut. Setelah guru memahami SK dan KD guru kemudian menjabarkannya kedalam indikator dan tujuan pembelajaran yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2.1.2.Model Pembelajaran

  Model pembelajaran merupakan cara/ teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran, yakni ceramah, diskusi, demonstarasi, studi kasus , bermain peran (

  

role play ) dan sebagainya. Tentu saja, masing-masing memiliki kelemahan dan

  kelebihan. Model atau metode sangat penting peranannya dalam pembelajaran, karena pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif. Selain itu, model pembelajaran dapat diartikan sebagi cara, contoh,maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami, yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari factor-faktor yang melengkapinya. Pada tahun 1950, di Amerika, Marc Belt menemukan ciri-ciri dari beberapa model pembelajaran antara lain: a.

  Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu, misalnya model pembelajaran inkuiri yang disusun oleh Richard Suchman dan dirancang

  Model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang dirancang untuk melatih partisipasi dan kerjasama dalam kelompok didasarkan pada teori Jhon Dewey.

  b.

  Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

  c.

  Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.

  d.

  Memiliki perangkat bagian model yang terdiri dari: Urutan langkah pembelajaran, yaitu tahap-tahap yang harus dilakukan

  • oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.
  • terhadap perilaku siswa dalam belajar.

  Prinsip reaksi, yaitu pola prilaku guru dalam memberikan reaksi

  • mempelajari materi pelajaran. Ada tiga pola dalam sistem sosial, yaitu tinggi, menengah, dan rendah. Pola hubungan disebut tinggi apabila guru menjadi pemegang kendali dalam pembelajaran. Pola hubungan disebut menengah apabila guru berperan sederajat denga siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pola hubungan disebut rendah apabila guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

  Sistem sosial, yaitu pola hubungan guru dengan siswa pada saat

  • pembelajaran dikelas, misalnya media dan alat peraga.

  Sistem pendukung, yaitu penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan

  e.

  Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran, baik dampak langsung dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maupun dampak tidak langsung yang berhubungan dengan hasil belajarjangka panjang. Menurut komaruddin (2000), model belajar dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung, (3) suatu sistem asumsi- asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suaru obyek peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang atau bersifat imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Atas dasar pengertian tersebut, model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model pembelajaran yang merupakan suatu rancangan yang telah deprogram melalui media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan yang terkandung didalamnya dan mencapai tujuan belajar sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Joice dan Weil (2000) mengatakan bahwa terdapat empat kategori penting yang perlu diperhatikan dalam model mengajar, yaitu model informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkahlaku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan diuji keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran dalam empat kelompok yaitu:

  1. Model pemrosesan informasi ( Information processing model), yaitu menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan pemusatan perhatian pada pengembangankemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia untuk mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial, disamping berdimensi intelektual. Adapun model- model pemrosesan menurut Tom (2001) Terdiri atas: a.

  Model piker induktif. Tokohnya adalah Hilda Taba. Model ini bertujuan untuk mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan- kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

  b. tetapi juga diharapkan mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain ( metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).

  c.

  Model penemuan konsep. Tokohnya adalah Jerome Brunet. Model ini bertujuan untuk mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.

  d.

  Model pertumbuahan kognitif. Tokohnya adalah Jean Pieget, Irving Sigel, Edmund Sulivan, dan Laaerence Kohlberg. Model ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

  e.

  Model penata lanjutan. Tokohnya adalah david Ausebel. Model ini bertujuan untuk meningkatkan efesiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.

  f.

  Model memori. Tokohnya adalah Harry Loryne dan Jerry Lucas.

  Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.

  2. Model personal (personal family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memudahkan seseorang untuk memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian kepada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Dengan begitu, manusia diharapkan semakin menyadari dirinya dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah: a.

  Model pengajaran nondirektif. Tokohnya adalah carl Rogers. Model ini bertujuan untuk membentuk kemampuan untuk pengembangan pribadi, seperti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandrian, dan b.

  Model latihan kesadaran. Tokohnya adalah Fritz Peris William Schultz. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antarpribadi.

  c.

  Model sinetik. Tokohnya adalah William Gordon. Model ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

  d.

  Model sistem-sistem konseptual. Tokohnya adalah David hunt.

  Model ini bertujuan untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.

  e.

