PENGARUH MINAT BACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN DABIN III DIRGANTARA DEMAK

(1)

i

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yessy Tiya Andriani 1401412388

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

PENGARUH MINAT BACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

SISWA KELAS IV SDN DABIN III DIRGANTARA

DEMAK


(2)

ii

nama : Yessy Tiya Andriani

NIM : 1401412388

Jurusan/ Program Studi : FIP/ PGSD

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Dabin

III Dirgantara Demak” ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Yessy Tiya Andriani NIM 1401412388 berjudul “Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

Kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak” telah disetujui oleh pembimbing untuk

diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jumat

tanggal : 29 Juli 2016

Semarang, 29 Juli 2016

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Trimurtini, S.Pd., M.Pd. Drs. Isa Ansori, M.Pd.

NIP.198105102006042002 NIP.196008201987031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Drs. Isa Ansori, M.Pd. NIP.196008201987031003


(4)

iv

Kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak” ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada:

hari : Jumat

tanggal : 19 Agustus 2016

Semarang, 19 Agustus 2016

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd.

NIP 195604271986031001 NIP 197701262008121003

Penguji Utama,

Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd. NIP 195604051981032001

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Trimurtini, S.Pd., M.Pd. Drs. Isa Ansori, M.Pd.


(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Belajar membaca bagaikan menyalakan api, setiap suku kata yang di eja akan menjadi percik yang menerangi” (Victor Hugo)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur pada Allah SWT dan tak lupa sholawat serta salam untuk

Nabi besar Muhammad SAW, kupersembahkan karya ini untuk: Pardji dan Siti Nyuntatik (Kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa mendoakanku)


(6)

vi

menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Dr. H. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang Rektor yang telah memberikan kesempatan studi kepada penulis di kampus konservasi UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.,Dekan Fakultas Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah menguji skripsi ini dan memberikan masukan yang membangun.

5. Trimurtini, S.Pd., M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan dengan lancar.

6. Drs. Isa Ansori, M. Pd., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan dengan lancar.

7. Eri Supraptini, S.Pd., M.Pd., Kepala UPTD Karanganyar Demak, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Kepala Sekolah SDN Dabin III Dirgantara Demak yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya.


(7)

vii

Dalam menyusun skripsi ini peneliti menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, Juli 2016


(8)

viii

Dabin III Dirgantara Demak. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Trimurtini, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II Drs. Isa Ansori, M.Pd.

Minat baca dan penguasaan kosakata merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada kelas tinggi belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya minat baca siswa dikarenakan kurangnya kesadaran siswa untuk membaca, selain itu penguasaan kosakata siswa yang masih kurang dikarenakan kurangnya kemampuan siswa yang dalam mengartikan kata-kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) adanya pengaruh yang positif dan signifikan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman, (2) adanya pengaruh yang positif dan signifikan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman, (3)adanya pengaruh yang positif dan signifikan minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif.. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak . Teknik pengambilan sampel menggunakanProportional Random Sampling dengan jumlah sampel yang digunakan 92 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket dan tes. Uji instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman dengan nilai thitung =5,266 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 dengan kontribusi sebesar

23,71%, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman dengan nilai thitung =7,429 dengan

signifikansi 0,000 <0,05 dengan kontribusi sebesar 37,45%, (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman denilai Fhitung sebesar 173,099 dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 dengan kontribusi sebesar 79,1%.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dalam pembelajaran membaca. Bagi guru hendaknya dapat membangkitkan dan membiasakan minat baca siswa baik di sekolah maupun luar sekolah. Bagi orang tua hendaknya membiasakan budaya membaca sejak dini. Bagi siswa minat baca dapat ditingkatkan untuk menambah wawasan. Bagi penelitian selanjutnya agar menyertakan variabel-variabel lain selain variabel dalam penelitian ini.

Kata Kunci: kemampuan membaca pemahaman , minat baca, penguasaan kosakata


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

HALAMAN SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 11

2.1.1 Kemampuan Membaca Pemahaman ... 11

2.1.1.1 Hakikat Membaca ... 11

2.1.1.2 Tujuan Membaca ... 12

2.1.1.3 Jenis-Jenis Membaca ... 14

2.1.1.4 Membaca Pemahaman ... 17

2.1.1.5 Tujuan Membaca Pemahaman ... 18

2.1.1.6 Teknik Membaca Pemahaman ... 19

2.1.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman ... 21

2.1.1.8 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman ... 23


(10)

x

2.1.3.1 Pengertian Penguasaan Kosakata ... 32

2.1.3.2 Pengukuran Penguasaan Kosakata ... 34

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Kosakata yang Diteskan ... 37

2.1.4 Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar ... 38

2.2 Kajian Empiris ... 40

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 46

3.2 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 47

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

3.3.1 Populasi Penelitian ... 48

3.3.2 Sampel Penelitian ... 48

3.4 Variabel Penelitian ... 49

3.5 Definisi Operasional ... 50

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.7 Instrumen Penelitian ... 52

3.7.1 Minat Baca ... 52

3.7.2 Penguasaan Kosakata ... 54

3.7.3 Kemampuan Membaca Pemahaman ... 54

3.8 Uji Instrumen ... 55

3.8.1 Validitas ... 56

3.8.2 Reliabilitas ... 57

3.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 59

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 59


(11)

xi

3.9.3 Uji Hipotesis ... 64

3.9.4 Analisis Regresi Berganda ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 68

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 68

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.1.2.1 Variabel Minat Baca ... 69

4.1.2.2 Variabel Penguasaan Kosakata ... 72

4.1.2.3 Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ... 74

4.1.3 Uji Prasyarat Analisis ... 77

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 77

4.1.3.2 Uji Linearitas ... 77

4.1.3.3 Uji Multikolinieritas ... 79

4.1.4 Uji Hipotesis ... 80

4.1.4.1 Uji Parsial (Uji t) ... 80

4.1.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 81

4.1.4.3 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 82

4.1.4.4 Koefisien Determinasi Simultan (R2)... 84

4.1.5 Analisis Regresi Berganda... 84

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Pengaruh Minat Baca terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman 87 4.2.2 Pengaruh Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman ... 89

4.2.3 Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman ... 91

4.2.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 93

4.2.4.1 Implikasi Teoretis... 93

4.2.4.2 Implikasi Praktis ... 93

4.2.4.3 Implikasi Pedagogik ... 94

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 95


(12)

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 47

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 49

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Item Instrumen... 53

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Minat Baca ... 53

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penguasaan Kosakata ... 54

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman ... 55

Tabel 3.7 Kategori Minat Baca ... 61

Tabel 3.8 Kategorisasi Penguasaan Kosakata dan Kemampuan Membaca Pemahaman ... 61

Tabel 4.1Output SPSS Statistik Deskriptif Minat Baca ... 69

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Minat Baca ... 71

Tabel 4.3 Kategori Minat Baca ... 71

Tabel 4.4 Output SPSS Statistik Deskriptif Penguasaan Kosakata ... 72

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Penguasaan Kosakata ... 73

Tabel 4.6 Kategori Penguasaan Kosakata ... 74

Tabel 4.7 Output SPSS Statistik Deskriptif Kemampuan Membaca Pemahaman ... 75

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Pemahaman ... 76

Tabel 4.9 Kategori Kemampuan Membaca Pemahaman ... 76

Tabel 4.10 Output SPSS Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 77

Tabel 4.11 Output SPSS Uji Linieritas Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman ... 78

Tabel 4.12 Output SPSS Uji Linieritas Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Membaca Pemahaman ... 78

Tabel 4.13 Output SPSS Uji Multikolinieritas ... 79


(14)

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 44 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 46


(16)

xvi

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas Reliabilitas ... 124

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 130

Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 132

Lampiran 5 Data Mentah Hasil Penelitian ... 152

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Deskriptif ... 164

Lampiran 7Hasil Uji Normalitas, Uji Linieritas dan Uji Multikolinieritas Data Penelitian ... 168

Lampiran 8 Hasil Uji Analisis Akhir ... 174

Lampiran 9 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ... 179

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian... 180

Lampiran 11 Surat Keterangan Uji Coba Instrumen... 188

Lampiran 12 Surat Penelitian ... 189


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencangkup empat kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Masing-masing aspek tersebut kemudian dijabarkan lagi di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sesuai dengan hal itu, menurut Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SD/MI/Paket A salah satu standar kelulusan siswa adalah siswa mampu menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Dengan demikian membaca merupakan salah satu dasar lulusan untuk siswa SD atau sederajat yang begitu penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya.

