PENGARUH PEMENTASAN SHADOW PUPPETS TERHADAP KEMAMPUAN BACA

  

PENGARUH PEMENTASAN SHADOW PUPPETS

TERHADAP KEMAMPUAN BACA

(STUDI EKSPERIMENTAL DI SDN UNGARAN 01 KABUPATE

SEMARANG)

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Humaniora (S1)

  

oleh

Nova Permata Sari

13040111140141

  

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016

HALAMAN PERNYATAAN

  Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Nova Permata Sari NIM : 13040111140141 Jurusan : IlmuPerpustakaan Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang bejudul “Pengaruh Pementasan Shadow puppets Studi Eksperimental SD Ungaran 01 Kabupaten Semarang adalah benar-benar karya sendiri, bukanah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan dalam sumber asli berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.

  Semarang, 28 November 2015 Yang menyatakan, Nova Permata Sari NIM 1304011114014

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

  Mukjizat Tuhan tidak akan senyata ini tanpa doa dari orang-orang terkasih.

  Persembahan Karya ini penulis persembahkan

untuk :

  1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Niken Irnawati dan bapak Ismu Baroto

  2. Adik saya tercinta

  3. Semua sahabat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan

HALAMAN PERSETUJUAN

  Skripsi dengan judul “Pengaruh Pementasan Shadow Puppets Terhadap Kemampuan Baca Studi Eksperimental SDN Ungaran 01 Kabupaten Semarang”.

  Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada : Hari : Senin Tanggal : 15 Februari 2016

  Disetujui oleh, Dosen Pembimbing Amin Taufiq Kurniawan, S.Sos., M.I.Kom NIP198205202008121002

  

HALAMAN PENGESAHAN

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis berikan kepada Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

  Pementasan Shadow Puppets terhadap Kemampuan Baca Studi Eksperimental Di SDN Ungaran 01 Kabupaten Semarang” dalam rangka memenuhi sebagian syarat untuk mencapai gelar sarjana humaniora.

  Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Dr. Redyanto Noor, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

  2. Dra. Rukiyah M.Hum.selaku Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro.

  3. Drs.Jumino, M.Lib., M.Hum, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Perpustakaan

  4. Amin Taufiq Kurniawan,S.Sos.,M.I.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran serta bantuan untuk skripsi ini.

  5. Drs. Slamet Subekti, selaku dosen wali yang telah ikut serta melancarkan penyelesaian skripsi ini.

  6. Staf Fakultas Ilmu Budaya Undip, khususnya mbakOvin yang selalu membantu kelancaran perkuliahan selama empat tahun ini.

  7. Sri Dwi Winarsih, S.Pd, M.Pd,kepala Sekolah SDN Ungaran 01 yang telah berkenan memberikan tempat dan waktu untuk peneliti dapat mengadakan penelitian.

  8. Drs. Kusharyanto, kepala perpustakaan sekolah SDN Ungaran 01.

  9. Ayah dan Ibu, tanpa doa kalian Mukjizat Tuhan tidak akan senyata ini.

  10. Afif Bintang Nugroho, Adik tercinta.

  11. Ranindya Puspaning Melaty, S.Hum. Sahabat yang setia memberikan masukan dan membagi pengetahuan untuk kelancaran skripsi ini.

  12. Sahabat- sahabat Diah Ayu Agustin L, Ajeng Nalar Islami, Nimas Kirana Ratri, Muhammad adji, Nurul Huda, Muhammad Teguh, Diki bagus Saputra, Lenny Kusumawati, Diah, Priskila Dian Febriana, Nindya Ayu Pertiwi, Ummu Prawita. Terimakasih atas doa, dukungan, hiburan, yang telah kalian berikan selama empat tahun lebih ini.

  Dikarenakan terbatasnya porsi bagian dalam rangkaian tulisan ini, penulis mohon maaf tidak dapat menyebutkan seluruh nama yang telah berjasa dalam perjalanan hidup maupun dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah S W T membalas segala kebaikan kalian.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari predikat sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis saat ini, untuk itu penulis tetap memohon masukan dan saran kepada pihak-pihak yang ingin dan mau memberikan masukan pada penelitian.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang perpustakaan, informasi, dan dokumentasi.

  Semarang, 17 November 2015 Peneliti Nova Permata Sari NIM. 1304011140141

  DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR BAGAN

  

  DAFTAR GAMBAR

  

  

  DAFTAR TABEL

  

  DAFTAR LAMPIRAN

  

  

ABSTRAK

  Penelitian dengan menggunakan sarana pementasan shadow puppets bertujuan untuk melihat adakah pengaruh pementasan untuk kemampuan baca pada anak. Penelitian ini menggunakan studi eksperimen dan pendekatan analisis kuantitatif. Populasi menggunakan siswa/siswi SDN Ungaran 01 angkatan 2015/2016, kelas

  2. Responden penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (kelompok diberi perlakuan permainan shadow puppets) dan kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan), Masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa.

