BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Kedai Kopi ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

  B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Kedai kopi bagi masyarakat di Medan khususnya di Perumnas Simalingkar merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar melepas lelah, tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin,atau menghabiskan waktu yang dianggap bermanfaat dibandingkan melakukan kegiatan seperti tidur , jalan-jalan tanpa tujuan dan sebagainya.

  Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini khususnya di Simalingkar , masyarakat mempertanyakan “ apakah yang dilakukan mereka disaat berada di kedai kopi ? ” pertanyaan itu penting untuk di jawab .

  Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi melihat bahwa aktifitas di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan bahwa disana telah terbentuk berbagai opini publik , salah satunya aktifitas kedai kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya Simalingkar .

   Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi yang secara pokok

  menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung, kedai kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat-pusat interaksi sosial , kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul, berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara 1 individu atau dalam kelompok kecil . Bahkan kedai kopi menjadi tempat tidur

  http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi .

  Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan semata, gaya hidup dan gaya yang khas , tetapi kini fungsinya semakin mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Simalingkar saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi , bersenang-senang , santai ataupun beristirahat sejenak . Di lain daerah di kota Medan juga memiliki penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya .

  Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang , suku , agama , lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas, kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi “juga bukan sekadar soal keakraban, didalamnya kerap terjadi pertukaran informasi , wacana, dan pengembangan wawasan, bahkan hiburan sekalipun .

  Pada awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini kedai kopi menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu beraktifitas sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi memiliki peran yang benar – benar memberikan ruang untuk berkreasi , berdiskusi

  , hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil didalamnya . Tetapi dalam beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda .

  Lebih jauh lagi, aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

  Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan sehari – hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

  Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi.

  Bagi pecinta kopi, menikmati kopi dengan racikan sendiri di rumah atau di tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi.

  Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan, faktor kejadian ini adalah bagaimana situasi dan kondisi dalam menikmati kopi mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah masing- masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

  Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup (life style) masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di masyarakat Indonesia.

  Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang mewarnai aktifitas yang ada di kedai kopi . Dari obrolan kecil hingga obrolan yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan . Bahkan tidak jarang orang yang baru pulang kerja menyempatkan waktu nya terlebih dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung .

  Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat , misalnya dalam hal etos kerja . Memang bila di kaji lebih jauh , tinggi rendahnya etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat tersebut . Namun jika kita mau jujur , keberadaaan kedai kopi bagi sebahagian masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja .

  Selain sisi negatifnya , kedai kopi juga mempunyai sisi positif . Banyak contoh yang bisa diurutkan sebagai sisi positif kedai kopi . Program pemerintah , obrolan politik , obrolan ekonomi , dan sosial dijadikan bahan obrolan dan perdebatan di kedai kopi .

  Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu , bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja , maka kedai kopi memperlihatkan peranan dan fungsinya , bukan hanya sekedar mendapatkan segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun dengan penjual minuman kopi .

  Di pasar atau di toko , penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling bertemu . Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat .

  Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar , maka berakhirlah interaksi mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi , yang antara pembeli dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang , dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok harinya .

  Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri .

  Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial .

  Fungsi sosial kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam perubahan – perubahan yang terjadi dibidang produksi , konsumsi , dan distribusi . Kedai kopi dapat juga dikatakan sebagai pusat kebudayaan dalam lingkup yang sederhana , dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan – perubahan sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran .

  Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual beli semata , namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang bersangkutan . Alasan – alasan itu lah menjadi daya tarik kedai kopi yang begitu mempesona bagi penikmatnya . Dari siang hingga malam kedai kopi membuat cerita yang tidak pernah habis untuk di perbincangkan .

1.2. Tinjauan Pustaka

  Kedai kopi adalah tempat yang menyediakan kopi dan berbagai jenis minuman lainnya , selain itu kedai kopi juga menyediakan berbagai jenis makanan ringan sebagai teman minum kopi . Kedai kopi juga merupakan tempat di mana berkumpulnya orang-orang yang sekedar bersantai atau pun melakukan aktifitas diskus kecil , obrolan ringan dan bersenang – senang dengan hiburan yang ada . Selain itu ada juga yang memanfaatkan kedai kopi sebagai tempat beristirahat yang nyaman selain dirumah sendiri , biasa nya di siang hari .