Budaya membaca harus ditanamkan sejak dini karena dengan membaca seseorang dapat memperoleh banyak ilmu dan wawasan. Sesuai dengan pendapat Rahim (2011: 1) yang menyatakan bahwa manfaat membaca di antaranya membuat seseorang memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup di masa mendatang. Hal ini dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang salah satunya bergantung pada aktavitas membacanya.


(18)

Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan membaca ialah kemampuan seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut dengan kemampuan membaca pemahaman. Menurut Rubin (dalam Somadayo: 2011: 7) membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencangkup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Seorang dikatakan memahami bacaan apabila ia mampu menangkap arti kata yang digunakan penulis, mampu menangkap makna tersurat dan tersirat serta mampu membuat simpulan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2011: 16-19), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman adalah (1) faktor fisiologis, (2) faktor intelektual (3) faktor lingkungan, dan (4) faktor psikologis (motivasi, minat dan kematangan sosial, ekonomi, dan penyesuaian diri). Selain itu, menurut Pearson (dalam Somadayo 2011: 30) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang berasal dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi kompetensi pembaca, minat, motivasi dan kemampuan membacanya, sedangkan faktor ekstrinsik berasal dari teks bacaan dan lingkungan baca.

Sesuai dengan Bloom dan Piaget (dalam Rahim, 2011: 20) menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi, dan asimilasi merupakan dimensi hierarkis kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil risiko. Dengan demikian, minat memiliki peranan


(19)

3

penting dalam rangka mempengaruhi komprehensi atau kemampuan membaca pemahaman seseorang.

Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian kepada sesuatu. Demikian pula dengan seseorang yang berminat dengan kegiatan membaca, maka ia akan cenderung perhatian, senang, dan akrab dengan bahan bacaaan. Minat baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha sesorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Rahim 2005: 28).

Minat baca merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, minat baca yang dimiliki masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Menurut data United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2012, indeks minat membaca masyarakat Indonesia baru mencapai angka 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 orang Indonesia hanya ada 1 orang saja yang punya minat baca. Hal itu dibuktikan dari hasil penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) yang dilansir oleh Direktorat Pendidikan tentang minat baca siswa, Indonesia menempati urutan 57 dari 65 negara dunia, dengan skor rata-rata 402 sementara rata-rata internasional 500. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemahaman membaca siswa di Indonesia tergolong rendah karena minat bacanya pun rendah.


(20)

Selain minat baca yang berasal faktor psikologis siswa, salah satu faktor kebahasaan yang berhubungan erat dan seringkali menjadi kendala terhadap kemampuan membaca adalah faktor penguasaan kosakata. Menurut Somadayo (2011: 30) salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman seseorang yaitu kemampuan berbahasa, keterbatasan kosakata yang dimiliki mempengaruhi kemampuan memahami teks bacaan. Kosakata merupakan kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu bacaan (Nurgiyantoro, 2014: 338).

Selanjutnya, Dale (dalam Tarigan 2015: 2-3) mengungkapkan peran kosakata dalam pembelajaran bahasa, diantaranya:

(1) kualitas dan kuantitas serta kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi terbaik bagi perkembangan mentalnya, (2) pengembangan kosakata merupakan pengembangan konsep tunggal yang merupakan pendidikan dasar bagi setiap sekolah dan perguruan, (3) semua jenjang pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan konseptual, (4) pengembangan kosakata dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan bawaan, dan status sosial, (5) faktor-faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, serta (6) telaah kata yang efektif harus beranjak dari kata-kata yang telah diketahui menuju kata-kata yang belum diketahui.

Pendapat ini menunjukkan bahwa salah satu peran kosakata yang paling mendukung kemampuan membaca pemahaman adalah karena pengembangan kosakata merupakan pengembangan konsep tunggal yang merupakan pendidikan dasar bagi setiap sekolah dan perguruan.

Masih rendahnya penguasaan kosakata siswa, menyebabkan banyak siswa yang tidak dapat memahami makna kata yang dibacanya, sehingga menghambat siswa untuk memahami isi bacaan dalam proses membaca. Penguasaan kosakata merupakan unsur terpenting yang harus dimiliki siswa dalam belajar bahasa,


(21)

5

karena bagaimanapun fungsi dari kosakata itu sendiri adalah sebagai unsur pembentuk kalimat dan mengutarakan isi pikiran dan perasaan dengan sempurna baik secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian, kemampuan membaca pemahaman juga dipengaruhi oleh penguasaan kosakata siswa.

Pada kenyataannya kemampuan membaca pemahaman siswa SD masih rendah. Menurut Somadayo (2011: 3) yang menyebutkan bahwa pada umumnya para guru dan pemerhati pendidikan mengeluhkan bahwa pembelajaran membaca pemahaman di kelas-kelas tinggi SD belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya kemampuan membaca pemahaman disebabkan oleh minat membaca yang rendah dan faktor penguasaan kosakata siswa.

Kenyataan permasalahan tersebut dialami oleh siswa kelas IV di SDN Dabin III Dirgantara Kecamatan Karangamyar Kabupaten Demak. Dabin III Dirgantara terdiri dari 7 SD yaitu SDN Cangkringrembang, SDN Karanganyar 1, SDN Wonorejo 1, SDN Wonorejo 2, SDN Wonoketingal 1, SDN Wonoketingal 2, dan SDN Ketanjung 3. Setelah melakukan observasi pada tanggal 14 Januari 2016 pada kelas IV SDN Cangkringrembang, peneliti menemukan kenyataan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV masih rendah hal itu terbukti dari rendahnya rata-rata nilai ulangan harian tertulis yaitu masih banyak nilai yang di bawah KKM 72. Dari 20 siswa, hanya 7 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan sisanya 13 siswa nilainya di bawah KKM. Di kelas IVB dari 21 siswa, hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan 13 siswa nilainya masih di bawah KKM.


(22)

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru permasalahan tersebut disebabkan karena rendahnya minat baca siswa. Melalui pengamatan langsung banyak siswa yang tidak mengunjungi perpustakaan di sekolah, mereka kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk membaca. Hal ini merupakan indikasi kurangnya minat baca siswa. Guru menjelaskan kesadaran membaca siswa kelas tinggi masih kurang, kebanyakan siswa membaca ketika ada tugas dari guru. Selain itu, penguasaan kosakata siswa juga masih kurang. Guru mengemukakan bahwa pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang kesulitan mengartikan kata, dalam pembelajaran terkadang siswa kurang dapat mengartikan kata antonim dan sinonim.

Penelitian yang mendukung dilakukan oleh Romafi, dkk (2015) dengan judul “Hubungan Minat Membaca, Fasilitas Orang Tua, dan Pemberian Tugas Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca, fasilitas orang tua, dan pemberian tugas di sekolah secara bersama-sama berhubungan positif dan signifikan dengan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Endarwati (2013: 251-253)

dengan judul “Hubungan antara Minat Membaca dan Penguaasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV SD Negeri Se Gugus Diponegoro

Batuwarno Wonogiri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada hubungan

yang positif dan signifikan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara, (2) ada hubungan yang positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dengan


(23)

7

keterampilan berbicara, (3) ada hubungan positif yang signifikan antara minat membaca dan pemguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak”.