  Pengambilan sampel menggunakan pengambilan sampel sederhana simple

  

random sampling . Teknik analisis data menggunakan analisis perbedaan. Analisis

  perbedaan menggunakan uji t-test. Hasil simpulan menyebutkan bahwa permainan

  

shadow puppets berpengaruh signifikan terhadap kemampuan baca, berdasarkan

  perhitungan t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 3,974. Harga t hitung (3,977) > t tabel (2,262) dan nilai signifikansi < 0,05. Dengan demikian siswa yang diberi perlakuan shadow puppets (kelompok eksperimen) memiliki kemampuan baca signifikan dibandingkan siswa yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).

  

Kata Kunci: Kemampuan Baca, Shadow Puppets, Eksperimen, Literatur

anak

  

ABSTRACT

This research used shadow puppets performance that has a purpose to see is there

any influence for reading skill in pupils.This research used experimental study

and quantitative analysis approach. The population used elementary pupils of the

year 2015/2016. The respondents of the research consisted of two groups, namely

experiment group (the group who was given the shadow puppets game) and

control group (the one who was not given the shadow puppets). Ech group

consisted of 10 pupils, 5 male pupils and 5 female pupils. The research fetching

used simple random sampling. The technique to analyze the data used diversity

analysis. The diversity analysis used t-test exam. The conclusion result shows that

shadow puppets game influencee the reading skill significantly, based on t-test

calculation that the t reckon value is 3,974. The treckon value (3,977) >t table

(2,262) and the significant value is <0,05. Thus the pupils who were given the

shadow puppets game (experiments group) got better reading skill significantly

compared with the pupils who were not given the shadow puppets (controls

group).

  

Keywords : Reading skill, Shadow puppets, Experiment, Children Literature

BAB I PENDDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kemampuan baca merupakan kemampuan untuk memahami bacaan, dan kelancaran dalam membaca. Hal ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena menyangkut pemahaman mereka tentang isi yang mereka pelajari, kemampuan membaca tidak hanya sekedar dapat membaca namun bagaimana mereka dapat menyerap isi dari bacaan tersebut. Sebagian besar pelajaran yang ada di Indonesia sebenarnya membutuhkan kemampuan baca yang tinggi, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial. Pelajaran tersebut sangat membutuhkan tingkat kemampuan baca yang lebih karena pelajaran ini tidak dapat dipahami begitu saja namun harus memahami kata per kata, kalimat per kalimat agar mudah dipahami oleh siswa, tidak hanya pelajaran namun keterampilan baca juga dapat menarik kecintaan siswa pada buku. Penyebaran informasi dan pesan-pesan dalam dunia modern ini disajikan dalam bentuk tertulis, dan hanya dapat diperoleh melalui membaca. Apabila seseorang tidak mampu membaca sehingga tidak memahami suatu petunjuk atau pengumuman yang tertulis, maka orang tersebut akan ketinggalan, salah

  2 jalan, atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Wulan, 2010: 166).

  Pengembangan kosakata dan kemampuan berbahasa lisan dan kecintaan terhadap buku dan aktivitas membaca adalah kunci terpenting menuju keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan membaca (Slavin, 2014: 22). Kemampuan membaca harus dilatih sejak sedini mungkin, dan perpustakaan dalam hal ini berperan aktif dalam melatih kemampuan membaca yang dimiliki oleh para siswa, sehingga saat di kelas siswa dapat memanfaatkan kemampuan membaca mereka dengan maksimal. Kemampuan baca erat hubungannya dengan minat baca.

  

Hasil survei UNESCO menunjukkan bahwa Indonesia masih jadi negara

dengan minat baca masyarakat paling rendah di ASEAN. Pada tahun 2012,

UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia 0,001. Artinya dalam

setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Hal ini

sangat mengkhawatirkan dalam dunia pendidikan. Satuan pendidikan

  membina pembudayaan kegemaran membaca peserta didik dengan memanfaatkan perpustakaan (Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007).

  Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

  Melihat begitu pentingnya tujuan perpustakaan yaitu guna memenuhi kebutuhan pendidikan dalam meningkatkan kemampuan baca siswa, peneliti akan mengadakan penelitian eksperimen di perpustakaan sekolah. Anak-anak memiliki cara penerapan yang berbeda, dalam hal penerapan kemampuan baca peneliti menggunakan permainan shadow puppets sebagai media sarana penerapan kemampuan baca.

  

Shadow puppets atau wayang boneka merupakan permainan yang tak asing di

  Indonesia, kemunculan wayang di Indonesia sudah sejak tahun 400 Masehi bahkan ada yang menyebutkan 3000 tahun sebelum Masehi. Zaman prasejarah Indonesia (sebelum 400 Masehi) setidaknya sudah ada upacara religi asli untuk menghubungkan nenek moyang mereka melalui boneka (Sumardjo, 2004: 25). Kini wayang dipergunakan sebagai media hiburan dan kebudayaan di Indonesia. Shadow puppets tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi banyak juga negara ASEAN yang memainkannya.

