PENGARUH KESADARAN, MORALITAS DAN BUDAYA PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PAJAK (STUDI PADA UKM SIOLA KOTA SURABAYA)
PENGARUH KESADARAN, MORALITAS DAN BUDAYA PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN PAJAK
(STUDI PADA UKM SIOLA KOTA SURABAYA)
Luqman Yusuf Ramadhan
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya luqmanyusuframadhan@gmail.com
ABSTRACT
This study is aimed to analyze the influence of tax awareness, tax morality andtax culture on tax compliance. Tax awareness is measured by the perception of taxpayer
on how they think about tax. Tax morality is measured by the indicators of participation
of citizen, trust in government, pride and perception of tax system. Tax culture is
measured by the relationships between taxpayer and tax officials. The population in this
study is UMKM that have been listed on UKM SIOLA Surabaya. The sample selected by
using method of purposive sampling. The total of the sample that fulfilling the criterious
are 58 UMKM. This study used multiple linier regression analysis used SPSS. The
result of this study is the tax awareness indicates a possitive influence on tax
compliance. The tax morality and the tax culture indicates a no effect on tax compliance
in UMKM that have been listed in UKM Siola.Keywords: tax awareness, morality, culture, compliance.
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 mendefinisikan pajak sebagai ia ia ia ia ia ia ia ia kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang ia ia ia ia bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, digunakan untuk keperluan Negara ia ia ia ia ia ia bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan tidak mendapatkan imbalan secara ia ia ia ia ia langsung. Kontribusi sektor pajak untuk penerimaan negara ini sangat dominan di
ia ia ia ia ia ia
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang mencapai 80% dari total
ia ia ia ia ia
APBN. Sesuai dengan Direktorat Jenderal Pajak dan Kementerian Keuangan ia realisasi penerimaan pajak di tahun 2015 menunjukkan jika PPh pasal 21, PPh
pasal 23 dan PPh pasal 25/29 Orang Pribadi mengalami pertumbuhan yang cukup dari ia tahun 2014. Hal ini mencerminkan meningkatnya partisipasi masyarakat Indonesia, terutama Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak. Tetapi di sisi lain ia ia menurut Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro masih banyak masyarakat ia
Indonesia yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Disebutkan dari total 252 juta jiwa penduduk Indonesia, hanya tercatat 22.319.073 WP atau 9% ia ia ia ia ia
yang memiliki NPWP pada tahun 2011 dan hanya 10 juta yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) ke Ditjen Pajak. i i i ia ia Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi
ia ia ia ia
dengan Usaha Pekerjaan Bebas yang tergolong cukup tinggi
ia ia ia ia ia
pertumbuhannya. UMKM merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup oi oi oi oi oi besar dalam perekenomian nasional, yakni berkontribusi kurang lebih 57% total PDB. Tetapi, terdapat miss-match dimana kontribusi UMKM pada penerimaan perpajakan sangat kecil, yaitu kurang lebih 0.5% dari tota penerimaan pajak. oi oi oi oi Ketidakseimbangan kontribusi UMKM tersebut merupakan suatu indikasi bahwa oi oi oi oi tingkat ketaatan UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah (Hsakim dan Nangoi, 2015). Dibandingkan dengan daerah lain (terutama yang berada di Jawa Timur), Surabaya memiliki jumlah usaha kecil dan menengah yang lebih tinggi. oi oi UMKM di Surabaya telah meningkat 300%, yakni menjadi sekitar 3000 UMKM. oi oi oi oi Meningkatnya jumlah UMKM ini tidak lepas dari peranan Walikota Surabaya Tri Rismaharini, yang telah menyediakan beberapa sentra UKM sebagai tempat binaan para UMKM di Surabaya. Berdasarkan studi pendahuluan pada Dinas Perdagangan Kota oi oi Surabaya, diketahui bahwa UKM Siola telah menampung berbagai macam produk dari oi oi oi oi oi 134 UMKM, namun hampir setengahnya saja yang telah memiliki NPWP dan oi membayar pajak.