  Model pertemuan kelas. Tokohnya adalah William Glasser. Model ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

  3. Model sosial (Social family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain guna membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dan realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep sinergi, yaitu energy atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hopotesis. Oleh karena itu, guru seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Jadi, pendidikan harus diorganisaikan dengancara melakukan penelitian bersama (Cooperative inquiry) tentang masalah-masalah sosial dan

4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral model of

  teaching ) dibanun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui

  teori ini, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah kecil dan berurutan. Berbagai pernyataan mengenai model pembelajaran diatas menunjukkan banyaknyacara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan demikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut, guru diharapkan mampu memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Jadi, para guru harus menyesuaikan dengan situasi dalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinu, maka proses pembelajaran dikelas akan dirasa menyenangkan, baik oleh guru maupun siswa (Nur Hamiyah dan Muhamad Jauhar, 2014: 57-64).

2.1.3. Model Examples Non Examples

2.1.3.1. Pengertian Examples non examples

  Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu (Muslimin Ibrahin, 2000 : 3).

  Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.

  Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

  Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

  Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11). model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.

2.1.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Examples non examples Sintak pembelajaran examples non examples menurut Hamdani (2011: 94).

  dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini: a.

  Guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan tujuan pembelajaran b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD Proyektor c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar d.

  Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas e.

  Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai g.

  Kesimpulan

2.1.3.3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran examples non examples

  Kelebihan Metode ini adalah a.

  Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

  Kekurangan Metode ini adalah a.

  Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar b. Memakan waktu lama ( Hamdani. 2011: 94 )

  Berdasarkan langkah- langkah pembelajaran examples non examples yang telah dikemukakan oleh ahli, maka penulis dapat menyusun langkah-langkah pembelajaran examples non examples dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Examples non examples

  Langkah- langkah Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

  Kegiatan awal Guru mempersiapkan gambar, Film animasi sesuai tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi 1.

  Mempersiapkan materi pembelajaran yang berupa gambar, film animasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran 2. Melakukan apersepsi dengan menampilkan

  1. Siswa mempersiapkan alat pembelajaranya sambil menunggu guru mempersiapkan pembelajaran.

  2. Memperhatikan apersepsi pembelajaran dari LCD Proyektor. Dengan LCD proyektor.

  3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai

  Kegiatan Inti

  1.Menyajikan informasi Guru menyampaikan materi melalui alat peraga dengan menayangkan gambar dan animasi pembelajaran 1.

  Menyampaikan materi kepada siswa dalam bentuk animasi dan gambar pada LCD Proyektor 2. Memberi kesempataan siswa untuk mengamati atau menganalisis gambar.

  3. Memberi kesempatan untuk Tanya jawab tentang materi yang disampaikan

  1. Memperhatikan dan mengamati penjelasan guru.

  2. Menganalisis gambar, animasi yang ditampilkan guru 3. Bertanya kepada guru tentang materi yang disampaikan 4. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

  2. Mengorganisir peserta didik Guru membagi siswa kedalam kelompok 1.

  Menjelaskan cara kerja kelompok 1.

  Membentuk kelompok yang terdiri dari 7 kelompok- kelompok belajar belajar secara heterogen.

  examples non examples

  berbantu audio visual

  2. Membagi siswa ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok 1 , kelompok 2 dan kelompok 3.

  3. Memvisualisasi kan gambar dan animasi materi pembelajaran pada media LCD proyektor dan membagi LKK anggota kelompok.

  2. Masing-masing kelompok memperoleh lembar kerja kelompok.

  3. Mengamati visualisasi di LCD proyektor 4. Mengamati

  LKK

  3. Examples

  non examples

  berbantu audio visual Guru menberi penjelasan tentang materi yang divisualiasikan dan mengintruksika n semua anggota kelompok untuk 1.

  Meminta semua kelompok untuk menjawab atau mendiskusikan tugas diskusi yang telah di berikan kepada masing-masing kelompok.

  1. Menjawab LKK dan berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing.

  2. Meminta penjelasan tugas LKK kepda guru bila serta dalam mendiskusikan berdiskusi dan dengan membantu kelompoknya siswa dalam masing- masing mengamati serta memberi gambar yang di tugas kelompok visualisasikan kepada masing- selama diskusi masing berlangsung. kelompok untuk didiskusikan dan dicatat dari hasil menganalisis atau mengamati pada kertas.

  3. Setiap 1.

  1. Presentasi Memanggil/ Maju kedepan hasil kelompok mempersilahkan kelas untuk diskusi mempresentasi masing-masing mempresentasi kan hasil kelompok untuk kan hasil LKK menganalisisny mempresentasik siswa lain a di depan kelas an hasil memperhatikan melalui wakil menganalisisnya 2.

  Kelompok lain kelompoknya. dengan menanggapi berdiskusi. hasil diskusi

  2. yang di Mempersilahk an kelompok presentasikan. lain untuk kelompok yang presentasi.

