BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi - Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014

  peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukkan oleh angka systolic 120-139 mmHg dan angka diastolic 80-89 mmHg. Pre-hipertensi merupakan suatu tanda peringatan bahwa seseorang mungkin memiliki di masa yang akan datang. Saat ini tekanan darah yang dikatakan normal adalah yang lebih rendah dari 120/80 mmHg, dengan titik acuan 115/75 mmHg, risiko terhadap serangan jantung dan stroke meningkat 2 kali lipat untuk setiap peningkatan sistolik 20 mmHg atau diastolik 10 mmHg pada orang dewasa berusia 40

  • – 70 tahun. meningkatkan risiko terhadap serangan jantung, stroke, coronary heart disease (penyakit jantung koroner atau penyakit yang terjadi apabila arteri koroner yang memberi suplai darah dan oksigen kepada otot jantung mengalami pengerasan dan penyempitan akibat endapan lemak yang menumpuk di dinding dalamnya), gagal jantung dan juga

  10 gagal ginjal.

  Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukkan oleh angka systolic dan angka diastolic pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktifitas sehari-hari,

  7 tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat di

  11 waktu beraktifitas atau berolahraga.

  Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan dapat menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus-menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hipertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (heart attack). Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderitanya, akan tetapi hipertensi memicu munculnya penyakit lain yang mematikan seperti jatung, gagal ginjal, dan stroke. Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien

  12 hipertensi.

  12, 21 2. 2. Fatofisiologi Hipertensi

  Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan, inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

  Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

  vasokontriksi , yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

  karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

  Sebaliknya, jika aktifitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

  Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom. Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan darah ke normal.

  Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

  Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ yang penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyaklit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

  11 2. 3. Manifestasi Klinik Hipertensi

  Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat dan telinga berdengung.

  Gejala klinis yang di alami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun, gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

  Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi, atau gangguan tajam pengelihatan.

  Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun- tahun berupa nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial. Pada pemeriksaan fisik, tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

  2. 4. Klasifikasi Hipertensi 2. 4. 1. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

  Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang di hasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi yaitu sekitar 90% penderita hipertensi.

  Penyebabnya tidak diketahui, walaupun banyak dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktifitas) dan pola makan. Hipertensi primer juga disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah yang kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan

  18 darah.

  Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini di sebabkan peningkatan aktifitas simpatik.

  Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan

  refleks autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Peninggian tekanan darah merupakan satu-satunya tanda hipertensi primer, muncul tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi

  19 komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, otak, mata dan jantung.

  Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Penyebab dan fatofisiologinya diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Tekanan darah tinggi tipe ini dapat disebabkan oleh kondisi medis misalnya penyakit ginjal atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu seperti pil KB. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder

  13

  adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi dari hal-hal berikut: 1.

  Akibat stres yang parah, 2. Penyakit atau gangguan ginjal, 3. Kehamilan atau pemakaian hormon pencegah kehamilan, 4. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya, 5. Cidera di kepala atau pendarahan di otak yang berat, 6. Tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.

  2. 4. 2. Klasifikasi berdasarkan TDS dan TDD The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC

  • – VII) membedakan hipertensi berdasarkan Tekanan

  2 Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik, sebagai berikut: a.

  Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg.

  b.

  Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg. c.

  Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

  d.

  Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.

  12 2. 5. Komplikasi

  Stroke dapat dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dialirinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba- tiba, seperti orang bingung, linglung, atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.

  Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklorosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Pada hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, kebutuhan oksigen di miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menyebabkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan darah.

  Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

  Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain disebut edema. Cairan di paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat, menyebabkan neuron- neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma.

  2. 6. Epidemiologi 2. 6. 1. Faktor Risiko

  Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti, hipertensi primer tidak disebabkan faktor tunggal dan khusus, melainkan disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stress akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Faktor penyebab hipertensi ada yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, suku, keluarga memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi antara lain asupan garam, stress, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan penggunaan alat

  11 kontrasepsi hormonal.

  a.