  ,

  hal ini didasari karena pelanggan-pelanggan yang sering berada di kedai kopi merupakan orang-orang yang sudah paruh baya , namun seiring perkembangan zaman kedai kopi tidak hanya di minati oleh kalangan-kalangan tertentu saja tapi sudah mencakup berbagai elemen , mulai dari orang tua , anak muda , bahkan anak-anak pun sering berada di kedai kopi dengan didampingi orang tuanya .

  2

  Kedai kopi erat hubungannya dengan ruang publik . Fungsi kedai kopi tersebut yang memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati oleh siapa saja. Fungsi tersebut menghadirkan kedai kopi menjadi ruang yang bebas bagi setiap orang.

   Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch dengan

  menyebutkan bahwa ruang publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat navigasi didalam kota . Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang secara khusus seiring dengan munculnya kekuatan civil society. Dalam hal ini filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai penggagas munculnya ide ruang publik. Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan ruang publik pertama kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation of the Public

  

Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar

tahun 1989.

  Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat (private person) berkumpul untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan.

  Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat kabar dan jurnal. Juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan kedai kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik

  3 3 berlangsung . http://sarungtenun.blogspot.com/2011/07/opini-publik-habermas.html Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia,

  

  Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul oleh rasa dan aroma kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi. Buktinya, sebagian besar kedai kopi yang ada di Indonesia bahkan di Medan hanya menyediakan minuman kopi berbahan baku kopi robusta. Padahal, bagi para

  

“penikmat” kopi sejati, mereka pasti akan mencari kedai kopi atau cafe yang

menyediakan kopi arabica, karena aroma yang tajam dan rasanya yang khas.

  Tetapi bagi pengunjung setia kedai kopi , tetap mempertahankan atau menjadikan kedai kopi salah satu aktivitas sehari – hari yang juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari – hari .

  Kejadian ini mempertegas makna ngopi dalam tradisi masyarakat di Indonesia. Aktifitas minum kopi adalah media interaksi antar masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial. Fungsi kedai kopi mulai bergeser, dari tempat minum menjadi ranah publik milik semua elemen masyarakat baik sebagai tempat melepas lelah, tempat bercengkrama bahkan termasuk sebagai ruang hiburan.

  Secangkir kopi menjadi semacam e-mail dan password untuk izin menikmati suasana dan aktifitas orang yang ada di kedai kopi . Maksudnya bahwa dengan 4

  http://tattisigraceful.blogspot.com/2013/04/ruang-publik.html memesan secangkir kopi sudah bisa berlama – lama dan berbaur dengan pengunjung lainnya .

  Ibarat akun “jejaring sosial” twitter, kedai kopi membolehkan siapapun mem-follow (bergabung) orang yang menjadi idola dan narasumbernya. Siapapun, apalagi jika sudah kenal, boleh nimbrung mendengar dan mengomentari pembicaraan si narasumber selama cangkirnya masih berisi kopi. Siapapun tidak

   dilarang untuk membayar harga kopi orang yang di-follow atau mem-follownya .

  Kedai kopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi. Tempat minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai rumah aspirasi. Berbagai rumor, fakta dan data bergulir dari sana, bagai bola salju, menggelinding menjadi konsumsi publik. Di tempat ini pula rumor, fakta dan data itu, pada akhirnya kembali dalam bentuk umpan balik disertai komentar miring. Umpan balik berharga itu sangat memungkinkan diserap menjadi bahan dasar untuk menyusun sebuah kebijakan publik.

  Dalam setiap prosesnya ruang publik membutuhkan pelaku sebagai alat menjalankan ruang publik tersebut. Kedai kopi membutuhkan pelaku atau orang orang yang berada di kedai tersebut hingga terbentuk suatu ruang publik. Pelaku tersebut adalah masyarakat.

6 Masyarakat merupakan salah satu satuan sistem sosial, atau kesatuan

  hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab 5 masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. 6 (https://www.facebook.com/notes/adib-tamami/humanisme-ala-warung-kopi/349414665069197) http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-masyarakat.html

  Ada beberapa pengertian masyarakat :

  a. Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan b. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

  c. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

  Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :

  a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia.

  Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan sistem bahasa.

  Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi secara global, tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.

  Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut : a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun dan permanen

  b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif lebih besar.

  Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

  Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

  Masyarakat dapat pula dikategorikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, dan masyarakat negara.Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

  Masyarakat sebagai elemen penting dalam aktivitas di kedai kopi dengan menggunakan interaksi sebagai momen untuk membentuk suatu ruang publik.

  Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, dimana hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi terdapat simbol yang diartikan sebagai sesuatu yang bernilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh

   mereka yang menggunakannya .

  

  Ciri-ciri masyarakat kota:

  1. Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil

  2. Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan keterampilannya.

  3. Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih individual dan kompetitif.

  4. Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heterogen

  5. Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi adalah pendidikan, kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.

  7 8 http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/08/interaksi-sosial.html http://mahjiajie.wordpress.com/2011/10/30/makalah-antropologi-masyarakat/

  6. Interaksi sosial kurang akrab dan kurang peduli terhadap lingkungannya.

  Dasar hubungannya adalah kepentingan.

  7. Keterikatan terhadap tradisi sangat kecil

  8. Masyarakat kota umumnya berpendidikan lebih tinggi, rasional, menghargai waktu, kerja keras, dan kebebasan

  9. Jumlah warga kota lebih banyak, padat, dan heterogen

  10. Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata

  11. Kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya amat dinamis, sehingga perkembangannya sangat cepat

  12. Masyarkatnya terbuka, demokratis, kritis, dan mudah menerima unsur- unsur pembaharuan.

  13. Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku

  14. Memiliki sarana – prasarana dan fasilitas kehidupan yang sangat banyak.

  Karateristik masyarakat kota: 1.

  Anonimitas Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman manusianya yang berlatar belakang kelompok ras, etnik, kepercayaan, pekerjaan, kelas sosial yang berbeda-beda mempertajam suasana anonim.

  2. Jarak Sosial Secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup berjauhan.

  3. Keteraturan Keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara televisi, jam kerja, dll)

  4. Keramaian (Crowding) Keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat keramaian tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).

  5. Kepribadian Kota Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan kota menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi, kepentingan, berdikari (self sufficient), impersonal, tergesa-gesa, interaksi social dangkal, manipualtif, insekuritas (perasaan tidak aman) dan disorganisasi pribadi.

  Dalam menganalisa proses proses interaksi antara individu dalam masyarakat, harus membedakan dua hal yaitu : (1) kontak, dan (2) komunikasi.

  Kontak antara individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat, misalnya berhadapan muka,namun juga bisa menggunakan alat kebudayaan seperti tulisan,buku ,surat kabar ataupun telepon. Sedangkan komunikasi muncul setelah kontak terjadi (Koentjaraningrat, 2002 : 162).

  Komunikasi adalah proses dimana pesan pesan dioperasikan dari sumber kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide ide dari sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku maupun ide penerima. Saluran komunikasi adalah alat dengan pesan pesan dari sumber dapat sampai kepada penerima (Hanafi, 1986 : 27).

  Komunikasi juga merupakan dasar interaksi. Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi melalui komunikasi.

  Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pertukaran informasi dan meneruskan komunikasi (Walgito,2006 : 77) .

  Komunikasi dan interaksi membentuk nilai dasar sebuah kelompok. Dimana nilai tersebut menjadi acuan tuntunan dari kelompok tersebut. Mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

  Sejalan dengan itu Koentjaraningrat memperjelas bahwa (dalam Sartini 2009:30) nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan tujuan pembuatan yang tersedia.

  Hal inilah yang peneliti lihat bahwa kedai kopi disinyalir sebagai fenomena kultural yang hidup dimasyarakat. Fenomena ini sesuai dengan paham budaya yang dikemukakan oleh Spredley (1997) Kebudayaan yang merupakan pengetahuan yang diperoleh dan digunakan manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dalam menghadapi dunianya. Di kedai kopi merupakan tempat bagi mereka yang berkecimpung disitu sebagai ekspresi dalam menginterpretasi dunia.