  4. Mengoreksi 1.

  1. Mengevalu Memberikan Menanggapi asi apakah cara sanjungan pujian dari mengamati terhadap apa guru menganalisis yang sudah

  2. Memperhatika gambar, dilaksanakan n saran dan animasi sudah oleh siswa. kritik dari guru benar atau

  2. tentang apa Memberikan belum,cara saran dan kritik yang telah di berdiskusi dan terhadap hasil laksanakan presentasi yang tugas dilakukan kelompok. apakah sudah baik atau belum.

  Kegiatan Menarik Membimbing Membuat Akhir kesimpulan dari siswa untuk kesimpulan

  1.Membuat materi yang membuat bersama guru kesimpulan baru saja kesimpulan. dipelajari.

  2.Tes evaluasi Guru membagi Guru mengawasi Siswa soal tes evaluasi jalannya tes mengerjakan tes kepada masing- evaluasi evaluasi mandiri. masing siswa

  3.Refleksi Refleksi berupa Menanamkan nilai Merespon guru penanaman moral pada siswa tentang moral. nilai moral.

2.1.4. Media audio visual

  2.1.4.1. Pengertian Media

  Din Wahyudin (2007: 45) mengemukakan media pembelajaran adalah tehnik pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Din Wahyudin (2007: 45) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya.

  Berdasarkan pendapat Miarso dan Din Wahyudin maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

  2.1.4.2. Pengertian Media Audio Visual

  Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Program video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa, selain itu juga program video dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu.Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu anda menyampaikan materi yang bersifat dinamais. Materi yang memerlukan visualisasi yang menhdemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah, maupun suasana lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui pemanfaatan teknologi video Pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian, unsur perhatian inilah yang penting dalam proses belajar, karena dari adanya perhatian akan timbul rangsangan/ motivasi untuk belajar. Pesan yang disampaikan lebih efisien. Gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata, oleh karena itu dapat mempercepat pemahaman pesan secara lebih konperhensif, pesan visual lebih efektif dalam arti penyajian melalui visual dapat

  Oemar Hamalik mengemukakan media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Dari hasil penelitian media audiovisual sudah tidak diragukan lagi dapat membantu dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik. Beberapa manfaat alat bantu audiovisual adalah: 1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar.

  2. Mendorong minat.

  3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik.

  4. Melengkapi sumber belajar yang lain.

  5. Menambah variasi metode mengajar.

  6. Menghemat waktu.

  7. Meningkatkan keingintahuan intelektual.

  8. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu.

  9. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.

  10. Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu diluar pengalaman biasa.

2.1.4.3. Jenis-jenis Media Audio Visual

1. Media Audio Visual Gerak

  Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi, video tape, dan film bergerak.

a). Film

  Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik mamiliki ciri-ciri sebagi berikut: a. Dapat menarik minat anak.

  b. Benar dan autentik.

  c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan.

  d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien.

  e. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.

  f. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur. g.Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

  b. Video

  Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta (kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri.

  c. Televisi (TV)

  Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, ia memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain:

  1. Dituntun oleh instruktur, seorang instruktur atau guru menuntun siswa sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. melalui pengalaman-pengalaman visual.

  2. Sistematis, siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.

  3. Teratur dan berurutan, siaran disajikan dengan selang waktu yang berurutan secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya,

  4. Terpadu, siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya, seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah. Televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan.

  Media komunikasi massa khususnya televisi berperan besar dalam hal interaksi budaya antar bangsa, karena dengan sistem penyiaran yang ada sekarang ini, wilayah jangkauan siarannya, tidak ada masalah lagi. Meskipun demikian, bagaimanapun juga televisi hanya berperan sebagi alat bukan merupakan tujuan kebijaksanaan komunikasi, karena itu televisi mempunyai fungsi:

  a. Sebagai alat komunikasi massa Daerah jangkauan televisi, dibelahan bumi manapun sudah tidak menjadi masalah bagi media massa. Hal ini karena ada revolusi dibidang satelit komunikasi massa yang terjadi pada akhir-akhir ini. Sebagi akibat adanya sistem komunikasi yang canggih itu, media massa televisi mampu membuka isolasi masyarakat tradisional yang sifatnya tertutup menjadi masyarakat yang terbuka.

  b. Sebagi alat komunikasi pemerintahSebagi alat komunikasi pemerintah, televisi dalam pesan komunikasinya terhadap kondisi sosial budaya suatu bangsa, meliputi tiga sasaran pokok, yaitu:

  

   2. Media Audio Visual Diam

  Kemampuan untuk mengubah norma-norma soaial budaya bangsa.

  Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti: 

  Film bingkai suara (sound slides) Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau plastik. Ada program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga satu jam atau lebih. Namun yang lazim, satu program film bingkai suara (sound slide) lamanya berkisar antara 10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu program pun bervariasi, ada yang hanya sepuluh buah, tetapi ada juga yang sampai 160 buah atau lebih. 

  Film rangkai suara Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35 mm.

  Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan panjang kurang lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.

2.1.4.4. Karakteristik Media Audio Visual

  Teknologi Audio visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:

  1. Mereka biasanya bersifat linier.

  2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

  3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya.

  4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;

  5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan

  6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

  2.1.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio visual Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

  Ada dua jenis media audio visual disini yaitu audio visual gerak dan audio visual diam.

  a).Kelebihan media audio visual gerak

  1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.

  2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.

  3. Penggambarannya bersifat 3 dimensional.

  4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni.

  5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.

  6. Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek yang diperagakan.

  7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.

  b).Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut :

  1. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang diucapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi audien.

  2. Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat.

  3. Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali secara keseluruhan.

  4. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.

  2.1.4.6 Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak

a). Kelebihan video

  1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan

  2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapt memperoleh informasi dari ahli-ahli/ spesialis.

  3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya.

  4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

  5. Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar.

  6. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, artinya kontrol sepenuhnya ditangan guru.

  7. Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.

  b).Kekurangan video 1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan.

  2. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.

  3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna.

  4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

  

2.1.4.7. Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak

a).Kelebihan televisi:

  1. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

  2. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara.

  3. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.

  4. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.

  5. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.

  6. Menarik minat anak.

  7. Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam intervice training.

  8. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian mereka terhadap sekolah.

  b).Kekurangan-Kekurangan Televisi: 1. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.

  2. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesan nya sesuai dengan kemampuan individual siswa.

  3. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayangan TV sebelum disiarkan.

  4. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.

  5. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersifat pasif selama penayangan.

2.1.4.8. Kelebihan dan kekurangan media audio visual diam

  a). Kelebihan film bingkai sebagai media pendidikan adalah:

  1. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak.

  2. Perhatian anak-anak dapat dipussatkan pada satu butir tertentu.

  3. Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas.

  4. Film bingkai berada di bawah kontrol guru.

  5. Dapat dilakukan secara klasikal maupun individu.

  6. Penyimpanannya mudah (praktis).

  7. Dapat mengatasi keterbatasan keterbatasan ruang, waktu dan indera.

  8. Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya.

  9. Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film.

  10. Program dibuat dalam waktu singkat.

  b). Kekurangan film bingkai suara adalah:

  1. Program film bingki yang terdiri dari gambar-gambar lepas mudah hilang atau tertukar apabila penyimpanannya kurang baik.

  2. Hanya mampu menyajikan objek-objek secara diam (still).

  3. Penggunaan program slide suara memerlukan ruangan yang gelap, apabila tidak gelap makagambar yang diproyeksikan kurang jelas.

  4. Dibangdingkan dengan gambar, foto, bagan atau papan flanel pembuatan film bingkai jauh lebih mahal biayanya.

2.1.4.9. Kelebihan dan kekurangan film rangkai

   Kelebihan film rangkai yaitu:

  1. Kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur

  2. Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai

  3. Ukuran gambar sudah pasti

  4. Penyimpanannya mudah

  5. Reproduksinya dalam jumlah besar relatif lebih mudah

  6. Dapat untuk belajar kelompok maupun individual Kelemahan yang pokok dibandingkan dengan film bingkai adalah bahwa film rangkai sulit diedit atau direvisi karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar dibuat sendiri secara lokal dan memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mengubah film bingkai ke film rangkai.

2.1.5 Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Agus Supridjono, 2009:5). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui kegiatan belajar. Menurut Ahmad Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan peilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah berhasil mencapi tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Dimyati dan Mudjiono (2013:20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi berkat evalusi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Nana Sudjana (2004:39) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni:

  1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

  Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran.Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi : a. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.

  b. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dengan TPS (Think Pair Share) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Gugus Diponegoro Kota Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Numbered Heads Together Berbantuan Puzzle untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN 3 Kuripan

0 1 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbaikan Proses dan Hasil Belajar Muatan IPA Tema 4 Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning (DL) Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2017/2018

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grob

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grob

0 2 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grob

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grob

0 0 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grob

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SDN 2 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grob

0 0 112

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Examples Non Examples Berbantu Media Audio Visual Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SDN Ronggo 01 Kecamatan

0 0 7