gh
Suryadi (2006), dalam (Rohmawati & Rasmini 2012), tinggi ia ia ia ia ia ia rendahnya Wajib Pajak agar mematuhi kewajiban perpajakan untuk mendaftar dan ia ia ia ia ia membayar pajak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
ia ia ia ia
faktor kesadaran pajak. Ditambahkan lagi menurut (Al-Mamun et al. 2014), kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh moralitas dari wajib pajak. Menurut Widodo (2010), menunjukkan bahwa selain moralitas pajak, budaya pajak juga
ia memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi kepatuhan seorang wajib pajak. ia ia ia ia
Baik moralitas pajak maupun budaya pajak dapat menjadi faktor yang berperan ia ia ia ia dalam pembentukan kepatuhan seorang wajib pajak.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti terdorong untuk mengetahui lebih jauh pengaruh Kesadaran, Moralitas dan Budaya Pajak terhadap Kepatuhan Pajak. Studi dilakukan pada Wajib Pajak UMKM yang tergabung di lingkungan UKM Siola. Kesadaran pajak, moralitas pajak dan budaya pajak diajukan dengan hipotesis bahwa akan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak. Hal ini karena faktor-faktor tersebut dapat menjadi dasar bagi pemerintah dalam menyusun strategi yang mampu mendorong tingkat kepatuhan pajak para pengusaha kecil.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara kesadaran, moralitas dan budaya terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di UKM Siola Surabaya.
KAJIAN PUSTAKA Theory of Planned Behaviour gh gh gh gh
Theory of Planned Behavior (TPB) menyatakan bahwa munculnya perilaku
seorang individu dapat ditimbulkan karena adanya niat untuk berperilaku atau
gh gh gh
melakukan sesuatu. Theory of planned behavior adalah teori hasil penyempurnaan dari reason action theory dan dikembangkan oleh Ajzen. Teori planned behaviour beranggapan bahwa faktor-faktor motivasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dapat dilihat dengan intensi.
Alasan pemilihan teori ini karena dalam melakukan suatu perilaku yaitu mematuhi pajak, seorang wajib pajak akan dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti keyakinan Wajib Pajak dari hasil perilakunya tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kepatuhan seorang wajib pajak dapat diuraikan dengan teori ini untuk menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhinya, yaitu kesadaran, moralitas, dan budaya pajak dari seorang wajib pajak.
Teori Perilaku
Pengaruh yang berasal dari luar maupun dalam diri seseorang yang dapat menimbulkan suatu respon/reaksi dari seorang individu disebut sebagai perilaku. Menurut beberapa ahli, pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan tiga bagian dari suatu bentuk perilaku (Sarwono, 2004:87). Alasan pemilihan teori ini karena perilaku kepatuhan terhadap pajak seorang wajib pajak merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi sesama manusia ataupun dengan lingkungannya dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun tindakan, yang hal tersebut tercermin pada kesadaran seorang wajib pajak dalam memahami sistem perpajakan, dan moralitas pajak serta budaya pajak yang berasal dari interaksi ataupun pengalaman dari wajib pajak itu sendiri.
Teori Atribusi
Teori atribusi menempatkan seseorang sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami penyebab terjadinya sesuatu, sehingga teori ini berusaha menemukan apa yang bisa menyebabkan apa atau apa yang mendorong siapa untuk melakukan apa (Sarwono, 2004:94).
Alasan pemilihan teori ini karena kesadaran seorang wajib pajak untuk mendaftar dan mematuhi sistem perpajakan dipengaruhi oleh persepsi dan pemahaman wajib pajak dalam membuat keputusan dan penilaian terhadap pajak itu sendiri. Pemahaman serta persepsi individu dalam membuat keputusan dan penilaian mengenai suatu hal sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal dari individu itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan moralitas yang mempengaruhi secara internal dan budaya pajak yang mempengaruhi secara eksternal seorang wajib pajak dalam mematuhi sistem perpajakan yang ada.
Kesadaran Pajak Kesadaran perpajakan adalah keadaan mengerti atau mengetahui perihal pajak.
