Uji Efektivitas Anti-Aging dari Krim Ekstrak Bunga Brokoli (Brassica oleracea L var. Italica Plenck) pada Marmut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

  2.1.1 Sistematika tumbuhan

  Sistematika tanaman brokoli menurut Rukmana (1994) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Brassicales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica oleracea L. var. italica Plenck

  2.1.2 Nama daerah

  Indonesia : Brokoli

  2.1.3 Nama asing Broccoli (Inggris), Yang Hua Ye Chai (China), Asparkapsa (Estonia),

Parsakaali (Finlandia), Chou broccoli (Perancis), Brokkoli (Jerman), Cavolo

broccoli (Italia), Burokkori (Jepang), Brócolos (Portugis), Bróculos (Brazil),

Brokkoli, Kapústa sparzhevaia (Rusia), Brócoli, Bróculi, Brécol (Spanyol),

Brokuł (Polandia), Brokolica (Slovenia), Brokolice (Cekoslovakia) (Rocha, 1995).

  2.1.4 Daerah tumbuh

  Lahan yang cocok untuk kehidupan brokoli adalah daerah yang terletak pada ketinggian sekitar 1.000 - 2.000 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah liat berpasir dan banyak mengandung bahan organik. Curah hujan harus berkisar antara 1.000 - 1.500 cm per tahun dan harus merata Namun, ada beberapa varietas yang tahan pada iklim panas meskipun kuntum bunganya membuka lebih awal dibandingkan varietas yang ditanam di daerah beriklim sejuk. Oleh karena itu, kepala bunga varietas iklim panas cepat menjadi

  

1

tidak kompak atau terpisah-pisah (Anonim , 2010).

  Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan produksi sayuran ini

  o o

  adalah antara 15,5 – 18 C dan maksimum 24

  C. Setelah beberapa negara di kawasan Asia berhasil menciptakan varietas-varietas unggul baru yang toleran terhadap temperatur tinggi (panas), brokoli dapat ditanam di dataran menengah sampai tinggi (Rukmana, 1994).

  2.1.5 Morfologi tumbuhan

  Tanaman brokoli merupakan tanaman semusim. Secara morfologi brokoli mirip dengan kubis bunga. Brokoli memiliki tangkai daun agak panjang dan helai daun berlekuk-lekuk panjang. Brokoli tersusun dari bunga-bunga kecil yang berwarna hijau. Massa bunga brokoli tersusun secara kompak tetapi tidak sekompak kubis bunga, membentuk bulatan berwarna hijau tua, atau hijau kebiru- biruan, dengan diameter antara 15 - 20 cm atau lebih. Masa tumbuh brokoli lebih lama dari kubis bunga. Dibandingkan dengan kubis bunga, bunga brokoli akan terasa lebih lunak setelah direbus (Rukmana, 1994; Dalimartha, 2000).

  Pada kondisi lingkungan yang sesuai, massa bunga brokoli dapat tumbuh memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga, tiap bunga terdiri atas 4 helai kelopak bunga (calyx), empat helai daun mahkota bunga (corolla), enam benang sari yang komposisinya empat memanjang dan dua pendek. Bakal buah terdiri atas dua ruang, dan setiap ruang berisi bakal biji

  Sistem perakaran relatif dangkal, dapat menembus kedalaman 60 - 70 cm. Akar yang baru tumbuh berukuran 0,5 mm, tetapi setelah berumur 1 - 2 bulan system perakaran menyebar ke samping pada kedalaman antara 20 - 30 cm (Rukmana, 1994).

  Panen bunga brokoli dilakukan setelah umurnya mencapai 60 - 90 hari sejak ditanam, sebelum bunganya mekar, dan sewaktu kropnya masih berwarna hijau. Jika bunganya mekar, tangkai bunga akan memanjang dan keluarlah kuntum-kuntum bunga berwarna kuning (Dalimartha, 2000).

2.1.6 Kandungan kimia

  Brokoli (Brassica oleracea L. var. Italica Plenck) merupakan suatu jenis tanaman kubis-kubisan yang diketahui kaya akan antioksidan (Fahey & Talalay, 1999). Kandungan tanaman brokoli adalah sulforafan (glikosida), kuersetin dan kaempferol (flavonoid), vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B1, vitamin B2, nikotinamid, betakaroten, selenium, indol, glutation, iberin, dan sianohidroksi butena (Ipteknet, 2005).