  

“Puppet show is a popular form of entertainment and education throughout

the world, used to teach morals and values to the audience in traditional

societies. The shadow puppet theatre performances in Malaysia were playing

mainly in north and east coast of Malaysia” (Dolhalit, 2013 : 23).

  Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa tidak hanya di Indonesia yang memiliki wayang boneka atau golek. Malaysia menjadi salah satu negara yang memainkan wayang sebagai media hiburan dan pendidikan. Peneliti menggunakan media shadow puppets atau wayang boneka ini karena wayang boneka memiliki hal yang menarik, anak wajib memahami karakter dan ide cerita yang akan ditampilkan, hal ini dapat mengasah kemampuan membaca anak, dimana anak harus memahami isi dan alur cerita dan memahami karakter yang akan diperankan. Dalam prosesnya, siswa-siswi akan secara tidak sadar akan meningkatkan minat baca tentang cerita yang dimainkan.

  4 Peneliti tertarik melakukan penelitian di SDN Ungaran 01 karena di perpustakaan sekolah ini belum memiliki media permainan atau layanan khusus guna melatih kemampuan membaca. Perpustakaan SDN Ungaran 01 di tahun 2014 pernah mendapat juara 4 dalam mengikuti lomba perpustakaan tingkat Karisidenan. Dengan prestasi yang dimiliki perpustakaan SDN Ungaran 01, untuk itu sudah seharusnya memiliki layanan khusus guna melatih kemampuan membaca siswa-siswi. Ini yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian di Perpustakaan SDN Ungaran 01. Peneliti memilih menggunakan metode eksperimen karena metode ini memiliki kelompok kontrol yang mampu mengontrol variabel bebas dan subjek penelitian, dan metode eksperimen dapat membandingkan secara jelas perbedaan setelah dan sebelum diberi treatment

  Berdasarkan alasan di atas, penulis untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pementasan Shadow puppets terhadap Kemampuan Baca Studi Eksperimen di SDN Ungaran 01 ”.

1.2 Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

  1. Sejauh mana narasi dari permainan shadow puppets terhadap kemampuan baca pada siswa di SDN Ungaran 01?

  2. Sejauh mana visualisasi dari permainan shadow puppets terhadap kemampuan baca pada siswa di SDN Ungaran 01?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan, tujuannya :

  1. Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh visualisasi dalam yang terdapat pada shadow puppets dalam meningkatkan kemampuan baca.

  2. Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh narasi yang terdapat pada shadow puppets dalam meningkatkan kemampuan baca

  1.4 Manfaatn Penelitian

  Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah :

  a. Manfaat Teoritis Kemampuan membaca merupakan kunci dari keberhasilan karena memiliki kemampuan membaca mempermudah seseorang untuk memahami jenis dan bentuk bacaan, serta untuk dunia pendidikan para siswa akan dengan mudah memahami dan mempelajari ilmu yang diberikan di sekolah.

  b. Manfaat Praktis Permainan shadow puppets merupakan hal yang dapat diterapkan disekolah dan dapat berkelanjutan untuk dapat melatih kemampuan baca anak, karena lewat permainan anak akan merasa senang dan lebih mudah untuk memahami tujuan pelatihan kemampuan membaca. Peneliti mendapatkan pengetahuan tentang penerepan teori yang diperoleh selama perkuliahan dan praktik di lapangan.

  6

  1.5 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Perpustakaan Sekolah SD Ungaran 01.

  Alamat : Jalan Diponegoro Nomor 4, Kecamatan Ungaran. Waktu : Desember 2014 - Juli 2015.

  1.6 Hipotesis Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Hipotesis juga diartikan sebagai jawaban sementara

  penelitian, dan dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian. Hipotesis ada 2 (dua) jenis, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis kerja (H1). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan variabel independen (x) dan variabel dependen (y). Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel dependen (x) dan variabel independen (y).

  Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: H0: Permainan shadow puppets tidak berpengaruh kemampuan baca anak.

  H1: Permainan shadow puppets berpengaruh terhadap kemampuan baca anak.

1.7 Kerangka Penelitian

  

Gambar 1

Kerangka Pikir Penelitian

Menentukan perpustakaan sekolah belum mempunyai layanan permainan shadow puppets

  Screening : Tes

  Tahap Persiapan kelancaran membaca penelitian

  Alat ukur tes Kemampuan baca

  Treatment

  eksperimen Narasi Visualisasi

  Analisis Data

  1.Pengujian hipotesis

  Dengan Kuantitatif

  2.Uji beda (analisis perbedaan)

  Adanya Tidak ada pengaruh pengaruh Sumber: Diolah oleh peneliti ,Juni 2015. Peneliti mencari sekolah yang belum memiliki layanan permainan sebagai media pelatihan kemampuan baca, peneliti memilih SDN Ungaran 01. Setelah itu peneliti melakukan tahapan penelitian yaitu berupa screening menentukan subjek yang akan diberikan perlakuan, subjek tersebut harus memiliki syarat

  8 yaitu mampu membaca dengan lancar. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah kemampuan baca, yaitu kemampuan subjek dalam teknik tidak sekedar membaca namun juga dapat memahami isi bacaan.

  Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok uji. Kelompok uji adalah kelompok yang nantinya akan diberikan treatment, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan treatment. Setelah peneliti membagi subjek ke dalam dua kelompok, peneliti kemudian menganalisis hasil data dari uji eksperimen tersebut.

1.8 Batasan Istilah

  Batasan istilah dalam penelitian ini adalah mencakup berbagai hal, yaitu:

  1.8.1 Shadow Puppets, adalah permainan boneka yang diproyeksikan bayang- bayangnya diatas layar dengan sebuah penerangan (obor, blencong) (Sumardjo, 2004: 25).

   Shadow puppets atau boneka bayang-bayang adalah permainan dengan

  teknik pendalangan namun memiliki komponen yang berbeda dengan wayang kulit tradisional (Puspitasari, 2012: 3).

  Boneka bayang-bayang digunakan sebagai media pembelajaran sekaligus meningkatkan kemampuan baca pada siswa-siswi. Permainan shadow

  

puppets yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah permainan

  boneka dengan cara diproyeksikan sehingga muncul bayangan boneka untuk selanjutnya dipertunjukan kepada siswa-siswi SDN Ungaran 01 .

  1.8.2 Kemampuan baca, adalah kemampuan memahami, menelaah, dan kelancaran membaca (Slavin, 2014: 169). Kemampuan baca yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan baca siswa-siswi SDN Ungaran 01 terkait dengan pengaruh permainan shadow puppets. Kemampuan baca siswa-siswi SDN Ungaran 01 ini akan dikaitkan dengan permainan

  shadow puppets. Apakah terdapat pengaruh antara kemampuan baca siswa-siswi SDN Ungaran 01 dengan permainan shadow puppets.

  10

BAB II TINJAUAN LITERATUR Tinjauan literatur berisi uraian mengenai teori yang melatar belakangi seluruh

  kegiatan penelitian yang dilakukan dan membantu untuk dapat menganalisis hasil penelitian sehingga mampu menjawab permasalahan serta menggambarkan suatu fenomena.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Literatur Anak

  Literatur anak memiliki perbedaan dengan literatur dewasa pada umumnya, literatur anak memiliki jenis yang lebih menghibur, berwarna, dan memiliki cerita yang lebih menarik agar anak lebih tertarik untuk membacanya. Literatur anak berupa fiksi biasanya memiliki cerita yang membawa mereka untuk bermain dalam imajiasi dan emosi, anak

  • –anak akan dibawa ke delam cerita yang penuh warna dan imajinatif. Menurut Hasanah (2013: 99), “Pada taraf anak, baru dapat berpikir secara sistematis terhadap hal atau objek konkret, secara perkembangan tersebut buku cerita secara potensial berisi pesan moral dan persoalan yang dikonkretkan melalui peran – peran yang dimainkan oleh tokoh cerita”.

  Lewat cerita

  • –cerita yang penuh fantasi, literatur anak bercerita tentang kehidupan, yang dikemas melalui fantasi
  • –fantasi yang diciptakan sehingga cerita yang disampaikan akan lebih menyenangkan bagi anak. Gambaran tentang masing- masing karakter akan lebih kuat, dan digambarkan selucu mungkin sehingga anak tertarik un tuk terus mengikuti alur cerita. “Sastra anak
dapat berkisah apa saja bahkan tidak masuk akal bagi orang dewasa, misalnya kisah binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir, dan berperasaan layaknya manusia”.(Nurgiyantoro, 2004:109) Di perpustakaan jenis literatur atau sastra khusus anak dibedakan dari kategori jenis literatur umum, untuk memberikan kemudahan bagi anak untuk dapat mengakses koleksi tersebut. Bahkan di perpustakaan disediakan khusus ruang baca anak yang menyimpan koleksi fiksi anak. Pelayanan yang berbeda ini dimaksudkan agar anak nyaman saat membaca, dan diharapkan agar anak terhibur dan memiliki rasa senang, dan mengajak anak untuk mau membaca.

  Sehingga Perpustakaan harus memiliki koleksi yang dikhususkan untuk anak, dan memberikan ruang tersendiri bagi anak.