Dalam menggerakkan masyarakat agar mematuhi kewajiban membayar pajak, maka dibutuhkan penilaian positif terhadap pelaksanaan fungsi negara dari masyarakat (Suyatmin, 2004). Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, apabila banyak terjadi penunggakan, maka dapat menyebabkan kerugian pada negara, sehingga kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Dari definisi di atas, kesadaran pajak dapat diukur dari persepsi wajib pajak, yaitu kesadaran pentingnya pajak sebagai pendapatan negara, kesadaran membayar pajak membantu pembangunan negara, dan kesadaran penunggakan pajak dapat merugikan negara.
Moralitas Pajak ia ia ia ia ia ia ia ia Moralitas pajak merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri individu untuk membayar pajak (Widodo, 2010:9). Moralitas pajak dapat dibentuk melalui
partisipasi warga negara, kepercayaan, kebanggaan, dan sistem perpajakan. Jika dalam diri wajib pajak sudah tertanam rasa bangga sebagai warga negara, maka mereka akan termotivasi untuk membayar pajak dan terdorong untuk ikut memikirkan keadaan bangsanya. Wajib pajak taat membayar pajak karena didorong oleh adanya sikap peduli dengan kondisi keuangan negara dan partisipasi warga negara yang tinggi diikuti dengan terbukanya pola fikir untuk memajukan negaranya (Widodo, 2010:24-27). Kepercayaan terhadap kinerja pemerintah akan memotivasi mereka untuk membayar pajak, karena mereka berasumsi bahwa pajak yang mereka bayar akan ia ia membantu kelangsungan program pemerintah (Widodo, 2010:30-32). Kecintaan warga negara terhadap negaranya salah satunya dapat diwujudkan dengan membayar pajak dan pada dasarnya motivasi yang dapat mempengaruhi wajib pajak membayar pajak adalah sistem perpajakan yang mengandung aspek kemudahan (Widodo, 2010:37-40).
Budaya Pajak
Budaya ia pajak ia dibangun karena ia adanya ia interaksi baik ia formal ia maupun ia ia ia ia informal dalam suatu institusi yang menghubungkan sistem perpajakan nasional dengan praktik hubungan antara aparatur pajak. Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara aparatur pajak dengan wajib pajak merupakan salah satu indikator dari budaya pajak. Aparatur pajak diharapkan memiliki sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi karena aparatur pajak langsung berhubungan dengan wajib pajak dalam hal pelayanan perpajakan (Widodo, 2010:58-59).
Kepatuhan Pajak
Kepatuhan perpajakan (tax compliance) adalah suatu sikap atau perilaku WP (Wajib Pajak) yang mematuhi dan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya (Widodo, 2010:284). Menurut Nurmantu (2003) dalam Widodo (2010:68) terdapat dua macam kepatuhan perpajakan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana WP memenuhi kewajiban perpajakan dengan menitikberatkan pada nama dan bentuk kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Kepatuhan material ia ia ia ia ia adalah suatu keadaan dimana wajib pajak selain memenuhi kewajiban yang ia ia berhubungan dengan nama dan bentuk kewajiban perpajakannya, juga memenuhi ia kewajiban perpajakannya, yaitu dimana wajib pajak yang bersangkutan selain ia ia ia memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan kebenaran yang ia ia ia sesungguhnya dari isi dan hakekat SPT PPh tersebut (Widodo, 2010:69-70).
Penelitian Terdahulu
Penelitian Chirkos (2015), dilakukan pada wajib pajak yang patuh serta tidak patuh dan menunjukkan hasil kesadaran, moralitas, dan sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang berada di Ethiopia. Penelitian yang dilakukan oleh Arum (2012) memberikan hasil kesadaran, pelayanan fiskus dan sanksi pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan WPOP yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di wilayah Cilacap. Hasil penelitian Muthia (2013) menunjukkan bahwa moral dan budaya berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh (Rohmawati & Rasmini, 2012) terhadap WPOP di KPP Pratama Denpasar Barat juga menyimpulkan kepatuhan pajak secara simultan dan parsial dipengaruhi oleh kesadaran, penyuluhan, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan. Sedangkan Masinambow (2013) memberikan hasil penelitian bahwa peningkatan membayar pajak dipengaruhi secara positif oleh kesadaran pajak dan pelayanan fiskus.