  Brokoli yang dikukus terbukti terjadi peningkatan polifenol dan tidak terlalu berpengaruh terhadap vitamin C. Brokoli yang dikukus juga mampu meningkatkan kandungan betakaroten (Gliszczynska, et al., 2006).

2.1.7 Manfaat brokoli

  Tanaman brokoli merupakan salah satu tanaman yang bunganya digunakan sebagai sayuran dan cukup sering dikonsumsi oleh masyarakat dengan kandungan nutrisinya yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin C, serat, kalium, kalsium, dan karoten (Siemonsma, 1994). dan menghambat perkembangan sel-sel kanker didalam tubuh. Pada tahun 1992, Paul Talalay di Universitas Johns Hopkins melakukan identifikasi senyawa isotiosianat, sulforafan yang merupakan metabolit biologi aktif dari glukorafan, sebagai senyawa yang bertanggung jawab dalam brokoli dimana memiliki berbagai manfaat kesehatan. Glukorafanin disebut juga sulforafan glukosinolat, berpotensi sebagai obat alami penginduksi enzim detoksifikasi fase 2. Sulforafan juga menunjukkan aktivitas antimikroba spektrum luas melawan banyak bakteri gram positif dan gram negatif, paling banyak terutama Helicobacter pylori dan memiliki aktivitas anti-inflamasi, dimana menghambat produksi sitokinin pada

  2 studi preklinis dan klinis (Anonim , 2010).

2.2 Kulit

  Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel- sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1 Anatomi kulit

  Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis dan subkutis (Tranggono dan Latifah, 2007).

  Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:

  a. Lapisan tanduk (stratum corneum) Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.

  b. Lapisan jernih (stratum lucidum) Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

  c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

  d. Lapisan malphigi (stratum spinosum) Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

  e. Lapisan basal (stratum germinativum) Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.

  2. Dermis Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.

  3. Subkutis berisi sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran getah bening.

  2.2.2 Fungsi kulit

  Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan, gangguan panas dan dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, bakteri dan virus. Kulit juga mampu mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. Sisa metabolisme ini dikeluarkan bersama dengan keringat. Kulit dapat mengatur suhu tubuh. Ketika suhu udara panas, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak dan memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh dan sebaliknya. Sebagai indra peraba kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur (Achroni, 2012).

  2.2.3 Jenis kulit

  Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:

  1. Kulit normal Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

  2. Kulit berminyak Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

  3. Kulit kering Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.3 Sinar Ultraviolet

  Sinar Ultraviolet (UV) adalah sinar tidak tampak yang merupakan bagian energi yang berasal dari matahari. Ultraviolet merupakan salah satu jenis radiasi sinar matahari. Panjang gelombang yang dimiliki sinar ultraviolet akan berpengaruh terhadap kerusakan kulit. Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang ada tiga jenis radiasi ultraviolet, yaitu: a. Sinar UV-A

  Sinar UV- A ( λ 320 – 400 nm) adalah sinar yang paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B. Segmen sinar ini akan masuk ke dalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi fotosensitivitas. Sinar ini meliputi 95% radiasi mencapai permukaan bumi.

  UV-A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan. UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja lebis efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak serat serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. Sinar ini juga dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

  b. Sinar UV-B matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan prakanker dan keganasan lainnya. Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu relatif lama (Bodagenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

  c. Sinar UV-C Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar 200 - 290 nm.

  Menurut Darmawan (2013), radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini terserap di lapisan ozon di atmosfer.

2.4 Penuaan Kulit

  Proses menua merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Setiap manusia tentu ingin terlihat muda tetapi proses menua secara perlahan-lahan berjalan terus dan kulit merupakan salah satu jaringan tubuh yang secara langsung memperlihatkan terjadinya proses menua. Saat mulai proses terjadinya proses menua pada kulit tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu proses menua kulit terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain datangnya lebih cepat, keadaan ini disebut penuaan dini (premature aging). Hal ini menunjukkan bahwa proses menua pada setiap individu berbeda, tergantung dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi dan dapat mempercepat terjadinya proses menua kulit (Jusuf, 2005).