1.2

BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan di atas, telah ditemukan berbagai macam akar permasalahan yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa. Dalam penelitian ini hanya membatasi permasalahan minat baca dan penguasaan kosakata pada kelas IV yang difokuskan di SDN Dabin III

Dirgantara Demak yang masih kurang. Peneliti ingin mengetahui “Pengaruh

Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.”

1.3

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(24)

1.3.1 Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak?

1.3.2 Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak?

1.3.3 Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak?

1.4

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Mengkaji pengaruh yang positif dan signifikan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.

1.4.2 Mengkaji pengaruh yang positif dan signifikan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.

1.4.3 Mengkaji pengaruh yang positif dan signifikan minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.


(25)

9

1.5

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis dan praktis. Manfaat penelitian adalah sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pengembangan teori pembelajaran kemampuan membaca pemahaman secara umum.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

1.5.2.1 Bagi siswa

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan minat baca dan penguasaan kosakata yang dimilikinya sehingga kemampuan membaca pemahamannya juga akan semakin meningkat.

1.5.2.2 Bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang cara menumbuhkan dan mengembangkan minat baca dan penguasaan kosakata siswa. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan guru sebagai referensi untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa khususnya minat baca dan penguasaan kosakata siswa untuk evaluasi dalam pembelajaran selanjutnya agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.


(26)

1.5.2.3 Bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan minat baca dan penguasaan kosakata yang dimiliki oleh siswa serta pengaruhnya terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.


(27)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Kemampuan Membaca Pemahaman

2.1.1.1 Hakikat Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya yaitu menyimak, menulis, dan berbicara. Menurut Tampubolon (1987: 5) membaca adalah satu dari empat keterampilan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.

Sesuai dengan pendapat Dalman (2013: 5) yang menyatakan bahwa membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Hal ini berarti membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.

Sependapat dengan Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalam hal ini membaca adalah usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.

Selanjutnya menurut Somadayo (2011: 4), membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Di samping itu, membaca juga merupakan suatu proses yang


(28)

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahan tulis.

Menurut Sudarsana (2010: 426) membaca adalah aktivitas yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Senada dengan pendapat Sudarsana, Nurhadi (dalam Somadayo: 2011: 4) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks berarti dalam membaca melibatkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal berupa faktor intelegensi, minat, sikap bakat, motivasi, tujuan membaca dan sebagainya. Faktor eksternal berupa sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah dipaparkan di atas, dapat diasumsikan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan dipergunakan pembaca untuk memperoleh informasi dan menemukan pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/tulis yang dapat dipengaruhi dari faktor internal maupun eksternal pembaca.

2.1.1.2 Tujuan Membaca

Pembaca seharusnya memiliki tujuan yang diinginkan sebelum melakukan kegiatan membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahim (2011: 11), membaca hendaknya mempunyai tujuan karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan.


(29)

13

Nurhadi (dalam Dalman, 2014: 12) menyebutkan ada beberapa macam variasi tujuan membaca, yaitu: (1) membaca untuk studi (telaah ilmiah); (2) membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan; (3) membaca untuk menikmati karya sastra; (4) membaca untuk mengisi waktu luang; (5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah.

Selanjutnya, Blanton (dalam Rahim 2011: 11-12) menyebutkan bahwa tujuan membaca mencakup:

(1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Tujuan membaca menurut Blanton tersebut pada dasarnya selain bertujuan sebagai kesenangan juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam proses pembelajaran agar pengetahuan dan informasi yang didapatkan sebelumnya semakin meningkat,

Senada Rivers dan Temperly (dalam Somadayo: 2011: 10-11), mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu:

1) memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik

2) memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari

3) berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan taka-teki 4) berhubungan dengan teman-teman seperti surat menyurat atau untuk

memahami surat-surat bisnis

5) mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia

6) mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi sebagaimana dilaporkan dalam koran, majalah dan laporan


(30)

7) memperoleh kesenangan atau hiburan

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai tujuan membaca, pada hakikatnya tujuan membaca yaitu untuk memahami sebanyak mungkin bahan yang kita baca, memperkaya apa yang kita miliki atau menambah wawasan maupun membaca untuk kesenangan. Tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu bacaan terutama ditentukan oleh tujuan membaca itu sendiri. Tujuan membaca dicapai disesuaikan dengan kepentingan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, sebelum membaca sebaiknya menentukan tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Membaca

Setiap orang yang belajar membaca terlebih dahulu memasuki tahapan membaca agar tujuan membaca dapat tercapai. Dalman (2014: 85-87) menyatakan bahwa jenis membaca berdasarkan tahapan yaitu: (1) membaca permulaan atau membaca mekanik merupakan tahapan awal membaca yang diberikan di kelas rendah sekolah dasar (SD) yaitu kelas satu sampai tiga, dan (2) membaca pemahaman atau membaca lanjut merupakan kelanjutan membaca permulaan yang diberikan di kelas tinggi yaitu kelas empat sampai enam.

Sesuai dengan Tarigan (2008: 13) yang menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam membaca permulaan atau keterampilan mekanis adalah dengan membaca nyaring atau membaca bersuara dan untuk keterampilan pemahaman atau membaca lanjut adalah dengan membaca dengan membaca dalam hati (silent reading).


(31)

15

Secara garis besar membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensive reading). Menurut Tarigan (2008: 32-36) membaca ekstensif dan intensif dijabarkan sebagai berikut.

a. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi: (1) membaca survei (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading)

b. Membaca Intensif

Membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif terdiri atas membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).

Selanjutnya, membaca telaah isi dapat dibagi empat, sebagai berikut. a) Membaca Teliti

Membaca teliti dibutuhkan untuk meneliti bahan-bahan yang kita sukai, yang menuntut suatupemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan antara lain: (1) survei yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi, (2) membaca secara saksama dan membaca ulang paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting, (3) penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel.


(32)

b) Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman (comprehension reading) adalah sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman, hubungan informasi baru dengan yang telah diketahui, menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan tertulis.

c) Membaca Kritis

Membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam,evaluative, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.

d) Membaca Ide

Membaca ide (reading idea) adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Agar kita dapat mencari, menemukan, serta mendapat keuntungan dari ide-ide yang terkandung dalam bacaan, kita harus berusaha membuat diti kita menjadi pembaca yang baik.

Jenis-jenis membaca yang telah dipaparkan di atas, membaca pemahaman merupakan membaca intensif dan termasuk membaca telaah isi. Membaca pemahaman berupaya menafsirkan pengalaman dan menghubungkan dengan informasi baru dan menemukan jawaban kognitif dari bacaan tanpa menyuarakan bacaan. Membaca pemahaman juga merupakan kegiatan membaca tingkat lanjut setelah membaca permulaan. Sehingga, pembelajaran membaca pada kelas IV SD termasuk dalam pembelajaran membaca pemahaman. Peneliti memfokuskan pada


(33)

17

membaca pemahaman karena sesuai dengan Kompetensi Dasar pada kelas IV dan sesuai dengan variabel dalam penelitian ini.

2.1.1.4 Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Menurut Dalman (2013: 87), membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks/bacaan, pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.

Sesuai dengan pendapat Syafi’ie (dalam Somadayo, 2011: 14) yang

menyatakan bahwa membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu memahami kata-kata dan kalimat kemudian membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.

Menurut Tarigan (2008: 42) membaca pemahaman adalah sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui, dan menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan (bacaan) tertulis.

Selanjutnya, Somadayo (2011: 10) mengatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan.