Pengaruh Kesadaran Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Arum (2012), kesadaran dapat mendorong wajib pajak untuk membayar pajak.
Apabila wajib pajak memiliki kesadaran akan fungsi dan tujuan dari pembiayaan negara, maka dapat membantu peningkatan kepatuhan wajib pajak, karena tingkat kesadaran wajib pajak dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Menurut Loo Ern Chen (2006), salah satu indikator dalam meningkatkan kesadaran pajak terhadap kepatuhan pajak adalah pendidikan. Penelitian ini dilakukan di Malaysia dan berkesimpulan bahwa kesadaran pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang diajukan peneliti adalah H1: Kesadaran Pajak Berpengaruh terhadap Kepatuhan Pajak.
Pengaruh Moralitas Pajak terhadap Kepatuhan Pajak
Moralitas pajak merupakan sikap kepatuhan pajak yang ditunjukkan oleh kemauan wajib pajak untuk membayar pajak. Hal ia tersebut ia mencerminkan hubungan
ia ia ia ia
antara wajib pajak dengan negaranya dan hubungan tersebut akan mendorong
ia ia ia ia ia
pentingnya moral individu dan norma dasar, serta dapat dijadikan hipotesis untuk menghasilkan pengaruh positif terhadap kepatuhan pajak (Widodo, 2010:9). Menurut Rahayu (2010:145), moral penduduk yang baik akan menyebabkan kepatuhan wajib pajak yang baik. Apabila kondisi moral masyarakat rendah, maka akan muncul motivasi untuk meloloskan diri dari kewajiban perpajakan dengan cara baik legal maupun ilegal. Torgler dan Schneider (2009) menyatakan tingkat moralitas yang tinggi akan mempengaruhi kepatuhan pajaknya. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang diajukan peneliti adalah H2 : Moralitas pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.
Pengaruh Budaya Pajak terhadap Kepatuhan Pajak
Budaya pajak merupakan variabel lain yang mampu mempengaruhi kepatuhan perpajakan, sehingga dapat dikatakan bahwa pembentukan kepatuhan pajak juga dipengaruhi oleh budaya pajak (Widodo, 2010:48-49). Frey dan Holler (1998) dalam Widodo (2010:49) menyatakan bahwa bagian dari budaya pajak adalah sistem perpajakan serta perlakuan perpajakan dan hubungan khusus yang terbentuk antara aparatur pajak dengan wajib pajak. Selain itu, Yi Feng (2004) dalam Widi Widodo (2010:51-52) menyebutkan apabila peraturan perpajakan yang berlakku tidak kondusif, maka akan mempengaruhi budaya pajak, sehingga disimpulkan bahwa peraturan dan kebijakan perpajakan berhubungan langsung dengan budaya pajak. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang diajukan peneliti adalah H3 : Budaya pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan yakni analisis regresi berganda karena variabel independen yang lebih dari satu.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan ialah data primer. Data didapatkan dengan membagikan kuesioner tertutup pada responden.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 134 UMKM yang berada di UKM Siola Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling dengan kriteria yang ditentukan yaitu: (1) UMKM yang memiliki NPWP, dan
(2) UMKM yang telah berdiri dan telah melakukan usahanya lebih dari tiga tahun yakni sejumlah 58 UMKM.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan pajak, sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah kesadaran, moralitas, dan budaya pajak.
Definisi Operasional Variabel
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Kesadaran Kesadaran pajak merupakan 1.
Persepsi wajib pajak. Interval Pajak (X1) keadaan mengetahui atau (Suyatmin, 2004) mengerti perihal pajak. (Suyatmin, 2004). Moralitas Moralitas Pajak merupakan 1.