   Teori proses menua

  Menurut Jusuf (2005), ada berbagai teori penuaan, antara lain: 1. Teori Replikasi DNA

  Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya proses menua disebabkan kematian sel secara perlahan-lahan antara lain akibat pengaruh sinar ultraviolet yang merusak sel DNA sehingga mempengaruhi masa hidup sel.

  2. Teori Kelainan Alat Proses menua terjadi akibat kerusakan DNA yang menyebabkan terbentuknya molekul-molekul yang tidak sempurna sehingga terjadi kelainan enzim-enzim intra seluler yang mengakibatkan kerusakan atau kematian sel.

  3. Teori Ikatan Silang Proses menua merupakan akibat dari pembentukan ikatan silang yang progresif dari protein-protein intraseluler dan interseluler serabut kolagen yang menyebabkan kolagen kurang lentur dan tidak tegang.

  4. Teori Radikal Bebas Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses menua. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif. Sebelum memiliki pasangan radikal bebas akan terus-menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Akibatnya sel-sel akan rusak dan menua dan juga mempercepat timbulnya kanker. Berbagai usaha untuk menanggulangi kulit menua sekarang ini banyak ditujukan pada usaha pengikatan atau pemecahan radikal bebas. Bahan yang dapat menetralisir radikal bebas ini disebut 5.

  Teori Neuro-Endokrin Proses menjadi tua diatur oleh organ-organ penghasil hormon seperti timus, hipotalamus, hipofisis, tiroid yang secara berkaitan mengatur keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh manusia.

  2.4.2 Proses menua pada kulit

  Menurut Ardhie (2011), proses menua pada kulit dibedakan atas:

  1. Proses menua intrinsik yakni proses menua alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologic/genetic clock yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati, diyakini merupakan penyebab penuaan intrinsik.

  2. Proses menua ekstrinsik yakni proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal yaitu pajanan sinar matahari berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik, gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari.

  2.4.3 Tanda-tanda penuaan kulit

  Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, tertama kulit wajah, yaitu berupa:

  1. Munculnya bercak hitam (age spot) Pada umumnya bercak hitam ini muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari. Selain menimbulkan bercak-bercak hitam, penuaan dini juga sering menunjukkan kelainan pigmen, terutama di kulit wajah (Bogadenta, 2012). Bintik hitam ini akan terlihat jelas pada mereka yang berkulit putih, 2.

  Tekstur kulit tampak kasar Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak (Bogadenta, 2012). Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering dan kasar (Noormindhawati, 2013).

  3. Pori-pori kulit tampak membesar Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati, 2013). Pembesaran pori-pori juga terkait dengan penuaan dini.

  Seiring dengan bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit mati di sekitar pori-pori. Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara terus-menerus, bisa membuat pori-pori membesar, karena sel-sel kulit mati menumpuk (Bogadenta, 2012).

  4. Keriput Efek lain dari sinar ultraviolet adalah terjadi keriput pada kulit sebelum waktu yang seharusnya dan terlihat tua. Efek ini tidak bisa langsung terjadi kerutan, tetapi lebih karena terjadi akumulasi sinar ultraviolet dalam jangka lama.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% tanda-tanda penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai melorot, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah perenggangan elastin pada kulit, hingga kulit terlihat merosot dan kehilangan elastisitasnya (Bogadenta, 2012).

5. Tumor kulit

  Berbagai tumor kulit jinak dapat terjadi pada kulit menua seperti akrokordon (skin tag), keratosis seboroik, angioma senilis, dan lain-lain. Pada

  

photoaging dapat pula terjadi lesi prakanker kulit dan kelainan tumor ganas kulit

seperti basalioma, karsinoma sel skuamosa dan melanoma maligna (Jusuf, 2005).

2.5 Peran Antioksidan Sebagai Anti-Aging

  Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak reaktif lagi. Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi dari molekul oksidan. Oksidasi merupakan reaksi kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen oksidan. Sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif, maka sel dilengkapi dengan berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melalui beragam mekanisme (Ardhie, 2011).