(34)

Menurut Smith (dalam Somadayo, 2011: 9) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat diartikan membaca pemahaman merupakan kegiatan memahami bacaan dengan maksud memperoleh makna dari isi bacaan baik secara tersirat maupun tersurat dan dapat merangkum isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan serta mampu menghubungkan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dengan informasi baru untuk mendapat pengetahuan baru.

2.1.1.5 Tujuan Membaca Pemahaman

Kegiatan membaca pemahaman memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai isi bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Somadayo (2011: 11) yang menyatakan bahwa tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman, membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan/teks secara meyeluruh.

Selanjutnya, Tarigan (dalam Somadayo 2011: 12) menyatakan bahwa tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah (1) mengapa hal itu merupakan topik, (2) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan, (3) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.


(35)

19

Sesuai dengan pendapat Tarigan, Anderson (dalam Dalman, 2014: 11) 7 macam tujuan dari kegiatan membaca, yaitu:

1) reading for details or fact (membaca untuk memperoleh fakta dan perincian).

2) reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide utama). 3) reading for squance or organization (membaca untuk mengetahui

urutan atau susunan struktur karangan).

4) reading for inferance (membaca untuk menyimpulkan).

5) reading to classify (membaca untuk mengelompokkan atau

mengklasifkasikan).

6) reading for evaluate (membaca untuk menilai, mengevaluasi).

7) reading to compare or contrast (membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan).

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, tujuan membaca pemahaman yaitu untuk memperoleh pemahaman seluruh isi bacaan dan dapat menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Tujuan membaca dapat dicapai sesuai dengan kepentingan pembaca yaitu untuk memperoleh informasi yang terdapat dalam bacaan. Dalam hal ini, kegiatan membaca pemahaman dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik membaca yang tepat.

2.1.1.6 Teknik Membaca Pemahaman

Pada dasarnya, membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dibutuhkan akan mudah didapatkan apabila pembaca memanfaatkan kegiatan membaca dengan efisien. Menurut Tampubolon (dalam Dalman 2014: 15-16) untuk menemukan informasi fokus atau informasi yang terpenting dalam bacaan ada beberapa teknik membaca yang digunakan, sebagai berikut.


(36)

a. Baca-pilih (selecting)

Baca pilih adalah pembaca memilih bahan bacaan dan/atau bagian bacaan yang dianggapnya relevan, atau berisi informasi fokus yang ditentukannya. b. Baca lompat (skipping)

Baca lompat adalah pembaca dalam menemukan bagian atau bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagian-bagian lain.

c. Baca-layap (skimming)

Baca layap adalah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum yang dimaksud adalah informasi fokus tetapi mungkin juga hanya sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian bacaan berisi informasi yang telah ditentukan.

d. Baca-tatap (scanning)

Baca tatap adalah membaca dengan cepat dan dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian yang diteliti sehingga informasi fokus ditentukan itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar.

Keempat teknik membaca untuk menemukan informasi fokus pada waktu tertentu dapat dipergunakan sekaligus dalam arti berurutan bergantung pada sifat fokus bersangkutan. Teknik yang paling tepat dipergunakan untuk menemukan kalimat topik ialah baca layap (skimming) dan baca tatap (scanning). Menurut Harjasujana (dalam Somadayo 2011: 49) kegiatan membaca dengan menggunakan teknik skimming dan scanning dapat dilakukan bergantung pada tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan.


(37)

21

2.1.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Kegiatan untuk memahami sebuah teks bacaan yang baik, seseorang juga harus memiliki pemahaman yang baik pula. Menurut Yap (dalam Somadayo, 2011: 29), kemampuan membaca seseorang ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya. Tegasnya, kemampuan membaca seseorang ditentukan sebarapa lama aktivitas membaca seseorang. Berbeda dengan Yap, Feboddy (dalam Somadayo, 2011: 29) secara emplisit mengatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman seseorang ditentukan oleh faktor intelegensi (IQ).

Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2011: 16-19), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman adalah (1) faktor fisiologis, (2) faktor intelektual (3) faktor lingkungan, dan (4) faktor psikologis (motivasi, minat dan kematangan sosial, ekonomi, dan penyesuaian diri)

Sesuai dengan hal tersebut, menurut Ebel (dalam Somadayo, 2011: 28), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan membaca pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor (1) siswa, (2) keluarga, (3) kebudayaan, dan (4) situasi sekolah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang dijelaskan lebih luas oleh Somadayo (2011: 30-31), faktor-faktor yang dimaksud diantaranya:

a. Tingkat intelejensia, membaca pada hakekatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. Sehingga dengan IQ yang berbeda sudah pasti berbeda hasil


(38)

b. Kemampuan berbahasa, keterbatasan kosakata mempengaruhi tingkat pemahaman teks bacaan.

c. Sikap dan minat, sikap ditunjukkan dengan rasa senang atau sedih. Sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya melakukan sesuatu

d. Keaadaan bacaan, tingkat kesulitan, aspek, desain halaman, besar kecilnya huruf dan sejenisnya bisa mempengaruhi proses membaca

e. Kebiasaan membaca, maksudnya kebiasaan seseorang apakah mempunyai tradisi membaca atau tidak

f. Pengetahuan tentang cara membaca, misalnya menemukan ide pokok, kata kunci dan sebagainya.

g. Latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya

h. Emosi, keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi membaca seseorang i. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, pada hakekatnya proses membaca adalah penumpukan modal pengetahuan untuk membaca berikutnya.

Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang terdiri dari faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik berupa lingkungan, latar belakang sosial ekonomi dan kebudayaan. Sedangkan faktor intrinsik berasal dari dalam diri membaca berupa minat, sikap, intelegensi, kebiasaan, motivasi dan sebagainya.


(39)

23

2.1.1.8 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman

Menurut Nurgiyantoro (2014: 376) penilaian hasil membaca pemahaman dapat dilakukan dengan tes kompetensi membaca. Tes kompetensi membaca dibagi dalam dua cara yaitu tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban dan tes kompetensi dengan mengonstruksi jawaban.

a. Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal. Soal yang biasa digunakan adalah soal pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih opsi jawaban.

b. Tes kompetensi membaca dengan mengonstruksi jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar meminta siswa memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia, akan tetapi siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang akan diteskan. Dalam mengerjakan tes ini, siswa dituntut untuk memahami wacana tersebut, dan berdasarkan pemahamannya itu kemudian siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas otentik yang menuntut siswa untuk berunjuk kerja secara aktif produktif. Dengan demikian, tes kompetensi membaca yang semula bersifat reseptif diubah menjadi tugas reseptif produktif.


(40)

Berdasarkan teori di atas, tes yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes obyektif. Tes obyektif mampu menampung banyak soal dan lebih efektif (Nurgiyantoro: 2014: 337). Selain itu, kebaikan tes obyektif menurut Arikunto (2013: 180) lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif dan dapat dihindari campur tangan unsur subyektif.

Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kompetensi siswa untuk memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Menurut Nurgiyantoro (2014: 371-373), teks bacaan yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, isi, panjang, dan jenis atau bentuk wacana.

a. Tingkat Kesulitan Wacana

Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosakata dan struktur serta kadar keabstrakan informasi yang dikandung. Semakin sulit dan kompleks kedua saspek tersebut akan semakin sulit pemahaman wacana yang bersangkutan. Demikian pula sebaiknya.

b. Isi Wacana

Bacaan yang baik adalah bacaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian siswa.


(41)

25

c. Panjang Pendek Wacana

Wacana yang diteskan untuk membaca pemahaman sebaiknya tidak terlalu panjang. Dengan wacana yang pendek kita dapat membuat soal tentang berbagai hal, jadi lenih komprehensif.

d. Jenis Wacana

Wacana yang dipergunakan sabagai bahan untuk tes kompetensi membaca dapat wacana yang berjenis prosa nonfiksi, dialog, teks kesastraan, tabel, diagram, iklan, dan lain-lain.