Partisipasi warga Interval Pajak (X2) motivasi yang muncul dari diri negara individu untuk membayar pajak 2.
Kepercayaan (Widodo, 2010:284).
3. Kebanggaan 4.
Sistem perpajakan (Widodo, 2010:8) Budaya Budaya pajak merupakan 1.
Hubungan antara Interval Pajak (X3) keseluruhan interaksi formal dan aparatur pajak
informal dalam suatu institusi dengan wajib pajak yang menghubungkan sistem (Widodo, 2010:8) pajak nasional dengan praktik hubungan antara aparatur pajak dengan wajib pajak, yang secara historis tertanam dalam budaya nasional, termasuk ketergantungan dan ikatan yang disebabkan oleh interaksi mereka yang terus menerus (Widodo, 2010:49-50)
Kepatuhan Kepatuhan perpajakan dapat 1.
Kepatuhan formal Interval Pajak (Y) didefinisikan sebagai suatu
2. Kepatuhan keadaan dimana Wajib Pajak material
memenuhi semua kewajiban (Widodo, 2010:68-69)
perpajakan (Widodo, 2010:284)Sumber : Peneliti (2017) Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara.
Kuesioner berisi pernyataan tentang indikator dari setiap variabel, disertai lima alternatif jawaban dengan skor dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju yaitu 1-5. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperjelas lagi hal-hal yang terdapat pada kuesioner (Sugiyono, 2009).
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu item valid atau tidak. Jika koefisien validitas (r) hitung lebih besar dari r tabel berarti item tersebut valid (Sugiyono,
2009). Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana kehandalan dari suatu instrumen penelitian. Jika r hitung lebih besar dari r tabel berarti item tersebut reliable (Sugiyono, 2009).
Teknik Analisis Data
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang diteliti. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, nilai maksimum, minimum dan standar deviasi. Kemudian dihitung deskriptif persentase untuk mengkaji variabel dengan rumus (Sudjana, 2001:75): P = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban n = banyaknya jawaban
Tabel 2
Penafsiran Data
Persentase Kategori Penilaian 81%-100% Sangat Baik
61%-80% Baik 41%-60% Cukup Baik 21%-40% Kurang Baik
0%-20% Sangat Kurang Baik
Sumber: Arikunto (2006:149)
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016:27-31). Uji Kolgomorov Smirnov dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan taraf signifikan 0,05 (Ghozali, 2016:103).
Uji Multikolenieritas
Uji multikolenieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134).
Uji Autokorelasi
Berdasarkan besar kecilnya angka yang dihasilkan oleh uji Durbin-Watson (DW) maka dapat disimpulkan ada atau tidaknya gejala autokorelasi, dapat dilihat berdasarkan tabel berikut.
Tabel 3
Pengambilan Keputusan Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4- du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber: Ghozali, 2016:107-108 Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari variabel dependen terhadap variabel independen secara parsial dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Ketentuan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut : 1)
Jika tingkat signifikansi ≤ 5%, Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 2)
Jika tingkat signifikansi ≥ 5%, Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi adalah 5% dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut : 1)
Jika nilai signifikan f<0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. 2)
Jika nilai signifikan f>0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Objek Penelitian
UKM Siola merupakan UKM yang dibangun oleh pemerintah kota Surabaya untuk menampung hasil produksi UMKM-UMKM di kota Surabaya. Tujuan utama dari
- – pendirian sentra UKM ini adalah pemerintah kota Surabaya tidak ingin UMKM UMKM yang merupakan pengusaha kecil di Surabaya kehilangan usahanya karena adanya perdagangan bebas ASEAN. UMKM yang terdaftar di UKM Siola sebanyak 134 UMKM yang bergerak di bidang usaha kerajinan, pakaian serta makanan dan minuman.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi UMKM yang terdaftar di UKM Siola berjumlah 134 UMKM. Jumlah sampel yang memenuhi persyaratan purposive sampling yaitu 58 responden.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Variabel Kesadaran Pajak
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Kesadaran Pajak