  1. 3. Rumusan Masalah

  Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu atau pun menjadi luas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang di teliti . Adanya pembatasan masalah , diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Dari penjelasan dilatarbelakang dan kajian pustaka diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

  Apa saja yang terjadi di dalam aktifitas yang ada di kedai kopi ?

  • Bagaimana hubungan interaksi penjual dan pembeli ?
  • Bagaimana hubungan interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ?
  • 1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

  Penetapan tujuan penelitian merupakan sesuatu yang penting, dimana tujuan tersebut menjadi pijakan awal penelitian tersebut dilakukan.Penelitian ini bertujuan :

  • Untuk mengetahui kejadian dan aktivitas yang ada di dalam kedai kopi

  Untuk mengetahui cara dan metode penjual saat menghadapi pembeli - Untuk mengetahui apa yang sebenarnya di lakukan masyarakat di kedai - kopi sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.

1.4.2. Manfaat Penelitian

  Sebagai bentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapa memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan khususnya bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya . Secara akademis penelitian ini diharapkan :

  Dapat menjadi acuan dan referensi tambahan bagi penulis dan pembaca. - - Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

  • Dapat menjadi bahan bacaan yang fungsional bagi penulis maupun pembaca .

  Bagi pembaca diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan penambahan informasi mengenai aktifitas yang ada di kedai kopi bagi masyarakat kota Medan khususnya di Simalingkar dan bagi penulis untuk mendapatkan pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terjadi di lapangan, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam realita kehidupan.

1.5. Metode Penelitian

  Bentuk penelitian ini adalah studi etnografi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data , dan tingkah laku yang dapat di amati (Nawawi, 1994:2003). Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengharuskan peneliti menggambarkan secara terperinci tentang aktivitas yang ada di kedai kopi.

  1.5.1. Karakteristik Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif , yaitu bertujuan untuk dapat melakukan penggalian informasi secara lebih dalam dan mendapatkan gambaran yeng lebih detail dan komperhensif mengenai aktivitas yang ada di kedai kopi yang ada di kota Medan khususnya Simalingkar.

  Dengan melihat secara langsung dan menulis catatan kecil yang terjadi di kedai kopi dan berbaur dengan pengunjung lainnya .

  1.5.2. Teknik Pengumpulan Data Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian .

  Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data sekunder . Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam.Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan,yaitu cara penelitian dalam perolehan data melalui studi pustaka sebagai sumber data sekunder yang bersifat teoritis,dalam hal ini berupa buku-buku , literatur , jurnal tesis , laporan penelitian , skripsi , serta bahan-bahan relevan lainnya.

  Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai apa yang dibutuhkan oleh peneliti . Informan dalam penelitian ini merupakan penjual dan pengunjung kedai kopi . Tidak ada informan pangkal , pokok maupun biasa karena semuanya memiliki peran yang penting untuk memberikan informasi yang aktual dan lengkap .

  Dalam penelitian ini , pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa teknik yaitu : Observasi Pastisipasi

  • Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari pengamatan terlibat (observasi partisipasi) . Tujuannya untuk melihat dan merasakan secara langsung konsep-konsep yang terkandung dalam pikiran informan , Danandjaja mengatakan untuk mendapatkan data yang sensitif dan sangat pribadi (Danandjaja, 1994 : 105) . Dalam observasi partisipasi ini peneliti ikut dalam kehidupan sehari-hari informan , bahkan secara kondisional dilapangan ikut dalam kegiatan yang dijalaninya . Sebagaimana Vrendenbregt mengatakan dalam pengamatan ini ada interaksi antara peneliti dengan informannya (dalam Danandjaja, 1994 : 105 ).
  • Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas dan mendalam (depth interview).

  Wawancara

  Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dna informan,dimana peneliti dan informan terlibat percakapan yang cukup lama. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intesitas pertemuan yg tinggi .

  Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada , peneliti juga menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu . Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan informan.

1.5.3. Analisis Data

  Data – data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa secara kualitatif . Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap – tiap data yang dikumpulkan . Kemudian menguraikan pada bagian – bagian permasalahan dengan membuat sub

  • – sub judul pada bab – bab dalam penulisan penelitian . Analisa data yang dilakukan sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang ada . Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung hingga penulisan laporan penelitian selesai .