  Stress oksidatif didefenisikan sebagai sebuah ketidakseimbangan antara

  

Reactive Oxygen Species ( ROS) dan antioksidan. Pada kulit, kelebihan radikal bebas diinduksi oleh sinar UV yang mengakibatkan kerusakan makromolekul seluler dan menjadikan membran keratinosit tidak stabil sehingga menyababkan penuaan dini. Tubuh melindungi diri dari fenomena tersebut dengan antioksidan endogen dan antioksidan eksogen. Tumbuhan menghasilkan molekul yang sangat efektif melindungi diri melawan kondisi lingkungan yang tidak baik. Dari banyak nutrisi yang spesifik meningkatkan kelembaban kulit, elastisitas, produks i sebum dan merangsang sifat fisiologis kulit. Suplemen antioksidan oral mampu bertahan melawan sinar UV yang menginduksi kerusakan kulit (Pouillot, et al., 2011).

  Pemikiran saat ini adalah bahwa kombinasi dari antioksidan alami yang berbeda akan menjadi strategi pertahanan yang terbaik terhadap Reactive Oxygen

  

Species ( ROS). Pengukuran antioksidan dan pengujian efektifitasnya akan

  menyebabkan peningkatan formulasi kosmetik untuk pencegahan penuaan kulit dini. Sehubungan dengan adanya penggunaan topikal dari antioksidan alami maka dapat disimpulkan bahwa stratum korneum adalah target utama dari formulator kosmetik, karena membutuhkan bantuan antioksidan untuk melindungi diri dari kondisi lingkungan yang buruk. Antioksidan alami menetralisis oksidasi dari induksi sinar UV terhadap stratum korneum, memberikan perlindungan dari lingkungan dan dalam produk kosmetik dapat merangsang stratum korneum untuk regenerasi. Oleh karena itu antioksidan alami digunakan secara topikal maupun oral dan harus dikembangkan ke dalam berbagai produk anti-aging. Penggunaan antioksidan alami dalam produk kosmetik memungkinkan menjaga kulit dan menambah antioksidan dengan cara yang sama seperti menjaga tubuh dengan mengkonsumsi buah dan sayuran (Pouillot, et al., 2011).

  ®

2.6 Skin Analyzer (Aramo Huvis )

  Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya

  Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

  mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.6.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

  Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran kondisi kulit yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat skin analyzer, yaitu:

1. Kadar air (moisture)

  Pengukuran kadar air dilakukan dengan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

  2. Kehalusan (evenness) Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol

  

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit

yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

  3. Pori (pore) Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada

  Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.

  4. Noda (spot) Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkat Skin

  

analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga

  (Terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

  5. Keriput (wrinkle) Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol

  

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit

  yang didapatkan akan tampil pada layar computer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer.

  6. Kadar minyak (sebum) Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam

2.6.2 Parameter pengukuran

  Hasil pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat kriterianya pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan alat skin analyzer

  Pengukuran Parameter Kelembaban Dehidrasi Normal Hidrasi (Moisture) 0 - 29 30 - 45 46 - 100 Kehalusan Halus Normal Kasar (Evenness) 0 - 31 32 - 51 52 - 100 Pori (Pore) Kecil Sedang Besar 0 - 19 20 - 39 40 - 100 Noda (Spot) Sedikit Sedang Banyak 0 - 19 20 - 39 40 - 100 Keriput (Wrinkle) Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah 0 - 19 20 - 52 53 - 100

  Sumber : Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnostic System.

Dokumen yang terkait

BAB II STUDI PUSTAKA - Redesain Prestress (Post-Tension) Beton Pracetak I Girder Antara Pier 4 dan Pier 5, Ramp 3 Junction Kualanamu “Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu”

0 1 35

REDESAIN PRESTRESS (POST-TENSION) BETON PRACETAK I GIRDER ANTARA PIER 4 DAN PIER 5, RAMP 3 JUNCTION KUALANAMU “Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu” TUGAS AKHIR Adriansyah Pami Rahman Siregar 110404057

0 1 11

Lampiran data sifat kimia kadar air dari tepung komposit

0 0 12

Kajian Selektivitas Erosi pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

0 0 17

LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Uji Akar Unit untuk GE (Pengeluaran Pemerintah) dengan Level - Intercept

0 0 12

2. Sumber-sumber Informasi pada Perpustakaan UNIMED - Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015

0 0 9

IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarj

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Implementasi Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Toba Samosir (Studi pada Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir)

0 1 28

BAB II PROFIL ORGANISASI - Pengelolaan Aktiva Tetap pada PT.PLN (PERSERO) Area Medan

1 1 17

Uji Efektivitas Anti-Aging dari Krim Ekstrak Bunga Brokoli (Brassica oleracea L var. Italica Plenck) pada Marmut

0 1 35