No Item R Hitung R Tabel Keterangan 1 0,876 0,254 Valid 2 0,862 0,254 Valid 3 0,847 0,254 Valid
Sumber : Peneliti (2017)
Variabel Moralitas Pajak
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Moralitas Pajak
No Item R Hitung R Tabel Keterangan 1 0,488 0,254 Valid 2 0,520 0,254 Valid 3 0,659 0,254 Valid 4 0,730 0,254 Valid 5 0,613 0,254 Valid 6 0,414 0,254 Valid 7 0,575 0,254 Valid 8 0,652 0,254 Valid 9 0,661 0,254 Valid
10 0,702 0,254 Valid 11 0,559 0,254 Valid 12 0,673 0,254 Valid
Sumber : Peneliti (2017) Variabel Budaya Pajak
Tabel 6
Hasil Uji Validitas Budaya Pajak
No Item R Hitung R Tabel Keterangan 1 0,693 0,254 Valid 2 0,823 0,254 Valid 3 0,736 0,254 Valid 4 0,760 0,254 Valid 5 0,711 0,254 Valid 6 0,693 0,254 Valid
Sumber : Peneliti (2017) Variabel Kepatuhan Pajak
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Pajak
No Item R Hitung R Tabel Keterangan 1 0,592 0,254 Valid 2 0,760 0,254 Valid 3 0,862 0,254 Valid 4 0,865 0,254 Valid 5 0,797 0,254 Valid 6 0,740 0,254 Valid
Sumber : Peneliti (2017)
Uji Reliabilitas
Tabel 8
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach Alpha Kesadaran Pajak 0,796
Moralitas Pajak 0,834 Budaya Pajak 0,828
Kepatuhan Pajak 0,855
Sumber : Peneliti (2017) Hasil Analisis Data Statistik Deskriptif
Tabel 9
Hasil Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Sum Mean Std. DeviationKesadaran
58
3 15 688 11.86 2.098 Moralitas
58
27 57 2491 42.95 5.992 Budaya
58
15 26 1228 21.17 2.829 Kepatuhan
58
17 30 1373 23.67 2.818 Valid N
58 (listwise)
Sumber: Output SPSS (2016)
Tabel 10
Hasil Deskripsi Variabel
Variabel Jumlah Jumlah Nilai Deskripsi Kategori
pernyataan nilai (q) ideal (i) = variabel =
(p) 5xpxN q/i x 100%Kesadaran pajak 3 688 870 79% Baik Moralitas pajak 12 2491 3480 72% Baik
Budaya pajak 6 1228 1740 71% Baik Kepatuhan pajak 6 1373 1740 79% Baik
Sumber: Peneliti (2016) Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji Kolmogorov Smirnov dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan taraf signifikan 0,05. Hasil dari uji ini menunjukkan nilai signifikansi 0,78, yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal.
Uji Multikolenieritas
Hasil uji multikolenieritas menunjukkan semua variabel independen mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, yang artinya tidak terjadi multikolenieritas antar variabel independen.
Uji Heterokedastisitas
Hasil uji gejser menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,375, 0,529, dan 0,348 untuk masing-masing variabel kesadaran, moralitas dan budaya pajak. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada heterokedastisitas pada model regresi.
Uji Autokorelasi
Hasil dari uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,797. Nilai tabel signifikansi Durbin Watson (du) dengan taraf signifikan 5% dan jumlah sampel 58 dan variabel independen 3 adalah 1,686. Dengan demikian maka du<dw<4-du (1,686<1,797<2,314) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif.
Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji menunjukkan nilai koefisien determinasi 0,218. Hal ini berarti pengaruh variabel kesadaran, moralitas dan budaya pajak terhadap variabel kepatuhan pajak adalah sebesar 21,8%. Sedangkan sisanya sebesar 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Uji Parsial (Uji t)
Hasil uji parsial menunjukkan nilai signifikansi kesadaran, motalitas dan budaya pajak masing-masing 0,016, 0,981, dan 0,06. Nilai signifikansi kesadaran pajak <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak, yang berarti kesadaran pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak. Sedangkan variabel moralitas dan budaya pajak menunjukkan nilai signifikansi >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho2 dan Ho3 diterima, yang berarti bahwa moralitas pajak dan budaya pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak. Uji Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 11
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 98.550 3 32.850 5.008 .004 Residual 354.226 54 6.560 Total 452.776
57 Hasil uji simultan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004 (<0,05). Hal ini berarti H0 ditolak, maka variabel kesadaran, moralitas, dan budaya pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel kepatuhan pajak.