  “Menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, akan membuat anak- anak betah berada pada ruangan untuk membaca dan tujuan ruangan baca dalam menumbuhkan minat baca terhadap anak akan tercapai dengan sendirinya” (Yunaldi 2012:207). Perpustakaan dapat memanfaatkan literatur anak, untuk menarik minat baca pada anak, jika minat baca sudah tumbuh sedari dini maka perpustakaan akan dengan ketingkat selanjutnya yaitu mengajarkan anak untuk memahami bacaan agar anak dapat menyaring informasi yang ada pada koleksi.

2.1.2 Membaca dan Perpustakaan Sekolah

  Membaca merupakan aktivitas mengamati, mengingat-ngingat serta menelaah kalimat dan maknanya ke dalam pikiran. Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-

  12 pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat (Soedarso, 2004: 4). Membaca merupakan kegiatan yang biasa dilakukan di perpustakaan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah anak-anak sekolah yang membaca buku di perpustakaan. Menurut Undang- undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007, Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan tidak hanya sebagai tempat untuk mencari ilmu tentang pelajaran sekolah, akan tetapi bisa juga ilmu yang berhubungan dengan dunia secara luas dan tanpa batas.

  Perpustakaan sangat bermanfaat bagi penunjang pendidikan. Hal ini juga yang diterapkan di SDN Ungaran 01 dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan melibatkan perpustakaan sebagai pusat dan sumber informasi pelajaran siswa-siswi. Perpustakaan dilibatkan dalam hal peningkatan mutu yaitu dengan memotivasi siswanya untuk lebih banyak membaca di perpustakaan sekolah. Membaca dan perpustakaan merupakan dua hal yang berhubungan satu sama lain. Perpustakaan tanpa adanya aktivitas membaca akan terasa sia-sia dan kehilangan tujuan dari didirikannya perpustakaan, dan begitu juga membaca tanpa adanya perpustakaan akan sulit mendapatan literatur yang beragam.

  Membaca merupakan alternatif pelajaran yang dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi, peradaban yang semakin maju dan kebutuhan informasi yang semakin tinggi menuntut agar semua orang mau membaca buku agar tidak tertinggal dalam informasi. Ahmadi (2010:2) menyatakan bahwa

  “Membaca merupakan kunci pengetahuan dan perangkat penting menuju kemajuan dan kesuksesan, tidak terkecuali bagi sebuah negara.” Menurut UNICEF tingkat membaca di Indonesia masih tergolong sangat rendah, hal ini dilihat dari kurangnya minat masyarakat dalam membaca sebuah buku, dapat disimpulkan bahwa tidak semua orang memiliki kegemaran membaca karena membaca masih dianggap kegemaran bukan kebutuhan untuk mendapatkan sebuah informasi.

  Membaca akan menjadi sebuah kegiatan yang menarik dan akan disukai anak apabila mereka tau tentang hakikat membaca, manfaat, serta teknik membaca. Hakikat tersebut wajib ditanamkan sejak dini khususnya melalui lembaga sekolah, sekolah dituntut untuk memiliki perpustakaan yang baik yang memiliki koleksi yang tergolong lengkap sehingga anak

  • –anak tergugah menyisakan waktu mereka untuk membaca. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi perpustakaan. Menurut Lasa ( 2007: 13), fungsi perpustakaan yaitu: 1) Media pendidikan. 2) Tempat belajar 3) Penelitian sederhana. 4) Pemanfaatan teknologi informasi 5) Kelas alternatif. 6) Sumber informasi. Perpustakaan sekolah dinilai sangat penting hadir di sekolah, sebagai bagian

  dari tempat pengajaran yang tidak mengkotak

  • –kotakan mata pelajaran, dimana para siswa dapat mempelajari seluruh mata pelajaran dan mendapatkan informasi
Perpustakaan sekolah di era ini tidak lagi sebagai tempat yang memiliki layanan membaca saja, namun perpustakaan sekolah sudah dituntut untuk ikut serta dalam kemajuan prestasi anak- anak.

  “Perpustakaan sekolah tidak hanya menyediakan bahan pustaka, tetapi perpustakaan sekolah harus mampu membina pemustaka agar gemar membaca agar mempermudah cara belajar siswa, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan intelektual, kecerdasan, emosional dan kejiwaan siswa” (Murtiningsih,2013:3). Membaca dan perpustakaan sekolah memiliki kaitan yang sangat erat, dimana perpustakaan sekolah dituntut untuk dapat membangkitkan gemar membaca, peran perpustakaan sekolah tidak hanya dituntut untuk membangkitkan gemar membaca, namun juga memiliki peran untuk menuntun peserta didik untuk dapat mengambil informasi dari koleksi yang dibaca oleh peserta didik.

  14 yang mereka butuhkan. Menurut Arsidi (2014 : 146), “Perpustakaan sekolah menjadi kebutuhan mutlak sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi, untuk memperluas wawasan, dan mengembangkan daya kreatifitas intelektual peserta didik”.