Umur

  Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya disebabkan oleb berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis yaitu terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktifitas simpatik. Pada usia lanjut peran ginjal sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

  b.

Jenis kelamin

  Pada usia dini tidak terdapat bukti perbedaan tekanan darah antara Pria dan wanita. Mulai pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan angka tekanan darah yang lebih tinggi dari pada wanita. Perbedaan ini semakin tampak seiring dengan bertambahnya umur. Tetapi pada wanita yang sudah terjadi menopause akan terjadi peningkatan tekanan darah bahkan melebihi tekanan darah pria seumurannya. c.

Keluarga memiliki riwayat hipertensi

  Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

  d.

Pola asupan garam dalam diet

  Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.

  Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi, karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium.

  Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium

  

karbonat . Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan

  tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak memasak

  3 masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

  20 Tabel 2.1. Kandungan natrium pada beberapa makanan

No Jenis Makanan Ukuran Rumah Tangga Kadar Na 200- Kadar Na > 400

400 mg mg

  1 Ikan asin 1 potong sedang √

  2 Kerang ½ gelas √

  3 Biskuit 4 buah besar √

  4 Roti Bantal (Putih) 3 iris √ 5 - Kecap

  √

  6 Tauco √

  • 7 Mie instan 1 bungkus √

  8 Sosis ½ potong √ 9 - Air Kaldu

  √

  10 Nasi Goreng 1 porsi √ 11 - Udang

  √

  12 Sarden kaleng √

  • 13 Telur asin 1 butir √

  14 Kacang goreng √

  • e.

  Stress Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian hipertensi. Seseorang yang berada dalam kondisi stress telah terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus pengeluaran hormon adrenalin dan kortisol.

  Respon fisiologis ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan

  14 tekanan darah. f.

  Obesitas Berat badan merupakan faktor determinan tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes

  

for Health USA (NIH,1998) , prevalensi tekanan darah tinggi pada orang

  dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

  Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan

  

15

tekanan darah secara terus menerus.

  g.

  Konsumsi Alkohol Kebiasaan konsumsi alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi, apabila saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan

  16 darah akan mengalami gangguan dan cenderung semakin meningkat.

  h.

  Merokok Merokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya tekanan darah, dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari

  Brigmans and Women’s Hospital Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek

  15 dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

  i.

  Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banyak dipakai oleh akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik 28%, pil

  13% dan implant 4% atau jika ditotal sekitar 15,2 juta perempuan usia reproduktif menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progesteron atau campuran keduanya yang dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated

  17 volume expansion.

  3, 8 2. 6. 2. Orang

  Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang baik karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Di Amerika Serikat, proporsi hipertensi pada golongan kulit putih dewasa 15% dan proporsi hipertensi di jumpai pada golongan kulit hitam dewasa 25-30%. Penduduk kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan dengan penduduk yang berkulit putih. Menurut penelitian Ria Arihta Ujung (2013) di RSUD Sidi Kalang Tahun 2010-2012, diperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi pada kelompok umur ≤40 tahun berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki sebesar 5,2%. Umur 41-50 tahun tertinggi adalah perempuan sebesar 11,8%. Umur 51-60 tahun tertinggi adalah laki-laki sebesar 12,2% dan umur > 60 tahun tertinggi adalah perempuan sebesar 30,0%.

  4 2. 6. 3. Tempat

  Prevalensi di tiap daerah berbeda-beda tergantung pola kehidupan masyarakat tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

  Berdasarakan hasil pengukuran tekanan darah melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menurut Provinsi, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner sebesar 9,4% yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7 %).

  4 2. 6. 4. Waktu

  Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Di Indonesia masalah hipertensi cendrung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.

  2. 7. Pencegahan Hipertensi

  10 2. 7. 1. Pencegahan Primordial

  Pencegahan hipertensi secara primordial adalah upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya ini dimaksudkan agar masyarakat yang sehat tidak sampai terkena penyakit hipertensi. Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya hipertensi yang dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan.

  Upaya pencegahan tersebut antara lain mempertahankan gaya hidup benar dalam masyarakat serta melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat.