Farr (dalam Djiwandono, 2011: 116-117) mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami bacaan untuk siswa SD khususnya kelas tinggi adalah: a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana

b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkap dalam wacana, dan

d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana.

Sedangkan, menurut Somadayo (2011: 11) mengatakan bahwa seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan

b. Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, dan c. Kemampuan membuat simpulan.

Indikator kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini yang digunakan dalam penyusunan instrumen adalah menggunakan rincian


(42)

kemampuan Farr dan Somadayo. Indikator kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

a. Menjelaskan arti kata dan ungkapan.

b. Menjawab pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam bacaan.

c. Menjelaskan pokok pikiran paragraf paragraf. d. Menarik kesimpulan bacaan.

Kegiatan membaca pemahaman sebagai suatu aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang,sehingga menggunakan taksonomi Bloom. Sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2014: 57) yang menyatakan bahwa jenjang ingatan sampai penerapan sebagai jenjang berpikir tingkat sederhana, sedangkan jenjang analisis sampai penerapan disebut jenjang berpikir tingkat tinggi. Menurut Ngalim (2009: 44-46) tes pemahaman pada ranah kognitif oleh Bloom dibedakan menjadi enam tingkatan yaitu: a) ingatan/hafalan (C1), b) pemahaman (C2), c) penerapan (C3), d) analisis (C4), e) sintesis (C5), dan f) evaluasi (C6).

a. Tes kemampuan membaca tingkat ingatan/ hafalan

Tes kemampuan membaca tingkat ingatan/ hafalan (C1) hanya menghendaki siswa dapat menyebutkan kembali fakta, istilah, konsep, atau prinsip-prinsip. b. Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman

Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa untuk dapat memahami arti kata atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya dalam wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dimaksud adalah


(43)

27

memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar hal, dan sebagainya.

c. Tes kemampuan membaca tingkat penerapan

Tes kemampuan membaca tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa mampu menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal lain yang terkait dengan hal tersebut.

d. Tes kemampuan membaca tingkat analisis

Tes kemampuan membaca tingkat analisis (C4) menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan atau informasi, dan lain-lain. e. Tes kemampuan membaca tingkat sintesis

Tes kemampuan membaca pada tingkat sintesis (C5) menuntut siswa untuk mampu menghubungkan atau menggeneralisasikan antara hal0hal, konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat dalam wacana.

f. Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi

Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi (C6) menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya.

Berdasarkan paparan teori yang telah disampaikan, tes kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini memuat tingkatan C1, C2, dan C3. Hal ini berdasarkan tingkat perkembangan kognitif siswa sekolah dasar.


(44)

2.1.2 Minat Baca

2.1.2.1 Pengertian Minat

Aktivitas membaca akan dilakukan oleh seseorang sangat ditentukan oleh minat seseorang terhadap aktivitas membaca. Minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarsana dan Bastiano (2010: 424) menyatakan bahwa minat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.

Slameto (2010: 180) menjelaskan bahwa minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Senada dengan pendapat Slameto, Djamarah (2011: 166) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperlihatkan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang

Sesuai dengan pendapat Djamarah, Shaleh (2009: 261) menyatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Semakin kuat dorongan dari dalam individu untuk melakukan sesuatu maka akan semakin besar pula minat yang dimiliki seseorang tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pada dasarnya minat merupakan ketertarikan seseorang terhadap suatu hal atau aktivitas disertai dengan rasa senang yang menyebabkan seseorang berusaha mencari atau mencoba aktivitas tersebut tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu maka akan semakin besar pula minat yang dimilikinya.


(45)

29

2.1.2.2 Pengertian Minat Baca

Minat baca adalah dorongan dari diri siswa untuk membaca suatu bacaan. Hal ini sejalan dengan Dalman (2013: 141) yang menyebutkan bahwa minat baca merupakan dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu.

Menurut Tarigan (2008: 141) minat baca merupakan kemampuan seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menangkap makna yang terkandung dalam tulisan sehingga memberikan pengalaman emosi akibat dari bentuk perhatian yang mendalam terhadap makna bacaan.

Rahim (2011: 28-29) berpendapat bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri.

Sesuai dengan berbagai pendapat di atas, menurut Sudarsana dan Bastiano (2010: 427) minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri.

Beberapa definisi minat baca di atas, pada dasarnya minat baca merupakan suatu keinginan yang kuat yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan membaca agar dapat memahami bacaan yang dibacanya atas dasar kemauannya sendiri tanpa ada paksaan dan disertai perasaan senang dan tertarik terhadap


(46)

kegiatan membaca sehingga akan diwujudkannya dengan kesediannya mendapat bahan bacaan sendiri.

2.1.2.3 Cara Menumbuhkan Minat Baca

Orang tua memiliki peranan penting dalam menumbuhkan minat baca pada anak. Menumbuhkan minat baca seorang anak lebih baik dilakukan pada saat dini, yaitu pada saat anak baru belajar membaca permulaan atau bahkan pada saat anak baru mengenal sesuatu. Menurut Hasyim (dalam Dalman 2014: 146-148) beberapa cara menumbuhkan minat baca adalah (1) bacakan buku sejak anak lahir, (2) dorong anak untuk bercerita tentanag apa yang telah didengar dan dibacanya, (3) ajak anak ke toko buku/perpustakaan, (4) beli buku yang menarik minat anak, (5) sisihkan uang untuk membeli buku, (6) nonton filmnya dan belikan bukunya, (7) ciptakan perpustakaan keluarga, (8) tukar buku dengan teman, (9) hilangkan penghambat, (10) beri hadiah untuk memperbesar semangat, (11) jadikan buku sebagai hadiah, (12) jadikan membaca sebagai kegiatan setiap hari, (13) dramatisi buku yang anda baca, (14) peningkatan minat baca dengan menyesuaikan bahan bacaan dan memilih bahan yang baik, (15) memiliki kesadaran dan minat yang tinggi terhadap membaca, (16) menyediakan waktu untuk membaca. Dengan demikian, minat baca dapat ditumbuhkan agar minat terhadap kegiatan membaca semakin tinggi.

Adapun indikator untuk mengetahui seseorang memiliki minat baca yang tinggi atau masih rendah menurut Dalman (2014: 145) sebagai berikut.


(47)

31

a. Frekuensi dan Kuantitas Membaca

Frekuensi dan kuantitas membaca dalam hal ini diartiakan sebagai intensitas banyaknya waktu yang digunakan seseorang untuk membaca. Karena orang yang mempunyai minat baca sering kali akan banyak melakukan kegiatan membaca

b. Kuantitas Sumber Bacaan

Kuantitas sumber bacaan dalam hal ini merupakan banyaknya buku yang dibaca oleh pembaca. Orang yang memiliki minat baca akan berusaha membaca bacaan yang variatif. Mereka tidak hanya membaca bacaan yang mereka butuhkan pada saat itu tetapi juga membaca bacaan yang mereka anggap penting.

Selain dua indikator di atas, menurut Sudarsana dan Bastiano (2010: 427) ada empat aspek yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki minat baca yang tinggi atau masih rendah yaitu:

a. Kesenangan membaca

b. Kesadaran akan manfaat membaca, berupa kesadaran membaca atas kemauan sendiri

c. Frekuensi membaca

d. Jumlah buku yang pernah dibaca.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, pada hakikatnya minat baca seseorang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, tetapi juga membutuhkan peranan orang lain dengan dorongan yang menjadikan anak terangsang untuk membaca baik dari segi kuantitas membaca ataupun kuantitas bahan bacaan.