  Menurut Arsidi (2014:149), “Perpustakaan yang baik tentunya dapat memberikan pelatihan kepada peserta didik cara

  • –cara mencari dan menemukan informasi yang ada di perpustakaan yang hasilnya akan memberikan manfaat bagi peserta didik, mereka akan mendapatkan keterampilan menemukan, menyaring dan menilai informasi. kemampuan mereka menyaring kesimpulan yang tepat akan menjadikan informasi yang diperoleh menjadi tepat”.
Perpustakaan sekolah memiliki tujuan yang nyata, menurut Sutarno (2006:35) yaitu:

  1) Dapat mengikuti peristiwa dan perkembangan dunia terakhir melalui sumber bacaan mutakhir. 2) Secara tidak langsung memberikan pengajaran dan pendidikan. 3) Memberikan rujukan dalam menyelesaikan tugas, menulis, meneliti dan sebagainya bagi siswa dan para pengguna perpustakaan lain.

  Perpustakaan sekolah memiliki manfaat yang penting, yang dapat meningkatkan membaca pada anak, menurut Ibrahim (2001 : 5) manfaat perpustakaan, adalah : 1) Perpustakaan dapat menimbulkan rasa cinta siswa terhadap membaca.

  2) Perpustakaan dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. 3) Dapat menanamkan kebiasaan mandiri yang akhirnya siswa dapat belajar secara mandiri.

  4) Perpustakaan dapat mempercepat teknik membaca 5) Membantu pengembangan kecakapan berbahasa. 6) Melatih siswa kearah tanggung jawab.

7) Dapat memperlancar siswa dalam tugas – tugasnya.

  8) Membantu siswa dan guru sumber pengajaran. 9) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.3 Kemampuan Baca

  Anak memiliki berbagai potensi yang dapat dan perlu dikembangkan, terutama potensi “ingin tahu”. Untuk mengembangkan berbagai macam potensi, anak memerlukan suatu media yang mendorong untuk potensi itu berkembang. Salah satu media yang dibutuhkan adalah buku. Raharjo dalam Kawuryan (2012: 10) menyatakan bahwa berdasarkan hasil identifikasi ketidak mampuan belajar (learning

  disability) pada anak sekolah dasar, sebagian dari anak-anak sekolah dasar

  masih mengalami kesulitan membaca (disleksia) pada tataran kelas 4 dan

  16 kelas 5. Cara mengatasi masalah ini dapat dengan cara memberikan motivasi agar anak mampu membaca.

  “An individual’s attitude towards

  books and reading plays a significant role in education and in personal development, especially when it comes to children

  “( Vilar, 2015: 3 ).

  Menurut Vilar, sikap individu terhadap buku dan membaca memainkan peran penting dalam dunia pendidikan dan dalam pengembangan pribadi masing-masing anak, terutama ketika datang ke anak-anak adalah waktu yang paling penting untuk mengenalkan dunia membaca.

  “Anak memerlukan membaca buku untuk mendorong potensi dalam dirinya berkembang. Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-i ngat” (Soedarso, 2004: 4).

  Membaca dapat diartikan pula sebagai keterampilan dasar dalam kehidupan. Bagi anak-anak membaca menjadi kunci sukses untuk mengkiuti pendidikan di sekolah. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca dengan baik memiliki peluang meraih pendidikan yang lebih tinggi dan tentunya untuk meningkatkan potensi diri anak. Gemar membaca merupakan kemampuan untuk memahami dan mengerti isi teks tertulis serta menerapkan dalam praktek.

  

“Though reading comprehension is primary outcome for literacy programs, it is

not always proficiently developed as a result of design features (Snow dalam

  Ortlieb, 2002: 92). Berdasarkan pendapat tersebut yaitu meskipun pemahaman

  

membaca adalah hasil utama untuk program keaksaraan, itu tidak selalu mahir

dikembangkan sebagai hasil fitur desain . Membaca buku sangat diperlukan bagi anak-anak untuk mengenalkan berbagai hal pada mereka. Terdapat 3 (tiga) teori dalam membaca yaitu teori psikologis, teori kognitif, dan teori linguistik (Deswita, 2013: 3). Di dalam teori psikologis terdapat model behavior yang berkaitan dengan proses membaca. Menurut teori ini bahwa semua proses membaca dengan mengecam huruf yang diikuiti dengan perkataan. Perlu juga mendapatkan makna dari perkata secara otomatis setelah mahir membaca.

  Selanjutnya adalah teori kognitif, yaitu menganggap membaca sebagai suatu pengumpulan, memproses serta menggunakan maklumat dan tidak hanya bertindak balasan. Teori linguistik yaitu menganggap membaca merupakan proses mendapatkan makna pada tahap pendalaman.

  Jenis-jenis membaca menurut Jayanti (2013:75) meliputi membaca cepat, membaca sekilas, membaca memindai, membaca intensif, membaca ekstensif.