PEMBAHASAN Pengaruh Kesadaran Pajak terhadap Kepatuhan Pajak
Hasil analisis deskriptif menunjukkan kesadaran UKM Siola tergolong dalam kategori baik, yaitu sebesar 79%. Sedangkan hasil uji parsial, variabel kesadaran pajak menunjukkan nilai signifikansi 0,016, lebih kecil dari 0,050 yang berarti secara parsial kesadaran pajak memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak UKM Siola. Maka semakin baik kesadaran UMKM terhadap perpajakan akan memberikan pengaruh yang signifikan dengan arah positif terhadap perilaku dalam mematuhi peraturan perpajakan.
Mengacu pada teori atribusi mendefinisikan bahwa perilaku seseorang dapat ditimbulkan oleh faktor internal atau eksternal. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi seorang wajib pajak untuk patuh terhadap pajak adalah kesadaran pajak, karena faktor internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi itu sendiri misalnya faktor kepribadian, kesadaran dan kemampuan.
Menurut teori planned of behavior bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku, seperti keyakinan Wajib Pajak. Keyakinan tersebut dipengaruhi oleh persepsi wajib pajak terhadap perpajakan itu sendiri, dimana berdasarkan penelitian, wajib pajak yakin dan setuju bahwa sumber penerimaan terbesar negara maupun sumbangan pembangunan negara berasal dari pajak, dan apabila menunggak untuk membayar pajak maka akan merugikan negara.
Pengaruh Moralitas Pajak terhadap Kepatuhan Pajak
Hasil uji parsial, variabel moralitas pajak menunjukkan nilai signifikansi 0,981, lebih besar dari 0,050 yang berarti secara parsial moralitas pajak tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pajak UKM Siola. Sementara itu, moralitas pajak UKM Siola Kota Surabaya menunjukkan angka sebesar 72%, atau termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian, meskipun moralitas pajak UMKM di UKM Siola Kota Surabaya ini tergolong baik, namun tidak selalu mempengaruhi perilakunya untuk patuh terhadap perpajakan, atau dapat dikatakan tidak akan menyebabkan tinggi atau rendahnya kepatuhan wajib pajak tersebut.
Menurut teori atribusi faktor eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi oleh faktor eksternal, misalnya pengaruh orang lain, artinya individu terpaksa berperilaku karena suatu kondisi. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa motivasi wajib pajak dalam membayar pajak cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pengaruh orang lain, yakni Dinas Perdagangan Kota Surabaya dan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya yang sering mengundang wajib pajak di UKM Siola untuk mengikuti penyuluhan dan sosialisasi terkait peraturan perpajakan, sehingga Wajib pajak terpaksa untuk berperilaku sesuai dengan situasi yang telah ditentukan dan bukan karena motivasi dari diri wajib pajak itu sendiri.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Widodo (2010:9), yang menunjukkan variabel moralitas pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak sebesar 9,61%. Dalam penelitian Widodo, moralitas pajak dibentuk oleh sub variabel yang terdiri dari faktor demografis, kebanggaan nasional, partisipasi warga negara, kepercayaan, otonomi daerah, kondisi ekonomi, sistem perpajakan, dan deterrance faktor. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel moralitas pajak hanya dibentuk oleh 4 sub variabel yaitu partisipasi warga negara, kepercayaan, kebanggaan, dan sistem perpajakan dan tidak menggunakan sub variabel faktor demografis ataupun otonomi daerah. Namun indikator- indikator tersebut ternyata memiliki pengaruh yang paling besar untuk mengukur variabel moralitas pajak.