(48)

Indikator minat baca yang digunakan dalam instrumen penelitian ini merupakan perpaduan antara pendapat Dalman dan Sudarsana yang dipilih berdasarkan indikator sejenis/sama intinya. Berikut indikator minat baca pada penelitian ini adalah

a. Kesenangan membaca

b. Kesadaran akan manfaat membaca c. Frekuensi membaca

d. Kuantitas sumber bacaan

2.1.3 Penguasaan Kosakata

2.1.3.1 Pengertian Penguasaan Kosakata

Kosakata merupakan unsur terpenting dalam keterampilan berbahasa siswa. Karena kosakata merupakan unsur pembentuk kalimat dan mengutarakan isi pikiran maupun gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Tarigan (2015: 2) kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya akan kosakata, makan akan semakin besar pula kualitas berbahasa yang kita miliki. Sehingga, kuantitas dan kualitas yang dimiliki seorang siswa menentukan keberhasilannya dalam kehidupan.

Sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2014: 282) untuk dapat melakukan kegiatan berkomunikasi dengan bahasa, diperlukan penguasaan kosakata dalam jumlah yang memadai. Penguasaan kosakata yang lebih banyak memungkinkan kita untuk menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks. Menurut Nurgiyantoro (2014: 338) kosakata, perbendaharaan kata, atau kata saja,


(49)

33

juga leksikon, adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu bahasa.

Selanjutnya, Djiwandono (2011: 126) mengartikan kosakata sebagai perbendaharaan kata-kata dalam berbagai bentuknya yang meliputi kata-kata lepas dengan atau tanpa imbuhan, dan kata-kata yang merupakan gabungan dari kata-kata yang sama atau berbeda, masing-masing dengan artinya sendiri.

Menurut Chaer (2006: 6-8) pengertian kosakata adalah: 1. Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

2. Kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau sekelompok orang dari lingkungan yang sama

3. Kata-kata atau istilah yang digunakan dalam suatu bidang kegiatan atau ilmu pengetahuan.

4. Sejumlah kata dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis beserta dengan sejumlah penjelasan maknanya, layaknya sebagai suatu kamus.

5. Semua morfem yang ada dalam suatu bahasa.

Kosakata seseorang adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca. Reaksi yang dimaksud adalah reaksi bahasa, yaitu mengenal bentuk bahasa dengan segala konsekuensinya, yaitu memahami maknanya, melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan amanat kata itu (Keraf, 2009: 80)

Dale (dalam Tarigan 2015: 2-3) mengungkapkan peran kosakata dalam pembelajaran bahasa, diantaranya:

(1) kualitas dan kuantitas serta kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi terbaik bagi perkembangan mentalnya, (2) pengembangan kosakata merupakan pengembangan konsep tunggal yang merupakan pendidikan dasar bagi setiap sekolah dan perguruan, (3) semua jenjang pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan konseptual, (4) pengembangan kosakata dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan bawaan, dan status sosial, (5) faktor-faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, serta (6) telaah kata yang efektif harus beranjak dari kata-kata yang telah diketahui menuju kata-kata yang belum diketahui.


(50)

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai kosakata, dapat diartikan bahwa penguasaan kosakata merupakan kekayaan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang dikuasai atau dimiliki oleh seseorang. Kosakata seseorang dapat dipengaruhi dari beberapa faktor. Peran kosakata penting sebagai penentu keberhasilan berbahasa seorang siswa. Karena semakin banyak kosakata yang dimiliki maka keterampilan berbahasa juga akan semakin meningkat.

2.1.3.2 Pengukuran Penguasaan Kosakata

Kosakata yang dimiliki oleh seseorang diukur dengan tes. Menurut Nurgiyantoro (2014: 338) tes kosakata adalah tes yang dimaksudkan mengukur kompetensi siswa terhadap kosakata dalam bahasa tertentu baik yang bersifat reseptif maupun produktif. Oleh karena itu, tes kemampuan kosakata langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif atau produktif bahasa secara keseluruhan.

Djiwandono (2011:126) mengemukakan bahwa tes kosakata adalah tes tentang penguasaan arti kosakata yang dapat dibedakan menjadi penguasaan yang bersifat pasif-reseptif dan penguasaan yang bersifat aktif-produktif. Penguasaan kosakata pasif-reseptif yaitu penguasaan kosakata yang berupa pemahaman arti kata tanpa disertai kemampuan untuk menggunakan atas prakarsa sendiri atau hanya dapat memahami arti suatu kata ketika kata itu didengar atau dibaca pada wacana orang lain tanpa disertai kemampuan secara spontan dan atas prakarsa sendiri menggunakan dalam wacananya sendiri. Sedangkan penguasaan aktif-produktif merupakan penguasaan kosakata yang tidak sekedar berupa pemahaman seseorang terhadap arti kata yang didengar atau dibaca melainkan secara nyata


(51)

35

dan atas prakarsa serta penguasaannya sendiri mampu menggunakan dalam wacana untuk mengungkapkan pikirannya.

Indikator adanya penguasaan pasif-reseptif terhadap kosakata ditunjukkan dalam bentuk kemampuan untuk:

a. Menunjukkan benda atau memperagakan sikap, tingkah laku, dan lain-lain yang dimaksudkan oleh kata tertentu.

Contoh: menunjukkan atau memperagakan kata sedih, melamun, senang, dll. b. Memilih kata sesuai dengan makna yang diberikan dari sejumlah kata yang

disediakan

Contoh: Ayah dari ibu adalah kemenakan/ipar/mertua/kakek

c. Memilih kata yang memiliki arti yang sama atau mirip dengan suatu kata (sinonim)

Contoh: Ayahnya keras (disiplin/kikir/suka marah/sibuk)

d. Memilih kata yang memiliki arti yang berlawanan dengan suatu kata (antonim)

Contoh: Risiko: bahaya/kecelakaan/maut/akibat

Indikator adanya penguasaan aktif-produktif terhadap kosakata ditunjukkan dalam bentuk kemampuan untuk:

a. Menyebutkan kata sesuai dengan makna yang diminta

Contoh: Kendaraan yang dihela kuda (mungkin dokar, sado, andong, dll) b. Menyebutkan kata lain yang artinya sama atau mirip (sinonim) dengan suatu

kata


(52)

c. Menyebutkan kata lain yang artinya berlawanan (antonim) Contoh: berpisah (mungkin bertemu, berjumpa, dll)

d. Menjelaskan arti kata dengan kata-kata dan menggunakannya dalam suatu kalimat yang cocok.

Contoh: Apa arti iba?

(+) Iba berarti merasa terharu atau belas kasihan

(+) Orang banyak itu merasa iba menyaksikan penderitaan korban bencana alam yang kehilangan sanak saudara dan harta bendanya.

Penguasaan kosakata dalam penelitian ini termasuk penguasaan pasif-reseptif karena penguasaan hanya berupa pemahaman tanpa disertai kemampuan untuk menggunakan atas prakarsa sendiri. Indikator penguasaan pasif-reseptif yang dijabarkan dalam instrumen penelitian ini sebagai berikut.

a. Menunjukkan benda atau mempergakan sikap, tingkah laku oleh kata-kata tertentu

b. Memilih kata sesuai makna yang diberikan dari sejumlah kata yang disediakan

c. Memilih sinonim d. Memilih antonim

Bentuk tes dalam tes penguasaan kosakata ini adalah tes obyektif. Menurut Djiwandono (2011: 129) penguasaan pasif-reseptif jenis tes obyektif lebih sesuai, sedangkan untuk penguasaan aktif-produktif seharusnya dibatasi pada bentuk tes subyektif.