  Membaca intensif meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca krits, membaca ide, membaca bahasa asing, dan membaca sastra. Membaca ekstensif terbagi mejadi tiga, yaitu membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Membaca yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah membaca kritis. menurut Burn (1996: 278) mengemukakan bahwa

  “membaca kritis adalah mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, dan kesesuaian

  ”. Jenis membaca cepat atau yang disebut dengan ekstensif, menurut Haryadi

  (2006:31) membaca cepat memiliki tujuan dan tuntutan untuk memahami isi yang

  18 penting dengan cepat, sehingga membaca dengan efektif akan terlaksana. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam membaca cepat yaitu cepat dan tepat.

  Membaca erat kaitannya dengan minat baca. Rahim (2005: 28) mengemukakan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca. Kaitan dengan penelitian ini adalah minat baca pada siswa-siswi. Perlu adanya sebuah keinginan dan ketertarikan pada sebuah bacaan.

  “Minat baca seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu, yaitu meliputi pembawaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keadaan kesehatan, dan keadaan jiwa serta kebiasaan. Faktor eksternal adalah faktor yang berada dari luar individu yaitu keadaan yang memberikan dan membentuk minat. Faktor dari luar ini meliputi buku atau bahan bacaan, ke butuhan anak, faktor lingkungan” (Harris dan Sipay dalam Mujiati, 2001: 24).

  Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa faktor minat baca meliputi faktor dari dalam dan luar. Kaitan dengan penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SD, faktor dari luar sangat mempengaruhi. Faktor ini meliputi bahan bacaan, kebutuhan anak, dan faktor lingkungan. Kebutuhan anak inilah yang menjadi perhatian utama. Pada siswa-siswi SD yang masih kategori anak-anak, belajar dan bermain merupakan sebuah kebutuhan penting. Belajar dan bermain merupakan poin penting dalam penelitian ini. Kaitan dengan penelitian ini yaitu cara meningkatkan kemampuan baca yang merupakan bagian dari belajar dengan

  shadow puppets .

  Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku yang dibaca anak. Minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Rahim, 2007: 28).

  Kemampuan membaca bukan karena ada faktor eksternal sebagai pendorong untuk membaca, melainkan karena ada faktor internal sebagai pendorong untuk membaca. Faktor internal itu ialah keinginan untuk mendapat pengalaman yang mengasyikkan dari kegiatan membaca, dimana menumbuhkan minat baca penting untuk meningkatkan kemampuan baca. Prastowo (2012: 378) menyatakan ada beberapa alasan mengapa kita perlu menumbuhkan minat baca pada anak. Alasan-alasan tersebut adalah:

  1) Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca. 2) Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. 3) Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal dan membuat belajar lebih mudah. 4) Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak. 5) Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang. 6) Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan 7) Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka.

  Meningkatkan minat baca mau tidak mau kini sudah sangat diperlukan. Keadaan dunia yang semakin mengglobal secara tidak langsung telah memaksa kita untuk mempertajam pengamatan kita terhadap informasi-informasi yang

  20 beredar. Selain itu, keadaan ini juga telah menuntut kita untuk memperbaiki kualitas diri. Salah satu kunci untuk mencapai beberapa poin tersebut adalah dengan membaca.

  Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS) pada tahun 2012 dijelaskan bahwa sebanyak 91,68% penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar 17,66 persen yang menyukai membaca dari berbagai sumber seperti surat kabar, buku atau majalah. Kurangnya minat baca yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia seharusnya mendorong pihak-pihak yang terkait untuk sesegera mungkin memfasilitasi dan menganalisis apa saja yang menjadi penyebab hal tersebut. Dalam hal ini, tentu sangat diperlukan kerjasama antara penulis, penerbit, dan pemerintah dalam pengadaan sumber bacaan.

  Pertama, penulis diperlukan karena merekalah para pengarang dan pencari sumber informasi yang mempu menuangkan ide-ide dan pengetahuan untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Kedua, penerbit diperlukan untuk memfasilitasi para penulis dalam mempublikasikan karya-karya mereka. Karena, sulit bila seorang penulis harus mencetak dan menerbitkan karyanya sendiri kecuali dengan dana yang sangat besar. Ketiga, peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan subsidi buku, terutama buku-buku pelajaran yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa. Hal ini akan lebih baik jika pemerintah memberikan anggaran khusus bagi pemuliaan perpustakaan, karena perpustakaan dapat dijangkau oleh siapa saja dan tentunya lebih efisien bagi mereka yang memiliki dana minim untuk membeli buku. Dengan adanya dukungan untuk meningkatkan minat baca secara langsung anak akan meningkatkan kemampuan bacanya.

  Widjayanti (2012: 61) menyatakan bahwa kreatifitas itu betul tidak bisa muncul dengan sendirinya, ada sesuatu yang memicu meskipun kadang tanpa disadari. Jelasnya kreatifitas itu ya memang harus dibangun atau diciptakan dan ditumbuh kembangkan terus menerus. Caranya dari berbagai referensi yang dibaca. Sehingga kegiatan kemampuan membaca harus didukung dari minat baca yang dimiliki oleh siswa, jika siswa sudah tertarik dalam membaca maka tidak sulit untuk meningkatkan kemampuan bacanya. Hal ini yang membuat kemampuan membaca sangat penting dimiliki oleh anak sejak dini.