  13 2. 7. 2. Pencegahan tingkat pertama (Primer)

  Pencegahan primer hipertensi adalah pencegahan yang dilakukan terhadap seseorang/masyarakat sebelum terkena hipertensi. Sasaran pencegahan primer hipertensi adalah orang yang masih sehat dengan tujuan seseorang/masyarakat tersebut dapat terhindar dari hipertensi.

  Pencegahan primer hipertensi adalah sebagai berikut : a.

Mengurangi/menghindari setiap prilaku yang memperbesar faktor risiko, yaitu : menurunkan berat badan sampai tingkat yang ideal bagi yang

  berlebihan berat badan, menghindari minuman yang beralkohol, mengurangi/membatasi asupan natrium/garam, menghindari rokok, mengurangi/menghindari makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi. b.

  Peningkatan tekanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu : melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, bersepeda, berenang dan lain-lain, diet rendah lemak dan meningkatkan konsumsi buah-buahan/sayuran, mengendalikan stres dan emosi.

  23 2. 7. 3. Pencegahan Tertier

  Sasaran utama adalah pada mereka yang terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Tujuan secara khusus untuk penderita hipertensi adalah memastikan bahwa tekanan darahnya selalu tinggi, menilai kerusakan organ yang sudah ada dan penyakit yang menyertainya juga mencari penyebabnya.

  Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat juga dapat mengurangi hipertensi. Aerobik yang melelahkan dilarang untuk penderita hipertensi dengan kelainan organ target. Bila penderita mengkonsumsi obat maka dikonsumsi setelah kira-kira 6 jam kemudian. Penderita hipertensi diwajibkan melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum melakukan perogram latihan aerobik yang bertujuan untuk mengetahui tekanan darah pada saat latihan. Pemeriksaan tekanan darah juga untuk menilai tekanan darah yang aman bagi penderita sebelum terjadi keluhan seperti pusing dan lemas, dan penilaian efek dari obat anti hipertensi.

  Risiko yang terjadi selama latihan adalah stroke apabila tekanan darah sistole melebihi 250 mmHg serta serangan jantung terutama pada penderita yang sudah mempunyai kelainan jantung.

  2. 8. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent

  Karakteristik : 1.

  Umur 2. Jenis Kelamin 3. Keluarga memiliki riwayat hipertensi

  Faktor Risiko : 1.

  Asupan garam 2. Stress 3. Obesitas 4. Konsumsi alkohol 5. Merokok 6.

  Kejadian Pre-hipertensi

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Tataguna Lahan dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengendalian Banjir di Kabupaten Aceh Utara

0 2 73

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Tataguna Lahan dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengendalian Banjir di Kabupaten Aceh Utara

0 1 20

Strategi Mekanisme Koping Orangtua yang Memiliki Anak dengan Retardas Mental di Sekolah Luar Biasa (SLB) E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan

0 0 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Strategi Mekanisme Koping Orangtua yang Memiliki Anak dengan Retardas Mental di Sekolah Luar Biasa (SLB) E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan

0 0 17

2. Setelah selesai pengobatan obat cacing selama 3 hari, maka pemeriksaan tinja akan dilakukan pada hari ke-7. 14, 21 dan 28. Pemeriksaan tinja - Perbandingan Efektivitas Dosis Tunggal Albendazole Selama 2 Dan 3 Hari Pada Infeksi Trichuris Trichiura Pada

0 1 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura - Perbandingan Efektivitas Dosis Tunggal Albendazole Selama 2 Dan 3 Hari Pada Infeksi Trichuris Trichiura Pada Anak SDN 102052 Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 10

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DOSIS TUNGGAL ALBENDAZOLE SELAMA 2 DAN 3 HARI PADA INFEKSI TRICHURIS TRICHIURA PADA ANAK SDN 102052 TANJUNG

0 0 15

Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Tetap Dan Honorer Pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi III Medan

0 1 52

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja - Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Tetap Dan Honorer Pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi III Medan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Tetap Dan Honorer Pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi III Medan

0 0 10