(53)

37

2.1.3.3 Faktor-faktor dalam Pemilihan Kosakata yang Diteskan

Menurut Nurgiyantoro (2014: 338-341) ada berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kosakat yang akan diteskan yaitu:

a. Tingkat dan Jenis Sekolah

Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan dalam pemilhan bahan tes kosakata adalah subjek didik yang akan dites, apakah termasuk tingkat sekolah dasar, menengah pertama atau menengah atas, sekolah menegah umum atau kejuruan. Perbedaan tingkat dan jenis sekolah akan menuntut adanya perbedaan pemilihan kosakata yang diteskan. Pembedaan kosakata yang diteskan pada umumnya didasarkan pada buku pelajaran yang dipergunakan untuk masing-masing tingkat dan kelas yang bersangkutan. b. Tingkat Kesulitan Kosakata

Pemilihan kosakata yang diteskan hendaknya juga mempertimbangkan tingkat kesulitannya, tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sulit, atau butir-butir tes kosakata yang tingkat kesulitannya layak. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.

c. Kosakata Pasif dan Aktif

Pemilihan kosakata hendaknya mempertimbangkan apakah ia dimaksudkan untuk tes penguasaan yang bersifat aktif atau pasif. Kosakata pasif adalah kosakata untuk penguasaan reseptif yang hanya untuk dipahami dan tidak untuk dipergunakan. Kosakata aktif adalah kosakata untuk penguasaan produktif yang dipergunakan untuk menghasilkan bahasa dalam kegiatan berkomunikasi.


(54)

d. Kosakata Umum, Khusus, dan Ungkapan

Kosakata umum dimaksudkan kosakata yang ada dalam suatu bahasa yang bukan merupakan istilah-istilah teknis atau kosakata khusus yang dijumpai dalam berbagai bidang keilmuan. Pengambilan kosakata khusus dalam tes akan merugikan peserta didik yang tidak memiliki latar belakang kemampuan bidang khusus yang bersangkutan. Tes kosakata juga hendaknya mempertimbangkan adanya kata yang bermakna denotatif dan konotatif, atau ungkapan-ungkapan.

2.1.4 Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar

Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006) menyebutkan bahwa ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut (a) mendengarkan, (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis.

Menurut Zulela (2013: 8-9) jenis pelajaran membaca di Sekolah Dasar kelas tinggi meliputi (1) membaca lanjutan, (2) membaca nyaring/bersuara, (3) membaca teknik, (4) membaca lancar, (5) membaca indah, (6) membaca dalam hati, (7) membaca pemahaman, (8) membaca bahasa, (9) membaca kritis, (10) membaca cepat, (11) membaca pustaka dan (12) membaca memindai.


(55)

39

Butir-butir pembelajaran membaca di kelas IV SD menurut KTSP meliputi:

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Kelas IV semester I

Standar Kompetensi :

Memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi

Kompetensi Dasar:

 Menemukan pokok pikiran teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas

 Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca

 Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai

Kelas IV semester II Standar Kompetensi:

Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun

Kompetensi Dasar:

 Menentukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif.

 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.


(56)

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung dalam penelitian minat baca, penguasaan kosakata dan kemampuan membaca pemahaman antara lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Febrina, dkk (2013: 86-92) dengan judul

“Kontribusi Minat Baca Cerpen dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X MAN 1 Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kontribusi penguasaan kosakata terhadap keterampilan menulis cerpen sebesar 27,80%.

Penelitian terkait variabel minat baca oleh Hidayat dan Siti Aisah (2013: 104-113) dengan judul “Read Interest CO-Relation With Student Study Performance In IPS Subject Grade IV (Four) In State Elementary School 1 Pagerwangi Lembang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan antara minat membaca dengan prestais belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV di Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) minat membaca siswa berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 57,1%, (2) adanya hubungan yang signifikan antara minat baca dengan prestasi belajar IPS siswa SDN I Pagerwangi.

Penelitian terkait membaca pemahaman dilakukan oleh Naseri (2014: 506-514) dengan judul “The Effect Of Speed Reading On IELTS EFL Learners’ Reading Comprehension Ability”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya tingkat kepercayaan tinggi yang mengatakan bahwa kecepatan membaca mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa dalam tes bahasa Inggris Internasional pembelajaran EFL.


(57)

41

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Darminto (2012: 1-8) dengan judul “Hubungan antara penguasaan kosakata dan kalimat efektif dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas V SDN Wonorukso V Surabaya”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis narasi sebesar 45%, adanya hubungan yang positif antara penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis narasi sebesar 47,4%. Kedua variabel bebas penguasaan kosakata dan penguasaan kalimat efektif memiliki hubungan yang positif terhadap keterampilan menulis narasi yaitu sebesar 54,5%.

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Membaca merupakan sarana yang tepat untuk memperluas cakrawala berpikir tentang kehidupan, meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta peningkatan prestasi. Siswa dengan membaca juga mampu menciptakan ide atau gagasan, meningkatkan pengetahuan, dan merangsang daya khayal. Siswa yang gemar membaca memiliki kemampuan membaca yang tinggi. Siswa yang banyak membaca buku-buku atau majalah/surat kabar, selain mereka memperoleh informasi dan pengetahuan, mereka juga akan menambah kosakata yang mereka miliki, sehingga pada akhirnya akan memudahkan siswa dalam memahami isi suatu bacaan.

Kegiatan membaca seseorang tidak hanya bersumber dari kognitif tetapi juga ranah afektif siswa. Hal yang berkaitan dengan ranah afektif itu seperti minat, rasa percaya diri, keasadaran dan motivasi. Dapat disimpulkan bahwa


(58)

ternyata minat juga menjadi salah satu sumber dalam proses memahami suatu bacaan.

Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian pada sesuatu. Demikian pula dengan minat siswa dalam kegiatan membaca, semakin tinggi minatnya dengan membaca maka ia akan cenderung perhatian, senang, dan akrab dengan bahan bacaan. Minat baca yang kuat diwujudkan dalam kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Minat baca sangat berpengaruh terhadap kemampuan memahami bacaan.

Pada hakikatnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah adalah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa tersebut meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan seseorang dalam berbahasa salah satunya ditentukan oleh kemampuannya menguasai kosakata. Kosakata menjadi salah satu aspek yang sangat berarti karena semua aspek kebahasaan akan selalu menggunakan kosakata di dalamnya. Penguasaan kosakata menjadi dasar seorang terampil membaca. Seorang siswa dituntut untuk memiliki perbendaharaan kata yang banyak agar mahir dalam berbahasa. Oleh karena itu, dengan menguasai banyak kosakata diharapkan mampu mengembangkan daya dan pemahaman.

Kurangnya kosakata yang dikuasai siswa biasanya erat dengan kebiasaan. Anak yang kurang berhasil dalam belajar membaca, biasanya kurang senang membaca dan hal itu meniadakan kemungkinan untuk mengembangkan


(59)

43

kosakata. Penguasaan kosakata diharapkan banyak membantu siswa dalam menyerap segala informasi yang ada dalam bacaan, sehingga ia lebih mengerti.

Membaca pemahaman membutuhkan minat dan penguasaan kosakata. Minat membaca merupakan faktor pendorong bagi siswa untuk gemar membaca. Minat inilah yang kemudian mempengaruhi intensitas membaca. Banyaknya waktu yang diluangkan untuk membaca akan berdampak pada meningkatnya penguasaan kosakata. Kemahiran dalam menguasai kosakata akan memudahkan siswa untuk menyerap informasi dan memahami isi dari suatu bacaan.

Penguasan kosakata diperlukan untuk proses pemahaman yang mendalam dari isi sebuah bacaan. Tingginya tingkat penguasaan kosakata akan berpengaruh langsung pada kualitas siswa dalam memahami isi dari suatu bacaan. Siswa tidak hanya sekedar membaca, namun untuk memahami dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan isi bacaan. Jadi, minat baca dan penguasaan kosakata memiliki pengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman karena minat baca mampu menumbuhkan kegemaran membaca yang tinggi dan memerlukan penguasaan kosakata untuk memudahkan siswa untuk memahami isi bacaan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini didapat digambarkan sebagai berikut.