Pengaruh Budaya Pajak terhadap Kepatuhan Pajak
Variabel budaya pajak menunjukkan nilai signifikansi 0,060 dari hasil uji parsial, yang berarti secara parsial budaya pajak tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pajak UKM Siola. Budaya pajak di UKM Siola Kota Surabaya mempunyai persentase 71%, yang berarti tergolong dalam kategori baik. Dari hasil penelitian ini, baiknya budaya pajak di UKM Siola Kota Surabaya ini tidak selalu mempengaruhi perilaku untuk patuh terhadap perpajakan. Sehingga meskipun budaya pajak wajib pajak tinggi, tidak akan menyebabkan tinggi atau rendahnya kepatuhan wajib pajak tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, wajib pajak merasa bahwa realisasi hasil dari pajak tidak dapat langsung dinikmati, dan petugas pajak masih kurang mengerti akan kebutuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil wawancara, wajib pajak masih kesulitan dalam hal penyusunan dan pelaporan perpajakan, dan bantuan dari petugas pajak juga masih kurang. Menurut teori perilaku, dari interaksi yang tidak selaras antara aparatur pajak dan wajib pajak akan menimbulkan suatu sikap acuh dari wajib pajak terhadap peraturan perpajakan.
Menurut penelitian Widodo (2010:13), budaya pajak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan, karena pada penelitian Widodo variabel budaya pajak menggunakan tiga sub variabel, yaitu Hubungan antara aparatur pajak dan wajib pajak, Peraturan Perpajakan, dan Budaya Nasional, dimana yang menyumbang pengaruh kontribusi terbesar terhadap kepatuhan pajak adalah sub variabel Peraturan Perpajakan dengan nilai 40,47% Sedangkan penelitian ini hanya menggunakan sub variabel hubungan antara aparatur pajak dengan wajib pajak.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa kesadaran pajak secara parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kesadaran seorang wajib pajak, maka semakin tinggi pula kepatuhan pajaknya. Sedangkan moralitas dan budaya pajak secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat moralitas dan budaya pajak seorang wajib pajak maka tidak selalu mempengaruhi tinggi atau rendahnya kepatuhan pajak wajib pajak tersebut.
Al-Mamun, A. et al., 2014. The Impact of Demographic Factors on Tax Compliance Attitude and Behaviour in Malaysia. Journal of finance, accounting and management , 5(1), pp.109 –124.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Arum, H.P., 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang , 2(1), pp.1
–10.Chirkos, A., 2015. A Comparative Study of Compliant and Non- Compliant Individual
Taxpayers in Ethiopia Evidence from Amhara Region. Pyrex Journal, 1(1), 1 –8
Ghozali, Imam, 2016. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Universitas Diponegoro. Hakim, F. & Nangoi, G.B., 2015. Analisis Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan UMKM Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, 3(46), pp.787 –795.
Loo, Ern Chen, 2006. Tax Knowledge Tax Structure andCompliance: A Report on a Quasi-Experiment. New Zealand Journal of Taxation Law and Policy, 12(2), 117-140.
Masinambow, A., 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal EMBA, 1(4), 1857 –1867.
Muthia, F. A., 2013. Pengaruh Moral Pajak Dan Budaya Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 4(1), 1 –10. Rahayu, Siti Kurnia & Suhayati, Ely, 2010. Perpajakan, Teori dan Teknis Perhitungan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Rohmawati, A.N. & Rasmini, N.K., 2012. Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan, Pelayanan dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana , 1(2), pp.1 –17.
Sarwono, S., 2004. Sosiologi Kesehatan. Jogjakarta: Gajah Mada University Pers. Sudjana, Nana, 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suyatmin, 2004. Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan: Studi Empiris di Wilayah KP PBB
Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Surakarta. Diponegoro.
Torgler, B & Schneider, F., 2009. The Impact of Tax Morale and Institutional Quality on the Shadow Economy. Journal of Economic Psychology, 30(1), 228-245. Widodo, Widi, 2010. Moralitas, Budaya, dan Kepatuhan Pajak. Bandung: Alfabeta