2.1.4 Shadow Puppets

  Shadow puppets merupakan permainan yang berbentuk sebagai

  pewayangan, seiring berjalannya waktu shadow puppets atau yang biasa disebut wayang kulit ini digunakan oleh kalangan luar negeri sebagai permainan yang bisa dimainkan oleh anak-anak.

  “Shadow play has been around in many parts of Asia since ancient times in various cultures and languages. Shadow Play (or Wayang Kulit in Malay) is one of the most ancient shadow play theatres in Malaysia and one of the well-known traditional storytelling methods Puppet show is a popular form of entertainment and education throughout the world, used to teach morals and values to the audience in traditional societies”.

  (Dolhalit, 2013: 1) Menurut Nakamura (2007: 3), Indonesian Wayang Kulit combines leather

  

shadow puppets, narration, humor and music to create a highly entertaining

  22

  

performance that lasts several hours . Indonesia Wayang Kulit menggabungkan

wayang kulit, narasi, humor dan musik untuk menciptakan kinerja yang sangat

menghibur yang berlangsung beberapa jam.

  jenis sastra tradisional yang masih “Cerita wayang merupakan salah satu popular dan memasyarakat hingga kini. Cerita wayang disebut sebagai sastra atau cerita tradisional karena telah amat lama menjadi milik bangsa dan mewaris secara turun-temurun kepada tiap generasi terutama secara lisan

  2)

  khususnya pada masyarakat Jawa”. (Nurgiyantoro, 2011: Cerita yang dipagelarkan dengan menggunakan shadow puppets ini bukanlah cerita wayang namun cerita anak yang disesuaikan oleh kegemaran anak-anak. In wayang authoring children are able to compose a story by using

  

digital puppets, save, and share it (Dolhalit dkk, 2013: 28). Wayang anak dapat

  ditulis dengan menggunakan boneka digital, menyimpan, dan membaginya atau memainkannya. Sekarang ini media rakyat dipakai dalam bentuk seperti teater, drama, dan pedalangan atau pewayangan dalam pendidikan (Arif dan Napitulu dalam Wahyu Puspitasari, 2012: 14). Menurut Rasyid dalam Wahyu Puspitasari (2012: 15) mendefinisikan boneka bayang-bayang (shadow puppets) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut.

  Tujuan shadow puppets menurut Nakamura dan Hobart, There are two

  

types of Balinese Wayang Kulit performances, day performances (wayang lemah)

and night performances (wayang peteng) (Hobart 24), that are different in style

and serve different religious purposes (Nakamura, 2007: 4). Menurut Nakamura

  terdapat dua jenis Bali Wayang Kulit pertunjukan, pertunjukan hari (Wayang

  

Lemah) dan malam pertunjukan (Wayang Peteng) (Hobart 24), yang berbeda

dalam gaya dan melayani tujuan agama yang berbeda.

  Semula wayang dipentaskan pada waktu malam hari dengan

  menggunakan penerangan yang disebut “blencong”. Cahaya blencong itu menimpa gambar yang ada di depan kelir (layar) sehingga menghasilkan bayangan di atas layar. Bayangan itulah yang disebut dengan wayang atau pertunjukan”. (Paramita dalam Sukirno, 2009: 19- 20).

  Penggunaan shadow puppets dalam pembelajaran bercerita memiliki kelebihan tersendiri. Shadow puppets memberikan visualisasi yang imajinatif sehingga siswa lebih termotivasi. Permainan ini akan mengangkat cerita sesuai buku yang ada di perpustakaan, sehingga akan anak-anak yang merasa tertarik dengan cerita tersebut maka akan meminjam langsung ke perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat melakukan promosi secara langsung tentang buku-buku yang di simpan di perpustakaan.

  Permainan akan dimainkan oleh beberapa orang siswa dan siswa lainnya akan melihat pertunjukan tersebut, permainan ini harus memiliki kemampuan membaca yang baik agar bisa memainkan peran yang akan diperankan, permainan ini juga harus memiliki daya imajinasi agar dapat menjiwai peran. Secara tidak langsung permainan ini dapat melatih kemampuan anak dalam berinteraksi, menjiwai cerita serta memiliki imajinasi. Permainan ini tidak hanya dapat meningkatkan minat baca namun juga kemampuan yang lain. Permainan shadow

  

puppets ini tidak memerlukan bahan khusus atau bahan yang susah dicari namun

  permainan ini dapat menggunakan bahan yang sudah tidak terpakai seperti koran dan lain sebagainya. Permainan shadow puppets ini dipentaskan oleh dalang.