(60)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4

HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, dapat disusun suatu hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yaitu:

1. Adanya pengaruh yang positif dan signifikan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.

Minat Baca a. Kesenangan membaca b. Kesadaran akan manfaat

membaca

c. Frekuensi membaca d. Kuantitas sumber bacaan

Penguasaan Kosakata a. Menunjukkan benda atau

mempergakan sikap, tingkah laku oleh kata-kata tertentu

b. Memilih kata sesuai makna yang diberikan dari sejumlah kata yang disediakan

c. Memilih sinonim d. Memilih antonim

Kemampuan Membaca Pemahaman

a. Menjelaskan arti kata dan ungkapan

b. Menjawab pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam bacaan

c. Menjelaskan pokok pikiran paragraf paragraf d. Menarik kesimpulan


(61)

45

2. Adanya pengaruh yang positif dan signifikan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.

3. Adanya pengaruh yang positif dan signifikan minat baca dan penguasaan kosakat terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.


(62)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Peneltitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dan termasuk metode penelitian korelasional. Menurut Sukmadinata (2013: 56) penelitian korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minat baca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak. Pada penelitian ini peneliti tidak memberikan perlakuan, peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh dari variabel-variabel tersebut.

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah tingkat minat baca (X1) dan tingkat penguasaan kosakata (X2) sebagai variabel bebas, sedangkan kemampuan membaca pemahaman (Y) sebagai variabel terikat.

Adapun diagram desain penelitiannya sebagai berikut.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

X1

Y X2


(63)

47

Keterangan:

X1 : Variabel Minat Baca

X2 : Variabel Penguasaan Kosakata

Y : Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman

3.2

SUBJEK, LOKASI, DAN WAKTU PENELITIAN

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak. Dalam dabin III ini terdapat 7 SD Negeri. Adapun banyaknya populasi dalam penelitian ini adalah 230 siswa.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Nama Sekolah Dasar Jumlah Siswa 1. SDN Cangkringrembang 41 siswa 2. SDN Wonoketingal 1 25 siswa 3. SDN Wonoketingal 2 24 siswa

4. SDN Wonorejo 1 31 siswa

5. SDN Wonorejo 2 60 siswa

6. SDN Karanganyar 1 37 siswa

7. SDN Ketanjung 3 16 siswa

Total 230 siswa

Sumber: Data SDN Dabin III Dirgantara Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak.

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak. Adapun SD yang termasuk dalam Dabin III Dirgantara Demak adalah SDN


(64)

Cangkringrembang, SDN Wonoketingal 1, SDN Wonoketingal 2, SDN Wonorejo 1, SDN Wonorejo 2, SDN Karanganyar 1, dan SDN Ketanjung 3.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016.

3.3

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak sejumlah 230 siswa yang terdiri dari 7 SD Negeri yaitu SDN Cangkringrembang, SDN Wonoketingal 1, SDN Wonoketingal 2, SDN Wonorejo 1, SDN Wonorejo 2, SDN Karanganyar 1 dan SDN Ketanjung 3.

3.3.2 Sampel Penelitian

Penentuan jumlah anggota sampel dalam penelitian ini, peneliti menetapkan jumlah sampel yaitu 40% dari populasi. Menurut Arikunto (2010: 95) jika jumlah populasi lebih dari 100-150 maka peneliti dapat mengambil sampel 25-30% dari populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 230 siswa. Maka jumlah sampel sebagai berikut:

S = 40% x 230 S = 92

Keterangan : S = Jumlah sampel

Dari rumus tersebut didapatkan sampel sejumlah 92 dari 230 populasi. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik proportional


(65)

49

sampling (sampel proporsi/sampel imbangan). Menurut Arikunto (2013: 182) teknik sampel proporsi ini dilakukan dengan pengambilan subyek setiap wilayah secara seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing wilayah, karena banyaknya subyek setiap wilayah yang tidak sama. Perhitungan jumlah sampel setiap wilayah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Dasar Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel 1. SDN Cangkringrembang 41 siswa

2. SDN Wonoketingal 1 25 siswa

3. SDN Wonoketingal 2 24 siswa

4. SDN Wonorejo 1 31 siswa

5. SDN Wonorejo 2 60 siswa

6. SDN Karanganyar 1 37 siswa

7. SDN Ketanjung 3 16 siswa

Jumlah 230 siswa 92

3.4

VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak, maka variabel yang dimaksudkan sebagai berikut.

1. Variabel bebas adalah Minat Baca (X1) dan Penguasaan Kosakata (X2) siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.


(66)

2. Variabel terikat adalah Kemampuan Membaca Pemahaman (Y) siswa kelas IV SDN Dabin III Dirgantara Demak.

3.5

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Guna menghindari kesalahan bagi pembaca untuk memahami permasalahan yang diangkat peneliti, maka peneliti memberikan pengertian sebagai berikut.

3.5.1 Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan memahami bacaan dengan maksud memperoleh makna dari isi bacaan baik secara tersirat maupun tersurat dan dapat merangkum isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan serta mampu menghubungkan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dengan informasi baru untuk mendapat pengetahuan baru.

3.5.2 Variabel Minat Baca

Minat baca adalah suatu keinginan yang kuat yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan membaca agar dapat memahami bacaan yang dibacanya atas dasar kemauannya sendiri tanpa ada paksaan dan disertai perasaan senang dan tertarik terhadap kegiatan membaca sehingga akan diwujudkannya dengan kesediannya mendapat bahan bacaan sendiri. Minat baca siswa tidak muncul begitu saja, sehingga minat baca harus ditumbuhkan sedini mungkin. Apabila siswa sudah terbiasa membaca, ia akan gemar membaca dan memiliki kemampuan membaca yang tinggi.


(67)

51

3.5.3 Variabel Penguasaan Kosakata

Penguasaan kosakata adalah kekayaan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang dikuasai atau dimiliki oleh seseorang. Seseorag yang memiliki penguasaan kosakata yang sedikit akan sulit memahami bacaan. Oleh karena itu, penguasaan kosakata diharapkan banyak membantu siswa dalam menyerap segala informasi yang ada dalam bacaan, sehingga siswa lebih mengerti dan mudah memahami makna dan isi bacaan.

3.6

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan tes yang dijabarkan sebagai berikut.

3.6.1 Angket

Variabel minat baca diungkap dengan menggunakan angket. Angket dalam penelitian ini terdiri dari butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel minat baca siswa. Dilihat dari cara menjawab angketnya dalam penelitian ini maka merupakan angket tertutup karena responden diminta memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pernyataan yang tersedia. Dilihat darijawaban yang diberikan, maka termasuk jenis angket langsung karena responden memberikan jawaban yang berkaitan dengan dirinya.


(68)

3.6.2 Tes

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes obyektif berupa tes pilihan ganda yang berwujud soal-soal/pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur penguasaan kosakata dan kemampuan membaca pemahaman.

3.7

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah lembar pedoman yang berisi pernyataan dan lembar soal. Lembar pedoman yang berisi pernyataan tentang minat baca untuk data minat baca. Sedangkan, lembar soaluntuk data penguasaan kosakata dan kemampuan membaca pemahaman.

3.7.1 Minat Baca

Lembar pedoman berisi pernyataan tentang minat baca yang digunakan sebagai instrumen minat baca dibuat dengan skala pengukuran yang disebut skala Likert. Menurut Sugiyono (2015:134) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang ataum sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban pada instrumen minat baca terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pernyataan dalam instrumen memuat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Menurut Sugiyono (2015: 135) pemberian skor pada iteminstrumen penelitian ini sebagai berikut.


(1)

(2)

(3)

197

Lampiran 13 Dokumentasi

Uji coba instrumen pada kelas IV SDN Ngaluran 2


(4)

Penelitian pada kelas IV SDN Wonorejo 2


(5)

199

Penelitian pada kelas IV SDN Wonoketingal 1


(6)

Penelitian pada kelas IV SDN Karanganyar